A. LATAR BELAKANG
1. Dasar Hukum
a. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
b. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa
c. Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
d. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 Tahun 2016 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan pendekatan keluarga
3. Gambaran Umum
a. Definisi Operasional
Gangguan kesehatan mental yang ditandai dengan
suasana hati yang terus tertekan atau kehilangan minat dalam beraktivitas
dan menyebabkan penurunan yang sangat signifikan.
sosialisasi adalah upaya memasyarakatkan sesusatu
sehingga menjadi dikenal, dipahami, dihayati masyarakat. Tujuan dari
program ini adalah memberikan pelayanan bagi penderita ODGJ.
b. Latar Belakang
Sehat adalah keadaan sejahtera, fisik mental dan social dan tidak sekedar
terbebas dari keadaan cacat dan kematian. Perubahan pesat dari
masyarakat agraris ke industri dampaknya, keadaan ini sangat rawan
terjadi masalah kesehatan jiwa. Gangguan kesehatan jiwa menimbulkan
penderitaan yang mendalam bagi individu dan keluarganya, baik mental
maupun materi.
Pengetahuan dan stigma masyarakat terhadap penderita jiwa dianggap
hina dan memalukan. Pemahaman yang masih kurang tentang kesehatan
jiwa diberbagai kalangan, didukung mayoritas oleh faktor kemiskinan
keluarga. Dengan masalah diatas maka diadakan program ODGJ di UPT
Puskesmas Laulalang. Puskesmas menjadi tempat pertama dalam
pelayanan ODGJ yang kemudian dilanjutkan dengan berobat jalan di
RSUD.
B. PENERIMA MANFAAT
Penerima manfaat dari kegiatan pelayanan pasien ODGJ adalah
terlayaninya setiap pasien yang menderita gangguan jiwa
C. STRATEGI PENCAPAIAN KELUARAN
PENDIDIKAN GIZI (Sosialisasi Pemberian Makanan Bayi dan Anak
(PMBA) pada ibu hamil dan ibu balita.
a. Tujuan
Meningkatkan derajat kesehatan jiwa untuk wilayah kerja UPT Puskesmas
Laulalang. Serta meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
masyarakat tentang kesehatan jiwa
b. Pelaksana
Pemegang program ODGJ UPT Puskesmas Laulalang
c. Tahapan, Pelaksana dan Waktu Pelaksanaan
Tahapan pelaksanaan Sosialisasi Pemberian Makanan Bayi dan Anak
(PMBA) pada ibu hamil dan ibu balita :
Asri A.Hi.Rauf,A.Md.Kep
Nip. 19680118 198803 1 004
A. LATAR BELAKANG
1. Dasar Hukum
a. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
b. Peraturan Pemerintah Nomor :38 Tahun 2007 tentang Urusan Wajib Bidang
Kesehatan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah Provinsi dan
Kabupaten/Kota
c. Peraturan Presiden RI Nomor 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional
Percepatan Perbaikan Gizi
d. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional Tahun 2015 – 2019
e. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Standar Teknis
Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan
f. Surat Edaran Dirjen Kesehatan Masyarakat Nomor : HK.02.02/V/407/2017
tentang Pemberian Suplementasi Gizi PMT Ibu Hamil, PMT Anak Balita dan PMT
Anak Sekolah
g. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 51 Tahun 2016 tentang
Standar Produk Suplementasi Gizi
2. Tugas dan Fungsi Unit Kerja Terkait dan/atau Penugasan Tambahan
e. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 64 Tahun 2015
tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan RI (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1508)
f. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Nomor 06
Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas–Dinas
Daerah Provinsi Sulawesi Tengah (Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Tengah
Tahun 2008 Nomor 06);
g. Peraturan Gubernur Sulawesi Tengah Nomor 13 Tahun
2009 tentang Uraian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Daerah
Provinsi Sulawesi Tengah.
h. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 43 Tahun 2019 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
3. Gambaran Umum
a. Definisi Operasional
Ibu Hamil KEK adalah ibu hamil Kekurangan Energi Kronikyang diketahui dari
hasil pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA) < 23,5 cm.
