Anda di halaman 1dari 20

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Kerangka Konseptual Penelitian

Fraktur Panggul

Klasifikasi

Diagnosis Yang Mendasari

Operasi Panggul

Usia Jenis Kelamin

Keterangan :

Variabel yang diteliti :

Variabel yang tidak diteliti :

Gambar 3.1: Kerangka Konseptual Penelitian

3.2 Penjelasan Kerangka Konseptual

35
Pemeriksaan dan tindakan medis yang dilakukan pada pasien fraktur panggul di RSUD

Nganjuk memberikan jejak pemeriksaan dan hasil tindakan berupa rekam medis pasien

fraktur panggul, rekam medis pasien fraktur panggul yang dipinjamkan RSUD Nganjuk

kepada peneliti akan dipergunakan sebagai bahan utama penelitian tentang profil fraktur

panggul. Setelah mengetahui rekam medis pasien fraktur panggul selanjutnya peneliti akan

mengidentifikasi dan mengklasifikasikan fraktur panggul berdasarkan literatur yang sesuai.

Setelah mengklasifikasi, mengidentifikasi dan mengetahui segala hal tentang fraktur panggul

dari rekam medis pasien maka selanjutnya peneliti akan melakukan observasi tentang

tindakan operasi panggul berdasarkan diagnosis orthopedi yang mendasari, setelah

didapatkan tindakan-tindakan operasi panggul yang pernah dilakukan di RSUD Nganjuk

Periode Januari 2004 – Desember 2018 peneliti akan membuat statistik pasien operasi

panggul berdasarkan usia dan jenis kelamin.

BAB IV

36
METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif observasional terhadap gambaran

Operasi Pangggul yang dilakukan di RSUD Nganjuk pada januari tahun 2004 hingga

desember 2018. Data diperoleh dari laporan operasi yang ditulis lengkap dari bulan ke bulan

atau rekam medis yang ada di RSUD Nganjuk. Data yang di ambil sesuai dengan kriteria

inklusi yang di butuhkan oleh peneliti.

4.2Alur Penelitian

Pengajuan Proposal Penelitian

Persetujuan Dokter Spesialis Pembimbing

Pengajuan Peminjaman Rekam Medik

Persetujuan Pihak RSUD Nganjuk

Pengumpulan Data ProfilPasien Operasi Panggul

Observasi dan Analisa Data Rekam Medis

Gambar 4.1 : Alur Penelitian


Penyajian Data

4.3 Rancangan Penelitian

37
Rekam Medik Pasien
Nomer Rekam Medik Operasi Panggul RSUD Tempat Tinggal
Nganjuk 2004-2018

Usia Diagnosis Jenis Kelamin

Tindakan Standar tindakan sesuai


literatur

Analisa Statistik Data

Keterangan :

Variabel yang di teliti :

Variabel tidak di teliti :

Alur :

Pembandingan :

Gambar 4.2 : Rancangan Penelitian

4.4 Populasi dan Sampel

38
4.4.1 Populasi

Merupakan seluruh pasien operasi panggul yang ada di RSUD Nganjuk pada

Januari 2004 hingga Desember 2018.

4.4.2 Sampel

Merupakan pasien pasien operasi panggul yang ada di RSUD Nganjuk pada

Januari 2004 hingga Desember 2018 yang sesuai dengan kriteria inklusi dari seluruh

rekam medik pasien operasi panggul yang ada di RSUD Nganjuk.

4.4.3 Cara Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara purposive yang memenuhi kriteria

inklusi. Kriteria inklusi pasien operasi panggul yang di ambil dari rekam medik di

RSUD Nganjuk diantaranya adalah diagnosis, tindakan, usia serta jenis kelamin.

4.5 Variabel Penelitian

Variabel penelitian yang akan di teliti dalam penelitian ini adalah gambaran

operasi panggul yang dilakukan di RSUD Nganjuk.

4.6 Operasional Penelitian

No. Variabel Keterangan Cara ukur Skala


1 Usia Usia pasien Melihat rekam Ordinal

medik
2 Jenis kelamin Jenis kelamin pasien Melihat rekam Nominal

medik
3 Diagnosis Diagnosis Orthopedi yang Melihat rekam Nominal

membuat pasien menjalani medik

operasi panggul
4 Tindakan Tindakan yang dilakukan Melihat rekam Nominal

39
berdasarkan diagnosis medik

orthopedi pada pasien

4.7 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah data rekam medik pasien operasi

panggul yang di lakukan di RSUD Nganjuk.

