Disusun oleh :
KELOMPOK TUTOR 6
Fakultas Keperawatan
Universitas Padjadjaran
2012
KATA PENGANTAR
Hiperbilirubinemia
SISTEM DIGESTIF II Tutor 7
Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas tutorial mata kuliah digestif II System.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai Hiperbilirubinemia.
Tak lupa penyusun ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
penyelesaian penulisan makalah ini, khususnya dosen kami ibu Siti Yuyun, bapak Irman
Somantri serta dosen-dosen lainnya.
Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan.
Oleh karena itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
dari para pembaca. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penyusun khususnya
dan bagi pembaca pada umumnya.
Kelompok 7
Kasus Pemicu
Hiperbilirubinemia
SISTEM DIGESTIF II Tutor 7
Bayi D seorang bayi laki-laki berusia 2 hari. BB 1900 gr, PB 47 cm, gravida 34 minggu, lahir
melalui SC. Dirawat di ruang perinatologi dengan alasan bayi tersebut tampak
ikterik/jaundice. Berdasarkan ikterometer secara subjektif berdasarkan skala kremer. Ikteri
terdapat di sklera dan wajah, dada, pusat bagian bawah sampai lutut. Bayi 2 dirawat terpisah
dengan ibunya. Kondisi ibu masih lemah setelah operasi. Dari pemfis terhadap bayi, tampak
bayi kurang, aktif, refleks sucking lemah, menangis lemah, dari palpasi didapatkan hepar
tidak teraba, ginjal teraba, S = 36,8, RR = 52, HR = 143x/menit.
Hasil lab; Hb 16,7, leukosit 5300, trombosit 109.000, MCV 102,3, MCH 38,4, MCHC 37,5,
gula darah sewaktu 64, gula darah puasa 71, bilirubin total 10,91, bilirubin direct 0,66 mg/dl.
STEP 1
4. Skala kremer
8. Bilirubin direct : bilirubin yang larut dalam air, dapat dikeluarkan dalam urin
9. SC : Sesio Caesaria
STEP 2
Hiperbilirubinemia
SISTEM DIGESTIF II Tutor 7
5. Penatalaksanaan bayi penderita Jaundice? Kenapa bayi dipisahkan dari ibunya? Prosedur
yang benar seperti apa?
8. Penyebab kekuningan?
STEP III
Hiperbilirubinemia
SISTEM DIGESTIF II Tutor 7
2. Karena lemah
4. 37 - 42 minggu
8. Hiperbilirubin
15. Darah tinggi, sesak nafas, bayi sungsang, tulang panggul kecil, tidak mau merasakan sakit,
tidak mau merubah organ
Learning Objektif
STEP V
Hiperbilirubinemia
Konsep Hiperbilirubinemia :
- Definisi
- Etiologi
- Manifestasi klinis
- Komplikasi
- Klasifikasi
- Pemeriksaan penunjang
- Penatalaksanaan
- Pencegahan
- prognosis
- Aspek legal etik
Hiperbilirubinemia
SISTEM DIGESTIF II Tutor 7
Patofisiologi
LO
ASKEP
STEP VII
Reporting
A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Ikterus terjadi apabila terdapat akumulasi bilirubin dalam darah. Pada sebagian
neonatus, ikterus akan ditemukan dalam minggu pertama kehidupannya.
Hiperbilirubinemia
SISTEM DIGESTIF II Tutor 7
Dikemukakan bahwa angka kejadian ikterus terdapat pada 60% bayi cukup bulan dan
pada 80% bayi kurang bulan. Ikterus ini pada sebagian lagi mungkin bersifat
patologik yang dapat menimbulkan gangguan yang menetap atau menyebabkan
kematian, karenanya setiap bayi dengan ikterus harus mendapat perhatian terutama
apabila icterus ditemukan dalam 24 jam pertama kehidupan bayi atau kadar bilirubin
meningkat lebih dari 5 mg/dl dalam 24 jam.
