Anda di halaman 1dari 3

“Dongkrek” Warisan Budaya dari Kabupaten Madiun yang Perlu

Dilestarikan

Oleh: Nomita Wulan (2102101227), 11 Mei 2023

Sumber: dokumentasi SDN Kuwu 02

Kabupaten Madiun memiliki seni pertunjukan rakyat yang usianya sudah mencapai ratusan
tahun. Kesenian tradisional tersebut adalah dongkrek. Dongkrek sering kali menjadi
pertunjukan utama dalam kegiatan yang diselenggarakan baik di tingkat desa, kecamatan
bahkan acara tingkat kabupaten di Madiun. Misalnya, kegiatan karnaval dalam rangka hari
kemerdekaan Indonesia, perayaan hari jadi kabupaten Madiun, bersih desa, serta pentas
seni di sekolah-sekolah. Bahkan pada beberapa sekolah di kabupaten madiun, dongkrek
dijadikan kegiatan ekstrakurikuler.

Seperti di SDN Kuwu 02, salah satu sekolah dasar di kabupaten Madiun yang menjadikan
dongkrek sebagai salah satu ekstrakurikuler sekolah dasar tersebut. Hal tersebut guna
melestarikan kesenian tradisional dongkrek agar tidak punah. Selain itu, menjadikan
dongkrek sebagai kegiatan ekstrakurikuler bertujuan untuk mengenalkan generasi muda
pada kesenian asli dari kabupaten Madiun. Mengingat generasi muda saat ini cenderung
enggan menguri-uri kebudayaan nenek moyang kita dulu. “Hal ini sebagai upaya
mengenalkan anak-anak pada warisan budaya Indonesia agar dongkrek bisa terus
dilestarikan”, Ujar Rini, salah satu guru di SDN KUWU 02 saat diwawancari di tempat
mengajarnya pada Rabu, 10 Mei 2023. “Dongkrek dulunya merupakan prosesi ritual
pengusir pageblug yang diciptakan oleh Raden Prawiro Dipoero pada 1867 namun saat ini
dongkrek ditampilkan sebagai seni pertunjukan”, lanjutnya.

Mengutip dari JurnalPost.com, dongkrek menceritakan kisah dari Desa Mejayan yang
terserang pageblug atau wabah penyakit. Karena wabah penyakit ini masyarakat desa
banyak yang meninggal dunia. Dalam keadaan sedemikian genting, pemimpin wilayah
distrik Mejayan pada masa itu, Raden Ngabehi Lho Prawiro Dipoero mencari jalan keluar
dengan bertapa di wilayah gunung kidul. Dari pertapaannya Raden Prawiro Dipoero
mendapatkan wangsit untuk melakukan ritual semacam tarian untuk mengusir balak
tersebut.

Salah satu yang menjadi ciri khas kesenian dongkrek adalah penggunaan topeng yang
menggambarkan watak-watak dari setiap tokoh yang dibawakan. “Dongkrek ini ada 7
topeng yang digunakan, ada topeng Kakek Sakti, Buta Merah, Buta Putih, Buta Hitam,
Buta Kuning, Roro Perot, dan Roro Ayu,”, ujar Rini.

Mengutip dari liputan6.com, makna Topeng Buta atau Genderuwo Merah menggambarkan
watak jahat dan pemarah, topeng Buta Hitam menggambarkan watak pemalas, rakus, dan
angkuh, Topeng Buta Putih menggambarkan sosok baik berwatak manusiawi dan penuh
tata krama, dan topeng Buta Kuning menggambarkan makhluk halus yang mengganggu
dengan menyerang daging dan kulit manusia.

Adapun makna topeng Kakek Sakti menggambarkan seorang pemimpin (palang) yang
bijaksana dan mengayomi masyarakat. Makna topeng Roro Ayu menggambarkan seorang
wanita yang anggun, cantik, serta selalu berperilaku baik. Sementara topeng Roro Perot
menggambarkan seorang abdi yang selalu mendampingi Roro Ayu dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari.

Ritual ini menyimbolkan pengusiran roh halus dari barisan Buta atau buta oleh kakek sakti
dan dua orang perempuan. Perempuan menyimbolkan keadaan rakyat yang lemah karena
serbuan pasukan roh halus. Selanjutnya terjadi peperangan yang sangat sengit antara kakek
sakti dan para buta. Peperangan cukup sengit yang akhirnya dimenangkan oleh kakek tua
dengan bantuan tongkat saktinya. Barisan para buta akhirnya tunduk dan patuh yang
kemudian digiring keluar dari desa oleh kakek sakti yang didampingi dua perempuan tadi
diiringi dengan musik yang berbunyi “Dung” dan “krek”. Dari sinilah ritual ini dinamakan
“Dongkrek”. Bunyi “dung” berasal dari alat musik bedug dan bunyi “krek” berasal dari
alat korek yang berbentuk persegi dengan ujung tangkai kayu yang bergerigi yang ketika
digesek berbunyi “krek”.
“Pertunjukan dongkrek ini bermakna bahwa kebaikan akan selalu menang atas kejahatan,
maka perlulah anak-anak diwariskan warisan budaya yang sarat makna ini,” pungkas Rini.

Sumber: dokumentasi pribadi

Anda mungkin juga menyukai