I. PENDAHULUAN
Tumbuhan sudah banyak digunakan oleh manusia sebagai salah satu bahan
olohan baik untuk dijadikan makanan maupun minuman yang bemanfaat bagi
kebutuhan sehari-hari. Dalam pengolahan beberapa tumbuhan ini banyak di
temukan tumbuhan yang mengandung nilai kesehatan yang tinggi. Baik tumbuhan
tersebut dikonsumsi dalam keadaan mentah maupun telah mengalami serangkaian
pengolahan. Salah satu pengolahan yang dilakukan yaitu pembuatan minuman
fungsional.
Minuman fungsional adalah minuman yang memiliki nilai gizi atau non
gizi yang apabila diminum dapat memberikan pengarung baik bagi tubuh. Baik
berupa kesegaran tubuh, pencegahan dari penyakit yang mungkin masuk ke dalam
tubuh, penghambat radikal bebas yang pasti masuk kedalam tubuh serta jenis
minuman ini dapat menunda penuan. Tumbuhan yang memiliki banyak potesi
yang dapat dimanfaatkan sebagai minuman fungsial adalah tumbuhan seperti jahe,
kopi, kersen dll.
Kersen atau talok (Muntingia calabura) adalah nama sejenis pohon dan
buahnya kecil dan manis. Pohon kersen ini mudah dijumpai di Indonesia terutama
desekitar jalanan kering baik itu di pedesaan dan perkotaan. Tanaman ini memiliki
tinggi sampai 12 meter namun pada umumnya tinggi tanaman kersen berkisar 1-5
meter. Ranting yang panjang dan dedaunan yang lumayan lebat membuat tanaman
ini sering dijadikan sebagai pohon peneduh saat matahari terik dan hujan datang.
(Anonymous, 2013).
Tanaman kersen memiliki buah kecil berwarna merah apabila sudah
matang dan memiliki rasa manis yang lumayan tinggi dan memiliki biji- biji kecil
seperti pasir di dalamnya kemudian daun berbentuk bulat telur sepanjang antara
2,5 cm dan 15 cm, lebar antara 1 cm dan 6,5 cm, dengan tepi daun bergerigi,
ujung runcing, dan struktur berseling. Warna daun hijau muda dengan bulu rapat
pada bagian bawah daun. Buahnya biasa dikonsumsi dalam bentuk segar atau
setelah di petik dari pohon.
2
Tanpa kita sadari buah kersen ini memiliki khasiat yang luar biasa dalam
mengobati beberapa jenis penyakit termasuk asam urat dan hal ini telah di ketahui
oleh masyarakat jawa tengah pada umumnya. Selain buahnya, ternyata daun
tanaman kersen juga memiliki khasiat. Daun kersen atau talok mengandung
kelompok senyawa atau lignan antara lain flavonoid, tannin, triterpene, saponin,
dan polifenol yang menunjukkan aktivitas antioksidatif yang dapat dimanfaatkan
sebagai antioksidan alami apabila dikonsumsi. (Zakaria, 2007).
Antioksidan yang banyak dan berguna pada daun kersen ini diduga dapat
melindungi tubuh dari bayaknya radikal bebas yang terserap oleh tubuh saat
beraktifitas sehari-hari terutama diluar lingkungan perumahan. Selama ini
pemanfaatan daun kersen masih sangat jarang ditemukan terutama di daerah
Sumatera Barat berbeda halnya dengan masyarakat Jawa Tengah yang biasa
merebus daunnya dan menjadi salah satu minuman tradisional yang mujarap.
Karena rasanya yang masih kurang bisa diterima oleh masyarakat dibutuhkanlah
inovasi dalam pengolahan daun kersen baik pengolahan seperti daun teh, sehingga
dapat di konsusmsi seperti halnya minuman teh dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Tien R Muchtadi, Sugiono (2010) daun teh di Indonesia dikenal 2
macam pengolahan teh yaitu pengolahan teh hitam dan pengolahan teh hijau.
Pengolahan teh hitam dilakukan oleh perkebunan-perkebunan besar, sedangkan
untuk pengolahan teh hijau dilakukan oleh perkebunan-perkebunan rakyat. Di
samping teh hitam dan teh hijau dikenal dengan pengolahan teh “Oolong”, dimana
pengolahan jenis teh ini hanya dilakukan di Taiwan. Pada pengolahan teh hitam
dilakukan proses enzimatis penuh dalam prosesnya teh hijau tanpa ada proses
enzimatis untuk mendapatkannya, sedangkan untuk pengolahan teh oolong
melalui proses semi-enzimatis. Proses pengolahan teh hijau yaitu dengan
melayukan daun teh dengan cara menjemurnya beberapa jam diatas tampan
sampai daun menjadi layu, selanjutnya dilakukan proses penggulungan dengan
cara menggilas daun teh diatas tampan menggunakan tangan sampai sebagian
besar cairan sel terperas keluar. Lalu dikeringkan sampai kadar airnya cukup
rendah.