Proses hemolisis darah, infeksi berat, ikterus yang berlangsung lebih dari 1
minggu serta bilirubin direk lebih dari 1 mg/dl juga merupakan keadaan yang
menunjukkan kemungkinan adanya ikterus patologik. Dalam keadaan tersebut
penatalaksanaan ikterus harus dilakukan sebaik-baiknya agar akibat buruk ikterus
dapat dihindarkan.
Hiperbilirubinemia
SISTEM DIGESTIF II Tutor 7
2. Etiologi
Etiologi hiperbilirubin antara lain :
Hemolisis akibat inkompatibilitas gol. Darah ABO atau defisiensi
gangguan pembuluh darah
Perdarahan tertutup misalnya trauma kelahiran
Inkompatibilitas Rh
Hipoksia
Dehidrasi
Asidosis
Polisitemia
Prematur
ASI
Kelebihan produksi bilirubin
Gangguan kapasitas sekresi konjugasi bilirubin dalam hati
Beberapa penyakit
Genetic
Kurangnya enzim glukoroni transferase sehingga kadar bilirubin
meningkat
Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan
Hipoglikemia
Faktor Maternal
Ras atau kelompok etnik tertentu (Asia, Native American,Yunani)
Komplikasi kehamilan (DM, inkompatibilitas ABO dan Rh)
Penggunaan infus oksitosin dalam larutan hipotonik
Hiperbilirubinemia
SISTEM DIGESTIF II Tutor 7
ASI
Faktor Perinatal
Trauma lahir (sefalhematom, ekimosis)
Infeksi (bakteri, virus, protozoa)
Faktor Neonatus
Prematuritas
Faktor genetic
Polisitemia
Obat (streptomisin, kloramfenikol, benzyl-alkohol, sulfisoxazol)
Rendahnya asupan ASI
Hipoglikemia
Hipoalbuminemia
3. Manifestasi Klinis
Secara umum gejala dari penyakit hiperbilirubin ini antara lain:
Pada permukaan tidak jelas, tampak mata berputar-putar
Letargi
Kejang
Tidak mau menghisap
Dapat tuli, gangguan bicara, retardasi mental
Bila bayi hidup pada umur lanjut disertai spasme otot, kejang, stenosis yang disertai
ketegangan otot
Perut membuncit
Pembesaran pada hati
Feses berwarna seperti dempul
Ikterus
Muntah, anoreksia, fatigue, warna urin gelap.
Terdapat ikterus pada sklera, kuku/kulit dan membran mukosa.
Hiperbilirubinemia
SISTEM DIGESTIF II Tutor 7
Jaundice yang tampak 24 jam pertama disebabkan penyakit hemolitik pada bayi baru
lahir, sepsis atau ibu dengan diabetik atau infeksi.
Jaundice yang tampak pada hari ke 2 atau 3 dan mencapai puncak pada hari ke 3-4 dan
menurun hari ke 5-7 yang biasanya merupakan jaundice fisiologi.
b. Gejala kronik :
Tangisan yang melengking (high pitch cry) meliputi hipertonus dan opistonus (bayi
yang selamat biasanya menderita gejala sisa berupa paralysis serebral dengan atetosis,
gengguan pendengaran, paralysis sebagian otot mata dan displasia dentalis).
Sedangakan menurut Handoko (2003) gejalanya adalah warna kuning (ikterik) pada
kulit, membrane mukosa dan bagian putih (sclera) mata terlihat saat kadar bilirubin
darah mencapai sekitar 40 μmol/l.