4.8 Tempat dan Waktu Penelitian

4.8.1 Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di RSUD Nganjuk, Kab. Nganjuk.

4.8.2 Waktu Penelitian

Waktu menurut rekam medis yang akan di teliti adalah mulai dari Maret 2020

4.9 Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengambilan data yang dilakukan adalah dengan pengumpulan berurutan

data sekunder pasien yang berupa rekam medik pasien operasi panggul yang ada di RSUD

Nganjuk pada Januari 2004 hingga Desember 2018.

4.10 Analisa Data

40
Data yang tersedia akan dianalisa secara desikriptif dengan menggunakan tabel dan

dinarasikan oleh peneliti berdasarkan tabel terkait.

BAB V

HASIL DAN ANALISIS

5.1 Hasil Penelitian

Pada penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, terlebih dahulu peneliti melakukan

proses perizinan kepada direktur dan kepala instalasi rekam medik RSUD Nganjuk untuk

mendapatkan perizinan untuk dilakukannya pengambilan data dan pelaksanaan penelitian

41
yang dilakukan di Rekam Medik RSUD Nganjuk. Peneliti melakukan peminjaman berkas

rekam medis pasien operasi panggul di RSUD Nganjuk pada bulan Januari 2004 sampai

dengan bulan Desember 2018. Data yang di ambil oleh peneliti berupa jenis kelamin pasien,

usia pasien, diagnosis serta tindakan yang dilakukan berdasarkan diagnosis orthopedi terkait.

Data yang didapatkan oleh peneliti berjumlah 339 rekam medis pasien operasi penggul pada

bulan januari 2004 sampai dengan Desember 2018 di RSUD Nganjuk.

5.1.1 Distribusi Jenis Kelamin

Berdasarkan data rekam medis pasien operasi panggul yang telah dikumpulkan oleh

peneliti maka didapatkan persebaran jenis kelamin pasien operasi panggul dari bulan Januari

2004 sampai dengan bulan Desember 2018 yaitu total pasien laki-laki adalah 125 dan jumlah

pasien perempuan adalah 214. Berikut adalah tabel persebaran atau jumlah jenis kelamin

pada masing-masing jenis tindakan operasi sendi panggul yang dapat di lihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1 : Distribusi Jenis Kelamin Pasien Operasi Panggul RSUD Nganjuk

Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total


Tindakan
AMP 33 87 120
AMP Bipolar 17 40 57
DHS 31 63 94
Platting Trochanter 20 11 31
Screwing 14 11 25
Screwing + Strut 3 1 4

Graft Fibula

42
Reposisi 4 1 5
Valgus Osteotomy 1 0 1
Debridement 2 0 2
Total 125 214 339

Data distribusi jenis kelamin pasien operasi panggul pada bulan Januari 2004 sampai

dengan bulan Desember 2018 di RSUD Nganjuk berdasarkan tabel 5.1 didapatkan pasien

laki-laki berjumlah 125 pasien (36,87%) sedangkan pasien perempuan berjumlah 214 pasien

(63,13%). Dari data tersebut jumlah dapat di lihat bahwa jumlah pasien operasi panggul yang

dilakukan pada perempuan lebih banyak daripada laki-laki. Hasil tersebut sejalan dengan apa

yang diukapkan oleh Kazley dan Bagchi (2020) dalam penelitiannya yaitu bahwa terdapat

sekitar 1,6 juta pasien dengan faktrur sendi panggul dan 70% diantaranya adalah pasien

wanita. Selain itu terdapat jugabeberapa penelitian lain yang sudah dilakukan sebelumnya,

seperti yang dilakukan oleh Sterling (2011) di 4 tempat yaitu New York (USA), Maryland

(USA), Denmark dan Scotland.Dari penelitian tersebut didapatkan perbandingan laki-laki dan

perempuan adalah sebagai berikut dimana di New York (USA) laki-laki 21%dan perempuan

79%, Maryland (USA) laki-laki 23% dan perempuan 77%, Denmark laki-laki 22% dan

perempuan 78%, Scotland laki-laki 27% dan perempuan 73%. Dari data penelitian oleh

Streling (2011) dapat di lihat dari keempat tempat pengambilan sampel didapatkan sekitar

