Kanker otak sekunder merupakan kanker otak yang paling sering terjadi. Kanker
otak sekunder disebabkan oleh keberadaan kanker lain pada bagian tubuh lain, seperti
kanker paru-paru, kanker ginjal, kanker payudara, kanker prostat dan kanker kulit yang
menyebar ke otak. Kanker otak sekunder juga disebut sebagai kanker otak metastatik
Tumor otak metastasis merupakan lesi otak yang cukup sering dijumpai.
Metastasis ke otak merupakan komplikasi sistemik kanker yang paling ditakuti dan
merupakan tumor intrakranial yang paling umum pada orang dewasa. Sekitar 15-20%
pasien kanker akan didiagnosis dengan tumor otak metastasis. Insiden dari tumor ini
diperkirakan 4,1 – 11,1 per 100.000 populasi/tahun. Insiden tumor otak metastasis
meningkat sejalan dengan semakin majunya terapi sistemik yang memperpanjang angka
harapan hidup, semakin banyaknya populasi lanjut usia, meningkatnya insiden kanker
paru dan melanoma dan kemampuan MRI dalam mendeteksi metastasis berukuran
kecil. Pada orang dewasa, sumber metastasis utama adalah kanker paru, payudara dan
melanoma.Metastasis ke parenkim otak merupakan bentuk keterlibatan SSP yang
tersering dari kanker sistemik. Penyebaran terutama secara hematogen. Selain itu
penyebaran ke parenkim bisa juga terjadi sebagai akibat perluasan dari metastasis tulang
yang berdekatan. Metastasis cenderung berada di gray-white matter junction karena
pada daerah ini pembuluh darah berubah ukuran sehingga emboli metastatik dapat
terperangkap. Penatalaksanaan tumor otak metastasis hingga saat ini masih terus
menjadi tantangan karena asal metastasis otak yang sangat beragam dan waktu survival
yang relatif singkat.
1
I. DEFINISI
II. EPIDEMIOLOGI
2
III. PATOFISIOLOGI
Banyak bukti yang mendukung hipotesis seed and soil atau molecular
recognition. Sel-sel tumor mencapai organ melalui jalur vaskular dan limfatik.
Setelah mencapai organ tertentu, sukses tidaknya sel-sel ini berkembang menjadi
tumor bergantung pada kesesuaian ‘soil’. Satu studi otopsi memprediksi bahwa
hipotesis hemodinamik berperan pada 66% metastase, sedangkan 20% mungkin
disebabkan hipotesis molecular recognition. Metastasis lokal tampaknya disebabkan
oleh proses hemodinamik, sedangkan penyebaran yang lebih jauh tampaknya
disebabkan oleh molecular recognition antara sel-sel tumor dan host organ.
3
Kaskade Metastatik
Detachment
4
antar sel, pada dasarnya molekul ini merupakan ‘lem’ yang merekatkan sel-sel ini
bersama-sama. Sel-sel tumor menonaktifkan E-chaderin, fase penting pada
detachment. Selain hilangnya E-chaderin, sel-sel tumor mengaktifkan N-cadherin,
yang meningkatkan motilitas dan invasi dengan memungkinkan sel tumor untuk
melekat dan menginvasi stroma di bawahnya. Kehilangan adhesi adalah langkah
penting pada epithelial-mesenchymal transition (EMT). Down-regulation E-
chaderin dan up-regulation N-chaderin merupakan dua peristiwa kunci yang terjadi
selama EMT. Dengan demikian, sel dengan penurunan ekspresi E-chaderin
memiliki potensi metastasis yang lebih tinggi. Beberapa bukti terakhir menunjukkan
bahwa up-regulation dari N-cadherin dengan sendirinya dapat menyebabkan
detachment dan motilitas.
Intravasasi
Setelah memisahkan diri dari tumor primer, sel-sel tumor yang bermetastasis
akan bergerak menuju pembuluh darah kemudian menembus membran endotel dan
ECM. ECM berfungsi tidak hanya sebagai penopang untuk sel atasnya, namun juga
terlibat dalam signaling, proliferasi dan mengkoordinasi migrasi. Sel-sel ini
memulai proses dengan melepaskan beberapa faktor untuk menghancurkan
membran basal. Matrix metalloproteins (MMPs) adalah salah satu enzim proteolitik
kunci yang terlibat dan dirancang untuk menghancurkan sejumlah protein seperti
kolagen, laminin dan fibronektin. Dalam sel non-neoplastik yang secara aktif
bermitosis, ini memungkinkan remodelling dari ECM untuk mengakomodasi sel
progeni. MMPs telah diklasifikasikan sesuai dengan kemampuan mereka untuk
mendegradasi protein tertentu.
