Anda di halaman 1dari 6

BAHAN PEMBUATAN TINTA CETAK

Tinta cetak adalah suspense bahan pewarna dalam bahan pengikat (vernis) yang ditambahkan
bahan penolong dengan maksud untuk mendapatkan sifat-sifat tertentu dari jenis dan spesifikasi
tinta yang akan dibuat, serta dimanfaatkan untuk keperluan pencetakan. Tinta cetak merupakan
bahan yang digunakan untuk membuat gambar dari acuan, dicetakkan atau dialihkan melalui rol-
rol tinta pada mesin cetak menjadi gambar yang dapat dilihat pada bahan cetak, karena itu
sifatnya harus disesuaikan dengan fungsi dan teknik cetak yang digunakan.
Tinta cetak sebagai suatu bentuk suspense menrupakan pendispersian antara molekul bahan
pewarna dan bahan pengikat, dimana pendispersian tersebut harus berlangsung dengan baik dan
sempurna.
Komponen utama pembuatan tinta cetak adalah:
1. Bahan pewarna (Colorant)
2. Bahan pengikat (Vehicle)
3. Bahan penolong (Additive)
4. Bahan pelarut (Solvent)

1. Bahan Pewarna
Pigment adalah zat warna yang dicampurkan pada proses pembuatan tinta pada jumlah
tertentu,sehingga memberikan warna yang hidup pada sebuah desain cetakan.
Jenis pigmen yang digunakan terdiri dari:
a) Pigment Anorganik
Istilah anorganic berarti turunan dari makhluk hidup. Kebanyakan pigmen
anorganic berasal dari minyak bumi dan sebagian kecil dari batu bara, tanaman,
binatang dan minyak sayur. Molekul organic sintetik berasal dari proses kimia,
dimana rumus molekulnya terdiri dari unsur kimia karbon dan hydrogen.
Biasanya merupakan senyawa-senyawa yang mengandung oksigen nitrogen, dan
sulfur.
Didalam pembuatan tinta modern pigment ini lebih banyak digunakan dalam
proses pembuatan tinta cetak karena mempunyai sifat-sifat yang lebih stabil
dibandingkan dengan pigmen anorganik
Contoh pigmen anorganik adalah: chrome green (Cr2O3), Prussian Blue
(Fe4[Fe(CN)6]3), Cadmium Yellow (CdS), Molibdate Orange, dan lain-lain.
Pigmen putih (white pigment) merupakan pigmen anorganik contohnya titanium
dioksida, kaolin, dan kalsium karbonat. Biasanya pigmen putih digunakan untuk
melemahkan warna.

b) Pigment Organik
Pigmen yang berasal dari alam seperti pigmen hijau yang terdapat pada daun atau
pigmen kuning yang terdapat pada kulit pisang dan sebaginya. Sifat dari pigment
ini kurang memenuhi syarat untuk dijadikan tinta cetak.
contoh pigmen organic: diarylide kuning, hansa yellow, phthalocyanine blue, dan
lain-lain.

c) Carbon Black
Pigmen ini diperoleh dari hasil pembakaran gas alam dan minyak. Oleh karena itu
pigmen ini lazim disebut dengan carbon black. Hasil pembakaran ini sering
disebut dengan Thermal Black yang merupakan hasil pembakaran gas alam dan
furnace black yang dihasilkan dari minyak. Untuk mendapatkan warna hitam
dengan karakter tertentu pabrik tinta cetak kadang membuat tinta dengan
menggunakan hanya thermal black saja atau hanya furnace black saja sebagai
pigmen tunggal atau menggabungkan keduanya. Pigmen ini diproduksi untuk
mengantisipasi kelemahan yang terdapat pada sifat-sifat pigmen warna proses
dimana pencampuran ketiga warna proses tidak menghasilkan hitam.

d) Bronze Powder
Yaitu pigmen yang berasal dari serbuk tembaga (Cu) yang memberikan efek
warna keemasan (gold). Contohnya Pale gold, Rich gold.