73% sampai 78%, jika di ambil rata-rata keempat data tersebut didapatka rata-rata prosentase

pasien operasi panggul perempuan adalah 76,75%. Hasil rata-rata penelitian sterling tersebut

berbeda dengan hasil yang didapatkan peneliti di RSUD Nganjuk dimana prosentase pasien

operasi panggul perempuan hanya 63,13%. Kazley dan Bagchi (2020) mengatakan bahwa

kejadian fraktur sendi panggul memang tinggi pada perempuan dan lebih tinggi lagi pada

orang kaukasus. Selain itu Sterling (2011) juga mengatakan bahwa kejadian fraktur sendi

panggul pada perempuan pada ras kulit putih memang lebih tinggi di banding yang lain.

43
5.1.2 Distribusi Pasien Operasi Panggul Berdasarkan Rentang Usia

Berdasarkan data rekam medis pasien operasi panggul di RSUD Nganjuk didapatkan

persebaran rentang usia pasien operasi panggul yang berjumlah 339 pasien dari bulan Januari

2004 sampai dengan bulan Desember 2018 yang dapat di lihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2 Distribusi Usia Pasien Operasi Panggul di RSUD Nganjuk

Jenis Operasi Usia termuda Usia Tertua Rata-rata Usia


AMP 21 92 67,45
AMP Bipolar 25 87 68,51
DHS 15 92 68,92
Platting Trochanter 15 90 49,96
Screwing 12 90 33,96
Screwing + Strut 14 29 18,25

Graft Fibula
Reposisi 5 47 34
Valgus Osteotomy 20 0 20
Debridement 3 5 4

Berdasarkan data rentang usia keseluruhan pasien operasi panggul didapatkan usia

termuda pasien adalah 3 tahun dan usia tertua pasien adalah 92 tahun, namun analisa

persebaran usia yang akan di bahas pada penelitian kali ini bukan secara keseluruhan tetapi

akan di bahas rentang atau persebaran usia pada setiap jenis operasi dikarenakan usia

merupakan salah satu faktor pertimbangan untuk dilakukan suatu jenis tindakan operasi,

seperti apabila terdapat pasien usia muda dan tua yang memiliki diagnosis orthopaedi yang

44
sama maka akan sangat mungkin memliki jenis tindakan operasi yang berbeda.Pada jenis

tindakan operasi AMP, AMP Bipolar dan DHS rata-rata usia pasien semuanya diatas 65

tahun, dengan kata lain kebanyakan pasien yang dilakukan operasi-operasi ini adalah pasien

lansia. Shandilya et al. (2016) mengatakan bahwa kejadian fraktur collum femur sering

terjadi pada orang usia tua, hal tersebut sejalan dengan Somashekar et al. (2013) dimana

beliau mengatakan bahwa fraktur collum femur intracapsular sering terjadi pada usia lanjut,

selain itu dalam tulisannya beliau juga mengatakan bahwa AMP dan AMP Bipolar

merupakan salah satu terapi utama untuk fraktur collum femur pada pasien usia lanjut.

Bloomberg (2020) mengatakan bahwa penyebab fraktur collum femur berdasarkan usia

adalah pada usia muda sering disebabkan oleh high energy trauma dan pada orang tua sering

disebabkan oleh low energy trauma seperti jatuh terpeleset, maka dalam data yang diperoleh

peneliti terdapat usia termuda operasi pada AMP adalah 21 tahun dan AMP Bipolar adalah 25

tahun. Sedangkan DHS merupakan jenis operasi untuk fraktur panggul ekstrakapsuler.

Zarattini et al. (2015) mengatakan dalam tulisannya bahwa fraktur panggul ekstrakapsuler

dapat di terapi secara 2 macam yaitu extramedullary implant (salah satunya adalah DHS) dan

intramedullary implant. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan Mattison et al. (2018)

dimana diteliti sebanyak 10.548 pasien tentang epidemiologi fraktur panggung

ekstrakapsuler, dari penelitian tersebut didapatkan usia rata-rata adalah 82 tahun (± 11 tahun)

dan 69% diantaranya merupakan pasien perempuan. Dari hasil yang didapat peneliti pada

penelitian ini cukup sesuai dengan penelitian yang dilakukan Mattison yaitu rata-rata usia

pasien yang menjalani operasi DHS adalah 68,92 tahun. Sedangkan plating trocanter memang

biasa digunakan untuk pasien fraktur ekstrakapsuler yang berusia lebih muda. Sementara

screwing dan atau dengan strutgraft fibula didapati rata-rata usia 33,96 tahun dan 18,25

tahun, dari data mentah yang didapatkan oleh peneliti pasien dengan jenis operasi ini

memang lebih banyak yang berusia dewasa muda, remaja bahkan hingga anak-anak. John