3
1.4 Hipotesa
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malvales
Famili : Muntingiaceae
Genus : Muntingia
1
2
Pemanfaatan lain dari tanaman kersen adalah sebagi obat batuk, obat sakit
kepala, antioksidan, antikanker, antiseptik, antibakteri dan kardioprotektif .
Senyawa flavonoid diduga sangat bermanfaat dalam makanan karena berupa
senyawa fenolik, senyawa ini yang bersifat antioksidan kuat. Flavonoid memiliki
kemampuan untuk menghilangkan dan secara efektif menyapu spesies pengoksida
yang merusak. Aktivitas antioksidatif daun kersen yang mengandung flavonoid
melalui mekanisme sebagai beikut :
Kersen merupakan salah satu jenis dari marga Muntingia yang tumbuh
selalu hijau sepanjang tahun. Tanaman ini kaya senyawa flavonoid dengan jenis
flavon, flavonon, flavan dan biflavon sebagai kandungan yang penting (Nenden
Nurhasanah, 2012)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Magnoliales
Famili : Lauraceae
Genus : Cinnamomun
Gambar Tanaman kayu manis dapat dilihat pada gambar 3 dibawah ini
Cinnamomun zeylancium memiliki kulit kayu yang lepih tipis (Suwarto et.al,
2014).
Teh hijau adalah salah satu hasil pengolahan daun teh dengan serangkaian
proses fisik dan mekanis tanpa atau dengan sedik proses fermentasi menggunakan
sistem panning sangray. Dalam pengolahannya, enzim-enzim yang ada didalam
pucuk daun segar diinaktifkan terlebih dahulu sebelum digiling dengan
pemanasan uap dalam wajan sehingga proses fermentasi tidak dapat berlangsung
dan warna dari tehnya tetap hijau. Pengolahan teh hijau mampu mempertahankan
kandungan senyawa polifenol yang bersifat antioksidan. Teh ini memiliki rasa
lembut dengan warna hijau cerah atau hijau keemasan (Febrian,2014).
Teh hijau saat ini sedang terkenal di beberapa negara maju karena
minuman ini mampu menurunkan resiko kanker. Senyawa yang diduga mampu
mencegah kanker dalam teh hijau adalah epigalokatekin galat, yang terdapat dalm
kadar 670gr/Kg ekstrak teh hijau. Sejumlah penelitian baik secara farmakologi
maupun epidemiologi menegaskan bahwa teh hijau merupakan antioksidan yang
sangat potensial. Ilmuan jepang percaya bahwa antioksidan polifenol yang
11
terdapat didalam teh hijau mampu menekan resiko penyakit jantung, membunuh
sel tumor, serta menghambat perkembangan sel kanker paru-paru, kanker usus,
dan kanker kulit. Senyawa ini juga dapat membantu melancarkan proses
pencernaan makanan dengan cara menstimulasi kerja peristaltik dan produksi
cairan pencernaan. Selain polifenol, teh hijau juga mengandung mineral fluoride
(F). Mineral ini dapat mencegah perkembangan karies pada gigi dan mencegah
radang gusi serta gigi berlubang (Winarsi, 2007).
Teh herbal merupakan hasil pengolahan dari bunga, kulit, biji, daun dan
akar berbagai tanaman selain daun teh Camellia sinesis serta memiliki khasiat
dalam membantu pengobatan suatu penyakit atau sebagai minuman penyegar
tubuh (Winarsi, 2007; Muzaki, 2015). Teh herbal semakin dikenal oleh
masyarakat dalam beberapa tahun ini dan telah banyak jenis dari teh herbal
dengan berbagai merek dan komposisi bahan yang berbeda, hal ini dikarenakan
aroma, kandungan antioksidan dan pengaplikasiannya dalam bidang kesehatan
yang semakin berkembang. Mengkonsumsi teh herbal ini dihubungkan dengan
penurunan resiko penyakit kardiovaskular dan kanker serta efek kesehatan dari teh
yang berasal dari tingginya kandungan senyawa fitokimia dengan aktivitas
antioksidan (Palupi dan Widyaningsih., 2015).