5
merekajuga dapat bertindak untuk menghancurkan E-chaderin. Urokinase
plasminogen activator (UPA) merupakan protease aktif lainnya. Jika terikat ke
molekul permukaan sel, urokinase aktivator plasminogen reseptor (uPAR), UPA
yang aktif mengkonversi zymogens lainnya menjadi protease aktif. Yang paling
penting dari ini adalah plasminogen, yang dipecah menjadi plasmin. Plasmin
kemudian dapat mengaktifkan MMPs lainnya, terutama jenis 1,2,3,9 dan 14, atau
bisa langsung mencerna fibrin. Seperti MMP-2, kadar uPAR yang timggi dapat
menunjukkan perjalanan yang lebih agresif dan prognosis yang buruk. Selain
meningkatkan degradasi membran basal, kedua protease juga dianggap dapat
mengaktifkan faktor pertumbuhan dan kemokin yang pada akhirnya mendorong
tumorigenesis. Studi dari Rojiani et al (2010) pada 28 kasus tumor otak metastasis
menemukan bahwa 57.14% tumor metastatik menunjukkan immunoreaktivitas
untuk MMP-2, sedangkan 42.86% negative.
Sel-sel kanker, seperti semua sel-sel lain, bergantung pada kontak dengan
elemen stroma agar dapat bertahan hidup. Biasanya, begitu sel-sel berada dalam
pembuluh darah dan tidak lagi terikat ke matriks yang mendasarinya, sel-sel ini
mengalami apoptosis, yang disebut anoikis, bahasa Yunani untuk "tunawisma". Sel-
sel metastatik bersifat resisten terhadap anoikis. Over-ekspresidari integrin-linked
kinase (ILK), suatu protein yang terlibat dalam dow-regulation dari E-chaderin,
diperkirakan berkontribusi terhadap resistensi terhadap anoikis. Baru-baru ini,
sebuah molekul anti-apoptosis baru, TrkB, juga telah diidentifikasi.TrkB adalah
reseptor untuk beberapa protein faktor pertumbuhan yang menginduksi
kelangsungan hidup dan diferensiasi selpopulasi sel. Sel-sel tumor yang terlepas
juga harus menahan serangan dari sel natural killer, makrofag dan elemen lain dari
sistem kekebalan tubuh serta bertahan dari kerusakan mekanik dari velocity-related
shear forces. Untuk mengatasi ini, sel-sel tumor sering merekatkan dirinya dengan
trombosit dan leukosityang bertindak sebagai pendamping. Selectins, subset lain
dari CAMS milik leukosit (L-selectin), platelet (P-selectin) dan sel endotel (E-
selectin), memungkinkan sel tumor untuk melekat pada trombosit dan leukosit,
6
sehingga memudahkan transportasi mereka. Sebagian besar metastase mencapai
otak melalui pembuluh darah, yaitu, menyebar hematogen. Setelah berjalan melalui
sirkulasi vena dan melewati jantung, sel tumor akan menetap dikapiler bed pertama
kali dijumpai, yaitu paru-paru. Darisini, mereka mengikuti sirkulasi kejantung
kiridan kemudian ke organ lain. Sekitar 20% dari cardiac output adalah ke otak,
karena itu, tidak mengejutkan bahwa tumor paru-paru, baik primer atau sekunder,
seringkali merupakan sumber metastasis otak. Penyebaran melalui CSS dapat
dijumpai pada beberapa kasus penyebaran lepto meningeal, dan metastasis dural
atau parenkim dapat terjadi melalui ekstensi langsung dari tumorbasis kranii.
Adhesi
7
sinyal dari ECM ke sel. Beberapa bukti menunjukkan mereka terlibat dalam adhesi
sel tumor ke trombosit selama embolisasi, serta induksi protease seperti MMPs
selama intravasasi. CD44 adalah protein membran integral yang memediasi adhesi
sel tumor ke endotel di lokasi sekunder. Ekspresinya meningkat pada hampir 50%
dari metastase otak, terutama pada payudara, tiroid dan melanoma. E-selektin yang
diekspresikan pada sel endotel juga dapat membantu dalam adhesi sel tumor.
