Anda di halaman 1dari 30

TUGAS PENGETAHUAN BAHAN TEKSTIL

BAHAN PELAPIS DAN BAHAN PELENGKAP


K.D 3.7 Memahami Bahan Tekstil
K.D 4.7 Mengelompokkan Bahan Tekstil

Disusun Oleh:
Nama : Ulvi Nur Isnaini
Kelas : X10
Nomor :30

Tahun Pelajaran 2019/2020


SMK N 1 KARANGANYAR
BAHAN PELAPIS DAN BAHAN
PELENGKAP

A. BAHAN PELAPIS
1. BAHAN PELAPIS
Bahan pelapis adalah bahan yang ditambahkan pada pembuatan
busana kain bahan pelapis yang digunakan pada industri garmen dapat
disejajarkan dengan alat, yang mana berpengaruh terhadap pembentukan
pakaian/busana yang bermutu. Bahan Pelapis ( underlying) adalah bahan
tambahan yang terletak di bawah bahan utama yang fungsinya antara lain
untuk membentuk, menopang kain, menjaga tetap kuat dari gesekan, lipatan,
tekanan dan tahan rendaman. Juga untuk memberi rasa nyaman saat
pemakaian seperti memberi rasa sejuk, hangat dan menghindari rasa gatal.

Dalam pembuatan busana bahan pelapis digolongkan menjadi 4 jenis yaitu


lapisan bawah (Underlining), lapisan dalam (Interfacing), lapisan antara
(Interlining) dan bahan pelapis (lining) yang biasa disebut furing ( Lining).
Masing-masing mempunyai fungsi yang khusus mempengaruhi penampilan
sebuah pakaian/busana.

2. Jenis-jenis Bahan Pelapis


1. Lapisan Bawah (Underlining)
Adalah bahan pelapis yang terletak di bagian bawah (bagian buruk) bahan
utama pakaian (Garment fabric) biasa disebut lapisan bawah atau lapisan
pertama. Pada umumnya lapisan bawah dimaksudkan untuk menguatkan
bahan utama pakaian serta keseluruhan desain.

2. Lapisan Dalam (Interfacing)


Adalah bahan pelapis yang lebih kokoh dari lapisan bawah yang
dipergunakan untuk menguatkan dan memelihara bentuk pakaian. Bahan
lapisan ini dapat dipergunakan pada seluruh bagian dari pakaian, tetapi
pada umumnya hanya dipergunakan pada bagian-bagian tertentu saja
seperti pada kerah, manset, saku dan lainnya.

3. Lapisan Antara (Interlining)


Adalah bahan pelapis lembut dan ringan yang diletakkan diantara
interfacing dan lining pada suatu pakaian untuk memberikan rasa hangat
selama dikenakan. Biasanya untuk lengan baju dan bagian badan dari
jaket atau mantel.

4. Bahan Pelapis (Lining) atau biasa disebut furing


Adalah bahan pelapis yang memberikan penyelesaian yang rapi, rasa
nyaman, kehangatan, kehalusan terhadap kulit, biasanya disebut bahan
pelapis terakhir (furing) karena merupakan penyelesaian terakhir pada
pembuatan busana untuk menutupi bagian dalamnya.

Untuk suatu desain semakin berstruktur dan berdetail semakin besar pula
kebutuhan akan lapisan bawah dan lapisan didalamnya. Bobot bahan pakaian
merupakan faktor lain untuk diperhatikan, semakin ringan bobot atau
kelembutan dari suatu bahan utama pakaian, semakin lebih membutuhkan
bahan penyokong.

Tidak semua busana menggunakan keempat jenis bahan pelapis secara


bersama-sama contoh pada pembuatan kebaya cukup diperlukan bahan
interfacing untuk memberi bentuk dan lining untuk memberi rasa nyaman
saat dikenakan namun ada kalanya keempat jenis bahan pelapis digunakan
secara bersama-sama seperti yang terlihat pada gambar.

3. Konstruksi Bahan Pelapis


1. Lapisan Bawah (Underlining)
Hampir semua jenis bahan dari yang paling ringan, tipis sampai ketebalan sedang
dan berbobot dengan penyempurnaan lembut, sedang atau gemerisik.

Contoh bahan-bahan pelapis dalam:

 sutera cina
 organdi
 organsa
 muslin
 batiste
 tula
 rayon
 tricot ringan untuk rajutan/bahan yang halus.
rayon satin tafeta organdi tula

Gb. 2.2 Contoh bahan Underlining

Gaun pesta malam dengan bahan


utama renda dan dilapis bahan
tricot yang berfungsi sebagai
Underlining sekaligus lining

Gb. 2.3 Gaun pesta malam


2. Lapisan dalam (Interfacing)
Interfacing terbuat dari bermacam-macam bahan yang berbeda, dengan konstruksi
dan penyempurnaan yang berbeda.

