Anda di halaman 1dari 32

RINGKASAN PROPOSAL

1. Judul Proposal :

Gambaran pengetahuan, sikap dan perilaku tentang gangguan pendengaran

akibat penggunaan earphone pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas

Pattimura.

2. Nama Peneliti : Weynasari Francicela Pagaya

3. Ringkasan Latar Belakang

Earphone adalah alat yang dapat mengubah energi listrik menjadi gelombang

suara. Alat ini biasanya digunakan untuk mendengarkan suara dan berbicara dengan

perangkat komunikasi atau komputer. Dengan adanya kemajuan teknologi audio

visual dan telekomunikasi saat ini, penggunaan earphone untuk mendengarkan musik

dari telepon genggam dan perangkat audio lain juga semakin meningkat.

Mendengarkan musik melalui earphone sudah menjadi gaya hidup di kalangan

masyarakat, khususnya dewasa muda seperti mahasiswa. Hampir setiap mahasiswa

gemar mendengarkan musik melalui earphone selama berjam-jam sambil melakukan

aktivitas lain seperti saat sedang bersantai, menempuh perjalanan jauh, belajar dan

bahkan saat tidur. Hal ini dapat menimbulkan bising ketika digunakan secara terus

menerus sehingga dapat mengganggu fungsi pendengaran.1,2,3

Musik yang didengar melalui earphone memiliki intensitas bising yang lebih

besar daripada intensitas bising musik yang didengar tanpa menggunakan earphone.
Hal ini dikarenakan jarak sumber suara lebih dekat. Selain itu, earphone tidak dapat

sepenuhnya mencegah masuknya suara-suara bising dari lingkungan sekitar, sehingga

pengguna earphone cenderung untuk mendengarkan musik dengan volume yang

cukup besar.3 National Institute on Deafness and Other Communication Disorders

(NIDCD) menjelaskan bahwa gangguan pendengaran akibat bising adalah hilangnya

pendengaran secara bertahap yang disebabkan oleh paparan suara keras selama

jangka waktu tertentu. Ambang suara minimal yang dianggap dapat menurunkan

fungsi pendengaran adalah 85 dB dengan paparan lebih dari delapan jam per hari,

sementara intensitas suara yang dihasilkan oleh Personal Listening Devices (PLDs)

termasuk earphone bisa mencapai 110 dB. Paparan suara berintensitas 110 dB,

selama satu jam per hari dapat menurunkan fungsi pendengaran. Jika intensitas suara

lebih dari yang telah ditentukan, maka akan terjadi gangguan pada telinga khususnya

bagian cochlea, dimana akan terjadi proses perubahan energi mekanik menjadi energi

listrik. Sel-sel rambut getar yang seharusnya mentransmisi suara mekanik menjadi

rusak karena paparan dari PLDs yang terlalu berlebihan.4

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) diperkirakan sekitar 1,1

miliar remaja dan dewasa muda di seluruh dunia memiliki risiko terganggu

pendengarannya akibat penggunaan alat hiburan yang tidak aman bagi pendengaran,

termasuk penggunaan earphone. Kebiasaan penggunaan earphone meningkat hingga

75% dan terbanyak didominasi oleh remaja dan dewasa muda, yang merupakan

separuh dari jumlah populasi usia 12-35 tahun yang tinggal didaerah perkotaan. 5
Menurut survei yang dilakukan oleh Multi Center Study (MCS) menunjukkan bahwa

Indonesia menjadi negara dengan prevalensi gangguan pendengaran tertinggi

keempat di Asia Tenggara, yaitu 4,6% di bawah Sri Lanka (8,8%), Myanmar (8,4%),

dan India (6,3%).5 Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Laoh A di Fakultas

Kedokteran Sam Ratulangi juga didapatkan kesimpulan bahwa dari 30 orang

responden yang sering menggunakan headset, sebanyak 26,7% responden mengalami

tuli ringan dan sebanyak 6,7% responden mengalami tuli sedang. Hal ini

menunjukkan bahwa penggunaan peranti dengar mempengaruhi kualitas pendengaran

sehingga akan sangat berisiko untuk terjadi gangguan pendengaran pada kalangan

mahasiswa.3

Selain itu, data dari Litbang Depkes terdapat 9 provinsi di Indonesia dengan

angka prevalensi gangguan pendengaran pada penduduk usia lebih dari 5 tahun

melebihi angka nasional (2,6%), yaitu di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta,

Sulawesi Barat, Jawa Timur, Maluku Utara, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan,

Jawa Tengah, Lampung dan Nusa Tenggara Timur.6

Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013 Kementrian

Kesehatan Republik Indonesia, didapatkan prevalensi ketulian di Indonesia sebesar