Ekstravasasi
Kolonisasi
8
terakhir dari kolonisasi ini yang tidak mudah. oleh karenaitu, hal ini dianggap
sebagai rate-limiting step dari kaskade ini. Satu penelitian menunjukkan bahwa 80%
dari sel melanoma disuntikkan ke tikus bertahan sampai titik dimana mereka
mencapai ekstravasasi. Namun begitu, kurang dari 3% mikrometastases, dan hanya
1% yang terus membentuk metastase klinis jelas yang jelas.
Angiogenesis
Semua jaringan, baik neoplastik atau tidak, tergantung pada suplai darah
yang cukup. Suatu tumor tidak dapat tumbuh melebihi 1 sampai 2 mm3 jika tidak
memperoleh suplai darah sendiri, biasanya melalui angiogenesis. Sejumlah factor
yang menyebabkan pembentukan pembuluh darah baru termasuk vascular
endothelial growth factor (VEGF), basic fibroblast growth factor (bFGF), platelet
derived growth factor (PDGF), dan epidermal growth factor (EGF). VEGF
tampaknya adalah yang paling signifikan. VEGF juga disebut vascular
permeabilitas factor (VPF), memainkan peran penting dalam edema otak yang
berhubungan tumor. VEGF berikatan dengan reseptor pada sel endotel dan
menginduksi neovaskularisasi, meningkatkan permeabilitas dan mengaktifkan UPA.
Hal ini juga tampaknya merupakan penanda untuk pertumbuhan dan perkembangan
tumor dan dapat berfungsi sebagai suatu penanda prognostik. Angiogenesis adalah
proses dengan berbagai langkah. Pertama, sel-sel endotel berproliferasi dan
menembus ECM host. Mereka kemudian berkumpul menjadi pembuluh darah yang
sangat ireguler dibandingkan dengan jaringan normal. Migrasi dan transformasisel
endotel dapat dimediasi oleh bFGF, yang juga dapat merangsang produksi protease.
Pembuluh darah yang baru ini memiliki bentuk yang tidak normal, ukuran
bervariasi, dan memiliki orientasi yang tidak teratur. Mereka tidak memiliki barrier
endotel yang tipikal. Sel-sel endotel ini tidak kohesif, dan memiliki tight junction
yang jarang. Faktor-faktor ini menyebabkan pembuluh darah baru menjadi lebih
permeabel. Keuntungan dari neovaskularisasi dua kalilipat, karena tidak hanya
memungkinkan sel tumor untuk berkembang, tetapi pembuluh darah ini lebih
permeabel memungkinkan sel untuk memasuki sirkulasi dengan mudah dan
menyebabkan metastasis. Hypoxic ischemic factor (HIF) merupakan mediator
9
penting lain pada angiogenesis. HIF-1 terkait erat dengan oksigenasi jaringan.
Dalam kondisi sel hipoksia, sepertiyang terlihat pada sel tumor yang terlalu aktif
metabolismenya, HIF-1 meningkat. Hal inikemudian memicu up-regulation
faktorlain yang penting untuk meningkatkan oksigenasitermasuk VEGF dan
eritropoietin.Pertumbuhan mikrometastasis yang dorman tampaknyaditekan oleh
faktoranti-angiogenesis yang dilepaskan dari kanker primer. Saat tumor primer
dibuang, mediator anti-angiogenesis mediator dihilangkan dan menyebabkan
pertumbuhan metastasis jauh. Sel-sel stroma di sekitarnya juga dapat berfungsi
sebagai faktor pro-angiogenesis. Ini termasuk selendotel yang dapat mengeluarkan
angiopoietin, yang merangsang diferensiasi sel, serta makrofag host yang
mengekspresikan beberapa faktor pertumbuhan sepertiVEGF, TGF-α, dan
interleukin-8.4
Gejala dan tanda dari tumor metastase ke otak terdiri dari : tanda-tanda
akibat peninggian tekanan intrakranial dan tanda-tanda dari iritasi/ destruksi fokal
neuron. Tanda-tanda dari peninggian tekanan intrakranial meliputi : sakit kepala,
muntah dan confusion. Tanda-tanda dari irritasi neuron meliputi: hemiparese, kejang
fokal dan ataxia. Nyeri kepala merupakan gejala yang paling sering dijumpai dan
lebih sering pada metastasis multipel. Nyeri bersifat menekan dan sering berlokasi
di bifrontal. Kelemahan fokal adalah gejala tersering kedua. Seizure fokal atau
umum dapat dijumpai pada 10% pasien.
