Anda di halaman 1dari 7

Komunikasi Sel Kanker

Pada dasarnya seperti yang dijelaskan oleh Guyton (1990) dalam


skripsi Tauristia (2009) bahwa kanker adalah penyakit yang menyerang
proses dasar kehidupan, dimana kanker ini akan mengubah genom sel
yang mengakibatkan pertumbuhan dan penyebaran yang tidak terkendali.
Selain itu, Hidayanto et.al., (2010) menjelaskan bahwa kanker adalah sel-
sel yang abnormal dan menyebar ke bagian tubuh lain melalui pembuluh
darah dan sistem limfa. Penyebaran terjadi karena sel kanker ini tidak
melekat erat pada sel-sel normal sekitarnya sehingga sel ini dapat
terlepas dan akan diangkut oleh darah ke tempat baru. Tempat dimana
sel-sel tersebut melanjutkan poliferasinya (Sherwood, 2012). Jika hal ini
terus berlanjut maka jaringan yang diserang tidak dapat berfungsi normal
sehingga akan terjadi kegagalan fungsi organ yang dapat mengakibatkan
kematian.

Menurut Faried (2007) sel kanker itu berasal dari sel-sel normal
yang pada dasarnya sel normal akan mati pada saat tertentu. Tetapi untuk
sel kanker berbeda, sel ini tidak mati bahkan sel ini terus tumbuh,
memperbanyak diri dan mereka berusaha untuk mengindari kematiannya
ini (apoptosis) yang lebih menakutkan lagi adalah kecepatan pertumbuhan
sel kanker ini jauh lebih cepat dari sel-sel normal.

Dari pendapat yang sudah dijelaskan di atas, dapat diketahui


bagaimana penyebaran sel kanker tersebut. Dalam penyebarannya, sel
kanker tentu melakukan komunikasi antar sel. Earl (1998) menjelaskan
dalam Maliya (2004) bahwa proses penyebaran sel kanker ini biasa
disebut metastase. Metastase ini terjadi karena adanya interaksi antara
sel kanker dengan sel normal tubuh. Komunikasi yang dilakukan sel
kanker berawal dari interaksi ini. Umumnya, Sel-sel tubuh normal memiliki
daya tahan mekanis maupun immunologis, sedangkan sel kanker
mempunyai daya untuk melakukan invasi, mobilitas dan metastatis.

Komunikasi yang terjadi pada Sel Kanker 1


Earl (1998) menambahkan bahwa proses penyebaran yang terjadi
dilakukan secara bertahap, yaitu inisiasi, promosi dan progresi. Sel kanker
yang melakukan metastase akan menginvasi dan masuk ke dalam
pembuluh darah. Jika ini terjadi maka nantinya sel kanker akan terhenti
pada suatu tempat dan menempel pada endotel darah, merusak membran
basal dan matriks pembuluh darah, bermigrasi ke jaringan ekstravaskuler,
serta merangsang pertumbuhan sel darah baru.

Pada komunikasinya, sel kanker tidak dapat mengenal dan


merespon sinyal-sinyal yang biasa diterima oleh sel normal. Contohnya,
sel normal dapat merespon sinyal penghambat pertumbuhan untuk
mencapai homeostatis dan juga merespon mekanisme apoptosis,
sedangkan sel kanker tidak dapat mengenal dan merespon sinyal-sinyal
tersebut. Hal ini dikarenakan sudah terjadinya mutasi pada proto-onkogen
dan gen-gen regulator apoptosis serta gen-gen sinyal apoptosis
(Lumongga, 2008).

Pada proses metastase dipengaruhi oleh beberapa gen, salah satu


gen tersebut adalah ras superfamili dari small GTP-binding protein. Ras ini
terdiri dari 30 jenis, diantaranya Rho, Ras, Arf/sar 1 dan Rab/Ran. Rho-
GTP ase bertugas mengendalikan proses migrasi sel, invasi termasuk
polarisasi sel, remodelling sitoskeletal dan penerimaan sinyal-sinyal dari
luar. Monomeric GTP-binding proteins dengan berat molekul rendah,
sekitar 20-30 kilo Dalton (kDa), pada sel fibroblast normal juga sangat
dibutuhkan untuk sel bermigrasi. Tetapi dilain hal, over ekspresi dari
protein-protein ini akan merangsang sel-sel epitel untuk bermigrasi pula.
(Fareid, 2007).