Balita kurus adalah balita yang berdasarkan hasil pengukuran berat badan
menurut panjang badan/tinggi badan < - 2 SD (Standar Deviasi)
Balita Stunting adalah balita yang berdasarkan hasil pengukuran panjang
badan atau tinggi badan menurut umur < -2 SD (Standar Deviasi)
Balita buruk adalah balita yang berdasarkan hasil pengukuran berat badan
menurut panjang badan/tinggi badan < - 3 SD (Standar Deviasi) dan atau
disertai gejala klinis (kwashiorkor, marasmus, marasmus-kwashiorkor)
Makanan Tambahan (MT) Pemulihan adalah makanan tambahan yang
diberikan untuk meningkatkan status gizi pada sasaran
Makanan Tambahan (MT) Balita adalah suplementasi gizi berupa
makanantambahan dalam bentuk biskuit dengan formulasi khusus dan
difortifikasi dengan vitamin dan mineral yang diberikan kepada anak balita usia
6-59 bulan, dan prioritas dengan kategori kurus untuk mencukupi kebutuhan
gizi.
Makanan tambahan pemulihan dapat berupa pabrikan dan lokal. PMT
pemulihan pabrikan merupakan yaitu makanan pendamping ASI dalam bentuk
biskuit yang mengandung 10 vitamin dan 7 mineral. Biskuit hanya untuk anak
usia 12 – 24 bulan melalui pengadaan Departemen Bina Gizi Masyarakat
Depkes RI, dengan nilai gizi : energi total 180 kkal, lemak 6 gram, protein 3 gr.
Jumlah persajinya mengandung 29 gr karbohidrat total, 2 gr serat pangan, 8 gr
gula dan 120 mg natrium.
PMT pemulihan berbasis bahan makanan lokal ada dua jenis yanitu berupa
Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) untuk bayi dan anak usia 6 – 23
bulan ) dan makanan tambahan untuk pemulihan anak balita 24-59 bulan
berupa makanan keluarga.
PMT Penyuluhan adalah makanan tambahan yang diberikan kepada balita
yang disediakan oleh kader posyandu. Tujuan PMT Penyuluhan adalah
sebagai sasaran penyuluhan kepada orang tua blita tentang makanan kudapan
( snack ) yang baik diberikan untuk balita, sebagai sarana untuk membantu
mencukupi kebutuhan gizi balita, dan sebagai sarana untuk menggerakkan
peran serta masayarakat dalam mendukung kesinambungan penyelenggaraan
posyandu
Makanan Tambahan (MT) Ibu hamil adalah suplementasi gizi berupa biskuit
lapis yang dibuat dengan formulasi khusus dan difortifikasi dengan vitamin dan
mineral yang diberikan kepada ibu hamil, dan prioritas dengan kategori Kurang
Energi Kronis (KEK) untuk mencukupi kebutuhan gizi.
Tenaga Pelaksana Gizi Puskesmas adalah setiap orang yang memberikan
pelayanan gizi berupa upaya untuk memperbaiki atau meningkatkan makanan,
dietetik masyarakat, kelompok atau klien yang merupakan suatu rangkaian
yang meliputi pengumpulan, pengolahan, analisa, simpulan, anjuran
implementasi dan evaluasi gizi, makanan dan dietetik dalam rangka mencapai
status kesehatan optimal dalam kondisi sehat atau sakit
b. Latar Belakang
Masalah gizi dapat terjadi pada setiap siklus kehidupan, dimulai sejak janin.
hingga menjadi bayi, anak, dewasa sampai usia lanjut. Saat ini Indonesia
menghadapi masalah gizi ganda yaitu gizi kurang dalam bentuk Kurang energy
Protein, kurang vitamin A, Anemia dan gangguan akibat kurang Iodium dan gizi
lebih berkaitan dengan timbulnya penyakit degenerative seperti Diabetes
Mellitus, jantung,hipertensi,dll. Masalah gizi kurang merupakan salah satu faktor
penyebab kematian bayi. Keadaan tersebut secara langsung disebabkan oleh
asupan gizi yang kurang mencukupi gizi balita. Oleh sebab itu untuk membantu
mencukupi kebutuhan gizi masyarakat tentang anak balita, pemerintah
mengembangkan program Pemberian Makanan Tambahan (PMT).
PMT pemulihan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan gizi balita sekaligus
sebagai pembelajaran bagi ibu dari balita sasaran. PMT pemulihan diberikan
dalam bentuk makanan atau bahan makanan lokal. Hanya dikonsumsi oleh
balita gizi buruk dan sebagai tambahan makanan sehari-hari bukan sebagai
makanan pengganti makanan utama.
Makanan tambahan pemulihan diutamakan berbasis bahan makanan lokal.