45
Hopkins Medicine (2020) mengatakan bahwa jenis operasi pinning atau screwing umunya

dilakukan pada dewasa muda atau anak-anak, hal tersebut dikarenakan proses bone healing

pada rentang usia tersebut cukup bagus, berbeda dengan orang tua yang pada umumnya

dilakukan operasi unipolar maupun bipolar hemiarthroplasthy karena terdapat resiko

terjadinya avaskular nekrosis mengingat dari hasil penelitian ini memang kasus yang

terbanyak terjadi pada orang tua adalah fraktur collum femur.

5.1.3 Jenis tindakan beserta diagnosis orthopadi

Dari data yang sudah dikumpulkan oleh peneliti sejak Januari 2004 hingga Desember

2018, terdapat 10 jenis operasi panggul berdasarkan diagnosis orthopedi yang dijumpai di

lapangan. Berikut adalah kesepuluh jenis tindakan operasi panggul dan diagnosis orthopedi

yang mendasari.

Nama Operasi Diagnosa Jumlah Total


AMP CF Collum Femur 114
CF Caput Femur 1
CF Caput Femur + Dislokasi 1
Non Union Collum Femur 1 120
Dislocation of Prosthesis 1
Old dislocation of Hip 1
Coxitis 1
AMP Bipolar CF Collum Femur 45
Old Dislocation of Hip 2
CF Trochanter Femur 3 57
CF Intertrochanter Femur 3
CF Subtrochanter Femur 1
Neglected CF Collum Femur 3
DHS CF Trochanter Femur 31
CF Pretrochanter Femur 49
CF Intertrochanter Femur 5
CF Subtrochanter Femur 2 94
CF Femur 1/3 Proximal 2
CF Collum Femur 3
CF Collum Femur (Basiccervical 2
type)
Plating Trochanter CF Trochanter Femur 7
CF Pretrochanter Femur 7
CF Intertrochanter Femur 1 31
46
CF Subtrochanter Femur 11
CF Femur 1/3 Proksimal 5
Screwing CF Trochanter Femur 3
CF Pretrochanter Femur 1
CF Intertrochanter Femur 1
CF Femur 1/3 Proximal 1 25
CF Collum Femur 18
CF Acetabulum + Subluxatio art. 1
Coxae
Screwing + Strutgraft CF Collum Femur 3 4
Fibula Malunion Trochanter Femur 1
Reposisi Dislokasi Hip 4 5
Old Dislocation of Hip 1
Valgus Osteotomy Developmental Coxa Vara 1 1
Debridement Coxitis 1 2
Spondylitis Hip 1

Total 339

Dari data di atas didapatkan jenis operasi panggul terbanyak yang dilakukan di RSUD

Nganjuk dari Januari 2004 hingga Desember 2018 adalah AMP diikuti DHS yang kedua,

AMP Bipolar yang ketiga dan seterusnya. Pada dasarnya pada sub bab sebelumnya telah di

bahas bahwa kejadian fraktur sendi panggul sering terjadi pada orang dewasa tua maupun

lansia, hal ini berhubungan dengan etiology paling sering terjadinya fraktur panggul yaitu

kecelakaan karena jatuh. Seperti diungkapkan oleh Koval dan Zuckerman dalam Malanga et

al. (2016) bahwa kejadian fraktur collum femur pada usia tua paling sering terjadi pada

wanita dan paling sering disebabkan oleh low energy trauma seperti jatuh dan terpelintir.

