BAB III1 Revisi
BAB III1 Revisi
KERANGKA KONSEPTUAL
Fraktur Panggul
Klasifikasi
Operasi Panggul
Keterangan :
35
Pemeriksaan dan tindakan medis yang dilakukan pada pasien fraktur panggul di RSUD
Nganjuk memberikan jejak pemeriksaan dan hasil tindakan berupa rekam medis pasien
fraktur panggul, rekam medis pasien fraktur panggul yang dipinjamkan RSUD Nganjuk
kepada peneliti akan dipergunakan sebagai bahan utama penelitian tentang profil fraktur
panggul. Setelah mengetahui rekam medis pasien fraktur panggul selanjutnya peneliti akan
Setelah mengklasifikasi, mengidentifikasi dan mengetahui segala hal tentang fraktur panggul
dari rekam medis pasien maka selanjutnya peneliti akan melakukan observasi tentang
Periode Januari 2004 – Desember 2018 peneliti akan membuat statistik pasien operasi
BAB IV
36
METODE PENELITIAN
Operasi Pangggul yang dilakukan di RSUD Nganjuk pada januari tahun 2004 hingga
desember 2018. Data diperoleh dari laporan operasi yang ditulis lengkap dari bulan ke bulan
atau rekam medis yang ada di RSUD Nganjuk. Data yang di ambil sesuai dengan kriteria
4.2Alur Penelitian
37
Rekam Medik Pasien
Nomer Rekam Medik Operasi Panggul RSUD Tempat Tinggal
Nganjuk 2004-2018
Keterangan :
Alur :
Pembandingan :
38
4.4.1 Populasi
Merupakan seluruh pasien operasi panggul yang ada di RSUD Nganjuk pada
4.4.2 Sampel
Merupakan pasien pasien operasi panggul yang ada di RSUD Nganjuk pada
Januari 2004 hingga Desember 2018 yang sesuai dengan kriteria inklusi dari seluruh
inklusi. Kriteria inklusi pasien operasi panggul yang di ambil dari rekam medik di
RSUD Nganjuk diantaranya adalah diagnosis, tindakan, usia serta jenis kelamin.
Variabel penelitian yang akan di teliti dalam penelitian ini adalah gambaran
medik
2 Jenis kelamin Jenis kelamin pasien Melihat rekam Nominal
medik
3 Diagnosis Diagnosis Orthopedi yang Melihat rekam Nominal
operasi panggul
4 Tindakan Tindakan yang dilakukan Melihat rekam Nominal
39
berdasarkan diagnosis medik
Instrumen penelitian yang digunakan adalah data rekam medik pasien operasi
Waktu menurut rekam medis yang akan di teliti adalah mulai dari Maret 2020
data sekunder pasien yang berupa rekam medik pasien operasi panggul yang ada di RSUD
40
Data yang tersedia akan dianalisa secara desikriptif dengan menggunakan tabel dan
BAB V
Pada penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, terlebih dahulu peneliti melakukan
proses perizinan kepada direktur dan kepala instalasi rekam medik RSUD Nganjuk untuk
41
yang dilakukan di Rekam Medik RSUD Nganjuk. Peneliti melakukan peminjaman berkas
rekam medis pasien operasi panggul di RSUD Nganjuk pada bulan Januari 2004 sampai
dengan bulan Desember 2018. Data yang di ambil oleh peneliti berupa jenis kelamin pasien,
usia pasien, diagnosis serta tindakan yang dilakukan berdasarkan diagnosis orthopedi terkait.
Data yang didapatkan oleh peneliti berjumlah 339 rekam medis pasien operasi penggul pada
Berdasarkan data rekam medis pasien operasi panggul yang telah dikumpulkan oleh
peneliti maka didapatkan persebaran jenis kelamin pasien operasi panggul dari bulan Januari
2004 sampai dengan bulan Desember 2018 yaitu total pasien laki-laki adalah 125 dan jumlah
pasien perempuan adalah 214. Berikut adalah tabel persebaran atau jumlah jenis kelamin
pada masing-masing jenis tindakan operasi sendi panggul yang dapat di lihat pada tabel 5.1.
