Anda di halaman 1dari 4

BUNGA KRISAN SEBAGAI MINUMAN HERBAL PENDETOKS RACUN

DALAM TUBUH MANUSIA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PATRIA HUSADA
JL. SUDANCO SUPRIYADI 168 BLITAR

Abstrak : Di Indonesia, selama ini pemanfaatan tanaman krisan (Chrysanthemum indicum L.)
sebatas sebagai bunga potong, pemanfaatan dan pengolahan menjadi produk pangan belum
dilakukan. Hal ini terjadi karena banyaknya volume penyemprotan pestisida pada budidaya
krisan untuk menghasilkan bunga, batang, dan daun yang sempurna, tanpa kandungan hama dan
penyakit. Melalui kegiatan MP3MI di Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulonpr ogo, BPTP
Yogyakarta tahun 2011-2013 memperkenalkan budidaya krisan secara organik dengan polybag
sebagai bahan baku aneka olahan pangan. Arah pemanfaatan tanaman krisan sebagai bahan
olahan adalah pada produk herbal dan atau fungsional, baik berupa makanan maupun minuman.
Pemanfaatan tanaman krisan ini pada bagian daun dan bunganya. Daun krisan diolah menjadi
teh, bubuk, permen, minuman instan. Sedangkan bagian bunga dibuat teh, minuman instant, dan
bunga. Kandungan tanin dan saponin pada daun krisan memberikan warna dan aroma yang khas
pada olahan krisan terutama teh. Sedangkan kandungan antioksidan yang berbeda pada tiap
varietas krisan memberikan fungsi dan warna tersediri pada hasil olahannya. Analisa usaha
pengolahan krisan baik dari daun maupun bunga memberikan nilai B/C ratio lebih dari satu
yang berarti layak untuk diusahakan. Diharapkan dengan adanya penanaman krisan secara
organik dan pemanfaatannya sebagai bahan baku olahan pangan diharapkan dapat
memberdayakan masyarakat terutama ibu rumah tangga sehingga dapat meningkatkan
pendapatan keluarga.
Kata kunci: Chrysanthemum indicum L., organik, pemanfaatan, dan olahan pangan

PENDAHULUAN
Krisan atau Chrysanthenum merupakan salah satu jenis tanaman hias yang telah lama dikenal
dan banyak di sukai masyarakat serta mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Disamping memiliki
keindahan karena keragaman bentuk dan warnanya, bunga krisan juga memiliki kesegaran yang
relatif lama dan mudah di rangkai. Keunggulan lain yang di miliki adalah bahwa pembungaan dan
penennya dapat di atur menurut kebutuhan pasar. Sebagai bunga potong, krisan di gunakan
sebagai bahan dekorasi ruangan, jambangan (vas) bunga dan rangkaian bunga. Sebagai tanaman
pot krisan dapat di gunakan untuk menghias meja kantor, ruangan hotel, restaurant, dan rumah.
Selain, digunkan sebagai tanaman hias, krisan juga berpotensi untuk di gunakan sebagai tumbuhan
obat tradisional dan penghasil racun serangga (hama). Krisan sudah lama dikenal menjadi
tanaman penting floricultural dan tanaman hias, disisi lain krisan dimanfaatkan sebagai tanaman
kuliner,obat, (etno)farmakologis, dan bahan biopestisida (Indah dkk., 2010;Teixeirada, 2003).
Krisan dalam bidang kuliner dikemas dalam bentuk the (Zulkarnain, 2009 dalam Hariyati dkk.,
2016). Kandungan potensial pada daun dan bunga krisan memiliki prospek yang besar untuk
diolah menjadi kudapan lainnya seperti permen, keripik, dan minuman instant (Wanita dkk.,
2014). Listyani dan Widiawati (2013) juga menuturkan bahwa bunga, daun, bahkan batang krisan
berpotensi sebagai zat pewarna alami pada kain sutera. Pemanfaatan tanaman krisan sebagai
tanaman obat belum banyak diketahui terutama masyarakat pedesaan. Hampir semua bagian
tanaman krisan dapat dimanfaatkan untuk bahan obat. Bagian batang, daun, dan bunga tanaman
krisan (C. morifolium Ramat) dapat digunakan untuk mengobati flu, mengatur tekanan darah,
membantu detoksifikasi, meningkatkan sistem penglihatan, membantu menyembuhkan batuk,
nyeri perut, sesak nafas dan sakit kepala akibat sinusitis (Lin dan Harnly, 2010; Rukmana dan
Mulyana, 1997). Penilitian Zhang et al. (2009) mengungkapkan bahwa krisan dapat mengurangi
kelemahan otot jantung, dan juga mengerahkan efek antiaritmia pada detak jantung yang
mengalami gangguan ritme (terlalu keras) yang diinduksi oleh aconitine atau ischemia. Efek
farmakologi lain dari krisan adalah sebagai penghambat dari aktivitas enzim HIV-1 integrase dan
aldose reduktase, sebagai antioksidan, antiradang, anti-mutagenik dan anti aktivitas alergi (Xieet
al., 2009).