Dilihat dari kontruksinya interfacing dapat digolongkan menjadi tiga yaitu yang
berasal dari tenunan (non woven) rajutan (knit) dan bukan tenunan (non woven).

a. Tenunan (woven)
Jenis tenunan yang arah seratnya memanjang saling mengikat. Dalam
penggunaannya sebaiknya mengikuti arah serat. Jenis ini akan membentuk pakaian
lebih bagus & stabil.

b. Bukan Tenunan (Non woven)


Proses pembuatannya tidak ditenun, melainkan dikempa sehingga tidak memiliki
arah serat.

Bahan non woven dibentuk dari serat-serat yang dilumatkan, direkatkan atau
diampurkan dengan bahan bahan kimia.

Interfacing yang tidak ditenun biasanya lebih keras daripada yang ditenun.

c. Rajutan (Knit)
Konstruksi kain rajut berbeda dengan kain tenun. Pada umumnya elastisitas
kemuluran bahan rajut lebih tinggi dari bahan tenun.

Yang juga termasuk jenis dari rajut (Knit F. Interfacing) adalah welf.

Termasuk juga interfacing model baru yaitu interfusi atau fusing yaitu
pengembangan secara modern yang menggunakan Adhesives (perekat) untuk saling
mengisi serat-serat yang pendek atau bahan direkatkan bersamaan. Ada dua cara
dalam proses perekatan yaitu cara pertama dengan disemprotkan biasanya hasil
perekatnya tidak rata, cara kedua dengan dilaminating hasilnya lebih rata dan
terdapat lembaran plastik yang menempel pada tenunan. Contoh trubinais
Jenis Bahan Interfacing Menurut Konstruksinya

No Jenis Contoh bahan Ciri dan Kegunaan


Interfacing
1. Tenunan / Rambut kuda
Woven - terbuat dari
campuran kapas dan
rambut kuda/bulu binatang
yang kuat jenis interfacing
ini benar-benar lentur,
tebal, kuat dan tidak
berperekat
- untuk
memberikan bentuk dan
memperindah busana,
Contoh pada jas dan torso

Trubinais
- sebagai
penegak tekstur sedang
untuk krah berperekat
sampai kaku
- berperekat
atau tidak berperekat
untuk ban pinggang
- diproses fusi,
berperekat
laminit, welf
- sebagai
untuk ban pinggang pengeras, pembentuk pada
tanpa berperekat
krah manset dan ban
untuk ban pinggang tanpa pinggang
berperekat
- memberi
ketegasan pada detail
busana
Cufner - tipis sampai
tebal
- tekstur halus
- ada yang
memiliki ketebalan
bertingkat (tebal tipisnya
tergantung dari kerapatan
tenunan dan besar serat
benang yang digunakan
- berperekat
- untuk melapisi
bagian-badan muka,
memberi bentuk pakaian,
memperbagus jatuhnya
bahan (drape)

2. Bukan tenunan Vliseline - interfacing


/ non woven bukan tenunan, tipis dan
berperekat
- memiliki
berbagai macam warna
- bertekstur
No Jenis Contoh bahan Ciri dan Kegunaan
Interfacing
lembut atau kasar, sedang
sampai tebal bisa
membantu bentuk busana
- untuk melapis
tengah muka, saku, kerah,
garis leher, belahan placket

Cufner Gula/Pasir - mempunyai


daya elastis tinggi baik yang
bertekstur lembut atau
kasar
- ketebalan
sedang sampai tebal
- berperekat
- kegunaan
seperti cufner

3. Rajutan Knit fusible interfacing - Bersifat lembut


sehingga mudah dibentuk
dan dlipat sesuai mode
busana
- menambah
keindahan bentuk busana,
mempertegas garis-garis
busana jenis ini baik
digunakan pada seluruh
bagian badan pada
pembuatan busana pria
No Jenis Contoh bahan Ciri dan Kegunaan
Interfacing
atau wanita yang bahan
utamanya halus, biasa
diterapkan pada busana
pesta, misalkan sutera.

Weft - Jenis
interfacing yang dirajut dan
memiliki arah serat
memanjang dan melebar
dalam penggunaannya
sebaikkan digunakan arah
serat yang melebar.

2. Lapisan antara (Interlining)


Bahan berbobot ringan, tipis sampai tebal dan kasab menyerupai busa, katun
berbulu:

Contoh: flanel, bahan selimut bobot ringan, felt, dacron.

Gb. 2.4 contoh


bahan Dacron &
flannel
Gb.2.5 Jaket dengan interlining dari dacron

3. Bahan Pelapis (Lining)


Ciri bahan pelapis (furing) adalah lembut, licin, tipis, ringan dan higrokopis
sehingga memberi rasa sejuk saat dikenakan.