Tabel 5.1 : Distribusi Jenis Kelamin Pasien Operasi Panggul RSUD Nganjuk
Graft Fibula
42
Reposisi 4 1 5
Valgus Osteotomy 1 0 1
Debridement 2 0 2
Total 125 214 339
Data distribusi jenis kelamin pasien operasi panggul pada bulan Januari 2004 sampai
dengan bulan Desember 2018 di RSUD Nganjuk berdasarkan tabel 5.1 didapatkan pasien
laki-laki berjumlah 125 pasien (36,87%) sedangkan pasien perempuan berjumlah 214 pasien
(63,13%). Dari data tersebut jumlah dapat di lihat bahwa jumlah pasien operasi panggul yang
dilakukan pada perempuan lebih banyak daripada laki-laki. Hasil tersebut sejalan dengan apa
yang diukapkan oleh Kazley dan Bagchi (2020) dalam penelitiannya yaitu bahwa terdapat
sekitar 1,6 juta pasien dengan faktrur sendi panggul dan 70% diantaranya adalah pasien
wanita. Selain itu terdapat jugabeberapa penelitian lain yang sudah dilakukan sebelumnya,
seperti yang dilakukan oleh Sterling (2011) di 4 tempat yaitu New York (USA), Maryland
(USA), Denmark dan Scotland.Dari penelitian tersebut didapatkan perbandingan laki-laki dan
perempuan adalah sebagai berikut dimana di New York (USA) laki-laki 21%dan perempuan
79%, Maryland (USA) laki-laki 23% dan perempuan 77%, Denmark laki-laki 22% dan
perempuan 78%, Scotland laki-laki 27% dan perempuan 73%. Dari data penelitian oleh
Streling (2011) dapat di lihat dari keempat tempat pengambilan sampel didapatkan sekitar
73% sampai 78%, jika di ambil rata-rata keempat data tersebut didapatka rata-rata prosentase
pasien operasi panggul perempuan adalah 76,75%. Hasil rata-rata penelitian sterling tersebut
berbeda dengan hasil yang didapatkan peneliti di RSUD Nganjuk dimana prosentase pasien
operasi panggul perempuan hanya 63,13%. Kazley dan Bagchi (2020) mengatakan bahwa
kejadian fraktur sendi panggul memang tinggi pada perempuan dan lebih tinggi lagi pada
orang kaukasus. Selain itu Sterling (2011) juga mengatakan bahwa kejadian fraktur sendi
panggul pada perempuan pada ras kulit putih memang lebih tinggi di banding yang lain.
43
5.1.2 Distribusi Pasien Operasi Panggul Berdasarkan Rentang Usia
Berdasarkan data rekam medis pasien operasi panggul di RSUD Nganjuk didapatkan
persebaran rentang usia pasien operasi panggul yang berjumlah 339 pasien dari bulan Januari
2004 sampai dengan bulan Desember 2018 yang dapat di lihat pada tabel 5.2.
Graft Fibula
Reposisi 5 47 34
Valgus Osteotomy 20 0 20
Debridement 3 5 4
Berdasarkan data rentang usia keseluruhan pasien operasi panggul didapatkan usia
termuda pasien adalah 3 tahun dan usia tertua pasien adalah 92 tahun, namun analisa
persebaran usia yang akan di bahas pada penelitian kali ini bukan secara keseluruhan tetapi
akan di bahas rentang atau persebaran usia pada setiap jenis operasi dikarenakan usia
merupakan salah satu faktor pertimbangan untuk dilakukan suatu jenis tindakan operasi,
seperti apabila terdapat pasien usia muda dan tua yang memiliki diagnosis orthopaedi yang
44
sama maka akan sangat mungkin memliki jenis tindakan operasi yang berbeda.Pada jenis
tindakan operasi AMP, AMP Bipolar dan DHS rata-rata usia pasien semuanya diatas 65
tahun, dengan kata lain kebanyakan pasien yang dilakukan operasi-operasi ini adalah pasien
lansia. Shandilya et al. (2016) mengatakan bahwa kejadian fraktur collum femur sering
terjadi pada orang usia tua, hal tersebut sejalan dengan Somashekar et al. (2013) dimana
beliau mengatakan bahwa fraktur collum femur intracapsular sering terjadi pada usia lanjut,
selain itu dalam tulisannya beliau juga mengatakan bahwa AMP dan AMP Bipolar
merupakan salah satu terapi utama untuk fraktur collum femur pada pasien usia lanjut.
Bloomberg (2020) mengatakan bahwa penyebab fraktur collum femur berdasarkan usia
adalah pada usia muda sering disebabkan oleh high energy trauma dan pada orang tua sering
disebabkan oleh low energy trauma seperti jatuh terpeleset, maka dalam data yang diperoleh
peneliti terdapat usia termuda operasi pada AMP adalah 21 tahun dan AMP Bipolar adalah 25
tahun. Sedangkan DHS merupakan jenis operasi untuk fraktur panggul ekstrakapsuler.