Jika bahan lokal terbatas dapat digunakan makanan pabrikan yang tersedia di
wilayah setempat dengan memperhatikan kemasan, label dan masa kadaluarsa
untuk keamanan pangan. Diuatamakan berupa sumber protein hewani dan
nabati serta sumber vitamin dan mineral terutama berasaal dari sayur dan buah.
PMT pemulihan ini diberikan sekali dalam satu hari selama 90 hari berturut-turut
atau 3 bulan.
Makanan tambahan pemulihan diutamakan berbasis bahan makanan lokal.
Jika bahan lokal terbatas dapat digunakan makanan pabrikan yang tersedia di
wilayah setempat dengan memperhatikan kemasan, label dan masa kadaluarsa
untuk keamanan pangan. Diuatamakan berupa sumber protein hewani dan
nabati serta sumber vitamin dan mineral terutama berasaal dari sayur dan buah.
PMT pemulihan ini diberikan sekali dalam satu hari selama 90 hari berturut-turut
atau 3 bulan.
Sedangkan PMT pemulihan berbasis bahan makanan lokal ada dua jenis
yanitu berupa Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) untuk bayi dan anak
usia 6 – 23 bulan ) dan makanan tambahan untuk pemulihan anak balita 24-59
bulan berupa makanan keluarga.
B. PENERIMA MANFAAT
Penerima manfaat dari kegiatan Suplementasi Gizi (Pemberian PMT pada
Balita di Posyandu, Ibu Hamil KEK, Balita Gibur, Balita Pasca Gibur/Gikur,
Vitamin A pada Bayi Balita dan TTD pada Remaja Puteri adalah Balita, Ibu Hamil
KEK, Balita Gibur, Balita Pasca Gibur/Gikur, dan Remaja Puteri.
Sept
Nov
Des
Mar
Feb
Ags
Mei
Jan
Jun
Apr
Okt
Jul
Kegiatan
Bahan PMT
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Penyuluhan
Bahan PMT
Pemulihan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Bumil KEK
Bahan PMT
√ √ √
Gizi Buruk
Bahan PMT
Pasca Gizi √ √ √ √ √ √ √ √ √
Buruk
Pemantauan
Pemberian/
Pendamping
an PMT pada √ √ √ √ √ √ √ √ √
kasus gizi
buruk dan
gizi kurang
Pemantauan
pemberian
dan
pendamping
an √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
pemberian
PMT pada
kasus bumil
KEK
Distribusi √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Tablet
Tambah
Darah
Remaja Putri
serta KIE Isi
Piringku
Pemberian
Vitamin A
pada balita √ √
usia 6-59
bulan
Sweeping
Pemberian
Vitamin A
√ √
pada balita
usia 6-59
bulan
Jadwal
Jan Jan
Bahan PMT
12 bulan s/d I - II s/d I - II
Penyuluhan
Des Des
2 Kasus Jan Jan
(Pemberian s/d I s/d I
1-3) Mar Mar
Bahan PMT 2 Kasus Apr Apr
Bahan PMT
(Pemberian s/d I s/d I
Pemulihan
1-3) Jun Jun
Bumil KEK
2 Kasus Jul Jul
(Pemberian s/d I s/d I
1-3) Sept Sept
2 Kasus Okt I Okt I
(Pemberian s/d s/d
1-3) Des Des
Bahan PMT Kasus 1 Apr I Apr I
Kasus 2 Jul I Jul I
Gizi Buruk Kasus 3 Okt I Okt I
Kasus 1 Apr Apr
(Pemberian s/d I s/d I
1-3) Jun Jun
Bahan PMT Kasus 2 Jul Jul
Pasca Gizi (Pemberian s/d I s/d I
Buruk 1-3) Sept Sept
Kasus 3 Okt Okt
(Pemberian s/d I s/d I
1-3) Des Des
Pemantauan Transport
3 Kasus Jan Jan
pemberian Petugas
(Pemberian s/d I s/d I
dan Kesehatan
1-3) Mar Mar
pendampinga dalam rangka
n pemberian Pemantauan 3 Kasus Apr I Apr I
PMT pada pemberian (Pemberian s/d s/d
kasus bumil dan 1-3) Jun Jun
KEK pendampinga
3 Kasus Jul Jul
(Pemberian s/d I s/d I
1-3) Sept Sept
n pemberian
3 Kasus Okt Okt
PMT pada
(Pemberian s/d I s/d I
kasus bumil
1-3) Des Des
KEK
Transportasi
Petugas
Kesehatan
Distribusi
dalam rangka
Tablet
Distribusi Jan Jan
Tambah
Tablet 12 bulan s/d III - IV s/d III - IV
Darah Remaja
Tambah Des Des
Putri serta KIE
Darah
Isi Piringku
Remaja Putri
serta KIE Isi
Piringku
Transportasi
Petugas
Pemberian Kesehatan
Vitamin A dalam rangka Feb Feb
pada balita Pemberian 2 bulan DAN I - II DAN I - II
usia 6-59 Vitamin A Ags Ags
bulan pada balita
usia 6-59
bulan
Transportasi
Petugas
Sweeping
Kesehatan
Pemberian
dan Petugas Mar Mar
Vitamin A
Desa dalam 2 bulan DAN I - II DAN I - II
pada balita
rangka Sep Sep
usia 6-59
Pemberian
bulan
Vitamin A
pada balita
usia 6-59
bulan
Tolitoli,
Drs.Bakri Idrus,Apt,MM.