Gejala dan tanda tumor otak metastasis tidak berbeda secara signifikan
dengan tumor otak primer. Terdapat edema yang cukup nyata di sekeliling
metastasis, yang sering menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial walaupun
lesinya masih kecil. Perbedaan utama tanda klinis tumor primer dan metastasis
adalah bahwa metastasis biasanya tumbuh lebih cepat, menimbulkan gejala yang
berkembang selama beberapa minggu. Tumor metastasis multipel dapat
menunjukkan gejala dan tanda yang unik. Pasien dengan tumor metastasis multipel
dapat mengalami penurunan kesadaran yang subakut tanpa tanda lateralisasi. Secara
klinis, pasien ini menyerupai pasien dengan ensefalopati metabolik danhanya dapat
10
dibedakan dengan pemeriksaan neuroimejing. Beberapa tumor metastasis bahkan
dapat tidak menunjukkan gejala. Oleh sebab itu, pasien dengan kanker paru atau
melanoma harus dievaluasi dengan pemeriksaan imejing.
V. PROSEDUR DIAGNOSTIK
11
pemeriksaan CT scan dengan kontras lesi menjadi hiperdens yang
menggambarkan kerusakan sawar darah otak, neovaskular dan peningkatan
permeabilitas kapiler. Penyangatan di sekitarnya juga dapat dijumpai (gambar) Lesi
biasanya bulat, terutama jika berukuran kecil, dan berbatas tegas. Pada MRI,
sebagian besar lesi menunjukkan hipointens pada T1, dengan hiperintensitas pada
T2 dan FLAIR.
VII. PENATALAKSANAAN
12
tepat dan aman, serta evaluasi masalah psikiatrik. Penatalaksaaan suportif yang baik
akan meningkatkan kualitas hidup dan memungkinkan pasien untuk berkonsentrasi
pada terapinya.
Seizure merupakan komplikasi tumor otak yang sering dijumpai dan dapat
mengganggu kualitas hidup karena membatasi aktivitas pasien.
13
Selain itu juga, dapat menimbulkan cedera yang terkait seizure, mengurangi
waktu kerja dan menambah kecemasan pasien, juga akibat efek samping, interaksi
obat dan biaya akibat penggunaan obat anti epilepsi (OAE). Sekitar 20 hingga 40%
pasien dengan tumor otak metastasis mengalami seizure.
Terdapat konsensus yang menyatakan bahwa tiap pasien dengan tumor otak
metastase yang mengalami seizure harus mendapatkan OAE. (tabel 3). Monoterapi
dengan fenitoin, karbamazepin, atau valproat merupakan pilihan awal pada sebagian
besar pasien.Pada beberapa pasien, obat kedua harus ditambahkan jika obat pertama
dengan konsentrasi yang tinggi tidak dapat mengontrol aktivitas seizure. Pilihan lain
terdiri dari antikonvulsan generasi baru (misalnya levetiracetam, gabapentin,
topiramat, zonisamide
Kortikosteroid
14
Pada pasien tumor otak metastase dengan gejala ringan akibat efek
massa, direkomendasikan pemberian kortikosteroid dengan dosis 4-8 mg per
hari, sedangkan untuk pasien dengan gejala menengah hingga berat
direkomendasikan dosis 16 mg atau lebih perhari (level 3). Dexamtehasone
merupakan kortikosteroid pilihan dan sebaiknya diturunkan perlahan selama2
minggu. (level 3). Dexamethasone diturunkan setelah pemberian selamasatu
minggu dan dihentikan setelah 2 miggu jika memungkinkan.
Langkah 1 adalah untuk pasien dengan nyeri ringan atau menengah dan
terdiri dari penggunaan analgetik nonopioid, yaitu asetaminofen, salisilat dan
nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAID).
15
Tindakan Bedah
16
Tujuan dari gross total resection (GTR) adalah untuk mengangkat
seluruh jaringan tumor dan jaringan normal sekitarnya seminimal mungkin
untuk memperoleh batas yang jelas. Ini biasa dilakukan dengan reseksi
mikorsurgikal agar dapat membedakan jaringan tumor dan jarungan normal
dengan jelas. Harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak mencederai pembuluh
darah di sekitarnya yang dapat melalui atau berdekatan dengan tumor namun
memberikan perfusi ke jaringan otak normal.
Pasien dengan RPA kelas 1 memiliki usia kurang dari 65 tahun, memiliki
skor KPS 70 atau lebih dan tidak memiliki penyakit sistemik atau memiliki
penyakit sistemik yang terkontrol.