Zarattini et al. (2015) mengatakan dalam tulisannya bahwa fraktur panggul ekstrakapsuler
dapat di terapi secara 2 macam yaitu extramedullary implant (salah satunya adalah DHS) dan
intramedullary implant. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan Mattison et al. (2018)
ekstrakapsuler, dari penelitian tersebut didapatkan usia rata-rata adalah 82 tahun (± 11 tahun)
dan 69% diantaranya merupakan pasien perempuan. Dari hasil yang didapat peneliti pada
penelitian ini cukup sesuai dengan penelitian yang dilakukan Mattison yaitu rata-rata usia
pasien yang menjalani operasi DHS adalah 68,92 tahun. Sedangkan plating trocanter memang
biasa digunakan untuk pasien fraktur ekstrakapsuler yang berusia lebih muda. Sementara
screwing dan atau dengan strutgraft fibula didapati rata-rata usia 33,96 tahun dan 18,25
tahun, dari data mentah yang didapatkan oleh peneliti pasien dengan jenis operasi ini
memang lebih banyak yang berusia dewasa muda, remaja bahkan hingga anak-anak. John
45
Hopkins Medicine (2020) mengatakan bahwa jenis operasi pinning atau screwing umunya
dilakukan pada dewasa muda atau anak-anak, hal tersebut dikarenakan proses bone healing
pada rentang usia tersebut cukup bagus, berbeda dengan orang tua yang pada umumnya
terjadinya avaskular nekrosis mengingat dari hasil penelitian ini memang kasus yang
Dari data yang sudah dikumpulkan oleh peneliti sejak Januari 2004 hingga Desember
2018, terdapat 10 jenis operasi panggul berdasarkan diagnosis orthopedi yang dijumpai di
lapangan. Berikut adalah kesepuluh jenis tindakan operasi panggul dan diagnosis orthopedi
yang mendasari.
Total 339
Dari data di atas didapatkan jenis operasi panggul terbanyak yang dilakukan di RSUD
Nganjuk dari Januari 2004 hingga Desember 2018 adalah AMP diikuti DHS yang kedua,
AMP Bipolar yang ketiga dan seterusnya. Pada dasarnya pada sub bab sebelumnya telah di
bahas bahwa kejadian fraktur sendi panggul sering terjadi pada orang dewasa tua maupun
lansia, hal ini berhubungan dengan etiology paling sering terjadinya fraktur panggul yaitu
kecelakaan karena jatuh. Seperti diungkapkan oleh Koval dan Zuckerman dalam Malanga et
al. (2016) bahwa kejadian fraktur collum femur pada usia tua paling sering terjadi pada
wanita dan paling sering disebabkan oleh low energy trauma seperti jatuh dan terpelintir.
Sedangkan AMP dan AMP Bipolar merupakan salah satu pilihan terapi untuk fraktur collum
femur, maka dari itulah yang membuat dua jenis operasi tersebut paling sering dilakukan
diikuti Dynamic Hip Screw (DHS) yang merupakan salah satu pilihan terapi untuk pasien
dengan fraktur panggul ekstrakapsuler. Untuk AMP 95% diagnosis orthopedi pasien adalah
CF Collum Femur, untuk DHS 92% diagnosis orthopedi pasien adalah CF Panggul
Ekstrakapsuler, sementara AMP Bipolar 84,2% pasien yang menjalani operasi tersebut
47
didiagnosis sebagai CF Collum Femur maupun Neglected CF Collum Femur, meskipun
terdapat angka yang cukup bermakna pada pasien dengan fraktur panggul ekstrakapsuler
yang terapi dengan AMP Bipolar yaitu sekitar 12,28%. Hal tersebut bukanlah sesuatu yang
tidak wajar ataupun kontradiktif, sebagaimana yang telah di tulis oleh Kumar et al. (2013)
yang menyatakan bahwa fraktur intertrochanter femur tidak stabil yang biasa disebabkan oleh
Dominingues (2015) mendapati dalam hasil penelitiannya pada pasien yang menunggu
jadwal operasi total hip arthroplasty 20,7% memiliki osteoporosis dan 37,9% diantaranya
memiliki osteopenia. Tindakan plating pada trochanter dilakukan sebanyak 31 kali. Menurut
John Hopkins Medicine (2020) mengatakan bahwa operasi pinning panggul sering dilakukan
pada pasien dewasa muda hingga anak-anak, selain itu pinning juga dapat dipilih untuk terapi