NIP. 19670209 199302 1 001
A. LATAR BELAKANG
1. Dasar Hukum
a. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
b. Peraturan Pemerintah Nomor :38 Tahun 2007 tentang Urusan Wajib Bidang
Kesehatan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah Provinsi dan
Kabupaten/Kota
c. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Standar Teknis
Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan
d. Peraturan Presiden RI Nomor 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional
Percepatan Perbaikan Gizi
e. Kepmenkes RI Nomor 145/Menkes/SK/I/2007 tentang pedoman
Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan
f. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 23 Tahun 2014 Pasal 28 bahwa surveilans
gizi merupakan kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap
masalah gizi dan indikator pembinaan gizi masyarakat agar dapat melakukan
tindakan penanggulangan secara efektif dan efesien serta tindak lanjut sebagai
respon terhadap perkembangan informasi.
2. Tugas dan Fungsi Unit Kerja Terkait dan/atau Penugasan Tambahan
a. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 64 Tahun 2015 tentang Struktur
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan RI (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1508)
b. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Nomor 06 Tahun 2008
tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas–Dinas Daerah
Provinsi Sulawesi Tengah (Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Tengah
Tahun 2008 Nomor 06);
c. Peraturan Gubernur Sulawesi Tengah Nomor 13 Tahun 2009 tentang
Uraian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Daerah Provinsi
Sulawesi Tengah.
d. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2019
Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
3. Gambaran Umum
a. Definisi Operasional
Balita kurus adalah balita yang berdasarkan hasil pengukuran berat badan
menurut panjang badan/tinggi badan < - 2 SD (Standar Deviasi)
Balita Stunting adalah balita yang berdasarkan hasil pengukuran panjang
badan atau tinggi badan menurut umur < -2 SD (Standar Deviasi)
Balita buruk adalah balita yang berdasarkan hasil pengukuran berat badan
menurut panjang badan/tinggi badan < - 3 SD (Standar Deviasi) dan atau
disertai gejala klinis (kwashiorkor, marasmus, marasmus-kwashiorkor)
Edukasi gizi adalah serangkaian kegiatan penyampaian pesan-pesan gizi
dan kesehatan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk menanamkan
dan meningkatkan pengertian, sikap serta perilaku positif pasien/klien dan
lingkungannnya terhadap upaya perbaikan gizi dan kesehatan.
Surveilans gizi adalah kegiatan pengamatan secara teratur dan terus
menerus terhadap status gizi masyarakat sebagai dasar untuk membuat
keputusan dalam upaya meningkatkan status gizi masyarakat melalui
pengamatan secara terus menerus, tepat waktu dan teratur terhadap
keadaan gizi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Surveilans gizi melalui e-PPGBM adalah kegiatan surveilans gizi dengan
memanfaatkan aplikasi pencatatan pelaporan gizi berbasis masyarakat
yang berisi data indikatorprogram gizi berbasis individu
b. Latar Belakang
Direktorat Gizi Masyarakat telah mengembangkan sistem aplikasi
online Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat
(e-ppgbm) sejak tahun 2017 dengan data dasar individu by name by
adress.Penggunaan e PPGBM bertujuan agar tenaga pelaksana gizi dan
pemangku kebijakan di daerah lebih muda dalam mengamati
permasalahan gizi di wilayah mereka untuk selanjutnyamengambil
keputusan terhadap respon dan tindakan apa yang akan dilakukan baik
secara komunitas maupun individu. Informasi yang dihasilkan dapat
membantu siklus surveilans gizi terutama untuk analisis data dalam
melakukan intervensi masalah gizi di wilayah kerja.