0,09% dan prevalensi tertinggi ditemukan di Maluku sebesar 0,45%, sedangkan yang

terendah di Kalimantan Timur (0,03%). Sedangkan prevalensi gangguan pendengaran

secara nasional sebesar 2,6% dan prevalensi tertinggi terdapat di Nusa Tenggara

Timur (3,7%), sedangkan yang terendah di Banten (1,6%) dengan usia masing-

masing 5-14 tahun dan 15-24 tahun.7


Pengetahuan tentang penggunaan earphone sangat diperlukan dalam kalangan

remaja dan dewasa muda agar dapat mencegah terjadi gangguan pendengaran akibat

bising. Remaja dan dewasa muda yang memiliki pemahaman yang baik mengenai

gangguan pendengaran akibat bising akan dapat menjaga dirinya dan memiliki sikap

yang positif tentang penggunaan earphone itu sendiri. Sikap remaja dan dewasa muda

yang positif dapat diartikan bahwa mereka telah mampu membedakan perilaku

penggunaan earphone yang benar dan salah. Jadi, pengetahuan, sikap dan perilaku

remaja dan dewasa muda ini sangat berperan penting dalam upaya pencegahan dan

penanganan gangguan pendengaran akibat terpapar bising.1

Berdasarkan penelitian sebelumnya dari Zain,1 tahun 2016 mengenai

gambarakan perilaku remaja terhadap penggunaan earphone pada siswa SMA Negeri

Kota Padang, menyatakan bahwa pengetahuan siswa SMA Negeri Kota Padang

mengenai penggunaan earphone di kategorikan baik (93,4%), sedangkan hasil uji

sikap dikatakan baik (80,9%), sedangkan hasil uji tindakan dikategorikan cukup baik

(66,3%).1

Penelitian selanjutnya dari Hadinoto,2 tahun 2014 tentang gambaran

pengetahuan, sikap dan perilaku remaja tentang gangguan pendengaran akibat

penggunaan piranti dengar. Hasil penelitian menunjukan sebanyak 56 responden

(79,7%) mengetahui bahaya penggunaan piranti dengar bagi kesehatan pendengaran,

sebanyak 53 responden (81,7%) memiliki sikap peduli terhadap bahaya penggunaan

piranti dengar bagi kesehatan pendengaran dan sebanyak 44 responden (62,7%)

menggunakan piranti dengar dalam batas aman.2


Penelitian ini akan dilakukan di Universitas Pattimura Ambon pada mahasiswa

kedokteran angkatan 2015 – 2017. Berdasarkan hasil observasi, kebiasaan mahasiswa

kedokteran menggunakan earphone saat berada di kampus sambil belajar,

mengerjakan tugas, sambil mengisi waktu luang dan tidur pun tetap memakai

earphone. Oleh sebab itu, penulis berinisiatif untuk melihat gambaran pengetahuan,

sikap dan perilaku tentang gangguan pendengaran akibat penggunaan earphone pada

mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura.

4. Rumusan masalah

Bagaimana gambaran pengetahuan, sikap dan perilaku tentang gangguan

pendengaran akibat penggunaan earphone pada mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Pattimura Ambon Angkatan 2015-2017.

5. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Tujuan umum adalah mengetahui pengetahuan, sikap dan perilaku tentang

gangguan pendengaran akibat penggunaan earphone pada Mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Pattimura Angkatan 2015-2017.

b. Tujuan Khusus

Tujuan Khusus penelitian adalah untuk mengetahui:

1. Untuk mengetahui pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas

Pattimura Ambon Angkatan 2015-2017 tentang gangguan pendengaran

akibat penggunaan earphone.


2. Untuk mengetahui sikap mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas

Pattimura Ambon Angkatan 2015-2017 tentang gangguan pendengaran

akibat penggunaan earphone.

3. Untuk mengetahui perilaku mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas

Pattimura Ambon angkatan 2015-2017 tentang penggunaan earphone.

6. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan menambah

wawasan peneliti mengenai pengetahuan, sikap dan perilaku penggunaan

earphone yang benar.

b. Manfaat Bagi Mahasiswa

Sebagai sumber informasi bagi mahasiswa mengenai pengetahuan, sikap dan

perilaku penggunaan earphone sehingga mahasiswa dapat menggunakan

earphone dalam batas yang aman bagi pendengaran.

c. Manfaat Bagi Institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi sebagai data awal

yang dapat digunakan dalam pengembangan ilmu kedokteran khususnya

dibidang ilmu kesehatan THT.


7. Kerangka teori

Pengetahuan Penggunaan
Sikap Mahasiswa Earphone
Perilaku

Faktor Penyebab :
Gangguan Intensitas kebisingan
Pendengaran
Akibat Bising Frekuensi kebisingan
Kerentanan individu
Usia

Pencegahan Gangguan Pendengaran


akibat penggunaan earphone.

Gambar 7.1. kerangka teori

8. Jenis Penelitian

Pada penelitian ini jenis penelitian yang digunakan yaitu deskriptif dengan

tujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan perilaku tentang

gangguan pendengaran akibat penggunaan earphone pada mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Pattimura Ambon angkatan 2015-2017.


Penelitian ini dilakukan secara cross sectional. Desain ini dipilih karena dapat

menggunakan populasi secara umum dan juga dapat meneliti berbagai variabel

dalam satu waktu.36

9. Lokasi dan Waktu Penelitian

a. Lokasi:

Pengumpulan data dilaksanakan di Kampus Fakultas Kedokteran Universitas

Pattimura, Poka, Ambon

b. Waktu:

Pengumpulan data direncanakan pada bulan Juni 2018.

c. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi Penelitian

a. Populasi Target : Populasi target dalam penelitian ini yaitu Mahasiswa

Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura.

b. Populasi Terjangkau : Populasi terjangkau dalam penelitian ini yaitu

mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura Ambon angkatan

2015-2017.

d. Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan stratified random

sampling pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura

angkatan 2015-2017 dengan total sampel 106 orang


10. Kriteria inklusi dan eksklusi

Kriteria Inklusi

a. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura Angkatan 2015-

2017.

b. Bersedia menjadi responden.