fraktur collum femur yang tidak dijumpai adanya resiko avascular necrosis. Hal tersebut
sesuai dengan hasil yang di dapat oleh peneliti yaitu dimana operasi screwing sajadan disertai
strut graft fibula didominasi oleh pasien dewasa muda hingga anak-anak dan diagnosa CF
Collum Femur merupakan diagnosa orthopedi yang paling banyak pada jenis operasi ini yaitu
72,41%. Terdapat 4 kali tindakan strut graft fibula dimana 3 kasus atau 75% diantaranya
merupakan CF Collum Femur, hal tersebut sesuai dengan Elgeidi dan El-Negery (2017)dalam
penelitiannya yang menuliskan bahwa strut graft fibula sendiri biasa dilakukan pada pasien
dewasa muda hingga anak-anak yang mengalami Non-union CF Collum Femur. Untuk kasus
reposisi hip tentunya dilakukan pada pasien dengan diagnosa orthopedi dislokasi hip, seperti
pada data di atas dimana 100% tindakan reposisi panggul dilakukan pada kasus dislokasi
panggul. Untuk dislokasi panggul sebenarnya memiliki derajat tertentu, seperti pada
klasifikasi Thompson dan eipstein yang membagi dislokasi dalam 5 derajat. Sedangkan
Weatherford (2020) membagi dislokasi panggul dalam 2 jenis yaitu simpel dan kompleks,
dimana dislokasi panggul simpel adalah dislokasi panggul murni tanpa ada fraktur yang
48
menyertainya. Valgus osteotomy hanya pernah dilakukan satu kali yaitu dengan
shaft collum femur yang berhubungan dengan adanya defek osifikasi pada bagian collum
femur inferior, kondisi seperti ini berhubungan dengan terjadinya beberapa kondisi patologis
seperti Stress Fracture Collum Femur, pemendekan salah satu anggota gerak bawah dan
terjadinya osteoarthritis panggul dini (Watts, 2019). Terapi yang tepat untuk kasus
developmental coxa vara adalah valgus proximal femoral oeteotomy, namun tindakan operatif
tersebut juga ditentukan oleh klinis panggul, sudut shaft collum femur dan Hilgenreiner’s
dilakukan 2 kali dalam rentang waktu 2004-2018, diagnosis yang mendasarinya adalah
adanya coxitis dan spondylitis panggul pada pasien. Terdapat 2 contoh lapuran kasus yang di
tulis oleh Bayusentono et al. (2019) dan Klein et al. (2012) tentang coxitis dimana didapakan
pasien perumpuan berusia 2 tahun dengan coxitis TB dextra dan pasien perempuan berusia 28
tahun dengan coxitis TB dextra juga, pada 2 kasus tersebut secara garis besar dilakukan
pemberian terapi yang sama yaitu dilakukan operasi debridement dengan kombinasi
49
BAB VI
PEMBAHASAN
50
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
7.2 Saran
51
DAFTAR PUSTAKA
2020)
Chotigavanichayaet al. 2014. Result of Surgical Treatment of Coxa Vara in Children: Valgus
https://www.researchgate.net/publication/267814688_Results_of_surgical_treatment
_of_coxa_vara_in_children_Valgus_osteotomy_with_angle_blade_plate_fixation
52
Domingues et al. 2015. Prevalence of Osteoporosis in Patients Awaiting Total Hip
Elgeidi dan El-Negery. 2017. Fibular Strut Graft for Nonunited Femoral Neck Fractures in
https://online.boneandjoint.org.uk/doi/full/10.1302/1863-2548-11-160221 (Pada 6
Mei 2020)
https://www.hopkinsmedicine.org/health/treatment-tests-and-therapies/hip-pinning
Kazley dan Bagchi. 2020. Femoral Neck Fractures. [online]. Diakses di:
Klein. et al. 2012. Tuberculous Coxitis: Diagnostic Problems and Varieties of Treatment: A
Subtrochanteric Hip Fractures: Data from The Swedish Fracture Register. [Online].
53
Di akses di :
https://bmcmusculoskeletdisord.biomedcentral.com/articles/10.1186/s12891-018-
Somashekar et al. 2013. Treatment of Femoral Neck Fractures: Unipolar Versus Bipolar
Sterling. 2010. Gender and Race/Etnicity Differences in Hip Fracture Incidence, Morbidity,
2020)
Zarattini et al. 2015. Intra-Pelvic Migration of Sliding Hip Screw During Osteosynthesis of
54