Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kemasan atau packaging adalah suatu wadah yang menempati suatu barang agar
aman, menarik, mempunyai daya pikat dari seorang yang ingin membeli suatu
produk. Pada mulanya fungsi kemasan hanya sebatas untuk melindungi barang dan
mempermudah waktu membawanya agar tidak rusak sampai tujuan.

Kesadaran masyarakat Indonesia semakin meningkat akan pentingnya kemasan


untuk keamanan pangan sehingga dapat menjaga mutu pangan tersebut. Hal inilah
yang membuat fungsi kemasan yang awalnya digunakan sebagai wadah atau tempat
penyimpanan saja sekarang semakin lebih ditingkatkan fungsi tersebut untuk
memperpanjang umur simpan,menjaga mutu pangan, dan mencegah berbagai macam
kerusakan pangan. Serta masalah kemasan juga diatur dalam Peraturan Kepala
Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.03.1.23.07.11.6664 Tahun 2011
tentang Bahan Kemasan Pangan. Perubahan pemikiran masyarakat yang berperan
sebagai konsumen ini yang mendorong untuk menciptakan berbagai macam inovasi
dalam teknologi pengemasan pangan serta dapat menjawab tantangan pembangunan
di Indonesia. Inovasi yang sudah ada dan masih banyak dikembangkan dalam
teknologi ini adalah smart packaging (Gordon L. robertson.2013).
Kemasan acerdas (asmart packaginga) adalah kemasan yang adirancang auntuk
dapat memonitor kondisi pangan yang dikemas atau lingkungan di sekeliling
pangan (Widiastuti, 2016). Kemasan cerdas dirancang dengan dilengkapi indikator,
diletakkan internal maupun eksternal dalam kemasan untuk memberikan informasi
tentang keadaan atau mutu produk dalam kemasan tersebut (Riyanto dkk., 2014).
Melalui perubahan visual, indikator mampu memberikan informasi mengenai
perubahan yang terjadi di dalam produk atau lingkungan di sekitar produk
(Widiastuti, 2016).
Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengamati penurunan kualitas
produk melalui perubahan visual adalah indiaktor pH. Pengembangan dengan
penambahan pewarna sintetik merupakan bentuk aplikasi yang banyak dilakukan
(Srivastava, dkk., 2004).
Dengan cara ini, konsumen dapat membedakan produk segar dan buruk sesuai
dengan perbedaan warna visual tanpa membuka kemasan. Pada umumnya
pendeteksi perubahan pH dapat menggunakan pewarna kimia yang sensitif seperti
bromokresol hijau, bromokresol ungu, bromofenol biru dan kresol merah (Zhang
dkk., 2014). Tetapi, penggunaan pewarna sintetik memiliki kekurangan, yaitu
kemungkinan adanya efek toksisitas apabila tidak sengaja tertelan atau mengalami
kontak dengan produk. Dimana pewarna sintetik bersifat karsinogenik atau
mutagenik sehingga berbahaya (Srivastava, dkk., 2004).
Baru-baru ini, beberapa penelitian telah melaporkan potensi pewarna pH alami
yang diterapkan untuk sistem pengemasan makanan cerdas (Pavai, dkk., 2015;
Yoshida, dkk., 2014), karena pewarna alami jarang beracun, mudah menyiapkan,
dan bebas polusi (Calogero et al., 2012; Zhang, dkk., 2014). Salah asatu apewarna
aalami ayang adapat adigunakan asebagai indikator untuk memantau variasi pH
adalah antosianin. Antosianin amerupakan asalah asatu asenyawa agolongan
aflavonoid yang merupakan kelompok besar pewarna alami yang dapat digunakan
sebagai indikator perubahan pH. aAntosianin amerupakan asalah asatu asenyawa
ahasil ametabolisme asekunder ayang apaling amelimpah asebagai apigmen awarna
apada atumbuhan. Senyawa antosianin dapat terkandung adalam tanaman yang
berwarna merah, ungu, dan biru (Grotewold, 2006).
Ubi aungu (aIpomoea abatatas aL.) amerupakan asalah asatu atanaman berwarna
ayang amengandung asenyawa antosianin yang dapat digunakan sebagai indikator
pH dan pewarna alami. Beberapa alasan yang mendasari apenggunaan aubi aungu
(aIpomoea abatatas aL.) asebagai indikator pH adalah untuk menjamin keamanan
konsumen karena indiaktor bersumber dari bahan alami, harga yang terjangkau,
mudah dijumpai di pasaran, serta teknik ekstraksi yang digunakan untuk
mendapatkan senyawa antosianin yang tergolong cukup mudah.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang diteliti pada laporan ini ialah
1) Apakah ubi ungu dapat dijadikan sebagai indikator kemasan cerdas?
2) Bagaimana kinerja indicator ubi ungu sebagai kemasan kemasan cerdas pada
berbagai produk pangan, yaitu susu, ikan, dan daging babi

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan yang dicapai pada laporan ini ialah
1) Mengetahui kemampuan ubi ungu sebagai bahan baku indikator kemasan
cerdas
2) Mengevaluasi kinerja indicator ubi ungu sebagai kemasan kemasan cerdas
pada berbagai produk pangan, yaitu susu, ikan, dan daging babi
1.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan secara studi pustaka dengan mengumpulkan
literature yang berkaitan dengan tema “penggunaan label pintar indikator ubi
ungu”

1.5 Metode Penulisan


Metode yang digunakan pada penulisan laporan ini bersifat deskriptif

1.6 Sistematika Penulisan


BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini menguraikan landasan berpikir atas permasalahan yang diajukan, atau
menjelaskan konsep-konsep pada judul secara operasional mengacu kepada
jurnal.

BAB III DATA DAN PEMBAHASAN


3.1 Deskripsi tentang subyek: mengemukakan deskripsi data dan fakta tentang
subyek yang dibahas (mungkin produk maupun proses)
3.2 Prosedur penyelesaian masalah
3.3 Teknik pengambilan sampel (tentatif): pengumpulan data dan teknik analisis
3.4 Data hasil tinjauan, temuan, dan solusi masalah yang timbul
3.5 Analisis data

BAB IV PENUTUP
Bab ini mengemukakan simpulan laporan secara umum dan saran-saran.
4.1 Simpulan
4.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

Berisi daftar bacaan sebagai sumber referensi atau rincian rujukan yang
digunakan pada Landasan Teori, baik bersumber dari jurnal, artikel ilmiah, buku,
dan lain-lainnya. Untuk sumber dari online, tidak k termasuk ensiklopedia, blog,
dan sejenisnya.

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Berupa data pelengkap atau rincian penunjang bahan laporan PI.

Anda mungkin juga menyukai