Kriteria Eksklusi

a. Responden yang tidak mengembalikan kuesioner.

b. Jawaban yang di isi lebih dari satu jawaban.

c. Jawaban yang tidak di isi.

11. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah :

1. Gambaran pengetahuan mahasiswa tentang gangguan pendengaran akibat

penggunaan earphone, yang dibagi dalam tiga kategori yaitu baik, cukup,

kurang.

2. Sikap mahasiswa tentang gangguan pendengaran akibat penggunaan

earphone, yang dibagi dalam tiga kategori yaitu baik, cukup, kurang.

3. Perilaku mahasiswa tentang penggunaan earphone, yang dibagi dalam tiga

kategori yaitu baik, cukup, kurang.


12. Kerangka Konsep

Pengetahuan
mahasiswa
Gangguan pendengaran
Sikap mahasiswa akibat penggunaan
earphone
Perilaku mahasiswa

Gambar 12.1. Bagan kerangka konsep

13. Defenisi Operasional

Varibel Definisi Operasional Alat Ukur dan Hasil ukur Skala


Cara Pengukuran Pengukuran
Pengetahuan Segala sesuatu yang Kuesioner.1 Dibagi dalam tiga Ordinal
diketahui mahasiswa Dengan memberikan kategori, yaitu :1
terhadap penggunaan skor masing-masing 1) Baik : ≥16
earphone meliputi pada setiap pertanyaan, 2) Cukup : 12-15
pengertian, kerugian skor 1 untuk jawaban 3) Kurang : ≤ 11
bila memakai salah atau tidak tahu,
earphone, gejala
skor 2 untuk jawaban
gangguan
mendekati benar, skor
pendengaran,
bagaimana cara 3 untuk jawaban
mencegah gangguan benar.1
pendengaran.

Sikap Tanggapan atau Kuesioner.1 Dibagi dalam tiga Ordinal


respon mahasiswa Dengan memberikan kategori, yaitu :1
terhadap penggunaan skor masing-masing 1) Baik : ≥ 21
earphone. pada setiap 2) Cukup : 16-20
pernyataan. Pada 3) Kurang : ≤15
pernyataan positif
(kuesioner nomor 4
dan 5) skor 1 untuk
jawaban sangat tidak
setuju, skor 2 untuk
jawaban tidak setuju,
skor 3 untuk jawaban
setuju, skor 4 untuk
jawaban sangat setuju.
Pada pernyataan
negative (kuesioner
nomor 1, 2, 3, 6, dan
7) skor 1 untuk
jawaban sangat setuju,
skor 2 untuk jawaban
setuju, skor 3 untuk
jawaban tidak setuju,
skor 4 untuk jawaban
sangat tidak setuju.1
Perilaku Aktivitas yang Kuesioner.1 Dibagi dalam tiga Ordinal
dilakukan mahasiswa Dengan memberikan kategori, yaitu :1
terhadap pemakaian skor masing-masing 1) Baik : ≥ 18
earphone, pencegahan pada setiap 2) Cukup : 13-17
dampak pemakaian pernyataan. Pada 3) Kurang : ≤ 12
earphone dan pernyataan positif
penatalaksanaan. (kuesioner nomor 4, 5,
dan 6) skor 1 untuk
jawaban tidak pernah,
skor 2 untuk jawaban
jarang, skor 3 untuk
jawaban sering, skor 4
untuk jawaban selalu.
Pada pernyataan
negatif (kuesioner
nomor 1, 2, dan 3) skor
1 untuk jawaban
selalu, skor 2 untuk
jawaban sering , skor 3
untuk jawaban jarang,
skor 4 untuk jawaban
tidak pernah.1

14. Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang telah

dikembangkan pada penelitian sebelumnya yang sudah di validasi. Kuesioner

merujuk dari penelitian yang telah dilakukan oleh Shelin Olivia tahun 2014 dengan

uji validitas r = 0,378 dan uji reabilitas α = 0,830. Peneliti akan mengedarkan
beberapa pertanyaan tertulis yang akan dilengkapi dengan petunjuk pengisian kepada

responden untuk dijawab.2

15. Metode Pengumpulan data

Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan data primer.

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden dengan

menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada responden untuk mendapatkan

jawaban pertanyaan. Sebelum memulai pengumpulan data, peneliti akan meminta

persetujuan responden melalui informed consent.

16. Pengolahan dan analisis data

a. Pengolahan data

Pengolahan data dilakukan melalui beberapa tahapan sebagai berikut:

1. Editing

Pada tahap ini, dilakukan pengkajian terhadap data yang telah terkumpul.

Dilihat apakah data tersebut sudah baik dan yang kemudian dapat

dipersiapkan untuk tahapan berikutnya.

2. Coding

Data yang telah diedit kemudian dilakukan pangkodean pada tahap ini.

Pengkodean tersebut dilakukan dengan tujuan mempermudah peneliti ketika

menganalisis data dan mempercepat dalam memasukkan data.