PENGERTIAN BUNGA KRISAN

Krisan atau dikenal juga dengan seruni bukan merupakan tanaman asli Indonesia. Menurut
Rukmana dan Mulyana (1997), terdapat 1000 varietas krisan yang tumbuh di dunia. Beberapa
varietas krisan yang dikenla antara lain adalah C. daisy, C. indicum, C. coccineum,. C.
frustescens, C. maximum, C. hornorum, dan C. parthenium. Varietas krisan yang banak di tanam
di Indonesia umumnya diintroduksi dari luar negeri, terutama dari Belanda, Amerika Serikat dan
Jepang. Bunga krisan sangat popular di masyarakat karena banyaknya jenis, bentuk, dan warna
bunga. Selain bentuk mahkota dan jumlah Bunga dalam tangkai, warna bunga juga menjadi
pilihan konsumen. Pada umumnya konsumen lebih menyukai warna merah, putih, dan kuning,
sebagai warna dasar krisan.

PEMANFAATAN BUNGA KRISAN


Bunga Krisan yang banyak khasiatnya ini dapat diolah berbaagai macam olahan yaitu yang
paling mudah adalah dengan mengolahnya menjaadi Teh. Teh adalah minuman yang banyak di
sukai oleh masyarakat indonesia dan teh dapat di konsumsi orang dewasa maupun anak anak.
Karena cara menyeduhkan juga sangat mudah. Teh ini berbeda dengan teh pada umunya.
Karena teh krisan sangat aman dan tidak berpengawet. Teh bunga krisan (Hanzi: 菊 花 茶 ;
Pinyin: júhuā chá) adalah teh herbal terapi yang terbuat dari bunga krisan/bunga kekwa
(Chrysanthemum morifolii) juga dikenal sebagai Ju Hua dalam istilah bahasa cina, yang telah
digunakan dalam pengobatan tradisional Cina selama berabad-abad. Cara membuatnya sama
seperti membuat teh biasa, ditaruh teko dan disedu dengan air panas kemudian bisa ditambah
dengan gula batu. Teh bunga krisan yang sudah dingin atau diklasifikasikan sebagai ramuan
yang dingin, itu baik untuk kesehatan tubuh, salah satunya adalah dapat membantu dalam
pemulihan timbulnya jerawat. Di Asia Timur teh herbal bunga krisan ini dikenal juga sebagai
obat herbal. Teh bunga krisan adalah obat pertama pada masa Dinasti Song (960–1279).[1] Teh
krisan (chrysanthemum tea) adalah minuman herbal yang terbuat dari bunga krisan
(chrysanthemum). Teh krisan merupakan sumber yang kaya vitamin C, beta-karoten, kalsium,
serat, folacin, zat besi, magnesium, niasin, kalium, dan riboflavin. Manfaat teh ini telah disadari
oleh bangsa Cina sejak zaman kuno. Berasal dari wilayah Asia Timur, bunga liar ini
diperkenalkan ke Jepang pada abad ke-8 M.
Krisan merupakan segel resmi dari kekaisaran Jepang karena manfaat kesehatan dan
sifat penyembuhan yang luar biasa. Pembuatan teh krisan sebagai minuman kesehatan
dilakukan secara demonstrasi dengan melibatkan beberapa peserta dan hasilnya langsung
dinikmati (dicicipi) oleh semua peserta. Pembuatan teh krisan dilakukan secara sederhana
dengan cara merebus bunga kering krisan dan penambahan madu atau gula sebagai
pemanis/penambah rasa dan untuk mengurangi rasa sepet.
CARA MEMBUAT TEH KRISAN
Cara membuaat teh dari bunga krisan ini cukup mudah yaitu yang pertama bunga krisan di petik
dan pilih sesuai kualitas, kualitas yang baik akan menjadikan teh krisan menjadi segar. Kemudian
bunga yang sudah di pisahkan akan di cuci bersih dan di layukan dengan cara di kukus. Kemudian
setelah layu bunga krisan akan di jemur di bawah sinar matahari langsung selama 24 jam atau juga
bisa di ovem dengan suhu 60 derajat celcius. Setelah kering bunga krisan sudah dapat di konsumsi.
Dengan mengolahnya menjadi produk teh herbal yang berkhasiat bagi kesehatan ini bisa
meningkatkan harga jual bunga ini dan dapat bersaing di pasar.selain dapat mendetoks racun, bunga
ini dapat mengobati flu, gangguan sakit perut, sakit kepala, dan bunga ini menjadikan konsumen
relaksasi.
DAFTAR PUSTAKA
- Anonim. 2018.
https://unsurtani.com/2018/03/resep-membuat-teh-daun-bunga-krisan [diakses 13
Oktober 2018]
- Indah, B., Hartal dan Misnawati. 2010.
Efektifitas Thricoderma sp. dan Gliocladium sp. dalam pengendalian layu fusarium
pada tanaman krisan, Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, Vol.12, No. 1, pp. 7-12
- Wanita, Y.P, Setyono, B., dan Agriawati,
D.P. (2014). Krisan (Chrysanthemum indicum L.) organic sebagai bahan baku aneka
pangan olahan. Prosiding Seminar Nasional Pertanian Organik. pp. 445-450
- Rukmana, H.R. dan Mulyana, A.E.
(1997). “Krisan”. Yogyakarta: Kanisius.
- anita, Y.P, Setyono, B., dan Agriawati,
-

Anda mungkin juga menyukai