Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI

a. Definisi
Halusinasi adalah persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan panca indra (Issacs,
2002)
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien
mempresepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra
tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi
melalui panca indra tanpa stimulus ekstern/persepsi palsu (Maramis,2005).
Halusinasi adalah penyerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca indra
sesorang pasien yang terjadi dalam keadaan sadar atau bangun, dasarnya mungkin
organik, psikotik ataupun histerik (Maramis, 1998).
Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari pancaindera tanpa adanya rangsangan
(stimulus) eksternal (Stuart & Laraia, 2001). Halusinasi merupakan gangguan persepsi
dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi.
b. Faktor Predisposisi:
1. Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon
neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh
penelitian-penelitian yang berikut:
a) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas
dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik
berhubungan dengan perilaku psikotik.
b) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan
dan masalah-masalah pada system reseptor dopamin dikaitkan dengan terjadinya
skizofrenia.
c) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan terjadinya
atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan
skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian
depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak tersebut
didukung oleh otopsi (post-mortem).
2. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi
psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi
gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam
rentang hidup klien.
3. Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti:
kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan
kehidupan yang terisolasi disertai stress.
c. Faktor Presipitasi :
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya
hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan
tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stressor dan masalah koping dapat
mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006).
Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah:
1. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang
diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
2. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan
untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.
d. Tanda dan Gejala
Beberapa tanda dan gejala perilaku halusinasi adalah tersenyum atau tertawa yang tidak
sesuai, menggerakkan bibir tanpa suara, bicara sendiri,pergerakan mata cepat, diam, asyik
dengan pengalaman sensori,kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan realitas
rentang perhatian yang menyempit hanya beberapa detik atau menit, kesukaran
berhubungan dengan orang lain, tidak mampu merawat diri,perubahan
Berikut tanda dan gejala menurut jenis halusinasi (Stuart & Sudden, 1998)

Jenis halusinasi Karakteriostik tanda dan gejala


Pendengaran Mendengar suara-suara / kebisingan,
paling sering suara kata yang jelas,
berbicara dengan klien bahkan sampai
percakapan lengkap antara dua orang
yang mengalami halusinasi. Pikiran
yang terdengar jelas dimana klien
mendengar perkataan bahwa pasien
disuruh untuk melakukan sesuatu
kadang-kadang dapat membahayakan.

Penglihatan Stimulus penglihatan dalam kilatan


cahaya, gambar giometris, gambar
karton dan atau panorama yang luas dan
komplek. Penglihatan dapat berupa
sesuatu yang menyenangkan /sesuatu
yang menakutkan seperti monster.

Penciuman Membau bau-bau seperti bau darah,


urine, fases umumnya baubau yang
tidak menyenangkan. Halusinasi
penciuman biasanya sering akibat
stroke, tumor, kejang / dernentia.

Pengecapan Merasa mengecap rasa seperti rasa


darah, urine, fases.
Perabaan Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan
tanpa stimulus yang jelas rasa tersetrum
listrik yang datang dari tanah, benda
mati atau orang lain.

kanestetik Merasakan fungsi tubuh seperti aliran


darah divera (arteri), pencernaan
makanan.

Kinestetik Merasakan pergerakan sementara berdiri


tanpa bergerak

Pohon Masalah dan Masalah Keperawatan:


a. Pohon Masalah:

Akibat Resiko perilaku mencederai diri sendiri

Core Problem
Halusinasi pendengaran dan
penglihatan

Penyebab
Isolasi sosial

Gangguan konsep diri: harga diri rendah


kronis

b. Masalah Keperawatan dan data yang perlu dikaji:


4. Mengkaji Jenis Halusinasi
Ada beberapa jenis halusinasi pada pasien gangguan jiwa. Kira-kira 70% halusinasi
yang dialami oleh pasien gangguan jiwa adalah halusinasi dengar atau suara, 20%
halusinasi penglihatan, dan 10% halusinasi penghidu, pengecap, perabaan, senestik
dan kinestik. Mengkaji halusinasi dapat dilakukan dengan mengevaluasi perilaku
pasien dan menanyakan secara verbal apa yang sedang dialami oleh pasien.
5. Mengkaji Isi Halusinasi
Ini dapat dikaji dengan menanyakan suara siapa yang didengar, berkata apabila
halusinasi yang dialami adalah halusinasi dengar. Atau apa bentuk bayangan yang
dilihat oleh pasien, bila jenis halusinasinya adalah halusinasi penglihatan, bau apa
yang tercium untuk halusinasi penghidu, rasa apa yang dikecap untuk halusinasi
pengecapan, atau merasakan apa dipermukaan tubuh bila halusinasi perabaan.
6. Mengkaji Waktu, Frekuensi, dan Situasi Munculnya Halusinasi
Perawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi, dan situasi munculnya halusinasi
yang dialami oleh pasien. Hal ini dilakukan untuk menentukan intervensi khusus
pada waktu terjadinya halusinasi, menghindari situasi yang menyebabkan
munculnya halusinasi. Sehingga pasien tidak larut dengan halusinasinya. Dengan
mengetahui frekuensi terjadinya halusinasi dapat direncanakan frekuensi tindakan
untuk pencegahan terjadinya halusinasi. Informasi ini penting untuk
mengidentifikasi pencetus.
Data Subjektif
a. Tidak mampu memecahkan masalah halusinasi (misalnya: mendengar suara-suara
atau melihat bayangan)
b. Mengeluh cemas dan khawatir
Data Objektif
a. Mudah tersinggung
b. Apatis dan cenderung menarik diri
c. Tampak gelisah, perubahan perilaku dan pola komunikasi kadang berhenti bicara
seolah-olah mendengar sesuatu
d. Menggerakan bibirnya tanpa menimbulkan suara
e. Menyeringai dan tertawa yang tidak sesuai
f. Gerakan mata yang cepat
g. Pikiran yang berubah-ubah dan konsentrasi rendah
h. Kadang tampak ketakutan
i. Respon-respon yang tidak sesuai (tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang
komplek)

Diagnosa keperawatan:
7. Resiko mencedrai diri b.d halusinasi pendengaran
8. Gangguan persepsi sensori b.d menarik diri
9. Isolasi social: menarik diri b.d harga diri rendah kronis

Rencana tindakan keperawatan:


PERENCANAAN
Tgl DX
Tujuan Kriteria Evaluasi Interview
1 2 3 4 5
Gangguan Pasien mampu: Setelah ......... SP.1 (Tgl ..........................................)
sensori  Mengenali pertemuan, pasien  Bantu pasien mengenal halusinasi:
persepsi halusinasi dapat menyebutkan: - Isi
halusinasi yang  Isi waktu, - Waktu terjadinya
dialaminya frekuensi, situasi - Frekuensi
 Mengontrol pencetus, perasaan - Situasi pencetus
halusinasinya  Mampu - Perasaan saat terjadi halusinasi
 Mengikuti memperagakan  Latih mengontrol halusinasi dengan
program cara dalam cara menghardik:
pengobatan mengontrol Tahapan tindakannya meliputi:
secara halusinasi. - .Jelaskan cara menghardik
optimal. halusinasi
- Peragakan cara menghardik
- Minta pasien memperagakan
PERENCANAAN
Tgl DX
Tujuan Kriteria Evaluasi Interview
1 2 3 4 5
ulang
- Pantau penerapan cara ini, beri
penguatan perilaku pasien
- Masukkan dalam jadwal kegiatan
pasien
Setelah ......... SP.2 (Tgl ...........................................)
pertemuan, pasien  Evaluasi kegiatan yang lalu (SP.1)
mampu:  Latih berbicara/ bercakap dengan
 Menyebutkan orang lain saat halusinasi muncul
kegiatan yang  Masukkan dalam jadwal kegiatan
sudah dilakukan pasien
 Memperagakan
cara bercakap-
cakap dengan
orang lain.
Setelah ......... SP.3 (Tgl ...........................................)
pertemuan, pasien  Evaluasi kegiatan yang lalu (SP.1
mampu: & 2)
 Menyebutkan  Latih kegiatan agar halusinasi tidak
kegiatan yang muncul
sudah dilakukan, Tahapannya:
dan - Jelaskan pentingnya aktivitas
 Membuat jadwal yang teratur untuk mengatasi
kegiatan sehari- halusinasi
hari & mampu - Diskusikan aktivitas yang biasa
memperagakannya dilakukan oleh pasien
- Latih pasien melakukan aktivitas
• Susun jadwal aktivitas sehari-hari
sesuai dengan aktivitas yang telah
dilatih (dari bangun pagi sampai
tidur malam)
Pantau pelaksanaan jadwal
kegiatan, berikan penguatan
terhadap perilaku pasien yang (+)