Contoh: satin, katun, rayon, Nilon, seperti sutera ( silky), trico.


sutera satin silky trico katun

Gb2.6. contoh bahan lining /furing

4. Fungsi Bahan Pelapis

Fungsi dari keempat jenis bahan pelapis

1. Bahan Pelapis Pertama (Underlining)


 Memperkuat bahan utama busana secara keseluruhan
 Memperkuat kelim & bagian-bagian busana
 Mencegah bahan tipis agar tidak tembus pandang
 Menjadikan sambungan bagian bagian busana atau kampuh
tidak kelihatan dari luar

2. Bahan Pengeras (Interfacing)


 Memperbaiki bentuk pada busana seperti kerah, saku, garis
leher
 Membuat kaku, licin, dan rata pada bagian-bagian busana
 Menstabilkan dan memberi bentuk tertentu pada bagian tertentu
seperti ujung dan detail pada busana
 Memperkuat dan mencegah bahan renggang

3. Bahan Penghangat (Interlining)


 Satu-satunya tujuan interlining ini adalah untuk memberi rasa
hangat busana yang dipakai, misalnya jas, mantel atau jaket.

4. Lining atau furing


 Menutup bagian dalam konstruksi bagian dalam busana agar
tampak rapi
 Menahan bentuk dan jatuhnya busana
 Pengganti petty coat (rok dalam)
 Agar bahan tipis tidak tembus pandang
 Sebagai pelapis berbulu atau kasar seperti wol
 Untuk memberi rasa nyaman (sejuk, hangat) pada saat
dikenakan
 Memudahkan pakaian untuk dipakai atau dilepas
5. Penggunaan dan Penempatan Bahan Pelapis

1. Underlining
 Dipasang pada
bagian-bagian
tertentu pada penegak dari
busana misalnya bahan organdi
bahan organdi/
organza bisa
digunakan
sebagai bahan
penegak kerah,
pada kebaya
tanpa harus
merusak motif
bahan utama.
 Untuk
menyelesaikan
lapisan menurut
bentuk dan
belahan tengah
muka juga untuk
memperkuat
badan yang
akan dihias
(dibordir,
dipayet).
 Di pasang
diseluruh bagian
Gb.2.7 Kebaya dengan penegak krah dan
busana.
lapisan tengah muka dari bahan
underlining organdi
2. Interfacing
Penggunaan bahan pelapis intefacing

a. Bagian-bagian tertentu pada busana seperti pada kerah, lapisan


saku, belahan tengah muka, belahan lengan ( placket), manset
dan sebagainya.

 Lapisan Leher dan lengan


cufner/vliseli
ne

 Belahan tengah, muka dan ban pinggang


trubinais
tebal

ban pinggan
menggunakan
 Manset

trubinais tipis

 Kerah dan saku

trubinais sedang

vliseline

Gb. 2.8 Contoh pemasangan interfacing pada bagian busana

b. Dipasang pada seluruh bagian busana misalnya pada


pembuatan jas atau blazer
c.
Stay tape: pita /plester
yang tipis tapi kuat, terbuat
dari linen atau katun yang
dijahit sepanjang tepian
lapel untuk memperkuat
dan menghindari pelebaran

cufner tenunan rapat atau


tebal ditempatkan pada
bagian atas untuk lebih
memberi bentuk pada
badan atas

Pemasangan interfacing
hair canvas pada badan
bagian muka

Gb. 2.9 Pemasangan interfacing pada badan muka jas


Gb.2.10 Torso dengan menggunakan interfacing hair
canvas/bubat

3. Interlining
Pemakaian pelapis dalam, pada pembuatan busana, antara lain:

 Pada bagian badan jaket, jas atau mantel


 Pada bagian tertentu pada busana, misalnya bagian badan atas,
kerah & sebagainya

4. Lining
Pemakaian pelapis
luar/terakhir (lining)
ini pada pembuatan
busana pada
umumnya dipasang
pada:

 Seluruh bagian
dalam dari
busana seperti Bagian
jas, jaket, luar
bahan
mantel, bebe, utama
rok, blus
 Pada bagian
Bagian
busana tertentu,
misalnya pada dalam

bagian badan Bagian dalam


atas pada bahan utama
kebaya, lapisan dalam ban pinggang celana. Gb. 2.11
Pemasangan lining pada gaun
Gb. 2.12 Pemasangan lining pada Jas

3. Bahan Penghangat (Interlining)

• Interlining digunakan sebagai pelapis pada pembuatan suatu produk garmen,


seperti jaket, jas atau mantel.

• Interlining dipasang pada bagian tertentu, seperti bagian badan atas, kerah,
dan sebagainya.

4. Lining/Furing

• Lining dipasang pada seluruh bagian dalam pada pakaian, seperti jas, jaket,
mantel, rok, blus, dan lain sebagainya.
B. BAHAN PELENGKAP
Pelengkap (aksesori) busana adalah detail-detail yang dipasang pada
permukaan busana. Bisa dipasangkan pada permukaan busana sebelum bahan
dipotong, pada bagian-bagian busana sebelum dijahit, atau setelah busana
selesai dijahit.

