Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berat Badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan lahir

kurang dari 2500 gram, dalam literatur lainnya dinyatakan bahwa bayi yang lahir

dengan berat badan rendah tidak melihat usia kehamilannya tetapi tingkat

kematangan organ (maturita) yang akan menentukan kualitas hidup selanjutnya,

ini akan berdampak pada angka morbiditas dan mortalitas (Primadi, 2013).

Angka Kematian Bayi (AKB) di dunia menurun lambat dari 65.4% menjadi

45,7% pada tahun 2016 dan pada tahun 2017 menjadi 41 %. Sementara angka

kematian di Vietnam (38%), Filipina (36%), Thailand (30%), Malaysia (11%),

Singapura (5%), Angka Kematian Neontal di Indonesia sebesar 47% dari bayi dan

3,5% dari kematian neonatal yang disebabkan hipotermi (Diosko, 2017). Di

Indonesia, tingginya angka kematian pada bayi dengan berat badan lahir rendah

dalam satu bulan pertama kehidupannya pada 2013-2018 sebesar 6,2%. Tingginya

angka kematian BBLR ini didukung oleh Laporan Survei Demografi dan

Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2017 menyebutkan bahwa kematian

neonatal sejumlah 15 per 1.000 kelahiran hidup (Riskesdas, 2018).

Target SustainableMillenium Development Goals (SDG’s) pada tahun

2016 yang berisi tujuh belas butir tujuan. Salah satu target SDG’s yang harus

dicapai adalah hidup sehat dengan memastikan hidup sehat dan menggalakkan ke

sejahtraan untuk semua umur. Angka kematian bayi (AKB) adalah indikator yang

biasanya digunakan untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat dan SDKI


2016 AKB pada tahun 2016 mencapai 36 per 1000 kelahiran hidup, sementara

target untuk penurunan angka kematian bayi di Indonesia sebesar 26 per 1000

kelahiran hidup (Kemenkes, 2018).

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit Mitra Medika

Batanghari Propinsi Jambi terjadi penurunan kejadian BBLR yaitu pada tahun

2018 terdapat 93 (35%) kasus, 7 (37%) kasus yang meninggal dan 2 (12%) kasus

yang dirawat. Pada tahun 2019 terjadi peningkatan kejadian BBLR yaitu 174

(65%) kasus, yang meninggal 12 (63%) dan 14 (88%) yang dirawat dan pada

tahun 2020 4 bulan terakhir Januari – April sebanyak 28 kasus, 4 yang meninggal

dan 4 yang dirawat. Dari data tersebut menunjukkan bahwa banyaknya ibu yang

melahirkan bayi mengalami Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) kemudian bayi

dirawat di ruang perinatologi untuk mendapatkan perawatan khusus agar bisa

menjaga kestabilan suhu dan meningkatkan berat badan bayi yang sesuai standar

dengan menggunakan alat, diruangan tersebut belum menerap metode kanguru

hanya masih mengandalkan alat menstabilkan suhu tubuh dan menstabilkan berat

badan bayi.

Untuk itu diperlukan perhatian khusus dalam memberikan pelayanan

kesehatan neonatus terutama pada hari-hari pertama kehidupannya yang sangat

rentan karena banyak perubahan yang terjadi pada bayi dalam menyesuaikan diri

dari kehidupan di dalam rahim kekehidupan di luar rahim. Mengingat secara

fisiologis bayi belum mampu menyesuaikan dengan lingkungan baru setelah

dilahirkan, dukungan lingkungan agar bayi tetap terjaga kehangatannya sangat

diperlukan. Bayi baru lahir kehilangan panas empat kali lebih besar dari pada
orang dewasa, sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan suhu. Pada 30 menit

pertama bayi dapat mengalami penurunan suhu 3 - 4 °C. Pada ruangan dengan

suhu 20-25 °C suhu kulit bayi turun sekitar 0,3 °C per menit. Penurunan suhu

diakibatkan oleh kehilangan panas secara konduksi, konveksi, evaporasi dan

radiasi. Kemampuan bayi yang belum sempurna dalam memproduksi panas maka

bayi sangat rentan untuk mengalami penurunan panas (Nelson, 2012).

Masalah pada bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) terutama pada

prematur terjadi karena ketidakmatangan sistem organ pada bayi tersebut. Bayi

berat lahir rendah mempunyai kecenderungan ke arah peningkatan terjadinya

infeksi dan mudah terserang komplikasi. Masalah pada BBLR yang sering terjadi

adalah gangguan pada sistem pernafasan, susunan saraf pusat, kardiovaskular,

hematologi, gastro intestinal, ginjal, termoregulasi (Profil Kesehatan Indonesia,

2018).