Sedangkan AMP dan AMP Bipolar merupakan salah satu pilihan terapi untuk fraktur collum

femur, maka dari itulah yang membuat dua jenis operasi tersebut paling sering dilakukan

diikuti Dynamic Hip Screw (DHS) yang merupakan salah satu pilihan terapi untuk pasien

dengan fraktur panggul ekstrakapsuler. Untuk AMP 95% diagnosis orthopedi pasien adalah

CF Collum Femur, untuk DHS 92% diagnosis orthopedi pasien adalah CF Panggul

Ekstrakapsuler, sementara AMP Bipolar 84,2% pasien yang menjalani operasi tersebut

47
didiagnosis sebagai CF Collum Femur maupun Neglected CF Collum Femur, meskipun

terdapat angka yang cukup bermakna pada pasien dengan fraktur panggul ekstrakapsuler

yang terapi dengan AMP Bipolar yaitu sekitar 12,28%. Hal tersebut bukanlah sesuatu yang

tidak wajar ataupun kontradiktif, sebagaimana yang telah di tulis oleh Kumar et al. (2013)

yang menyatakan bahwa fraktur intertrochanter femur tidak stabil yang biasa disebabkan oleh

severe osteoporosis akan lebih baik diterapi dengan cemented hemi-arthroplasty.

Dominingues (2015) mendapati dalam hasil penelitiannya pada pasien yang menunggu

jadwal operasi total hip arthroplasty 20,7% memiliki osteoporosis dan 37,9% diantaranya

memiliki osteopenia. Tindakan plating pada trochanter dilakukan sebanyak 31 kali. Menurut

John Hopkins Medicine (2020) mengatakan bahwa operasi pinning panggul sering dilakukan

pada pasien dewasa muda hingga anak-anak, selain itu pinning juga dapat dipilih untuk terapi

fraktur collum femur yang tidak dijumpai adanya resiko avascular necrosis. Hal tersebut

sesuai dengan hasil yang di dapat oleh peneliti yaitu dimana operasi screwing sajadan disertai

strut graft fibula didominasi oleh pasien dewasa muda hingga anak-anak dan diagnosa CF

Collum Femur merupakan diagnosa orthopedi yang paling banyak pada jenis operasi ini yaitu

72,41%. Terdapat 4 kali tindakan strut graft fibula dimana 3 kasus atau 75% diantaranya

merupakan CF Collum Femur, hal tersebut sesuai dengan Elgeidi dan El-Negery (2017)dalam

penelitiannya yang menuliskan bahwa strut graft fibula sendiri biasa dilakukan pada pasien

dewasa muda hingga anak-anak yang mengalami Non-union CF Collum Femur. Untuk kasus

reposisi hip tentunya dilakukan pada pasien dengan diagnosa orthopedi dislokasi hip, seperti

pada data di atas dimana 100% tindakan reposisi panggul dilakukan pada kasus dislokasi

panggul. Untuk dislokasi panggul sebenarnya memiliki derajat tertentu, seperti pada

klasifikasi Thompson dan eipstein yang membagi dislokasi dalam 5 derajat. Sedangkan

Weatherford (2020) membagi dislokasi panggul dalam 2 jenis yaitu simpel dan kompleks,

dimana dislokasi panggul simpel adalah dislokasi panggul murni tanpa ada fraktur yang

48
menyertainya. Valgus osteotomy hanya pernah dilakukan satu kali yaitu dengan

pasiendevelopmental coxa vara. Developmental Coxae vera merupakan menurunnya sudut

shaft collum femur yang berhubungan dengan adanya defek osifikasi pada bagian collum

femur inferior, kondisi seperti ini berhubungan dengan terjadinya beberapa kondisi patologis

seperti Stress Fracture Collum Femur, pemendekan salah satu anggota gerak bawah dan

terjadinya osteoarthritis panggul dini (Watts, 2019). Terapi yang tepat untuk kasus

developmental coxa vara adalah valgus proximal femoral oeteotomy, namun tindakan operatif

tersebut juga ditentukan oleh klinis panggul, sudut shaft collum femur dan Hilgenreiner’s

epiphysial angle (Chotigavanichaya et al., 2014). Tindakan debridement hanya pernah

dilakukan 2 kali dalam rentang waktu 2004-2018, diagnosis yang mendasarinya adalah

adanya coxitis dan spondylitis panggul pada pasien. Terdapat 2 contoh lapuran kasus yang di

tulis oleh Bayusentono et al. (2019) dan Klein et al. (2012) tentang coxitis dimana didapakan

pasien perumpuan berusia 2 tahun dengan coxitis TB dextra dan pasien perempuan berusia 28

tahun dengan coxitis TB dextra juga, pada 2 kasus tersebut secara garis besar dilakukan

pemberian terapi yang sama yaitu dilakukan operasi debridement dengan kombinasi

pemberian Obat Anti Tuberculosis (OAT).