Garnitur (Trimmings), bisa sebagai unsur dekoratif (hiasan) atau


unsur fungsional (kegunaan), ataupun keduanya. Segala yang dapat
dipindahkan tanpa menganggu struktur dasar busana, seperti memasang
monte, aplikasi dan bordir, adalah unsur dekoratif dan menambah nilai
penampilan diri desainnya. Sedangkan kancing-kancing dan tutup tarik adalah
unsur fungsional, sebab mereka penting untuk memudahkan mengenakan dan
melepas busana, serta juga bisa menambah perhatian pada desainnya.

Baik unsur dekoratif atau unsur fungsional, garnitur harus selalu


dirancang sebagai bagian dari busana. Suatu garnitur tidak harus selalu
dipergunakan, kecuali akan menambah penampilan suatu desain. Bobot serta
ukuran dari garnitur apa saja seharusnya selaras dengan bahannya.

Memilih bahan pelengkap busana diperlukan ketelitian dan


kecermatan. Pemasangan hiasan busana dibuat sedemikian rupa sehingga
tidak mempengaruhi struktur suatu busana, kemungkinan untuk dilepas dapat
dilakukan.

2. Macam dan Fungsi Bahan Pelengkap Busana

Macam-macam garnitur busana adalah sebagai berikut:

a. Aplikasi, adalah bentuk-bentuk dekorasi yang dijahitkan atau dilem pada


busana.
b. Badge, bisa berupa bordiran, atau terbuat dari metal yang biasanya
dijahitkan pada busana, tetapi beberapa mempunyai segelan/lem
dibelakangnya yang disetrikakan di atas busana supaya melekat.
c.Bunga korsase (corsage), dapat dibuat dari bahan dasar busananya, atau
dibeli terpisah dan dipasangkan.
d. Bulu burung dan bulu imitasi (fake fur), terutama dengan bulu imitasi bisa
diperoleh macam-macam pola bulu kulit binatang.
e. Bisban, potongan serong bahan tetoron, satin yang dilipat yang
dipergunakan untuk pinggiran, untuk menggantikan kebutuhan lapisan
singkap (facings).
f. Pita-pita (ribbons), sepotong bahan dengan lebar bevariasi, dengan tepian
kain (selvage) di kedua sisinya. Jenis pita antara lain: pita satin, pita bordir,
pita strip dua atau tiga warna, pita golt/silver (emas/perak).
g. Renda sebagai garnitur busana sudah dikenal sejak dulu kala. Seiring
dengan semakin majunya industri tekstil maka rendapun dewasa ini sangat
bervariasi baik konstruksi, bentuk maupun bahannya. Renda yang sering
digunakan terbuat dari bahan katun, sutera, nylon, polyester, dan
sebagainya. Renda dapat dibuat dengan tangan atau mesin. Beberapa
macam renda seperti bordir dan renda air, privolite, renda rajutan, renda
elastik.

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada waktu memiih renda untuk busana:
a Kesesuaian dengan desain busana, terutama cara penempatan hiasan
b Kesesuaian dengan tekstur, corak dan warna bahan
c Kesesuaian dengan jenis atau asal bahan.

Desain busana diperlukan untuk memudahkan dalam pemilihan


garnitur. Berdasarkan desain dapat ditentukan jenis, bentuk garnitur, serta
posisinya yang tepat.
Usahakan tetap menerapkan unsur-unsur dari azas desain terutama
keselarasan, perbandingan, keseimbangan dan pengulangan misalnya: busana
yang mempunyai krah yang kecil ukurannya tentunya diberi renda yang juga
kecil ukurannya.
Tekstur, corak dan warna garnitur sesuai dengan bahan busananya,
misalnya bahan silky jangan diberi renda atau pita yang terbuat dari katun.
Warna hiasan dapat senada atau kontras dengan bahan busananya
keserasian harus tetap diperhatikan, misalnya bahan bersorak akan lebih baik
bila diberi renda/pita yang polos.
Asal bahan (serat) dari bahan busananya harus memiliki sifat yang
sama, sebab selain akan melihat keindahannya juga harus memperhatikan daya
tahannya dan cara pemeliharaannya, misalnya busana dari bahan satin sebaiknya
dihias dengan bahan katun pula atau bahan campuran seperti polyester.

A. Jenis Renda
Berdasarkan jenisnya renda dibagi menjadi 3 yaitu: renda bordir, renda air,
privolite.
1) Renda bordir yaitu renda yang mempunyai tenunan dasar kemudian
disulam atau dibordir. Umumnya terbuat dari bahan katun dan polyester
lebih kaku dan agak tebal serta tidak tembus pandang.
Gambar 2.1 Renda Border

2) Renda air, yaitu renda yang dibuat dengan mesin khusus (Jaguard) terbuat
dari nylon, acetat dan polyester, tipis dan tembus pandang.

Gambar 2.2 Renda Air

3) Privolite renda yang dibuhul dengan tangan atau mesin khusus, terbuat dari
katun atau polyester.
4) Renda rajutan atau kaitan, terbuat dari benang yang kasar seperti benang
parel dari katun atau polyester.