4. Klasifikasi
a. Ikterus fisiologis
- Timbul pada hari ke 2 atau ke 3 tampak jelas pada hari ke 5-6 dan menghilang
pada hari ke 10
- Bayi tampak biasa, minum baik, berat badan naik biasa
- Penyebab ikterus fisiologis diantaranya karena kekurangan protein Y dan Z, enzim
glukoronyl transferse yang belum cukup jumlahnya
b. Ikterus patologis
- Ikterus timbu dalam 24 jam pertama kehidupan, serum bilirubin total >12mg%
- Peningkatan kadar bilirubin 5mg% atau lebih selama 24jam
- Ikterus yang disertai proses hemolisis (inkompabilitas darah, defisiensi enzim
G6PD, sepsis)
5. Komplikasi
Hiperbilirubinemia
SISTEM DIGESTIF II Tutor 7
6. Pemeriksaan diagnostik
Hiperbilirubinemia
SISTEM DIGESTIF II Tutor 7
7. Penatalaksanaan
Hiperbilirubinemia
SISTEM DIGESTIF II Tutor 7
1. Baringkan bayi telanjang, hanya genitalia yang ditutup ( maksmal 500 jam ) agar
sinar dapat merata ke seluruh tubuh.
2. Kedua mata ditutup dengan penutup yang tidak tembus cahaya. Dapat dengan kain
kasa yang dilipat lipat dan dibalut. Sebelumnya katupkan dahulu kelopak matanya.
( untuk mencegah kerusakan retina )
3. Posisi bayi sebaiknya diubah ubah, telentang, tengkurap, setiap 6 jam bila
mungkin, agar sinar merata.
4. Pertahankan suhu bayi agar selalu 36,5 37 C, dam observasi suhu tiap 4- 6 jam
sekali. Jika terjadi kenaikan suhu matikan sebentar lampunya dan bayi diberikan
banyak minum. Setelah 1 jam kontrol kembali suhunya. Jika tetap hubungi dokter.
5. Perhatikan asupan cairan agar tidak terjadi dehidrasi dan meningkatkan suhu tubuh
bayi.
6. Pada waktu memberi bayi minum, dikeluarkan, dipangku, penutup mata dibuka.
Perhatikan apakah terjadi iritasi atau tidak.
7. Kadar bilirubin diperiksa setiap 8 jam setelah pemberian terapi 24 jam
8. Bila kadar bilirubin telah turun menjadi 7,5 mg % atau kurang, terapi dihentikan
walaupun belum 100 jam.
9. Jika setelah terapi selama 100 jam bilirubin tetap tinggi / kadar bilirubin dalam
serum terus naik, coba lihat kembali apakah lampu belum melebihi 500 jam
digunakan. Selanjutnya hubungi dokter. Mungkin perlu transfusi tukar.
10. Pada kasus ikterus karena hemolisis, kadar Hb diperiksa tiap hari.
Hiperbilirubinemia
SISTEM DIGESTIF II Tutor 7
3. Timbul kelainan kulit sementara pada daerah yang terkena sinar ( berupa kulit
kemerahan ) tetapi akan hilang jika terapi selesai.
4. Gangguan retina jika mata tidak ditutup.
5. Kenaikan suhu akibat sinar lampu. Jika hal ini terjadi sebagian sinar lampu
dimatikan terapi diteruskan. Jika suhu naik terus lampu semua dimatikan
sementara, bayi dikompres dingin, dan berikan ektra minum.
6. Komplikasi pada gonad yang menurut dugaan dapat menimbulkan kelainan
( kemandulan ) tetaapi belum ada bukti.
7. Transfusi tukar.
b. Transfusi Pengganti
c. Therapi Obat
Phenobarbital dapat menstimulus hati untuk menghasilkan enzim yang meningkatkan
konjugasi bilirubin dan mengekskresikannya. Obat ini efektif baik diberikan pada ibu
hamil untuk beberapa hari sampai beberapa minggu sebelum melahirkan. Penggunaan
Phenobarbital pada post natal masih menjadi pertentangan karena efek sampingnya
Hiperbilirubinemia
SISTEM DIGESTIF II Tutor 7
8. Pencegahan
Menghindari obat yang dapat meningkatkan ikterus pada bayi dan masa
kehamilan dan kelahiran, contoh :sulfaforazol, novobiosin, oksitosin
Pencegahan infeksi
9. Prognosis
Hiperbilirubin baru akan berpengaruh bentuk apabila bilirubin indirek telah
melalui sawar otak, penderita mungkin menderita kernikterus atau ensefalopati
biliaris, gejala ensefalopati pada neonatus mungkin sangat ringan dan hanya
memperlihatkan gangguan minum, letargi dan hipotonia, selanjutnya bayi
mungkin kejang, spastik dan ditemukan opistotonis. Pada stadium mungkin
didapatkan adanya atitosis didan ditemukan opistotonis. Pada stadium mungkin
didapatkan adanya atitosis disertai gangguan pendengaran atau retardasi mental di
hari kemudian.