Bayi yang mengalami kehilangan panas (hipotermia) berisiko tinggi untuk

jatuh sakit atau meninggal. Bayi sebaiknya diselimuti atau di gendong untuk

mengurangi kejadian bayi hipotermi, karena hipotermi dapat terjadi pada bayi

yang basah meskipun berada pada ruangan yang relatif hangat. Hipotermi adalah

bayi baru lahir dengan suhu tubuh sampai di bawah (36,5-37,5°C). Hipotermi

sering terjadi pada neonatus BBLR, karena jaringan lemak subkutan rendah, dan

luas permukaan tubuh relatif besar dibanding bayi BBLC. Adapun faktor-faktor

yang menyebabkan hipotermi diantaranya adalah kesalahan perawatan bayi segera

setelah lahir, bayi dipisahkan dengan ibunya setelah lahir, BBLR, kondisi ruang

yang dingin, prosedur penghangatan yang adekuat, dan asfiksia serta hipoksia.
Hal inilah yang menyebabkan BBLR membutuhkan alat dan metode dalam rangka

menstabilkan suhu tubuhnya untuk memperpanjang kesempatan hidup (Sudarti,

2013).

Suhu bayi yang rendah mengakibatkan proses metabolik dan fisiologi

melambat. Kecepatan pernafasan dan denyut jantung sangat melambat, tekanan

darah rendah dan kesadaran menghilang. Bila keadaan ini terus berlanjut dan tidak

mendapatkan penanganan maka dapat menimbulkan kematian pada bayi baru

lahir. Perawatan BBLR merupakan hal yang komplek dan membutuhkan

infrastruktur yang mahal serta staf yang memiliki keahlian tinggi sehingga sering

kali menjadi pengalaman yang sangat mengganggu bagi keluarga. Masalah ini

diharapkan dapat teratasi dengan meluaskan pelaksanaan Perawatan Metode

Kanguru (PMK). Perawatan metode kanguru (PMK) ditemukan oleh UNICEF

pada tahun 1983. Perawatan Metode Kanguru (PMK) merupakan asuhan kontak

kulit dengan kulit agar bayi memperoleh kehangatan dari tubuh ibunya

(Heriyeni,2018).

Salah satu cara perawatan pada bayi untuk meningkatkan berat badan dan

meningkatkan kestabilan suhu tubuh pada bayi dengan bayi berat lahir rendah

(BBLR) dan prematur yaitu dengan cara metode kanguru, dengan cara ini detak

jantung bayi stabil dan pernapasannya lebih teratur, sehingga penyebaran oksigen

ke seluruh tubuhnya pun lebih baik. Selain itu, cara ini mencegah bayi

kedinginan. Bayi lebih tenang, lebih jarang menangis, dan kenaikan berat

badannya menjadi lebih cepat (Fandizal, 2007).


Metode kanguru diperkenalkan pertama kali oleh Rey dan Martinez dua

orang neonatology dari Bogota Colombia Amerika Selatan pada tahun 1983.

Penelitian obsevasional menunjukkan bahwa perawatan metode kanguru dapat

menurunkan mortalitas dan morbiditas pada bayi prematur atau BBLR. Roy dan

Martinez yang pertama kali melaporkan adanya peningkatan pada angka

kelangsungan hidup di RS, dari 30% ke 70% untuk bayi dengan berat 1000 gr

sampai dengan 1500 gr (Mustya,2017).

Metode Kanguru adalah metode perawatan dini dengan sentuhan kulit ke

kulit antara ibu dan bayi baru lahir dalam posisi seperti kanguru. Dengan metode

ini mampu memenuhi kebutuhan asasi bayi baru lahir prematur dengan

menyediakan situasi dan kondisi yang mirip dengan rahim ibu. Sehingga memberi

peluang untuk dapat beradaptasi baik dengan dunia luar. Perawatan kanguru ini

telah terbukti dapat menghasilkan pengaturan suhu tubuh yang efektif dan lama

serta denyut jantung dan pernafasan yang stabil pada bayi. Perawatan kulit ke

kulit mendorong bayi untuk mencari puting dan mengisapnya, hal ini mempererat

ikatan antara ibu dan bayi serta membantu keberhasilan pemberian ASI

(Henderson, 2006). Di samping efek sentuhan kulit, metode tersebut akan

membuat bayi lebih tahan sakit daripada dengan digendong memakai jarit. Berat

badannya pun akan cepat naik (Azzam, 2009).

KMC telah tercantum pada petunjuk pelaksanaan nasional untuk perawatan

BBLR dan bayi premature, dan telah sukses diterapkan di beberapa negara. Hal

tersebut sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No:

203/Menkes/SK/III/2008 tentang pembentukan kelompok kerja (pokja) nasional


Perawatan Metode Kanguru (PMK). Upaya memperkenalkan PMK sebagai salah

satu teknologi tepat guna untuk menurunkan kematian neonatus, dan penelitian

merupakan salah satu langkah nyata (Depkes, 2009).

Meskipun sudah ada beberapa penelitian yang mendukung penggunaan

perawatan kangguru di unit neonatal, sebagian telah dilakukan dalam kaitan

dengan bayi yang sehat dan cukup bulan. Namun demikian, perawatan kulit ke

kulit harus dilihat sebagai metode efektif untuk mencegah kehilangan panas pada

bayi-bayi yang baru lahir baik bayi yang cukup bulan maupun bayi yang tidak

cukup bulan. Jika ibu sedang dalam kondisi tidak sehat, dalam masa

penyembuhan setelah operasi atau ide melakukannya tidak muncul dari ibu,

perawatan kulit ke kulit dengan ayah akan sama efektifnya untuk meningkatkan

suhu tubuh atau mencegah hipotermi (Merizka, 2017).