Gambar 2.3 Renda Rajutan

5) Renda elastik yang terbuat dari nylon dan karet khusus dipasang pada
bahan mulur (tricot, jersey). Renda elastik mempunyai fungsi ganda yaitu
selain sebagai hiasan juga penyelesaian pinggir seperti pada pakaian
dalam.
Gambar 2.4 Renda Elastik

b) Bentuk Renda
Bentuk renda ada 2 yaitu: renda pinggir dan renda tengah.
1) Renda pinggir yaitu letak motif hanya pada satu sisi sedangkan sisi yang
lain tidak bermotif yang merupakan bagian yang akan dijahit.

Gambar 2.5 Renda pinggir

2) Renda tengah yaitu letak motif di tengah dan kedua sisinya sama bentuk.
Gambar 2.6 Renda Tengah
c) Lekapan

Bentuk lain daripada hiasan busana,


yaitu hiasan lekapan, disebut lekapan
karena memasangnya dilekapkan
(dipasang) pada permukaan busana.
Macam-macam bahan lekapan, yaitu:
kor (bentuk bulat), biku-biku (gigi
anjing) pipih bentuk zig-zag, kumai
serong, piping atau pita untuk rompok,
pita satin (polos, bercorak), pita lekapan
yang bercorak, pita elastik, hiasan
aplikasi, motif bunga, binatang, boneka,
dan sebagainya.
Bahannya terdiri dari: katun, sutera,
polyester, benang logam.

Gambar 2.7 Lekapan

d) Jumbai-jumbai: adalah suatu pinggiran tempel untuk menggantungkan


benang-benang, kor dan monte-monte, yang memberikan nuansa gerakan
untuk suatu desain. Jumbai-jumbai dari bahannya sendiri bisa dibuat dengan
mencabut benang-benang yang melintang pada pinggiran bahan, kemudian
disetik kelim.

Badge

Bulu Burung

Jumbai-jumbai
Gambar 2.8 Macam-Macam Garnitur

e) Piping, sepotong lipatan bahan atau kor yang dijahitkan pada pinggiran
sebuah busana atau disisipkan menyembul diantara dua kampuh jahit.

f) Bahan kontras, menciptakan efek yang menarik dengan mengkombinasikan


corak bahan dasar, warna, dan tekstur di atas suatu busana. Penanganan yang
cerdik termasuk memberikan pelapis (lining) atau singkapan (facing) dan
sebuah busana dengan bahan lainnya atau untuk efek yang lebih nyata, saku-
saku, kerah dan manset bisa dibuat kontras.

g) Krah bordir atau krah renda yang siap pakai (ready to use), model krah dan
duduknya krah yaitu krah tegak, setengah tegak, rebah.

3. Unsur Dekoratif dan Unsur Fungsional

Macam-macam garnitur sebagai unsur dekoratif atau unsur fungsional, ataupun


keduanya sebagai berikut:

a) Kancing

Kancing pada suatu busana dikatakan pelengkap yang mutlak ada untuk
memudahkan menggunakan maupun melepas busana. Fungsi kancing ada 2
yaitu kancing yang berfungsi sebagai penutup belahan dan sebagai hiasan
pada busana antara lain:

Kancing Tekan
Kancing tekan terbuat dari logam/plastik yang terdiri dari 2 bagian
kancing timbul dan bagian yang pipih. Kancing tekan juga banyak
digunakan untuk menyelesaikan busana wanita terutama blus dan
kebaya. Dalam penyelesaian busana yang halus dan berkualitas tinggi
biasanya kancing tekan dibungkus dengan kain yang tipis dan sewarna
dengan bahan busanya.
Kancing Hak
Kancing ini terbuat dari logam, terdiri dari dua bagian yang dipasang
pada pertemuan ban pinggang rok atau celana.

Kancing Kait
Kancing kait lebih kecil daripada kancing hak, terbuat dari logam.
Dipasang pada belahan seperti tengah muka, ukuran ada yang besar dan
kecil. Terdiri dari dua bagian yaitu pengait dan kaitan. Memasangnya
dengan bantuan tusuk balut. Kancing kait besar dipasangkan pada ban
pinggang rok ataupun celana.
Ada jenis kancing kait yang dipasangkan dengan cara ditanamkan pada
ban pinggang, tanpa dijahit, kancing kait tanam sering digunakan pada
penyelesaian celana pria, ataupun produk-produk pakaian jadi. Hal yang
perlu diperhatikan dalam pemasangan kancing kait maupun kancing
tekan ialah kancing tersebut tidak boleh kelihatan dari luar.

Hak

Hak tanam

Kancing kait

Gambar 2.9 Kancing Hak/Kait

Kancing Paku

Kancing ini terbuat dari logam, bentuk dan ukurannya beragam sehingga
fungsinya selain sebagai penutup belahan juga sebagai hiasan. Salah satu
bagian nampak dari luar. Pemasangannya dengan bantuan alat atau
dipres.