Program perbaikan gizi masyarakat merupakan program pokok untuk
mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Masalah gizi
merupakan masalah yang penanganannya harus dilaksanakan secara
terpadu dengan berbagai sektor, bukan hanya dengan pendekatan
medis. Masalah gizi berkaitan erat dengan masalah ekonomi dan
perilaku serta pengetahuan masyarakat. Kurangnya kesadaran
masyarakat tentang kesehatan dipengaruhi oleh rendahnya tingkat
pengetahuan masyarakat akan pentingnya kesehatan dan dampak
kedepan jika kesehatan terabaikan. Keadaan gizi masyarakat yang
optimal, dapat meningkatkan produktifitas dan angka harapan hidup
masyarakat.
Gizi Buruk merupakan akibat dari kekurangan gizi tingkat berat yang
bila tidak ditangani secara cepat,tepat dan konfrehensif dapat
mengakibatkan kematian. Penanganan gizi buruk sangat terkait dengan
strategi sebuah bangsa dalam menciptakan sumber daya manusia yang
sehat,cerdas dan produktif.Upaya peningkatan sumber daya manusia
yang berkualitas dimulai dengan cara penanganan pertumbuhan anak
sebagai bagian dari keluarga dengan asupan gizi dan perawatan yang
baik.Dengan lingkungan keluarga yang sehat, maka hadirnya infeksi
menular ataupun penyakit masyarakat lainnya dapat dihindari.Ditingkat
masyarakat,faktor-faktor seperti lingkungan yang higienis,ketahanan
pangan keluarga,pola asuh terhadap anak dan pelayanan kesehatan
primer sangat menentukan dalam membentuk anak yang tahan gizi
buruk.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 dan 2018, untuk
Provinsi Sulawesi tengah menunjukkan tren penurunan prevalennsi balita
gizi kurang (underweigth) dari 24,0% menjadi 19,6%, penurunan
prevalensi balita pendek (stunting) dari 42,1% menjadi 32,2%,
sedangkan prevalensi balita kurus (wasting) mengalami tren kenaikan
dari 9,4% menjadi 12,2%.
B. PENERIMA MANFAAT
Penerima manfaat dari kegiatan Surveilance Gizi (Penimbangan Ruin di
Posyandu dan Operasi timbang dan pengentrian hasil melalui aplikasi e-ppgbm
dan pemantauan Garam Beryodium) adalah Balita, Ibu Hamil dan Rumah
Tangga.
Sept
Nov
Des
Feb
Ags
Mar
Mei
Jan
Jun
Apr
Okt
Jul
Kegiatan
Penimbanga
n Rutin
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Balita di
Posyandu
Sweeping
Penimbanga
√ √ √ √ √ √
n Balita di
Posyandu
Operasi
timbang dan
pengentrian
hasil melalui
aplikasi e- √ √
ppgbm dan
pemantauan
Garam
Beryodium
Pengadaan
√ √
Iodin Test
Jadwal
Kegiatan :
Keterangan
Suplementasi Jenis Belanja
Pelaksanaan Pelaksanaan Penarikan
Gizi
Bulan Minggu Bulan Minggu
Transport
Petugas Gizi
Penimbangan Jan Jan
dalam rangka
Rutin Balita di 12 bulan s/d I - II s/d I - II
Penimbanga
Posyandu Des Des
n Rutin Balita
di Posyandu
Transport
Petugas
Feb, Feb,
Kesehatan
Sweeping Apr, Apr,
dan Kader
Penimbangan Jun, Jun,
dalam rangka 6 bulan I - II I - II
Balita di Agst, Agst,
Sweeping
Posyandu Okt, Okt,
Penimbanga
Des Des
n Balita di
Posyandu
Operasi
timbang dan Transport
pengentrian Operasi
hasil melalui timbang dan Feb Feb
aplikasi e- pengentrian 2 bulan dan I - II dan I - II
ppgbm dan hasil melalui Agst Agst
pemantauan aplikasi e-
Garam ppgbm dan
Beryodium
Pengadaan Jan Jan
Pengadaan
Reagen Iodin 2 bulan dan I - II dan I - II
Iodin Test
Test Jul Jul
Tolitoli,
Drs.Bakri Idrus,Apt,MM.
NIP. 19670209 199302 1 001