Anda di halaman 1dari 5

KEBUDAYAAN DONGKREK : SEJARAH DAN KEUNIKAN

KESENIAN TRADISIONAL MADIUN

Muhammad Fikri Alfiansyah


Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga
Email: fkralfnsyh.10@gmail.com

Abstrak

Kebudayaan di Indonesia sangatlah banyak dan beragam. Salah satu


kebudayaan di Indonesia yakni kebudayaan dongkrek yang berasal dari
Madiun, Jawa Timur. Kebudayaan dongkrek adalah salah satu jenis
pertunjukan tradisional berwujud tarian dan cerita yang dipentaskan
mengambil cerita pertarungan antara seorang kakek sakti dengan kawanan
gendruwo yang akhirnya dimenangkan oleh kakek sakti. Kesenian dongkrek
ini termasuk kesenian yang hampir punah, karena banyak orang yang jarang
mau menampilkan kesenian ini. Banyak orang yang sudah meninggalkan
kebudayaan ini, karena pengaruh zaman yang semakin modern ini. Fokus
dalam pembahasan ini adalah tentang sejarah dan kebudayaan dari
pertunjukan dongkrek yang ada di Madiun. Data-data yang diambil untuk
pembahasan ini diambil dari jurnal-jurnal dan buku yang bersangkutan
mengenai kebudayaan dongkrek.

Kata Kunci : Kebudayaan, Sejarah, Dongkrek


A. Pendahuluan

Perkembangan zaman telah banyak membuat beberapa kebudayaan


tradisional telah banyak dilupakan. Namun, pada dasarnya kebudayaan
tradisional ini sangat penting untuk dilestarikan keberadaanya. Salah satu
kebudayaan tradisional yang akan dibahas adalah kesenian dongkrek yang
berasal dari Mejayan, Kabupaten Madiun. Kesenian dongkrek adalah
kesenian berbentuk tarian dan dipentaskan oleh sekelompok masyarakat yang
berperan menjadi tokoh-tokoh tertentu. Kesenian Dongkrek ini menampilkan
perpaduan antara musik, tari, dan di dalamnya mengandung unsur cerita atau
drama. Kata Dongkrek merupakan kata sakral yang memiliki arti “Dongane
Kawula Rakyat Enggalo Kasarasan”. Jika diartikan dalam bahasa Indonesia
adalah “doa rakyat untuk segera mendapatkan kesembuhan”. Kesenian
Dongkrek ini salah satu kesenian dari Kabupaten Madiun, dibuat pada tahun
1867 di Mejayan oleh seorang yang bernama Raden Ngabehi Lho
Prawirodipuro (Ismono, 2010). Beberapa kajian tentang kesenian dongkrek
telah dilakukan, baik dari segi tontonan ataupun dari segi tuntunannya.
Faradina Dara Astria (2011), misalnya, meniliti tentang makna simbolik
dalam kesenian dongkrek sebegai kesenian ritual. Selain itu, Jaecken M. P.
(2011) mencoba meniliti tentang dinamika kesenian dongkrek dari masa ke
masa dari perspektif sejarah.