Hiperbilirubinemia
SISTEM DIGESTIF II Tutor 7
Prinsip legal dan etik untuk mengatasi pasien dengan penyakit ini:
1. Accountability
Perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap segala tindakan
yang dilakukan. Pada kasus semua kasus, perawat bertanggung jawab atas
mulai dari proses pengkajian, membuat diagnosa keperawatan, intervensi
keperawatan hingga segala informasi mengenai asuhan keperawatan yang di
lakukan, baik sebelum, saat dan pasca intervensi yaitu evaluasi. Tanggung
jawab mengacu pada pelaksanaan tugas yang di kaitkan dengan peran tertentu
perawat. Tanggung gugat artinya dapat memberikan alasan atas
tindakannya.seorang perawat bertanggung gugat atas dirinya sendiri, klien,
profesi, atasan, dan masyarakat. Jika dosis medikasi salah di berikan, perawat
bertanggung gugat pada klien yang menerima medikasi tersebut. Untuk
melakukan tanggung gugat, perawat harus bertindak menurut kode etik
professional. Jika suatu kesalahan terjadi, perawat melaporkannya dan
memulai perawatan untuk mencegah trauma lebih lanjut. Tanggung jawab
memicu evaluasi efektivitas perawat dalam praktik. Tanggung gugat
professional memiliki tujuan sebagai berikut:
Untuk mengevaluasi praktisi professional baru dan mengkaji ulang
yang telah ada
Untuk mempertahankan standar perawatan kesehatan
Untuk memudahkan refleksi pribadi, pemikiran etis, dan pertumbuhan
pribadi pada pihak professional perawatan kesehatan
Untuk memberikan dasar pengambilan keputusan etis
2. Confidentiality
Prinsip etika dasar yang menjamin kemandirian klien. Perawat menghindari
pembicaraan mengenai kondisi klien dengan siapapun yang tidak secara langsung
terlibat dalam perawatan klien. Perawat selelu menjaga kerahasiaan info yang
berkaitan dengan kesehatan pasien termasuk info yang tertulis, verbal dsb. Jika
Hiperbilirubinemia
SISTEM DIGESTIF II Tutor 7
Hiperbilirubinemia
SISTEM DIGESTIF II Tutor 7
7. Fidelity (Setia)
Prinsip kesetiaan menyatakan bahwa perawat harus memegang janji yang di buatnya
kepada klien. Jadi, ketika seseorang jujur dan memegang janji yang di buatnya, rasa
percaya yang sangat penting dalam hubungan perawat-klien akan terbentuk. Fidelity
berarti setia terhadap kesepakatan dan tanggung jawab yang dimikili oleh seseorang
perawat. Pada kasus , perawat harus memegang janji yang telah di bicarakan
sebelumnya kepada klien.
8. Veracity (Kebenaran)
Veracity mengacu pada mengatakan kebenaran. Prinsip mengatakan yang sebenarnya
mengarahkan praktisi untuk menghindari melakukan kebohongan pada klien atau
menipu merekan. Pada kasus, perawat harus berkata jujur.
Patofisiologi
Hiperbilirubinemia
SISTEM DIGESTIF II Tutor 7
eritrosit lisis sebelum waktunya Sel-sel belum matang ke jaringan metabolisme sel
Masuk ke sirkulasi
Billirubin plasma
stress Fototerapi
kehilangan cairan
Resiko injuri
Hiperbilirubinemia
SISTEM DIGESTIF II Tutor 7
.