Kancing Hias

Kancing berfungsi sebagai penutup belahan sekaligus hiasan adalah


kancing hias. Kancing hias banyak jenis dan bentuk dan warnanya.
Penggunaan kancing hias berwarna harus mengutamakan keserasian
dengan warna pakaian. Dari segi ukuran kancing juga perlu disesuaikan.
Kancing berukuran besar untuk pakaian seperti jas, mantel pak blus, atau
gaun yang hanya memerlukan satu atau dua kancing, sedangkan untuk
pakaian yang memerlukan banyak kancing digunakan kancing yang
berukuran kecil atau sedang. Kancing hias dapat juga digunakan sebagai
pusat perhatian pada suatu busana.

Macam-macam kancing hias:


 Kancing berlubang dua, lubang empat, lubang empat ukuran kecil
Dipasangkan pada kemeja pria maupun wanita sedangkan kancing
berlubang dua ukuran besar sering dipasangkan pada busana
tailoring (jas, setelan, busana wanita).
 Kancing hias bertangkai dan tidak bertangkai
Kancing hias jenis ini memiliki banyak ragam bentuk, model,
warna dan ukuran. Ada yang berbentuk bulat, kotak, segi empat,
panjang dan sebagainya. Macam-macam ukuran kancing no. 16,
18, 22, 24, 28, 32, 40.
Kancing hias jenis ini dapat dipasangkan pada berbagai macam
model busana wanita.

Bentuk dan ukurannya sangat beragam sehingga selain berfungsi


sebagai penutup juga sebagai hiasan. Asal bahan dari kancing hias
tersebut adalah: logam, polyester, pelastik, batu-batuan,
gading/tanduk binatang, kayu, bambu, tali kor (kancing Cina).
Bentuk kancing hias ada tiga yaitu: berlubang dua, berlubang
empat, dan berkaki.

Kancing Kemeja

Kancing Tekan

Kancing Cina

Kancing Hias

Gambar 2.10 Macam-Macam Kancing

Ukuran diameter kancing


1. No. 14 diameter 1/3 inci
2. No. 16 diameter 3/8 inci
3. No. 18 diameter 7/16 inci
4. No. 20 diameter 1/2 inci
5. No. 22 diameter 9/16 inci
6. No. 24 diameter 5/8 inci
7. No. 30 diameter 3/4 inci
8. No. 36 diameter 7/8 inci
9. No. 45 diameter 11/8 inci
10. No. 55 diameter 13/8 inci

Kancing Bungkus

Kancing bungkus ialah dibungkus dengan kain. Kancing bungkus dibuat


dengan memakai alat lubang kancing atau dijahit dengan tangan.
Kancing ini termasuk kancing hias, pembungkusnya menggunakan perca
bahan busananya. Bentuk kancing bungkus ada yang bulat datar, bulat
cembung dan berbentuk kerucut dengan berbagai macam ukuran seperti
pada kancing hias bertangkai. Kancing bungkus dapat pula di hias
dengan manik payet dan dipasangkan pada kebaya modifikasi dari
busana pesta.

Kancing Cina
Kancing Cina terbuat dari sejenis tali yang dibuat dengan teknik simpul
dan buhul, sehingga menghasilkan bentuk-bentuk tertentu.

b) Tutup Tarik (Retsluiting = Belanda, Zipper= Inggris)

Tutup tarik atau sehelai kain/plastik/polyester yang dilegkapi gigi dan


tarikan sehingga dapat dibuka dan ditutup. Fungsinya adalah sebagai
penutup belahan dan sebagai hiasan.

Jenis tutup tarik


1) Tutup tarik satu arah, yaitu tutup tarik dengan gigi tarikan satu arah yaitu
dari bawah ke atas, umumnya dipasang pada bebe, rok dan busana anak-
anak.
2) Tutup tarik plastik tanpa gigi, tarikan dari bawah ke atas biasanya
dipasang pada jaket atau mantel.
3) Tutup tarik yang bagian bawah terpisah, menyatukan
ujungnya pada waktu busana sudah dikenakan, contoh pada
jaket/longtorso.

Tutup tarik hiasan dengan gigi yang kasar, biasanya dilengkapi dengan ujung tarikan yang
berbentuk bulat atau persegi.

Tutup tarik gigi kasar

Tutup tarik satu arah

Tutup tarik tanpa gigi

Tutup tarik bagian


bawah terpisah

Tutup tarik bagian


bawah terpisah

Gambar 2.11 Tutup Tarik

Ukuran:
Panjang 7 cm, 12 cm, 15 cm, 20 cm dan sebagainya dapat berupa gulungan
panjang (meter) dipotong sesuai dengan kebutuhan, tarikan dan penahan
dirangkai sendiri dengan bantuan alat.
c) Gasper (Kepala ban pinggang)

Pemakaian ban pinggang pada busana biasanya dilengkapi dengan gasper,


dipasang pada salah satu ujung ban pinggang.
Fungsi dari gasper ada dua, yakni: sebagai penahan/penguat pemasangan
ban pinggang dan sebagai hiasan busana. Gasper merupakan aksesori busana
yang dipergunakan untuk penutup/penguat maupun untuk dekorasi, bisa
dipasangkan pada gantungan atau tab (lidah pengencang) pada ikat pinggang
dan lainnya. Kancing-kancing bisa merupakan aksesori baik sebagai hiasan
saja atau sebagai kegunaan (fungsional) atau keduanya.