e) Silver
Yaitu pigmen yang berasal dari serbuk aluminium (Al) yang memberikan efek
warna metalik. Contohnya silver.

f) Pigment Dyes
Yaitu organic pigmen yang memberikan transparansi paling tinggi di antara
pigmen yang lain. Pigmen ini larut dalam hampir semua jenis pelarut dan tidak
tahan terhadap cahaya UV.
2. Bahan Pengikat (Vehicle)
Vehicle digunakan sebagai bahan untuk mengikat partikel-partikel pigmen menjadi pasta.
Biasanya istilah vehicle juga dapat disebut dengan varnish. Vehicle dapat dikelompokkan
menjadi dua yaitu pasta (mudah mengalir) dan structured (tidak mudah mengalir). Bahan
pengikat ini dibuat dengan cara menambahkan resin dengan minyak tumbuh-tumbuhan
atau minyak mineral dan dipanaskan sampai pada suhu tertentu, biasanya berkisar
diantara 20000C-25000C, sehingga ketiga bahan tadi dapat mengikat dengan kuat.
Varnish adalah media dimana bahan pewarna dan bahan penolong dapat didespersikan
dengan baik. Varnish merupakan bahan pengikat yang lazim digunakan dalam pembuatan
tinta cetak, dalam hal ini varnish merupakan suatu media agar bahan pewarna maupun
bahan penolong yang ditambahkan kedalam tinta cetak sehingga dapat didispersikan
dengan baik dan sempurna.
Varnish secara umum dikelompokkan menjadi dua yaitu;
1) Oil based ink (paste ink) yaitu varnish yang digunakan untuk tinta kental yang
terdiri dari resin dan minyak. Umumnya digunakan untuk pembuatan tinta cetak
letterpress dan offset.
2) Liquid ink yaitu varnish yang digunakan utuk tinta encer, yang terbuat dari resin
dan pelarut (solven). Pada umumnya digunakan dalam pembuatan tinta encer
seperti flexo dan rotogravure.
Pada umumnya vehicle terbuat dari resin, baik yang berasal dari alam maupun resin
sintetik dan pelarut seperti alcohol dan air. Pemilihan resin dan pelarut tergantung dari
bahan cetak yang penggunaan akhir yang sangat dibutuhkan oleh tinta cetak.
Resin terbuat dari getah damar alami maupun getah sintetis. Resin memiliki berat
molekul yang rendah sampai dengan sedang untuk polimer organic. Resin yang memiliki
berat molekul yang besar, kurang larut dalam pelarut yang digunakan untuk pembuatan
tinta cetak.
Janis-jenis resin:
a) Resin polypropilen (PP), digunakan untuk jenis tinta satu komponen dan dicetak
pada media sejenis (OPP,CPP,PP). contoh tinta; LNA, FT LNA (ink series).
b) Resin polyurethane, digunakan sebagai dispersing agent pada tinta dua komponen
dengan basic urethane dan dicetak pada media polyester, O.nylon, OPP, dan
sebagainya. Contoh tinta; Lamic F, NB 330, FT Lamic F (ink series)
c) Resin Polyamide, digunakan sebagai dispersing agent pada tinta cetak atas dan
dicetak pada media film (OPP, CPP, PP, dan sebagainya). Contoh tinta; HR
Color, Flex-PP.
d) Resin Nitrocellulose, digunakan sebagai dispersing agent pada tinta cetak atas dan
dicetak pada media kertas. Contoh tinta; Thermic.