B. Pembahasan

1. Sejarah Kesenian Dongkrek

Kebudayaan dongkrek sangat erat kaitannya dengan sejarah. Selain erat


ikatannya dengan sejarah, pasti disetiap kebudayaan selalu memiliki keunikan
masing-masing. Sejarah kesenian dongkrek ini awal mulanya diciptakan oleh
R. Ngabehi Lho Prawirodipuro tahun 1867 di Mejayan, Kabupaten Madiun.
Ketika itu kesenian dongkrek digunakan sebagai cara untuk menenangkan
warga atau masyarakat yang sedang panik dalam menghadapi wabah
(pageblig) yang menyerang. Dongkrek menjadi media penolak bala dari
berbagai penyakit dan pertunjukan langsung pada waktu-waktu tertentu,
seperti pada tanggal 1 Muharam. Dongkrek hidup dan berkembang sangat
pesat dan subur sehingga menjadi kesenian paling terkenal pada masa itu.
Kejayaan kesenian dongkrek ini mengalami pasang surut. Hal ini mungkin
disebabkan kesenian dongkrek ini bersifat statis sehinggs menimbulkan
kebosanan di masyarakat. Sementara itu, menurut Jaecken MP. (2011)
kemunculan kesenian ini dikarenakan pada saat itu daerah Mejayan terkena
wabah penyakit. Sebagai seorang pemimpin, Raden Ngabehi Lho
Prawirodipuro merenung untuk mencari metode atau solusi yang tepat untuk
menyeleaaikan atas wabah penyakit yang menimpa rakyatnya. Setelah
melakukan renungan, meditasi, dsn bertapa di gunumg kidul Caruban, dia
mendapatkan wangsit untuk membuat semacam tarian atau kesenian yang
bisa mengusir bala tersebut. Dalam cerita tersebut, wangsit tersebut
menggambarkan para punggawa kerajaan roh halus atau pasukan gendruwo
menyerang penduduk Caruban dapat diusir dengan menggiring mereka keluar
dari wilayah Caruban. Maka dibuatlah semacam kesenian yang
mereprentasikan pengusiran roh halus yang membawa pageblig tersebut.
Kesenian ini mengalami masa kejayaan pada rentang tahun 1867-1902.
Perkembangan kesenian dongkrek ini mengalami pasang surut seiring
pergantian politik di Indonesia. Pada masa penjajahan Belanda, kesenian
dongkrek ini sempat dilarang oleh pemerintahan Belanda. Hal ini terjadi
dikarenakan pemerintah Belanda khawatir apabila dongkrek terus
berkembang, bisa digunakan sebagai media penggalang kekuatan untuk
melawan pemerintaha Belanda.
2. Keunikan Kesenian Dongkrek

Tarian dongkrek atau kesenian dongkrek ini mengutamakan unsur sihir


dan mistisnya, meskipun tari ini merupakan sebuah kesenian dari kota Madiun
tepatnya di daerah Mejayan tapi tarian ini juga menjadi budaya oleh
masyarakat desa-desa di Madiun yang mempercayai dan meyakini bahwa
mitos tentang tari dongkrek atau kesenian dongkrek ini benar-benar ada.

Tari dongkrek atau kesenian dongkrek ini juga mempunyai keunikan


tersendiri sama dengan kesenian-kesenian daerah lain yang mempunyai ciri
khas atau keunikan masing-masing. Keunikan dari kesenian dongkrek ini
sendiri yaitu mengenal properti yang digunakan saat pementasan berlangsung
di panggung. Penari dongkrek menggunakan topeng yang memiliki tujuan
untuk mengetahui tentang sifat-sifat tokoh yang diperagakan oleh si penari.
Tari dongkrek atau kesenian dongkrek ini menggunakan alat musik tradisional
dan menggunakan tempo irama musik yang naik turun sehingga menimbulkan
ketegangan pada saat pementasan berlangsung (Faradina Dara Astria, 2011).

3. Wujud Pementasan Dongkrek

Kesenian Dongkrek ini bersifat sakral yang digunakan sebagai upacara


ritual tolak bala. Kesenian dongkrek hanya dimainkan setahun sekali. Kesenian
dongkrek juga bersifat kreasi seni (kreatif) sebagai kesenian yang tidak sakral,
tidak ada kemenyan, tidak ada persyaratan. Kesenian dongkrek ini masih ada
arak-arakannya dan melibatkan masyarakat untuk bergabung dan menari.
Selain itu, alat-alat yang digunakan dalam pementasan kesenian dongkrek ini
yaitu ada topeng gendruwo yang memiliki berbagai macam warna yang setiap
warna memiliki sifat masing-masing. Alat musik yang digunakan dalam
kesenian dongkrek ini yaitu ada kentongan, kenong, bedug, beri, korek, gong
pamungkas (Alfiati, 2017).

Anda mungkin juga menyukai