1 DO: kulit sklera Bayi hiperbillirubinemia Resiko tinggi
kuning, kadar kekurangan volume
billirubin Fototerapi cairan
meningkat, refleks
sucking lemah Terjadi proses evaporasi
DS: -
Kehilangan cairan
Learning Objektif
Dampak bayi prematur :
Biasanya bb rendah
Hiperbilirubinemia
SISTEM DIGESTIF II Tutor 7
Gangguan otak
Bila gagal napas dibiarkan saja, bukan tak mungkin akibat yang lebih serius akan
dialami bayi prematur. Contohnya kerusakan pada otak yang merupakan organ
tubuh yang vital.
Sebelum lahir, ada pembuluh darah yang digunakan bayi untuk bernapas.
Pembuluh darah ini seharusnya menutup dengan sendirinya begitu bayi lahir.
Namun karena lahir prematur, bisa jadi pembuluh darah tersebut tetap terbuka,
sehingga menimbulkan serangkaian masalah.
Saluran cerna yang belum matang juga akan menimbulkan dampak pada bayi
prematur. Ditambah lagi refleks isap dan kemampuan menelannya yang belum
berfungsi dengan baik. ASI bisa diberikan melalui pipet plastik bila bayi belum
kuat mengisap langsung dari ibunya. Setelah lahir, sebaiknya si bayi tidak
dipuasakan terlalu lama. Idealnya, sekitar 24-72 jam pertama ia sudah mendapat
tambahan nutrisi. Bila perlu, manfaatkan cairan infus.
Hiperbilirubinemia
SISTEM DIGESTIF II Tutor 7
infeksi
Kalau bayi cukup bulan saja berkemungkinan memiliki daya tahan tubuh yang
relatif masih rendah, apalagi bayi yang lahir prematur. Salah satu masalah yang
mungkin timbul adalah mudahnya terkena infeksi.
Morbiditas kesakitan pada ibu termasuk kejang eklamsia, perdarahan otak, edema
paru, gagal ginjal akut dan pengumpalan/pengentalan darah di dalam pembuluh darah.
1. Hipertensi kronik
Tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg yang diukur setelah beristirahat selama 5-
10 menit dalam posisi duduk, yang telah di diagnosis sebelum kehamilan terjadi
atau hipertensi yang timbul sebelum mencapai usia kehamilan 20 minggu.
2. Preeklamasia-eklamasia
Peningkatan tekanan darah yang baru timbul setelah usia kehamilan mencapai 20
minggu, disertai dengan penambahan berat badan ibu yang cepat akibat
membengkakdan pada pemeriksaan laboratorium di jumpai protein dalam air seni.
eklamasia : disertai dengan kejang
Hiperbilirubinemia
SISTEM DIGESTIF II Tutor 7
4. Hipertensi gestasional
Hipertensi pada kehamilan yang timbul pada trimester akhir kehamilan, namun
tanpa disertai gejala dan tanda preeklamasia, bersifat sementara dan tekanan darah
kembali normal setelah melahirkan (post partum).
kehamilan Normal
Rumusan yg baku dalam ilmu kebidanan yaitu rumus Naegele yg sudah dijelaskan
oleh TS Inge, berdasarkan siklus haid yg 28 hari, rumus ini dapat dikembangkan
sesuai siklus haid sang wanita, bila misalnya siklus 35 hari maka rumus dasar +7-3,
diganti +14-3, bila 30 hari +9-3 dst.
Usia kehamilan normal adalah 40 minggu = 280 hari = 9 bulan 10 hari spt kebiasaan
orang awam.
Disebut matur atau cukup bulan adalah diantara rentang 37 - 42 minggu , bila kurang
37 mg disebut prematur atau kurang bulan , bila lebih 42 mg disebut post-matur atau
serotinus.