3. Bahan Pnolong (Additive)


Bahan penolong adalah zat penolong yang ditambahkan untuk menambah daya guna sifat
tinta sehingga menghasilkan kualitas tinta cetak yang lebih sempurna. Zat penolong
(additive) diberikan juga untuk memperbaiki sifat-sifat tinta cetak serat untuk
menyempurnakan pengikatan antara zat pewarna dengan resin dalam proses
pendispersian.
Pada umumnya pabrik tinta sudah memberikan zat penolong kedalam komposisi sebuah
tinta cetak, tetapi apabila diperlukan bahan additive dapat ditambahkan lagi pada saat
proses cetak guna mendapatkan hasil cetakan yang lebih maksimal.
Contoh bahan-bahan additive:
a) Anti foam (defoamer) berfungsi untuk mengurangi atau menghambat
pembentukan busa pada proses pencetakkan. Timbulnya busa biasanya terjadi
akibat tekanan aliran tinta pada sirkulasi.
b) Anti static berfungsi untuk menghilangkan static yang timbul akibat elektrostatik
yaitu timbulnya garis halus seperti rambut.
c) Anti blocking berfungsi menghindari terjadinya blocking atau tinta menempel
pada permukaan film diatasnya pada saat digulung setelah dicetak.
d) Slip agent berfungsi untuk menaikkan tingkat kelicinan tinta setelah proses cetak
e) Anti set off dapat digunakan untuk mengurangi terjadinya set off pada waktu
pencetakkan.

4. Bahan Pelarut (Solvent)


Sesuai namanya zat pelarut adalah cairan yang digunakan untuk melarutkan dan
mengencerkan komposisi tinta. Pelarut yang digunakan dalam tinta cetak adalah jenis
pelarut yang mudah meguap juga mudah terbakar. Fungsi pelarut adalah untuk
membasahi molekul-molekul zat pewarna sehingga mudah untuk didispersikan (diubah
ukuran partikelnya) serta untuk melarutkan zat pewarna, resin, dan bahan penolong.
Pelarut juga memiliki fungsi untuk mengatur kekentalan dan juga untuk membantu
proses pengeringan tinta cetak.
Contoh pelarut ialah toluene, ethyl acetate, methyl ethyl ketone, iso prophyl alcohol,
etanol, dan sebaginya.

SEJARAH TINTA
Penemuan tinta terjadi di beberapa wilayah. Di India, akhir abad 4 SM tinta yang digunakan
pertama kali disebut masi. Masi merupakan campuran komponen kimia. Namun ditemukan pula
tulisan-tulisan india dengan tinta pada Kharosthi (sejenis naskah kuno) yang tergali di Turkistan
China (sekarang Xinjiang). Cara penulisan dengan tinta menggunakan alat yang berujung lancip
juga telah digunakan di India Selatan saat itu. Tinta yang dibuat berasal dari karbon hitam yang
dihasilkan melalui pembakaran tulang, aspal, pitch, dan substansi lainnya.

Penemuan tinta  di China diawali dengan penemuan kertas dari serat kayu pada tahun 105 dan
diikuti oleh jepang di tahun 700. Sekitar tahun 711 orang-orang Arab mulai mengadopsi
penemuan ini. Selanjutnya penemuan ini meluas hingga pada ke Abad 14 di Eropa. Saat itu di
Eropa dibangun pabrik kertas dengan skala besar untuk tujuan komersil. Hal ini dibuktikan
dengan tersebarnya bukti sejarah disepanjang rute Timur ke Barat, dan dikenal di daratan Eropa
pada sekitar tahun 1400.

Pada tahun 1450, Johann Gutenberg mengadaptasi cara kerja percetakan sekrup, yaitu sistem
cetak dari mesin press  anggur dan menggunakan  dengan menggunakan tinta berbahan dasar
minyak. Cara kerjanya yaitu dengan menekan mesin. Ketika mesin ditekan, minyak akan
tersebar dan mencetak bentuk halaman-halaman teks.

Dilanjutkan pada tahun 1460, penemuan tinta pada tahun ini menjadi sebuah terobosan pagi
penemuan tinta printer. Tinta yang ditemukan dapat menempel pada permukaan logam yang
diberi minyak biji Rami panas. Namun, hasil cetak ini hanya dapat bertahan sekitar 1 tahun lalu
akan berlendir atau bahkan luntur. Untuk mengatasi kekurangan ini, peneliti mencoba
mempertahankan cetakan biji rami ini dengan menambahkan litharge (monoksida timbal), yang
sekaligus dapat mempercepat proses pengeringan.

