Anda di halaman 1dari 2

Review jurnal

ACCOUNTING FRAUD DALAM PERSPEKTIF GENDER DAN KREATIFITAS: MARITAL STATUS DAN
PERTEMANAN SEBAGAI VARIABEL MODERATING

(Survey pada Pegawai Direktorat Jenderal Pajak Republik Indonesia: Direktorat Keberatan & Banding
dan Direktorat Intelijen di Jakarta)

Mengapa secara tradisional laki2 lebih banyak melakukan kriminal?

-Menurut (Weeks, Moore, & McKinney, 1999) perempuan cenderung menerapkan pendirian etis yang
disiplin dibandingkan dengan laki-laki.

-Menurut (Giordano, Cernkovich, & Rudolph, 2002), perempuan cenderung mengalami transformasi
nilai-nilai relijiusitas dibandingkan laki-laki. Selain itu perbedaan dalam kekuatan fisik menjadikan
perempuan kurang terlibat dalam tindak kriminal yang mengandalkan pada kekuatan fisik.

Tindak kriminal seperti apa yg di lakukan oleh perempuan?

Tindakan criminal oleh perempuan cenderung terjadi pada jenis kejahatan property (korupsi, penipuan,
penggelapan dan lain-lain).

Sekarang ini, faktor gender tidak bisa di jadikan patokan sebagai faktor pendorong terjadinya kriminal.
Oleh karena itu menganalisis perbedaan tindak kriminal dalam perspektif gender harus melibatkan
faktor lain yang memperkuat ataupun memperlemah motivasi dilakukannya tindak criminal.

Objek penelitian ini adalah Direktorat Jenderal Pajak Republik Indonesia.

Adapun pola kerangka analisis yang dibangun dalam penelitian ini didasari oleh perkembangan terakhir
di Indonesia menunjukkan tindak korupsi yang melibatkan perempuan seperti kasus wisma atlet yang
melibatkan politisi perempuan, kasus penipuan nasabah Citi Bank, kasus suap deputi gubernur senior
Bank Indonesia, penyuapan jaksa yang menangani kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia, kasus surat
keputusan palsu Mahkamah Konstitusi, merupakan contoh kasus-kasus fraud yang melibatkan
perempuan.

Jika dilihat dari sudut pandang teoritis mengenai fraud maka peranan intelektualitas dalam tindakan
fraud merupakan bagian dari tiga komponen utama yang mendorong terjadinya fraud yaitu : tekanan,
kesempatan dan rasionalisasi.
Dalam teori konstruktivisme disebutkan bahwa pengetahuan yang tertanam dalam benak (kognitif)
masing-masing individu terbentuk melalui pengalaman masa lalu yang pada tahap selanjutnya
membentuk pola perilaku dan pemahaman atas realita yang dihadapi saat ini.

Rasionalisasi dapat diartikan sebagai proses menemukan pembenaran atas suatu pelanggaran.

Dalam teori kontrol sosial dijelaskan bahwa seseoroang akan menimbang untung dan rugi atas suatu
tindakan dibandingkan dengan alternatif tindakan lainnya dan cederung untuk memilih tindakan yang
dapat memaksimalkan kesenangannya (Hirshci 1969.)

Ikatan sosial yang dapat menghalangi seseorang untuk melakukan tindak kejahatan dapat terjadi dalam
empat bentuk yang saling terkait yaitu: Attachment (keterikatan dengan org lain), Commitment
(memahami bahwa dia akan kehilangan sesuatu karena tindakan kejahatan), Involvement (merujuk pada
biaya oportunitas yang harus ditanggung jika sesorang melakukan kejahatan) dan beliefs (merujuk pada
komitment individual terhadap sistem nilai sentral dalam masyarakat. (Hirschi 1969, Agnew 1965).

Anda mungkin juga menyukai