Komunikasi yang terjadi pada Sel Kanker 2


Rho protein memiliki tiga kelas Rho family yang paling sering
diteliti, yaitu RhoA, Rac1 dan CDC42, yang merupakan central dogma dari
ikon sel berjalan. Rho sendiri memiliki tiga isoforms di dalam genom
manusia, antara lain RhoA, RhoB dan RhoC, tetapi ketiganya memiliki
fungsi yang berbeda dalam keganasan. RhoA dan RhoC merupakan aktor
utama dalam proliferasi dan transformasi sel menjadi ganas, sementara
itu RhoB merupakan tumor suppressor gene yang akan menjadi
penyeimbang bagi keduanya (Takai, et.al., 2001).

Rho protein sangat berperan dalam meregulasi perubahan bentuk


sel, polaritas dan pergerakannya melalui mekanisme kontraksi miosin
aktin, adesi sel dan dinamik mikrotubulus (Faried, et.al., 2004). Seperti
halnya manusia, sel kanker juga memiliki kerangka, otot dan indra peraba,
yang kombinasi dari semuanya akan membuat sel kanker dapat berjalan
kearah yang dia inginkan.

Gambar 1. The crawling cell (Ridley AJ. J Cell Sci. 2001; 114: 2713-22)

Dalam Faried et.al., (2005) menjelaskan tentang keterlibatan RhoA


dan RhoC dalam membuat sel menjadi ganas dapat diketahui apabila kita
mempelajarinya langsung pada pasien dengan kanker ganas. Ekspresi
berlebihan dari RhoA dan RhoC ditemukan pada pasien kanker
esophagus stadium lanjut, dimana keberadaanya berhubungan dengan
parameter klinis seperti kedalaman invasi masa tumor, distant metastasis,
invasi ke pembuluh limfa dan pembuluh darah. Disamping itu pasien-

Komunikasi yang terjadi pada Sel Kanker 3


pasien yang positif memiliki ekspresi yang berlebihan dari RhoA ini akan
memiliki prognosis yang jauh lebih buruk.

Uniknya dari kedua Rho protein ini, RhoA dan RhoC, tidak
didapatkan kerusakan gen (mutation) didalamnya. Ekspresi yang
berlebihan dari Rho-family disebabkan karena regulasi yang salah di Rho-
regulatory proteinnya (yang perlu ATP untuk aktifitasnya). Faried (2007)
menyimpulkan bahwa RhoA lebih berperan dalam pertumbuhan sel
kanker dibandingkan RhoC, sementara itu RhoC lebih berperan dalam
menginduksi metastasis jauh (seperti paru-paru dan liver). Aktifasi
keduanya akan menyebabkan onkogen lain aktif bersama-sama mereka
(down-stream effectors). Rho protein berkemampuan untuk merubah sel
menjadi phenotype yang lebih ganas.

Sel kanker juga melakukan adhesi yang digunakan sebagai salah


satu media untuk berinteraksi dengan sel. Pada sel normal, terdapat
hubungan sel yang cukup kuat dengan sekitarnya. Seperti yang sudah kita
ketahui, ada beberapa tipe struktur junctional, yaitu desmosome, tight
junction dan adherent tipe junction. Pada adhesi terdapat epithelial
Chaderin (E-chaderin) yang melekat pada sitoskleton melalui protein
plasma catenin (Lumongga, 2008). E-chaderin berfungsi sebagai perekat
intraseluller dari sitoplasma yang berikatan dengan β catenin. E-chaderin
mengelurkan sinyal anti pertumbuhan melalui β catenin. β catenin bebas
kemudian dapat mengaktivasi transkripsi gen-gen pemicu pertumbuhan
(Chrestella, 2009).

Menurut Keleg et.al., (2003) ada jenis lain dari interaksi sel-sel
adhesi yang juga berpengaruh terhadap invasi sel kanker, yaitu dari
golongan superfamili seperti N-CAM, ICAM-1, N-CAM mengalami
perubahan pada ekspresi yang diawali dengan adhesi isoform kuat
menuju adhesi lemah dan menyebabkan regulasi pada proses invasi.
Golongan ini juga memberikan pengaruh dalam imunitas selular dan
signal transduksi pada adhesi sel. Integrin dalam penyebaran sel tumor

Komunikasi yang terjadi pada Sel Kanker 4


merupakan suatu adaptasi seluler terhadap perubahan lingkungan mikro
pada jaringan.