Jenis gasper
a. Gasper yang dilengkapi dengan pengait, berarti pula dilengkapi dengan
mata itik, yaitu lubang untuk memasukkan pengait gasper, terbuat dari
logam, plastik, polyester, dan sebagainya.
b. Gasper tanpa pengait, tetapi dilengkapi penahan pada ujung ban
pinggang. Bentuk dan ukuran bermacam-macam terbuat dari plastik dan
logam
c. Gasper bungkus dengan/tanpa pengait terbuat dari aluminium dibungkus
kain atau kulit dengan bantuan alat press gasper. Bentuk bulat, lonjong
dan persegi.

Gambar 2.12 Gesper


d) Pita Rekat (Nylon Tape = Adhesif Tape = Inggris)

Pita rekat ini terdiri dari dua bagian, salah satu bagian berupa duri-duri agak
kasar, sedangkan bagian lain berserabut. Menutup dengan cara merekat satu
sama lain dan menarik bila akan membukanya.
Fungsi pita rekat adalah: untuk menutup belahan, untuk memasang bantal
bahu, dan untuk menguat ban pinggang, dan sebagainya.

Jenis pita rekat ada dua, yakni: berupa pita yang dapat dibeli meteran sesuai
kebutuhan lebar antar 1-3 cm, dan bentuk geometris (menyerupai kancing)
yaitu bulat persegi dan segi tiga. Pemasangannya dengan bantuan jahitan
balut dan perekat (lem) khusus.

e) Elastik

Elastik yang merupakan pelengkap pada pembuatan busana yang terbuat dari
karet campuran. Fungsi elastik, yaitu: untuk memudahkan mengenakan dan
menanggalkan suatu busana sebagai hiasan dan memberi bentuk tertentu dan
kelonggaran pada busana.
Jenis elastik, yakni: berupa benang jahit, biasanya dipasang pada manset
busana anak, berupa pita (pipih) lebarnya antara 0,5–10 cm ban pinggang,
berupa tali kor atau bulat, renda elastik yang menyerupai renda untuk
penyelesaian pinggir suatu busana yang terbuat dari bahan mulur (streatch)
juga berfungsi sebagai hiasan.

Jenis elastik, yakni: berupa


benang jahit, biasanya
dipasang pada manset busana
anak, berupa pita (pipih)
lebarnya antara 0,5–10 cm
ban pinggang, berupa tali kor
atau bulat, renda elastik yang
menyerupai renda untuk
penyelesaian pinggir suatu
busana yang terbuat dari
bahan mulur (streatch) juga
berfungsi sebagai hiasan.
Gambar 2.13 Elastik
f) Bantalan Bahu (Padding)

Bantalan bahu (padding) merupakan pelengkap pada pembuatan busana


yang terbuat dari busa dan kapas.

Bantalan bahu (padding) berfungsi untuk memberikan/meninggikan bahu


agar bentuknya lebih baik.
1) Bantalan bahu yang khusus dipasangkan pada pembuatan jas
Bantalan bahu ini terbuat campuran serabut wol dan serabut kapas yang
beberapa lapis. Dipergunakan di bawah lapisan vuring, sehingga tidak
nampak dari luar.
2) Bantalan bahu yang khusus dipasangkan pada blus, gaun yang berlengan.
Bantalan bahu ini terbuat dari busa dengan beberapa ukuran ketebalan
yaitu tebal 1 cm, 1½ cm, 2 cm, 3 cm, 5 cm.
3) Bantalan bahu khusus u
ntuk busana berlengan setali
atau lengan reglan sering
disebut peding mangkok.

Gambar 2.14 Peding Mangkok

Pemilihan bantalan bahu disesuaikan dengan bentuk bahu orang yang


dibuatkan pakaian. Bentuk bahu yang turun (curam) sebaiknya memilih
bantalan bahan yang tebal agar bahu terlihat landai (bidang). Sedangkan
bahu yang landai dapat memilih bantalan bahu yang tipis. Sebelum
dipasangkan pada busana bantalan bahu yang terbuat dari busa harus
dibungkus dangan kain tipis (bahan furing) sewarna dengan bahan
busananya.

g) Kom/Mungkum

Kom merupakan pelengkap pada pembuatan busana yang terbuat dari busa
angin, vielt, dacron. Kom khusus dipasangkan pada bagian dada model
busana streples.

Fungsi kom yaitu untuk membentuk payudara yang kurang sempurna agar
kelihatan berisi.

h) Balein

Balein merupakan pelengkap busana yang terbuat dari logam, plastik dan
rotan yang ditipiskan berbentuk batang yang lentur. Fungsi balein yaitu
sebagai bahan pengisi untuk membentuk dan menegakkan, sering dipasang
pada sekeliling bagian bawah mungkum, di bagian sisi, di bagian kiri kanan
dari batas pinggang ke atas dan ke bawah sampai batas panggul. Cara
pemasangan balein dapat dijahit atau disisipkan.