Di Indonesia sendiri teh herbal sedang diminati masyarakat karena
kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan dan tingginya permintaan
masyarakat akan obatobatan tradisional. Senyawa antioksidan dipercaya sebagai
komponen aktif yang memberikan manfaat bagi kesehatan. Antioksidan dapat
memperbaiki kerusakan sel dan dinding pembuluh darah akibat radikal. Senyawa
tersebut juga dapat menekan terjadinya penggumpalan darah (trombus) sehingga
menurunkan resiko serangan jantung (Winarsi, 2007).
Berbagai herbal atau tanaman obat sebenarnya dapat diolah menjadi herbal
kering. Pada dasarnya, proses pengolahan semua jenis tanaman obat hampir sama.
Biasanya, perbedaan terletak pada lama dan suhu pengeringan karena disesuaikan
dengan karakteristik bahan segar. Herbal-herbal kering tersebut selanjutnya
12
2.5 Antioksidan
Reaksi oksidasi terjadi setiap saat, ketika kita bernapaspun terjadi reaksi
oksidasi. Reaksi ini mengakibatkan terbentuknya radikal bebas yang sangat aktif
yang dapat merusak struktur serta fungsi sel. Reaktivitas radikal bebas ini dapat
dihambat oleh sistem antioksidan yang melengkapi sistem kekebalan tubuh.
Secara biologis, antioksidan diartikan sebagai senyawa yang mampu menangkal
atau meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh. Dalam pengertian kimia,
senyawa antioksidan adalah senyawa pemberi elektron (electron donor).
Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu elektronnya kepada senyawa
yang bersifat oksidan sehingga aktivitas senyawa oksidan tersebut bisa dihambat
(Winarsi, 2007).
Antioksidan merupakan substansi yang diperlukan tubuh untuk menetralisir
radikal bebas dan mencegah kerusakan yang ditimbulkan oleh radikal bebas
terhadap sel normal, protein dan lemak. Antioksidan menstabilkan radikal bebas
dengan melengkapi kekurangan elektron yang dimiliki radikal bebas dan
menghambat terjadinya reaksi berantai dari pembentukan radikal bebas (Pratiwi,
2013). Keseimbangan oksidan dan antioksidan sangat penting karena berkaitan
dengan berfungsinya sistem imunitas tubuh. Kondisi seperti ini terutama untuk
menjaga integritas dan berfungsinya membran lipid, protein sel dan asam nukleat
serta mengontrol tranduksi signal dan ekspresi gen dalam sel imun (Winarsi,
2007).
Secara umum antioksidan dikelompokkan menjadi 2, yaitu antioksidan
enzimatis dan nonenzimatis. Antioksidan enzimatis misalnya superoksida
dismutase (SOD), katalase dan glutation peroksidase. Antioksidan nonenzimatis
dibagi lagi menjadi 2 kelompok, yaitu antioksidan larut lemak (tokoferol,
karotenoid, flavonoid, quinon dan bilirubin) dan antioksidan larut air (asam
askorbat, asam urat, protein pengikat logam dan protein pengikat heme) (Winarsi,
2007).
13
3.2.1 Bahan
Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun tanaman
kersen yang diperoleh dari Kec. Lubug Begalung, Kota Padang, Sumatra Barat.
Bagian daun yang diambil yaitu daun yang masih muda untuk mendapatkan
kualitas teh hijau yang baik. Cassiavera yang digunakan yaitu cassiavera dengan
kualitas yang sesuai standar SNI 0137141995 seperti yang terlampir pada
Lampiran 6.
Bahan kimia yang akan digunakan dipenelitian ini adalah aquades, air
destilat, larutan indigo, KMnO4 0,1 N, larutan gelatin, larutan NaCl asam, bubuk
kaolin, reagen DPPH, metanol, etanol 95% dan 20%, reagen follinciocalteu 50%,
Na2CO3 5%, asam galat, AlCl3 10%, natrium asetat 1 M, kuersetin, amonium
hidroksida pekat dan asam asetat 10%.
3.2.2 Alat
Alat-alat yang akan digunakan adalah timbangan analitik, magnetic stirrer,
cawan aluminium, cawan porselen, desikator, vortex, gegep, oven, hot plate
stirrer, pipet tetes, pipet ukur, pipet gondok, gelas ukur, labu takar, tabung reaksi,
rak tabung reaksi, erlenmeyer, gelas piala, buret, statis, plat tetes, mortar, test
tube, spektrofotometer, termometer, blender, pisau, sendok dan cup plastik.
15
Cassiavera yang digunakan yaitu cassiavera dengan kualitas yang sesuai standar
SNI 0137141995 seperti yang terlampir pada Lampiran 6.