Setelah ......... SP.4 (Tgl ............................................)


pertemuan, pasien  Evaluasi kegiatan yang lalu (SP.1
mampu: 2, & 3)
 Menyebutkan  Tanyakan program pengobatan
kegiatan yang  Jelaskan pentingnya penggunaan
sudah dilakukan obat pada gangguan jiwa
 Menyebutkan  Jelaskan akibat bila tidak
manfaat dan digunakan sesuai program
program  Jelaskan akibat bila putus obat
pengobatan.  Jelaskan cara mendapatkan obat/
berobat
 Jelaskan pengobatan (5B)
PERENCANAAN
Tgl DX
Tujuan Kriteria Evaluasi Interview
1 2 3 4 5
 Latih pasien minum obat
 Masukkan dalam jadwal harian
pasien
Keluarga Setelah ......... SP.1 (Tgl ...........................................)
mampu: pertemuan, pasien  Jelaskan tentang halusinasi:
Merawat pasien mampu menjelaskan • Pengertian halusinasi
di rumah dan tentang halusinasi. • Jenis halusinasi yang dialami
menjadi sistem pasien
pendukung yang • Tanda & gejala halusinasi
efektif untuk • Cara merawat pasien halusinasi
pasien (cara berkomunikasi pemberian
obat & pemberian aktivitas
kepada pasien)
 Sumber-sumber pelayanan
kesehatan yang bisa dijangkau
 Bermain peran cara merawat
 Rencana tindak lanjut keluarga,
jadwal keluarga untuk merawat
pasien
Setelah ......... SP.2 (Tgl ...........................................)
pertemuan, pasien  Evaluasi kegiatan yang lalu (SP.1)
mampu:  Latih keluarga merawat pasien
 Menyelesaikan  RTL keluarga/ jadwal keluarga
kegiatan yang untuk merawat pasien
sudah dilakukan
 Memperagakan
cara merawat
pasien.
Setelah ......... SP.3 (Tgl ...........................................)
pertemuan, pasien  Evaluasi kegiatan yang lalu (SP.1
mampu: & 2)
 Menyebutkan  Latih keluarga merawat pasien
kegiatan yang  RTL keluarga/ jadwal keluarga
sudah dilakukan untuk merawat pasien
 Memperagakan
cara merawat
pasien serta
mampu membuat
RTL.
Setelah ......... SP.4
pertemuan, pasien (Tgl ......................................................
mampu: .....)
 Menyebutkan  Evaluasi kemampuan keluarga
kegiatan yang  Evaluasi kemampuan pasien
sudah dilakukan  RTL keluarga:
 Melaksanakan - Follow Up
Follow Up - Rujukan
PERENCANAAN
Tgl DX
Tujuan Kriteria Evaluasi Interview
1 2 3 4 5
rujukan.

Anda mungkin juga menyukai