3. Data entry
Pada tahap ini, hasil yang telah diperoleh dari masing-masing responden

yang telah dibuat dalam pengkodean kemudian dimasukkan ke program

komputer untuk proses analisis data.

4. Cleanning

Apabila semua data dari responden sudah selesai dimasukan, perlu dicek

kembali untuk melihat kemungkinan- kemungkinan adanya kesalahan-

kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya, kemudian dilakukan

koreksi.

b. Analisis data

Analisis data dilakukan untuk pengolahan secara manual maupun

menggunakan computer dengan software Microsoft Excel dan Software Statistic

Packages for Social Sciences (SPSS) for windows SPSS versi 24.0. Analisis yang

digunakan pada penelitian ini yaitu analisis univariat. Analisis univariat

bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karateristik setiap variabel

penelitian, sehingga pada penelitian ini mendeskripsikan pengetahuan, sikap dan

perilaku responden tentang gangguan pendengaran akibat penggunaan earphone.


17. Alur penelitian

Berikut ini adalah alur pelaksanaan penelitian yang dilaksanakan :

Persiapan penelitian

Penentuan jumlah sampel

Kriteria Inklusi

Kriteria eksklusi

Mengisi kuesioner

Masukan SPSS

Pengolahan data

Analisis data

Penyajian data
Gambar 17.1 Alur penelitian

18. Jadwal Pelaksanaan penelitian

Tabel 18.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian (2018)

KEGIATAN Januari Februar Mare April Mei Juni Juli Agustus


i t
Penyusunan proposal

Seminar proposal

Perbaikan proposal

Pengambilan data

Entry data

Analisis data

Ujian skripsi

19. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian mengenai gambaran pengetahuan, sikap dan perilaku tentang gangguan

pendengaran akibat penggunaan earphone pada mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Pattimura Ambon ini dilaksanakan di kampus Fakultas Kedokteran


Universitas Pattimura yang berlokasi di Jl. Ir. M. Putuhena, Kampus Poka, Ambon.

Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura didirikan pada tahun 2008, dan sampai

penelitian ini dilakukan, Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura telah memiliki

sepuluh angkatan, yaitu angkatan 2008-2017. Angkatan yang masih berada pada

pendidikan preklinik adalah angkatan 2014-2017.

20. Deskripsi Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini yaitu mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas

Pattimura yang dimulai dari angkatan 2015 hingga angkatan 2017 dengan total 106

responden dari 238 mahasiswa. Jumlah mahasiswa angakatan 2017 yaitu 105

mahasiswa dengan partisipasi responden terbanyak yaitu 47 mahasiswa, kemudian

diikuti oleh angkatan 2015 yang berjumlah 64 mahasiswa dengan responden yang

berpartisipasi sebanyak 29 mahasiswa dan jumlah mahasiswa angkatan 2016 yaitu 65

mahasiswa dengan partisipasi responden sebanyak 30 mahasiswa.

21. Hasil Penelitian

A Distribusi responden berdasarkan pengetahuan tentang gangguan

pendengaran akibat penggunaan earphone

100 96.2 Distribusi


90
80 responden
70
60
berdasarkan sikap
50
%

40
30
20
10 2.8 0.9
0
Baik Cukup Kurang
tentang gangguan pendengaran akibat penggunaan earphone dapat dilihat pada

Gambar 21.1.

Gambar 21.1 Distribusi responden berdasarkan pengetahuan

Pengetahuan yang diukur berdasarkan kuesioner yang sudah divalidasi,

dikategorikan menjadi tiga kategori, yaitu baik, cukup dan kurang. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa distribusi responden yang memiliki pengetahuan

baik yaitu sebanyak 96,2% (n = 102), pengetahuan cukup yaitu sebanyak 2,8% (n =

3) dan pengetahuan yang kurang yaitu sebanyak 0,9% (n = 1).

Tabel 21.1 Distribusi responden berdasarkan komponen pertanyaan gambaran pengetahuan tentang
gangguan pendengaran akibat penggunaan earphone

No Pertanyaan Benar Hampir benar Salah


1 Menurut saudara apakah yang dimaksud dengan 92,45% 5,66% 1,89%
earphone?
2 Apakah ada pengaruh penggunaan earphone 75,47% 7,55% 16,98%
dalam waktu yang lama terhadap kesehatan?
3 Menurut saudara, saat menggunakan 92,45% 0,94% 6,60%
earphone pada volume berapakah yang dapat
menyebabkan gangguan pendengaran?
4 Apakah saudara mengetahui tanda awal 5,66% 50% 44,34%
seseorang yang mengalami gangguan
pendengaran?
5 Apakah saudara tahu bahwa gangguan 38,68% 3,77% 57,55%
pendengaran akibat bising dapat sembuh dengan
obat-obatan?
6 Apakah saudara tahu manakah yang lebih 1,89% 3,77% 94,34%
penting pencegahan atau pengobatan gangguan
pendengaran?
7 Manakah dibawah ini yang termasuk sebagai 8,49% 2,83% 88,68%
pencegahan terhadap gangguan pendengaran
akibat bising?
Berdasarkan komponen pertanyaan dari Tabel 21.1 mengenai gambaran