Pasien dengan RPA kelas 2 memiliki usia 65 tahun atau lebih dan memiliki
penyakit sistemik yang tidak terkontrol, namun nilai KPS yang lebih dari 70.
Pasien dengan KPS kurang dari 70 dikategorikan sebagai RPA kelas 3.
Pasien dengan RPA kelas 1 dianggap sebagai kandidat yang baik untuk
tindakan kraniotomi, sedangkan pasien dengan RPA kelas 3 dianggap sebagai
kandidat yang buruk. Pemilihan pasien dengan RPA kelas 2 kurang begitu jelas,
dan membutuhkan pertimbangan yang lebih hati-hati seperti durasi dan faktor
risiko medis.
17
Radio surgery (RS)
18
Beberapa studi
retrospektif menunjukkan
bahwa RS dan tindakan
bedah memiliki efektivitas
yang sama pada metastasis
otak. Tabel berikut
menunjukkan risiko dan
manfaat tindakan bedah
dan RS. Lokasi dan ukuran
tumor dan adanya edema
merupakan perimbangan
yang penting dala
memutuskan penggunaan
RS atau tindakan bedah.
Tumor dengan ukuran
besar, pada lokasi yang
mudah dijangkau, dan
berkaitan dengan efek
massa harus dilakukan Tabel 10. Tindakan bedah vs Radiosurgery
tindakan bedah. Tindakan
bedah juga harus dieprtimbangkan pada pasien dengan lesi primer yang tidak
diketahui untuk memperoleh diagnosis. Tumor dengan ukuuran kecil (<3 cm)
harus diterapi dengan RS jika tumor ini tidak dapat direseksi..
Level Rekomendasi
Pembedahan + WBRT
Pembedahan diikuti WBRT lebih unggul
vs 1
dibanding pembedahan saja
Pembedahan saja
Pembedahan + WBRT Efektivitas sama (SRS blm utk lesi > 3 cm
vs 2 atau yg menimbulkan efek massa
SRS ± WBRT signifikan)
19
SRS saja memberikan outcome yang hampir
3 sama dengan pembedahan + WBRT untuk
metastasis tunggal
Pembedahan + WBRT Pembedahan diikuti WBRT lebih baik
vs 1 dibanding WBRT saja pada pasien dengan
WBRT saja status performanceyang baik
Radiasi
Whole brain radiation therapy (WBRT) telah menjadi terapi utama pada
tumor otak metastase selama lebih dari 50 tahun dan merupakan terapi paliatif
yang paling efektif pada sebagian besar pasien. Isu penting pada penggunaan
WBRT adalah mengoptimalkan efikasinya jika digunakan bersamaan dengan
tindakan bedah, radiosurgery, agen radiosensitizing dan agen kemoterapi.
Pendekatan multimodal ini memberikan peningkatan median survival yang
signifikan pada banyak pasien. Tindakan bedah dengan atau tanpa WBRT masih
menjadi pilihan penting pada pasien dengan metastasis otak tunggal. Walaupun
begitu reseksi bedah dikontraindikasikan pada banyak pasien karena kondisi
komorbid atau lokasi yang unresectable.
Kemoterapi
20
Pendekatan Terapi
Metastasis Tunggal
Metastasis Multipel
21
Penatalaksanaan Tumor Otak Metastasis yang Berasal dan Kanker Paru
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Berttolone SJ. Tumor of the central nervous system concepts in cancer medicine,
1982:649-659
2. Mahar, M., Proses Neoplasmatik di Susunan Saraf dalam Neurologi Klinis Dasar
edisi 5, Dian Rakyat, Jakarta, 2000 : 390 – 402
3. Black PB. Brain tumor, review article. The NEJM 1991 (324):1471-1472
4. Ausman. Intra cranial neoplasma in AB Berker (ed.) Clinical neurology.
Philadelphia:Harper & Row, 1987:57-66
5. Adams and Victors, Intracranial Neoplasms and Paraneoplastic Disorders in
Manual of edisi 7, McGraw Hill, New York, 2002 : 258 – 263
6. Tumor Otak dalam Buku Ajar Neurologi Klinis edisi I, Gajah Mada University
Press, Yogyakarta, 1999 : 201 – 207
7. Facts About Brain Tumors at http://www.braintumor.org/, dikutip tanggal 13
November 2004
8. John R.M., Howard K.W, A ,B, Cs of Brain Tumors – From Their Biology to
Their Treatments at http://www.brain-surgery.com/, dikutip tanggal 13
November 2004
9. What you need to Know about Brain Tumor at http://www.cancer.gov/
23