49
BAB VI

PEMBAHASAN

50
BAB VII

PENUTUP

7.1 Kesimpulan

7.2 Saran

51
DAFTAR PUSTAKA

Bayusentono, S. et al. 2019. Neglected Coxitis Tuberculosa Management in Childern.

[online]. Diakses di : https://media.neliti.com/media/publications/298920-neglected-

coxitis-tuberculosa-management-46c083dc.pdf (Pada 8 Mei 2020)

Bloomber. 2020. Femoral Neck Fractures. [Online]. Di akses di :

https://www.orthobullets.com/trauma/1037/femoral-neck-fractures (Pada 29 April

2020)

Chotigavanichayaet al. 2014. Result of Surgical Treatment of Coxa Vara in Children: Valgus

Osteotomy with Angle Blade Plate Fixation. [online]. Diakses di:

https://www.researchgate.net/publication/267814688_Results_of_surgical_treatment

_of_coxa_vara_in_children_Valgus_osteotomy_with_angle_blade_plate_fixation

(Pada 7 Mei 2020)

52
Domingues et al. 2015. Prevalence of Osteoporosis in Patients Awaiting Total Hip

Arthroplasty. [Online]. Di akses di:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4544518/ (Pada 4 Mei 2020)

Elgeidi dan El-Negery. 2017. Fibular Strut Graft for Nonunited Femoral Neck Fractures in

Children. [online]. Diakses di:

https://online.boneandjoint.org.uk/doi/full/10.1302/1863-2548-11-160221 (Pada 6

Mei 2020)

John Hopkins Medicine. 2020. Hip Pinning. [online]. Diakses di:

https://www.hopkinsmedicine.org/health/treatment-tests-and-therapies/hip-pinning

(Pada 5 Mei 2015)

Kazley dan Bagchi. 2020. Femoral Neck Fractures. [online]. Diakses di:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK537347/ (Pada 1 Mei 2020)

Klein. et al. 2012. Tuberculous Coxitis: Diagnostic Problems and Varieties of Treatment: A

Case Report. [online]. Diakses di:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3474948/# (Pada 8 Mei 2020)

Kumar et al. 2013. Bipolar Hemiarthroplasty in Unstable Intertrochanteric Fractures in

Elderly: A Prospective Study. [Online]. Di akses di :

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3782927/(Pada 4 Mei 2020)

Malanga et al. 2016. Femoral Neck Fractures. [Online]. Di akses di :

https://emedicine.medscape.com/article/86659-overview (Pada 4 Mei 2020)

Mattison et al. 2018. Epidemiology, Treatment and Mortality of Trochanteric and

Subtrochanteric Hip Fractures: Data from The Swedish Fracture Register. [Online].

53
Di akses di :

https://bmcmusculoskeletdisord.biomedcentral.com/articles/10.1186/s12891-018-

2276-3 (Pada 1 Mei 2020)

Shandilya et al. 2016. AMP Hemiarthroplasty in The Management of Intracapsular Fracture

Femur – Still Relevant in Present Era. [Online]. Di akses di :

http://njmdr.co.in/admin/upload/1502973462-sudhir.pdf (Pada 27 April 2020)

Somashekar et al. 2013. Treatment of Femoral Neck Fractures: Unipolar Versus Bipolar

Hemiarthroplasty. Di akses di:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4341030/ (Pada 29 April 2020)

Sterling. 2010. Gender and Race/Etnicity Differences in Hip Fracture Incidence, Morbidity,

Mortality, and Function. [Online]. Di akses di :

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3111795/ (Pada 27 April 2020)

Watts. 2019. Developmental Coxa Vara. [online]. Diakses di:

https://www.orthobullets.com/pediatrics/4041/developmental-coxa-vara (Pada 7 Mei

2020)

Wheatherford. 2020. Hip Dislocation. [online]. Diakses di:

https://www.orthobullets.com/trauma/1035/hip-dislocation (Pada 6 Mei 2020)

Zarattini et al. 2015. Intra-Pelvic Migration of Sliding Hip Screw During Osteosynthesis of

Hip Fracture: A Rare Avoidable Intraoperative Complication. Di akses di :

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4719392/ (Pada 30 April 2020)

54

Anda mungkin juga menyukai