Pada tahun 1799, Alois Senefelder, seorang peneliti asal Austria mampu menciptakan mesin
litografi, yang mampu mencetak gambar dan teks pada permukaan datar dan halus pada batu
kapur. Selanjutnya beberapa penyempurnaan hingga hadirnya mesin cetak ukuran kecil
digunakan hingga sekarang.

Pada Tahun 1772, tinta berwarna dikeluarkan di Inggris. Dilanjutkan pada abad ke-19, sebuah
agen pengeringan kimia didirikan. Sejak saat ini penggunaan berbagai pigmen untuk tinta
berwarna digunakan secara meluas.

Sebenarnya pada tahun 1800-an, terdapat pula teknologi yang menghasilkan tinta berbahan dasar
amonia baru dengan pewarna aniline.  Tinta ini kemudian dikonversi menjadi array.

Di awal abad 20, penggunaan tinta telah menyebar di masyarakat dunia. Setiap rumah dapat
memiliki mesin cetak masing-masing. Di negara maju, orang-orang mampu membuka bisnis
percetakan sendiri . Hingga saat ini sekitar 250.000 ton tinta digunakan setiap tahun di Amerika
Serikat. Ketika terjadi kekurangan minyak bumi pada pertengahan 1970-an, penggunaan tinta
berbasis minyak kedelai pun diperkenalkan. Sejak tahun 1980, Asosiasi Kedelai Amerika gencar
mempromosikan penggunaan minyak kedelai dalam tinta cetak. Sedangkan di Eropa,
penggunaan minyak digantikan dengan lobak atau bunga matahari. Hingga kini, tinta sudah
menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat. Tidak dapat dibayangkan apa jadinya jika tidak
ada tinta yang dapat kita gunakan untuk mencetak. Tinta telah menjadi sebuah kebutuhan yang
tidak terpisahkan dalam berbagai bidang

Contoh kasus:
Pengaruh Penggunaan Kertas Koran Terhadap Kandungan Senyawa Timbal (Pb)
Pada Makanan Gorengan
Kertas Koran mengandung tinta banyak digunakan sebagai pembungkus produk pangan
berminyak seperti gorengan. Minyak panas dapat melarutkan timbal pada tinta kertas
koran, sehinggal timbal berimigrasi kedalam produk pangan. Timbal atau timah hitam
merupakan senyawa kimia yang banyak dimanfaatkan di industri sebagai campuran
bensin, bahan dasar baterai, pelapis kabel, bahan pewarna bahan dasar tinta dan lain-lain.
Timbal masuk kedalam tubuh manusia dan sebagian akan terakumulasi melalui berbagai
cara antara lain adalah melalui pernapasan, saluran cerna yaitu makanan dan minuman
yang terkontaminasi timbal atau terabsorbsi melalui kulit. Penelitian bertujuan untuk
mengetahui pengaruh penggunaan kertas koran terhadap kandungan senyawa timbal (Pb)
pada makanan gorengan. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan jenis
rancangan penelitian acak lengkap. Subjek dalam penelitian ini adalah kandungan
senyawa timbal pada makanan gorengan yang terpapar kertas koran.Hasil penelitian ini
menunjukan kandungan timbal pada luas paparan kertas koran yang lebih besar yaitu
pada paparan yang dibungkus. Sedangkan pada paparan waktu kontak kandungan timbal
yang paling besar yaitu pada waktu kontak 12 jam sebesar 0,18 mg/l dan pengaruh suhu
makanan gorengan yang dipaparkan dengan kertas koran yaitu pada suhu dingin sebesar
0,20 mg/l. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh luas paparan,
waktu kontak dan suhu terhadap kandungan senyawa timbal pada makanan gorengan.

Daftar pustaka
Muryeti. Pengantar Ilmu Bahan Grafika, PNJ Press

Gemala, Mega. 2018. Pengaruh Penggunaan Kertas Koran Terhadap Kandungan Senyawa
Timbal (Pb) Pada Makanan Gorengan. STIKes Ibnu Sina, Batam

https://blog.klikprint.co.id/tinta-dan-asal-usulnya/#.Xcp3HzMzbIU

Anda mungkin juga menyukai