Perawat memberikan pendidikan kesehatan sebelum PMK dimulai dan

setelah proses PMK, ibu dan bayi dibiarkan saja dalam ruangan tanpa

memperhatikan respon psikologis ibu maupun respon bayi selama proses PMK

berlangsung. Tanggapan masyarakat dari segi psikologis orang tua yang memiliki

BBLR khususnya ibu merasa sangat khawatir dengan kondisi kesehatan anaknya

dan merasa tidak mampu memberikan yang adekuat oleh karena itu diperlukan

perawatan metode kanguru ini sehingga dapat mempercepat bonding attachment,

menambah kepercayaan diri untuk merawat bayinya yang kecil, meningkatkan

produksi ASI, menurunkan biaya perawatan di RS, menghilang perasaan terpisah

serta ketidakmampuan dan orang tua merasakan kepuasan karena sudah

berpartisipasi dalam merawat bayinya.


Survei awal yang dilakukan pada tanggal 12 Mei 2020 dengan

mewawancarai 2 ibu dengan bayi BBLR di Rumah Sakit Mitra Medika

Batanghari diruangan perawatan bahwa ibu merasakan kekhawatiran kepada

bayinya dengan kondisi kesehatan anaknya dan merasa tidak mampu memberikan

yang adekuat diberikan alat khusus untuk menstabilkan suhu tubuh dan pemberian

asi karena keadaan ibu yang belum memungkinkan menjelang masa pemulihan

dikarenakan ruangan terpisah.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka permasalahan yang dapat

dirumuskan “apakah ada pengaruh metode kanguru terhadap peningkatan suhu

tubuh dan peningkatan berat badan pada BBLR di Rumah Sakit Mitra Medika

Batanghari, Provinsi Jambi tahun 2020 “?

C. Tujuan Peneliti

1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh metode kanguru terhadap peningkatan suhu

tubuh dan berat badan pada BBLR di Rumah Sakit Mitra Medika Batanghari,

Provinsi Jambi tahun 2020.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui rata-rata subu tubuh dan berat badan sebelum diberi

metode kanguru pada BBLR di Rumah Sakit Mitra Medika Batanghari,

Provinsi Jambi tahun 2020.


b. Untuk mengetahui rata-rata subu tubuh dan berat badan setelah diberi

metode kanguru pada BBLR di Rumah Sakit Mitra Medika Batanghari,

Provinsi Jambi tahun 2020.

c. Untuk mengetahui pengaruh metode kanguru terhadap peningkatan suhu

tubuh dan berat badan pada BBLR di Rumah Sakit Mitra Medika

Batanghari, Provinsi Jambi tahun 2020.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi petugas kesehatan di Rumah Sakit Mitra Medika Batanghari

Provinsi Jambi

Sebagai bahan masukan sehingga dapat dijadikan acuan bahwa metode

kanguru dapat dijadikan alternatif dalam pengingkatan suhu tubuh dan

peningkatan berat badan pada BBLR di Rumah Sakit Mitra Medika

Batanghari Provinsi Jambi Tahun 2020.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai acuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman

tantang metode kanguru terhadap peningkatan suhu tubuh dan peningkatan

berat badan pada BBLR di Rumah Sakit Mitra Medika Batanghari Provinsi

Jambi Tahun 2020.

3. Bagi Peneliti

Sebagai referensi untuk meningkatkan dan mengembangkan

pengetahuan mahasiswa terutama tentang pengaruh metode kanguru terhadap

peningkatan suhu tubuh dan peningkatan berat badan pada BBLR di Rumah

Sakit Mitra Medika Batanghari Provinsi Jambi Tahun 2020.


E. Ruang Lingkup Peneliti

Peneliti ini adalah Pengaruh Metode Kanguru terhadap Peningkatan Suhu

Tubuh dan Berat Badan pada BBLR di Rumah Sakit Mitra Medika Batanghari

Provinsi Jambi Tahun 2020. Penelitian ini akan dilakukan di Rumah Sakit Mitra

Medika Batanghari Provinsi Jambi tahun 2020. Jenis penelitian ini yaitu

penelitian menggunakan rancangan penelitian quasi experimental dengan

rancangan One Group Pretest-Posttest Design, desain penelitian ini melakukan

observasi sebelum dan sesudah diberikan perlakuan pada suatu kelompok.

Penilitian ini menguji perubahan-perubahan yang terjadi pada kelompok setelah

adanya eksperimen (perlakuan). Populasi yang akan diteliti adalah semua ibu yang

melahirkan bayi pada BBLR di Rumah Sakit Mitra Medika Batanghari Provinsi

Jambi tahun 2020. Pengambilan sampel akan dilakukan dalam penelitian ini

denga purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan

tertentu, pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner dengan instrumen

observasi yaitu dengan mengkaji suhu tubuh dan berat badan pre dan post pada

BBLR.

Anda mungkin juga menyukai