pengetahuan tentang gangguan pendengaran akibat penggunaan earphone didapatkan

presentasi jawaban yang benar pada pertanyaan nomor satu sebesar 92,45% yaitu

responden mengetahui apa yang dimaksud dengan earphone dan presentasi jawaban

yang salah hanya 1,89%. Dapat dilihat juga presentasi jawaban yang salah pada

pertanyaan nomor enam sebesar 94,34% mengenai lebih penting manakah

pencegahan atau pengobatan gangguan pendengaran, sedangkan presentasi jawaban

yang benar hanya 1,89%. Pada pertanyaan nomor tujuh, presentasi jawaban yang

salah yaitu sebesar 88,68% dan presentasi jawaban yang benar hanya 8,49%, yang

artinya masih banyak responden belum mengetahui tentang cara pencegahan terhadap

gangguan pendengaran akibat bising.

B. Distribusi responden berdasarkan sikap tentang gangguan pendengaran

akibat penggunaan earphone

100 Distribusi
90
79 responden
80
70
60 berdasarkan
50
%

sikap tentang
40
30 25
20
10
2
0
Baik Cukup Kurang
gangguan pendengaran akibat penggunaan earphone dapat dilihat pada Gambar

21.2.

Gambar 21.2 Distribusi responden berdasarkan sikap

Berdasarkan Gambar 21.2 dapat dilihat bahwa dari 106 responden yang

memiliki sikap baik yaitu sebanyak 74,5% (n = 79), yang memiliki sikap yang cukup

sebanyak 23,6% (n = 25), dan memiliki sikap yang kurang baik terhadap penggunaan

earphone yaitu sebanyak 1,9% (n = 2).

Tabel 21.2 Distribusi responden berdasarkan komponen pernyataan gambaran sikap tentang gangguan
pendengaran akibat penggunaan earphone

No. Pernyataan SS S TS STS


1 Gangguan pendengaran akibat 4,72% 4,72% 48,11% 42,45%
penggunaan earphone bukan masalah
kesehatan
2 Menambah volume earphone ketika 10,37% 57,55% 3,58% 8,49%
orang disekitar ramai adalah hal yang
biasa/wajar saya lakukan
3 Menambah volume earphone dari waktu 5,66% 6,60% 57,55% 30,19%
ke waktu tidak berisiko mengakibatkan
gangguan pendengaran
4 Orang yang belum mengalami gangguan 57,55% 37,74% 1,89% 2,83%
pendengaran perlu mengurangi volume
ketika menggunakan earphone untuk
melindungi telinga
5 Saya akan mengurangi volume earphone 57,55% 40,57% 1,89% 0
saya apabila hal tersebut dapat merusak
pendengaran saya
6 Saya lebih senang mendengarkan lagu 16,03% 33,02% 39,62% 11,32%
menggunakan earphone dari pada
menggunakan speaker
7 Saya senang menggunakan earphone 0 5,66% 42, 45% 51,89%
setiap hari lebih dari 6 jam
Keterangan :
SS : Sangat setuju, S : Setuju, TS : Tidak setuju, STS : Setuju tidak setuju
Berdasarkan komponen pernyataan pada Tabel 21.2 mengenai gambaran sikap

tentang gangguan pendengaran akibat penggunaan earphone, didapatkan sebanyak

57,55% responden setuju untuk menambah volume earphone ketika berada

dikeramaian dan hanya 8,49% yang sangat tidak setuju untuk menambah volume

earphone ketika berada dalam keramaian. Sebanyak 57,55% sangat setuju untuk

mengurangi volume earphone karena dapat merusak pendengaran, dan 1,89% tidak

setuju untuk mengurangi volume earphone. Dari Tabel 4.2 juga dapat dilihat bahwa

11,32% responden sangat tidak setuju untuk lebih senang menggunakan earphone

daripada menggunakan speaker sedangkan 33,02% setuju untuk menggunakan

earphone daripada menggunakan speaker. Sebanyak 51,89% responden sangat tidak

setuju untuk mendengarkan earphone lebih dari enam jam tiap harinya dan 5,66%

setuju mendengarkan earphone lebih dari enam jam setiap hari.

C. Distribusi responden berdasarkan perilaku penggunaan earphone


100
90
80
70 65
60
50
%

40
30
28
20 13
10
0
Baik Cukup Kurang

Distribusi frekuensi berdasarkan perilaku responden terhadap penggunaan

earphone dapat di lihat pada Gambar 21.3.

Gambar 21.3 Distribusi responden berdasarkan perilaku

Berdasarkan Gambar 21.3 dapat dilihat bahwa dari 106 responden 26,4% (n =

28) memiliki perilaku penggunaan earphone yang baik, 61,3% (n = 65) memiliki

perilaku yang cukup, dan 12,3% (n = 13) memiliki perilaku yang kurang baik

terhadap penggunaan earphone.