ASUHAN KEPERAWATAN
I. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
Hiperbilirubinemia
SISTEM DIGESTIF II Tutor 7
Nama : Bayi D
Umur : 2 hari
Jenis kelamin : Laki-laki
Gravida : 34 minggu, lahir melalui SC
Alamat :-
Agama :-
Pekerjaan :-
Pendidikan :-
Tanggal masuk dirawat :-
Tanggal pengkajian :-
Diagnosa medis : Hiperbilirubinemia
b. Riwayat kesehatan
1. Riwayat kehamilan : bayi D dilahirkan dengan usia kehamilan 34 minggu,
lahir melalui SC, dengan berat badan 1900 gram dan tinggi badan 47 cm.
2. Riwayat persalinan : bayi D dilahirkan secara SC pada usia kehamilan 34
minggu.
3. Riwayat post natal : bayi nampak ikterik di sklera mata dan wajah, dada –
pusat bagian bawah sampai lutut.
4. Riwayat kesehatan sekarang :
P:-
Q:-
R:-
S:-
T:-
5. Riwayat masa lalu :-
6. Riwayat kesehatan keluarga : -
7. Psikologi :-
8. Lingkungan :-
9. Sosial budaya :-
10. Biologis :-
11. Pola hidup :-
Hiperbilirubinemia
SISTEM DIGESTIF II Tutor 7
c. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
- Tanda Tanda Vital:
Suhu 36,8 , RR 52, HR 143x/menit
- Inspeksi :
Tampak ikterik terdapat di sklera mata dan wajah, dada-pusat bagian
bawah sampai lutut
- Palpasi :
Hepar tidak teraba dan ginjal teraba
- Perkusi :-
- Auskultasi :
Heart rate 143x/menit
2. Kepala : pada sklera dan wajah tampak ikterik
3. Leher :-
4. Dada : tampak ikterik
5. Abdomen : tampak ikterik
6. Ekstremitas :-
d. Pemeriksaan penunjang :
Hasil pemeriksaan lab :
Hb neonatus : 16,7 (normal : 14-27 gram/dL)
Leukosit : 5300 (normal : 9000 – 30.000/mm³)
Trombosit 109.000 (normal :140.000 – 450.000/mm³)
MCV (Mean Corpuscular volume) : 102,3 (normal : 80-98 femoliter)
MCH (Mean Corpuscular Haemoglobin) : 38,4 (normal : 27-31 femoliter)
MCHC (Mean Corpuscular haemoglobin concentrate) : 37,5 (normal : 32-
37 femoliter)
Biliruin direct : 0,66 mg/dL (normal : 0,1 - 0,4 mg/dL)
Bilirubin indirect : - (normal : 0,3 – 1,1 mg/dL)
Gula darah puasa bayi baru lahir : 71 (normal : 30-80 mg/dL)
e. Terapi :-
Hiperbilirubinemia
SISTEM DIGESTIF II Tutor 7
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d. kehilangan cairan yang tidak tampak
secara kasat mata serta dehidrasi akibat fototerapi.
Perubahan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh b.d. kelemahan d.d. reflect sucking
yang lemah.
Kerusakan integritas kulit b.d. joundice d.d. kulit di sekitar daerah wajah dan dada
tampak kuning.
1. Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d. kehilangan cairan yang tidak tampak
secara kasat mata serta dehidrasi akibat fototerapi.
Tujuan: Setelah dilakukan perawatan 2x24 jam klien menunjukan keadaan hidrasi
tubuh yang adekuat dengan kriteria hasil: turgor kulit baik, membran mukosa lembab,
tanda-tanda vital normal.
Tindakan Intervensi
Mandiri
Pantau masukan dan haluaran Peningkatan kehilangan air melalui
cairan ; timbang BB bayi 2x sehari. feses dan evaporasi dapat
menyebabkan dehidrasi.
Perhatikan tanda-tanda dehidrasi Merupakan indikasi terjadinya
(penurunan haluaran urine, fontanel dehidrasi.
tertekan, kulit hangat atau kering
dengan turgor buruk dan mata
cekung).