Pita rekat

Padding jas
Padding blus/gaun
Kom/mungkum

Balein

Gambar 2.15 Peding, Kom, Balein, Pita rekat

Payet dan Manik-Manik

Pemilihan dan pemasangan payet dan manik-manik dan sejenisnya terbatas


pada busana tertentu. Kesan yang ditimbulkan hiasan adalah mewah (glamour)
karena berkilau sehingga sesuai untuk busana pesta malam.

Warna jenisnya tentu disesuaikan dengan jenis bahan busana. Payet dapat
mudah diperoleh di toko-toko, berupa untaian yang dijual meteran atau
ditimbang.
Macam-macam bentuk payet, yaitu: bulat pipih berlubang, persegi enam pipih
berlubang, bentuk bunga, bentuk geometris. Umumnya terbuat dari logam,
plastik dan nylon.
Manik-manik mulai dari ukuran terkecil sampai yang terbesar diameter antara
2 mm–2 cm terbuat dari plastik, logam, nylon, dan batu-batuan atau permata.

i) Benang

Ukuran dan pemakaian label benang berbeda-beda untuk setiap benang.

1) Polyester (Benang Polyster)


Bobot benang untuk tujuan yang umum (kurang lebih berukuran 50),
cocok untuk jahitan yangan maupun mesin pada kebanyakan bahan, tetapi
khususnya dianjurkan untuk tenunan sintetis, juga untuk rajutan dan bahan
mulur (Stretch) lainnya dari serat apa saja. Kebanyakan benang-benang
polyster memiliki penyempurnaan dengan malam (Wax) atau silikon untuk
membantu bisa menyelip melalui bahan dengan gesekan minimum.

2) Cotton (Benang Katun)


Suatu ketebalan sedang (medium) ukuran 50. Tersedia dalam pilihan
warna yang kaya, termasuk corak yang beraneka warna (ukuran-ukuran
lain hanya dibuat hitam dan putih saja walaupun warna-warni katun juga
ada dengan ukuran 30).
Dipergunakan untuk jahitan mesin dan tangan pada bobot ringan dan
sedang untuk katun, linen, dan rayon. Benang katun biasanya dimerser,
supaya berkilau, dan dapat terwarnai dengan lebih baik. Kekurangan
benang katun adalah pilihan yang tidak dapat diterapkan pada jahitan
bahan rajutan atau bahan mulur (Stretch) lainnya, karena setikan
melompat-lompat.

3) Nylon (Benang Nilon)


Merupakan benang yang kuat. Benang monifilamen ini dibuat dengan dua
corak warna transparan serta dicampur dengan bahan-bahan berwarna
terang atau gelap.
Benang nilon dipergunakan untuk jahitan tangan maupun mesin pada
keliman. Benang nilon memliki keelastisan tinggi, tetapi sangat sulit untuk
ditalikan pada ujungnya dengan hasil memuaskan.

4) Silk (Benang Sutra)


Benang ini dipergunakan untuk setik tindas-atas (Topstitching) dan lubang
kancing yang dibuat dengan tangan, juga untuk jahitan tangan dekoratif,
termasuk Smocking, dan untuk memasang kancing-kancing. Ukuran 40-43
tersedia dalam pilihan warna yang luas, tetapi mungkin sulit untuk
didapatkan.
5) Elastic (Benang Elastik)

Benang ini terbuat dari bahan nilon/katun dibungkus karet (Latex); benang
yang tebal dan sangat mulur (Stretchy), dipergunakan untuk kerutan-
kerutan pada mesin jahit. Benang elastik hanya diikalkan pada sekoci
mesin saja.

6) Stranded Cotton (Untaian Benang Katun)

Enam untaian benang katun yang dimerser dipintal longgar bersamaan.


Biasanya digunakan untuk pekerjaan tangan dekoratif. Untaian dapat
dipisahkan untu pekerjaan yang lebih halus; misalnya untuk
sulaman/bordir.

7) Soft Cotton (Benang Katun Halus)

Benang ini tidak dimerser, cocok untuk sulaman tangan yang besar-besar
(Bold) dan pekerjaan tapestry (permadani).

8) Mercerised Cotton (Benang Katun Dimerser)

Benang ini cocok untuk bordir mesin. Mempunyai ukuran berbeda; ukuran
30 (halus) dan ukuran 60 adalah (sangat halus).
9) Metallic (Benang Metalik)

Benang metalik adalah benang kemilau perak atau warna emas; diperlukan
untuk setik dekoratif dengan tangan maupun mesin.

Benang Wol

Benang Karet

Benang Jahit
Benang Logam

Benang Sulam

Benang Jahit

Benang Bordir

Gambar 2.16 Macam-Macam Benang

Anda mungkin juga menyukai