Tabel 21.3 Distribusi responden berdasarkan komponen pernyataan tentang gambaran perilaku
penggunaan earphone

No. Pernyataan SL S J TP
1 Setiap belajar, apakah saudara 1,89% 9,43% 53,78% 34,90%
menggunakan earphone?
2 Ketika menggunakan earphone, apakah 10,37% 27,36% 40,56% 21,70%
saudara menggunakan dengan volume >
50% dari volume maksimal?
3 Dalam kondisi ruangan yang ribut, 16,03% 51,89% 23,59% 8,50%
apakah saudara menaikkan volume dari
earphone anda?
4 Apakah saudara menggunakan earphone 45,29% 43,40% 10,37% 0,94%
pada kedua telinga saudara?
5 Apalah saudara pernah memperingati 28,30% 37,73% 28,30% 5,66%
teman saudara ketika menggunakan
earphone dalam volume yang keras?

6 Apakah saudara pernah ke pergi ke dokter 1,89% 2,83% 30,19% 65,09%


untuk memeriksa fungsi kesehatan telinga
saudara?
Keterangan :
SL : Selalu, S : Sering , J : Jarang, TP : Tidak pernah

Berdasarkan komponen pernyataan pada Tabel 21.3 mengenai gambaran

perilaku penggunaan earphone, didapatkan 53,78% responden jarang menggunakan

earphone saat belajar dan 1,89% responden selalu menggunakan earphone saat

belajar. Sebanyak 51,89% responden menaikkan volume dari earphone dalam kondisi

ruangan yang ribut dan hanya 8,50% reponden yang jarang menaikkan volume

earphone dalam keadaan ribut. Didapatkan juga sebanyak 65,09% responden tidak

pernah pergi ke dokter untuk memeriksa fungsi kesehatan telinga sedangkan 1,89%

selalu pergi ke dokter untuk memeriksa fungsi kesehatan telinga.

22. Pembahasan

A. Distribusi responden berdasarkan gambaran pengetahuan tentang

gangguan pendengaran akibat penggunaan earphone

Dalam penelitian yang dilakukan, peneliti menemukan bahwa 96,2% memiliki

pengetahuan yang baik tentang gangguan pendengaran akibat penggunaan

earphone. Hasil penelitian ini mengartikan bahwa gambaran pengetahuan dapat

dikatakan baik karena sebagian besar responden mampu menjawab pertanyaan


dengan benar dan mengetahui bahaya penggunaan earphone. Beberapa faktor yang

mempengaruhi pengetahuan responden yaitu media elektronik dan media cetak

yang membantu responden untuk mencari tahu hal-hal yang baru serta memahami

setiap informasi mengenai bahaya penggunaan earphone sehingga responden

memiliki pengetahuan yang baik mengenai gangguan pendengaran akibat


1,2
penggunaan earphone. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Zain (2016)1 menunjukkan bahwa 93,4% responden memiliki

pengetahuan yang baik terhadap penggunaan earphone dan dampak yang

ditimbulkan. Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh Hadinoto (2014)2

menunjukkan bahwa 79,9% responden memiliki pengetahuan yang baik terhadap

penggunaan earphone.1,2

Pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu informasi, pendidikan

pengalaman dan lingkungan. Semakin sering seseorang mencari tahu informasi

maka pengetahuan seseorang mengenai suatu hal juga bertambah. Sumber

informasi pun bisa didapatkan diberbagai media elektronik misalnya internet,

televisi maupun radio kemudian media masa, petugas kesehatan, buku dan juga dari

kerabat dekatnya. Hal inilah yang memungkinkan seseorang dapat menerima lebih

banyak informasi tentang berbagai hal termasuk kesehatan pendengaran.1,2

Pengalaman juga merupakan suatu faktor yang mempengaruhi pengetahuan

seseorang. Pengalaman responden mengenai orang lain di sekitarnya atau

pengalaman responden mengenai dirinya sendiri yang mengalami gannguan


pendengaran akibat penggunaan earphone. Hal ini juga sesuai dengan teori yang

diungkapkan oleh Notoatmodjo (2012)8 bahwa semakin baik pengetahuan yang

dimiliki orang seseorang maka kemampuan evaluasi terhadap suatu hal juga

semakin baik.8

B. Distribusi responden berdasarkan gambaran sikap tentang gangguan

pendengaran akibat penggunaan earphone

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa 74,5% memiliki sikap yang baik

tentang gangguan pendengaran akibat penggunaan earphone. Hasil penelitian ini

dapat diartikan bahwa responden memiliki sikap yang baik dikarenakan

responden mengetahui tentang dampak serta bahaya penggunaan earphone

sehingga lebih banyak pendapat positif yang dinyatakan untuk melakukan edukasi
2
serta pencegahan terhadap dampak dan bahaya penggunaan earphone. Hasil

penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Zain (2016)1 yang

menunjukkan 80,9% responden memiliki sikap yang baik terhadap penggunaan

earphone. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Hadinoto (2014) 2 yang mengatakan

bahwa pendidikan merupakan suatu proses perubahan sikap, serta usaha

mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

Menurut Notoatmodjo (2012)8 mengenai penentuan sikap yaitu semakin sering

seseorang terpapar akan suatu stimulus atau objek akan mempengaruhi seseorang

menilai ataupun bersikap terhadap stimulus objek tersebut.1,8 Menurut pendapat

Green dalam Notoatmodjo (2012)2 bahwa sikap seseorang sangat mempengaruhi


perilakunya. Hal itu menyebabkan sikap seseorang dapat mencerminkan

bagaimana dia akan berperilaku, artinya jika sikap seseorang negatif akan

menghasilkan perilaku yang negatif pula demikian sebaliknya. Hal ini sesuai hasil

penelitian, responden menunjukkan sikap yang baik.2,8

C. Distribusi responden berdasarkan gambaran perilaku penggunaan

earphone

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan 61,3% memiliki perilaku yang cukup

ketika menggunaakan earphone. Hasil penelitan perilaku ini tak sejalan dengan

hasil penelitian dari pengetahuan dan sikap yang telah dibahas sebelumnya.