Dalam berinteraksi dengan ekstraseluler matriks yang ada di


sekitar sel kanker maka sel kanker harus melakukan beberapa tahapan.
Dalam hal ini sel kanker akan melakukan invasi. Sel kanker akan melekat
pada komponen matriks dan sel epitel dari kanker akan terpisah dari
stroma melalui basemen membran. Kemudian membran mengalami
degradasi dan remodeled, pada saat ini komponen dari basemen
membran mengirimkan sinyal pada sel kanker. Reseptor yang diperantarai
oleh sel kanker, laminin dan fibronektin mempunyai fungsi yang penting
pada invasi sel. Terdapat beberapa sel kanker mempunyai reseptor yang
lebih banyak tersebar pada membran sel. Pada sel kanker payudara dan
colon, ada korelasi antara densitas laminin reseptor dengan luasnya invasi
sel kanker (Lumongga, 2008).

Gambar 2. Hilangnya intercellular junctions (adesi antar sel / antar molekul adesi) dan
meningkatnya daya attachment sel kanker ke membrana basalis memacu invasi dan
metastase (Kumar, Abbas & Foustro, 2005)

Komunikasi yang terjadi pada Sel Kanker 5


Gambar 3. Meningkatnya kemampuan degradasi matriks ekstra seluler
memacu migrasi , invasi dan metastase (Kumar, Abbas & Foustro, 2005)

Gambar 4. Proses metastase sel kanker , dimulai dari transformasi


clonal, metastasic sub clone, intravasasi sampai dengan pertumbuhan
jaringantumor di daerah yang baru. (Kumar, Abbas & Foustro, 2005)

Komunikasi yang terjadi pada Sel Kanker 6


Daftar Pustaka

Chrestella, J. 2009. Neoplasma. Medan, Sumtera Utara; Fakultas


Kedokteran, Universitas Sumatera Utara, Departemen Patologi
Anatomi.
Faried, A., Faried, L., S., Kimura, H., Nakajima, M., Sohda, M., Miyazaki,
T., Kato, H., Usman, N., Kuwano, H. 2005. Correlation between
RhoA overexpression and tumour progression in esophageal
squamous cell carcinoma. Eur J Surg Oncol 31: 410-414.
Faried, A., Faried, L., S., Kimura, H., Nakajima, M., Sohda, M., Miyazaki,
T., Kato, H., Usman, N., Kuwano, H. 2004 Role of Rho GTPase and
its malignancy potential of human ESCC cells. Presented in the 4th
International Symposium on Cancer Research and Therapy (Nov
19-20,2004, Tokyo, Japan) and the 9 th Gunma Gene Transfer
meeting (Jan 25, 2005, Gunma, Japan).
Faried, A. 2007. Bagaimana mereka (sel kanker) berjalan?. Departement
of General Surgical Science, Graduate School of Medicin,Gunma
University, Japan.
Hidayanto, A., N., Hapsari, I., C., Jiwanggi, M., A., Fitria, D. 2010.
Perbandingan Algoritma Klasifikasi dalam Pendeteksian Penyakit
Kanker. Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Indonesia, Depok,
Jawa Barat.
Keleg, S., Büchler, P., Ludwig, R., Büchler, M., W., Friess, H. 2003.
Invasion and Metastasis In Pancreatic Cancer. University of
Heidelberg, Department of Surgery, Im Neuenheimer Feld 110,
69120 Heidelberg, Germany.
Lumongga, F. 2008. Invasi Sel Kanker. Medan, Sumatera Utara; Fakultas
Kedokteran, Universitas Sumatera Utara, Departemen Patologi
Anatomi.
Maliya, A. 2004. Perubahan Sel Menjadi Kanker Dari Sudut Pandang
Biologi Molekuler. Infokes Vol 8 No 1.
Maydiana, T. 2009. Efektivitas Biliotherapy untuk Mengurangi Kecemasan
pada Penderita Kanker. Semarang; Fakultas Psikologi, Universitas
Katolik Soegijapranata.
Sherwood, L., 2011. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. EGC:
Jakarta.
Takai, Y., Sasaki, T., Matozki, T. 2001. Small GTP-Binding Proteins.
Department of Molecular Biology and Biochemistry, Osaka
University Graduate School of Medicine/Faculty of Medicine, Suita,
Japan.

Komunikasi yang terjadi pada Sel Kanker 7

Anda mungkin juga menyukai