Pertahankan warna dan frekuensi Feses yang encer meningkatkan
defekasi & urine. resiko kehilangan cairan akibat
pengeluaran cairan berlebih.
Tingkatkan masukan cairan peroral Meningkatkan input cairan.
sedikitnya 25%. Beri air diantara
menyusui atau memberi susu botol.
Pantau turgor kulit. Merupakan indikator adanya
Hiperbilirubinemia
SISTEM DIGESTIF II Tutor 7
2. Perubahan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh b.d. kelemahan d.d. reflect sucking
yang lemah.
Tujuan: Setelah dilakukan perawatan 2x24 jam status nutrisi klien baik dengan kriteria
hasil: pasien mennjukan berat badan stabil atau penambahan BB progresif ke arah
tujuan dengan normalisasi nilai lab dan bebas dari tanda malnutrisi.
Intervensi Rasional
Mandiri
Kaji status nutrisi secara kontinu, Memberikan kesempatan untuk
selama perawatan setiap hari, mengobservasi penyimpangan dari
perhatikan tingkat energi; kondisi normal/ dasar pasien dan
kulit, kuku, rambut, rongga mulut, mempengaruhi pilihan intervensi.
keinginan untuk makan/anoreksia.
Timbang berat badan setiap hari dan Membuat data dasar, membnatu
bandingkan dengan berat badan saat dalam memantau keefektifan aturan
penerimaan. terapeutik.
Dokumentasikan masukan oral Mengidentifikasi
selama 24 jam, riwayat makanan, ketidakseimbangan antara perkiraan
jumlah kalori dengan tepat. kebutuhan nutrisi dan masukan
aktual.
Kolaborasi pemberian cairan Pemberian cairan memperbaiki atau
parenteral sesuai dengan indikasi. mencegah dehidrasi berat.
3. Kerusakan integritas kulit b.d. joundice d.d. kulit di sekitar daerah wajah dan dada
tampak kuning.
Tujuan: Setelah dilakukan perawatan 2x24 jam keadaan ulit bayi membaik dengan
kriteria hasil: kadar billirubin dalam batas normal, keadaan kulit bayi normal.
Intevensi Rasional
Hiperbilirubinemia
SISTEM DIGESTIF II Tutor 7
Daftar Pustaka
Alpers, Ann. Buku Ajar Pediatri Rudolph. Ed.20. Vol. 2. 2007. Jakarta : EGC
Behrman, Richard E. 2010. Esensi Pediatri Nelson. Ed. 4. Jakarta EGC
Biddulph, Jhon & Jhon Stace. 1999. Child Health For Health Extention Officers and Nurses
in Papua New Guinea. Ed. 4. Yogyakarta : Gadjah mada University Press
Brough, Helen. 2008. Rujukan Cepat pediatri & Kesehatan Anak. Jakarta : EGC
Carwin, Elizabeth.2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.
Haws, Paulette S. 2008. Asuhan Neonatus : Rujukan Cepat. Jakarta : EGC
Marylin E. Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedoketran
EGC.
Prawirohardjo, S. (2009). Ilmu Kebidanan. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta.
Schwartz, M. William. 2005. Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta : EGC
Silbernagl, Stefan et.al. 2000. Color Atlas of Patophysiology. New York : Thieme.
Wong, Donna L. 2009. Buku Ajar keperawatan Pediatri Wong. Ed.6. vol.2. Jakarta : EGC
Hiperbilirubinemia
SISTEM DIGESTIF II Tutor 7
http://www.scribd.com/doc/75871501/askep-hiperbilirubinemia-pada-bayi
http://asusio.wordpress.com/asuhan-keperawatan/askep-pada-kasus-bayi-hiperbilirubinemia/
http://banusmadur-nauk.blogspot.com/2011/04/askep-hyperbilirubyn.html
http://dedysubandi.multiply.com/journal/item/77?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal
%2Fitem
Hiperbilirubinemia