Perilaku seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor pengetahuan dan sikap, tetapi

beberapa perilaku yang tak sejalan dengan pengetahuan dan sikap terjadi karena

sebagian besar responden lebih menikmati dan lebih nyaman apabila volume alat

pemutar musik lebih cenderung besar dari volume atau suara disekitarnya.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dikemukakan oleh Hodgetts (2015)37

bahwa seseorang cenderung menambah volume earphone sebanyak 6-10 dB

ketika situasi sekitar ramai. Hal tersebut dapat terjadi karena mereka kurang

menikmati musik apabila volume alat pemutar musik cenderung kecil walaupun

mereka mengetahui hal tersebut berbahaya bagi pendengaran.38 Kebiasaan

tersebut merupakan salah satu resiko primer terjadinya gangguan pendengaran

akibat penggunaan alat pemutar musik.39 Dengan demikian perlu dilakukannya


pemberian edukasi kepada mereka oleh instansi kesehatan ataupun pendidik

bahwa kebiasaan itu bukanlah hal yang baik.

23. Kesimpulan

Berdasarkan tujuan penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Gambaran pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran tentang gangguan

pendengaran akibat penggunaan earphone sebagian besar termasuk dalam

kategori baik dengan presentasi sebesar 96,2%.

2. Gambaran sikap mahasiswa Fakultas Kedokteran tentang gangguan

pendengaran akibat penggunaan earphone termasuk dalam kategori baik

dengan presentasi sebesar 74,5%.

3. Gambaran perilaku penggunaan earphone pada mahasiswa Fakultas

Kedokteran termasuk dalam kategori cukup dengan presentasi sebesar

61,3%.

24. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, beberapa hal yang disarankan oleh

peneliti yaitu:

1. Untuk mahasiswa Fakultas Kedokteran agar lebih waspada terhadap

penggunaan earphone yang dapat menyebabkan gangguan pendengaran.


2. Untuk Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura agar menjadi referensi

apabila nantinya ada yang ingin mengembangkan lagi penelitian ini.

3. Untuk peneliti yang selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian analitik

untuk mencari tahu hubungan antar variabel.

DAFTAR PUSTAKA

1. Zain TR. Gambaran perilaku remaja terhadap penggunaan earphone pada siswa

SMA Negeri Kota Padang. Jurnal Kesehatan Andalas. 2016. 5(3). p.1-12.

2. Hadinoto SO. Gambaran pengetahuan, sikap dan perilaku remaja tentang

gangguan pendengaran akibat penggunaan piranti dengar. S1 Kedokteran umum

[Skripsi]. Surabaya :Universitas Katolik Widya Mandala; 2014.


3. Laoh Alvin. Hubungan penggunaan headset terhadap fungsi pendengaran pada

mahasiswa angkatan 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi.

Jurnal Kedokteran Komunitas dan Tropiki. 2015; 3(3). h.142-7.

4. Marliah N. Gambaran pengetahuan siswa kelas x dan xi tentang penggunaan

earphone di sma pasundan 8 Kota Bandung. S1 Kedokteran umum [skripsi].

Bandung :Universitas Pendidikan Indonesia; 2015.

5. World Health Organization. A review: hearing loss due to recreational exposure

to loud sounds [serial online] 2015 [cited 2017 Des 22]. [38 screen]. Available

from: http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/154589/1/9789241508513_eng.pdf

6. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Rencana strategis kemenkes

tanggulangi gangguan pendengaran [serial online] 2017 Maret [cited 2017 Des

20]. Available from:

http://www.depkes.go.id/article/view/17030300004/rencana-strategis-kemenkes-

tanggulangi-gangguan-pendengaran.html

7. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Riset kesehatan dasar tahun 2013.

Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Republik Indonesia; 2013.

8. Notoatmodjo S. Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta: Rineka Cipta;

2007. p.125-9.

9. Mubarak WI. Promosi kesehatan sebuah pengantar proses belajar mengajar

dalam pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu; 2007. h.54-8


10. Ilma ZD. Pengaruh pengetahuan dan sikap siswa sma terhadap perilaku

penggunaan peranti dengar di sman 5 tangerang selatan tahun 2016. S1

Kedokteran Umum [skripsi]. Jakarta: Universitas Syarif Hidayatullah; 2016.

11. Harrianto R.Buku Ajar Kesehatan Kerja. Jakarta: EGC. 2013.h.153-7

12. Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Peraturan Menteri Tenaga Kerja

dan Transmigrasi Republik Indonesia no Per.13/MEN/X/2011 tentang nilai

ambang batas faktor fisika dan faktor kimia di tempat kerja [serial online] 2011

[cited 2018 Jan 3]. Available from:

http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2011/bn684-2011.pdf

13. Herman NWP. Prevalensi gangguan pendengaran pada mahasiswa program studi

pendidikan dokter Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun

2011. S1 Kedokteran umum [skripsi]. Jakarta : Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah; 2011.

14. Vogel I, Brug J, Van der Ploeg CP, Raat H. Adolescents risky mp3-player

listening and its psychosocial gorrelates. Health Aeduc Res. 2011; 26(1). p.254-

64.