3.4.2 Pembuatan Bubuk Teh Herbal Daun Kersen (Modifikasi Pratiwi, 2013)
Tahapan pembuatan teh herbal daun kersen adalah:
1. Daun kersen yang berkualitas baik dipetik dan dilakukan pencucian
2. Daun kersen dilayukan dengan oven pada suhu 70°C selama 20 menit.
3. Dilakukan penghancuran dengan menggunakan blender
4. Dikeringkan menggunakan oven pada suhu 80°C selama 30 menit sampai
berubah warna menjadi hijau kecoklatan
5. Diayak menggunakan ayakan 20 mesh
6. Bubuk teh herbal dikemas
3.5 Pengamatan
Pengamatan terhadap bubuk cassiavera meliputi kadar air dan kadar abu.
Pengamatan terhadap bubuk teh herbal daun kersen bercitarasa cassiavera
meliputi: kadar air, kadar abu, kadar tanin, uji antioksidan metode DPPH, total
17
polifenol, alkaloid. Pengamatan terhadap air seduhan teh herbalnya meliputi: uji
antioksidan, uji polifenol, uji organoleptik (rasa, warna, dan aroma).
dilanjutkan dengan uji Duncant New Multiple Range test (DNMRT) pada taraf
5%.
Uji organoleptik dilakukan dengan menyeduh terlebih dahulu 5 gr teh herbal
daun kersen bercitarasa cassiavera sesuai perlakuan dengan 500 ml air suhu
100°C, kemudian didiamkan selama 3 menit. Air seduhan teh tersebut
ditempatkan didalam 20 buah cup plastik yang tiap cupnya berisi 20 ml minuman,
kemudian diberikan kepada panelis untuk dilakukan uji organoleptik. Formulir uji
organoleptik disajikan pada Lampiran 7.
21
4.2 Perhitungan
Keterangan:
SK = Sumber Keragaman
db = derajat bebas
JK = Jumlah Kuadrat
P=Perlakuan
U = Ulangan
KT = Kuadrat Tengah
FK = Faktor Koreksi
JKP = Jumlah Kuadrat perlakukan
JKS = Jumlah Kuadrat Sisa
KTP = Kuadrat Tengah Perlakuan
KTS = Kuadrat Tengah Sisa
23
V. PERKIRAAN BIAYA
DAFTAR PUSTAKA
Daun kersen
Pemetikan
Pencucian
Pengemasan
Bubuk cassiavera
Lampiran 3. Diagram Alir Pembuatan Bubuk Teh Hijau Daun Kersen Bercitarasa
Cassiavera
Pengemasan
Pengamatan:
Kadar air
Kadar abu
Kadar tanin
Uji antioksidan dengan DPPH
Total polifenol
Alkaloid
31
Pengamatan :
Uji organoleptik (rasa, warna dan aroma)
32
2.4 Kadar abu larut dalam air (b/b) dan Min 45%
abu total
2.5 Kadar abu tidak larut dalam asam Maks 1%
(b/b)
2.6 Alkalinitas abu lrut dalam air (b/b) 1 3%
2.7 Kadar serat kasar (b/b) Maks 16,5 %
2.8 Polifenol (b/) Min 15%
2.9 Cemaran logam
a. Timbal (Pb) Maks 2 mg/kg
b. Timah (Sn) Maks 40 mg/kg
c. Raksa (Hg) Maks 0,03 mg/kg
d. Arsen (As) Maks 1 mg/kg
e. Kadmium (Cd) Maks 0,2 mg/kg
f. Seng (Zn) Maks 40 mg/kg
2.1 Cemaran mikroba
0 a. Angka lempeng total Maks 1 X 106 koloni/gr
b. Coliform Maks 3 X 103 koloni/gr
c. Kapang dan khamir Maks 4 X 105 koloni/gr
34
Lampiran 7. Lembar Uji Organoleptik Air Seduhan Teh Herbal Daun Kersen
Bercitarasa Cassiavera
Nomor penguji :
Tanggal uji :
Nama :
Jenis kelamin :
Umur :
Bahan yang diuji :
Berilah tanda (v) pada nilai yang dipilih sesuai dengan kode contoh
Kode contoh
Spesifikasi Nilai
102 106 110 109 104
1. Warna
a. Sangat suka 5
b. Suka 4
c. Biasa 3
d. Tidak suka 2
e. Sangat tidak suka 1
2. Rasa
a. Sangat suka 5
b. Suka 4
c. Biasa 3
d. Tidak suka 2
e. Sangat tidak suka 1
3. Aroma
a. Sangat suka 5
b. Suka 4
c. Biasa 3
d. Tidak suka 2
e. Sangat tidak suka 1
Bulan
Kegiatan
Juli Agustus September Oktober November Desember
Pembuatan
Proposal
Pra-penelitian
Seminar
Proposal
Perbaikan
Penelitian
Bimbingan
Seminar Hasil
Ujian Sarjana