15. DeKalb, Frederick P. Earbud headset. U.S. Patent. 2013. p.6,810,987.

16. Salim SL, Hartanto DD, Sylvia M. Perancangan kampanye bijak menggunakan

earphone [serial online] 2017 Feb 4 [cited 2018 Jan 5]. [12 screen]. Available

from: http://studentjournal.petra.ac.id/index.php/dkv/article/download/1894/1699
17. Tjan H, Lintong F, Supit W. Efek bising mesin elektronika terhadap gangguan

pendengaran pada pekerja di kecamatan Sario kota Manado, Sulawesi Utara.

Jurnal e-Biomedik. 2013; 1(1). h.34-9.

18. Goncalves CL, Dias FAM. Audiological findings in young users of headphones.

Revista CEFAC. 2014; 16(4). p.1097-1108.

19. Bashiruddin J, Soetirto I. Gangguan pendengaran akibat bising. Dalam: Soepardi

EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga,

Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. Edisi ke 6. Jakarta: Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia Press; 2009. p.49-52.

20. Buchari. Kebisingan industri dan hearing conservation program. S1 Kedokteran

umum [skripsi]. Medan: Universitas Sumatera Utara Digital Library; 2013.

21. Dhingra PL, Dhingra S. Disease of ear, nose, and throat & head and neck

surgery. India: Elsevier; 2014. p.1081-89.

22. Salawati L. Noise-induced hearing loss. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala. 2013;

13(1). h.45-9.

23. American Hearing Research Foundation. Noise induced hearing loss [serial

online] 2015 [cited 2018 Jan 28]. Available from: http://American-

Hearing.org/disorders/noise-induced-hearing-liss/#Whatis

24. Rambe A. Gangguan pendengaran akibat bising. S1 Kedokteran umum [skripsi].

Medan: Universitas Sumatera Utara Digital Library; 2013.


25. Beatrice D. Priority medicines for europe and the world “a public health

approach to innovation” Hearing Loss [serial online] 2013 [cited 2018 Jan 3].

Available from:

http://www.who.int/medicines/areas/priority_medicines/BP6_21Heari ng.pdf

26. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Seri pedoman tatalaksana penyakit

akibat kerja bagi petugas kesehatan: Penyakit THT Akibat Kerja. Jakarta:

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. h.22-9.

27. Shier D, Butler J, Lewis. Hole’s essentials of human anatomy & physiology.

Edisi 11. New York: Mc Graw Hill Companies; 2009. p.270-5.

28. Tortora GJ, Derrickson B. Principles of anatomy and physiology. Edisi 12.

Amerika Serikat: John Wiley & Son; 2009. p.620-8.

29. Snell RS. Clinical anatomy by regions. Edisi kesembilan. Philadelphia:

Lippincott Williams & Wilkins; 2012. p.562-9.

30. Marieb EN, Hoehn K. Human anatomy & physiology. Edisi 10. Boston: Pearson

Education, Inc. 2015.p.536-9.

31. Dobie R. Idiopathic sudden sensorineural hearing loss. Dalam: snow JB.

Ballenger’s manual of otorhinolaryngology head and neck surgery. Ed. 16.

London: DC Decker; 2013. p.1121-7.

32. Isaacson J, Vora. American family physician review: differential diagnosis and

treatment of hearing loss. American Family Physician. 2013; 68(6). p.1125-

1134.
33. Kim MG. Hearing treshold of Korean adolescents associated with the use of

personal music players. Yonsei Medical Jurnal. 2009; 50(6). p.771-6.

34. Ahmed S, Fallah S, Garrido B, Gross A, King M, Morrish T, et.al. Use of

portable audio devices. Journal from Department of Psychology Universitas

Toronto. 2011; 35(2). p.35-52.

35. Noun. Apple may never ever launch its airpods, so obtain these genuinely

cordless earbuds rather [serial online] 2017 March [cited 2018 Jan 25].

Available from: http://www.hotelstruro.com/apple-may-never-ever-launch-its-

airpods-so-obtain-these-genuinely-cordless-earbuds-rather/

36. Dahlan M. Besar sampel dan cara pengambilan sampel dalam penelitian

kedokteran dan kesehatan. Ed 3. Jakarta: Salemba Medika; 2010. p.55-6.

37. Hodgetts WE, Rieger JM, Szarko RA. The effects of listening environment and

earphone style on preferred listening levels of normal hearing adults using an

mp3 player. Ear hear. 2015; 28(1). p.290-7

38. Levey S, Levey T, dan Fligor BJ. The effects of noise-induced hearing loss on

children and young adults. Contemporary Issues in Communication Science and

Disorder, 2012; 39(3). p.76-83.

39. Portnuff CDF, Fligor BJ, Arehart KH. Teenage use of portable listening devices:

a hazard to hearing. Journal of the American Academy of Audiology, 2011;

22(2). p.663–677.

Anda mungkin juga menyukai