Anda di halaman 1dari 16

PANDUAN PELAYANAN STERILISASI DAN DESINFEKSI DI RSUD BAJAWA

BAB I

DEFENISI

Sterilisasi adalah suatu proses pengolahan alat atau bahan yang bertujuan untuk
menghancurkan semua bentuk kehidupan mikroba termasuk endospora dan dapat
dilakukan dengan proses kimia atau fisika.
Pusat sterilisasi merupakan salah satu mata rantai yang penting untuk pengendalian
infeksi dan berperan dalam upaya menekan kejadian infeksi. Untuk melaksanakan tugas
dan fungsi sterilisasi, pusat sterilisasi sangat bergantung pada unit penunjang lain seperti
unsur pelayanan medik, unsur penunjang medik, maupun instalasi antara lain perlengkapan
rumah tangga, pemeliharaan sarana rumah sakit, sanitasi, dan lain-lain. Apabila terjadi
hambatan pada salah satu sub-unit di atas maka pada akhirnya akan mengganggu proses
dan hasil sterilisasi.
Instalasi pusat sterilisasi (Central Sterilized Supply Department/ CSSD) adalah
unit pelayanan non-struktural yang berfungsi memberikan pelayanan sterilisasi yang sesuai
dengan standar/ pedoman dan memenuhi kebutuhan barang steril di rumah sakit.
Tujuan pusat sterilisasi adalah:

1. Membantu unit lain di rumah sakit yang membutuhkan kondisi steril, untuk mencegah
terjadinya infeksi
2. Menurunkan angka kejadian infeksi dan membantu mencegah serta menanggulangi
infeksi nosokomial
3. Efisiensi tenaga medis/ paramedis untuk kegiatan yang berorientasi pada pelayanan
terhadap pasien
4. Menyediakan dan menjamin kualitas hasil sterilisasi terhadap produk yang dihasilkan.
Tugas utama pusat sterilisasi adalah:

1. Menyiapkan peralatan medis untuk perawatan pasien

2. Melakukan proses sterilisasi alat/ bahan


3. Mendistribusikan alat-alat yang dibutuhkan oleh ruangan perawatan, kamar operasi,
maupun ruangan lainnya
4. Berpartisipasi dalam pemilihan peralatan dan bahan yang aman dan efektif serta
bermutu
5. Mempertahankan stock inventory yang memadai untuk keperluan
perawatan pasien
6. Mempertahankan standar yang telah ditetapkan

7. Mendokumentasikan setiap aktivitas pembersihan, desinfeksi, maupun sterilisasi


sebagai bagian dari program upaya pengendalian mutu
8. Melakukan penelitian terhadap hasil sterilisasi dalam rangka pencegahan dan
pengendalian infeksi bersama dengan panitia pengendalian infeksi nosokomial
9. Memberikan penyuluhan tentang hal-hal yang berkaitan dengan masalah sterilisasi
10. Menyelenggarakan pendidikan dan pengembangan staf instalasi pusat sterilisasi baik
yang bersifat intern maupun ekstern
11. Mengevaluasi hasil sterilisasi.
BAB 2

RUANG LINGKUP

Ruang lingkup pelayanan CSSD adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan dan penerimaan barang

2. Dekontaminasi

3. Pencucian

4. Pengemasan dan pemberian tanda

5. Proses sterilisasi

6. Penyimpanan dan distribusi

7. Pemantauan kualitas sterilisasi

8. Pencatatan dan pelaporan.

Instalasi pusat sterilisasi melayani semua unit di rumah sakit yang membutuhkan
kondisi steril. Dalam melaksanakan tugas sehari-hari pusat sterilisasi selalu berhubungan
dengan:
1. Bagian laundry
2. Instalasi pemeliharaan sarana
3. Instalasi farmasi
4. Sanitasi
5. Perlengkapan/ logistik
6. Rawat inap, rawat jalan, IGD, OK, dan lain-lain.
Indikasi kuat untuk tindakan desinfeksi/ sterilisasi yaitu:
1. Semua peralatan medik atau peralatan perawatan pasien yang
dimasukkan ke dalam jaringan tubuh, sistem vaskuler, atau melalui saluran darah harus selalu
dalam keadaan steril sebelum digunakan.
2. Semua peralatan yang menyentuh selaput lendir seperti pipa endotracheal harus
disterilkan/ didesinfeksi dahulu sebelum digunakan.
3. Semua peralatan operasi setelah dibersihkan dari jaringan tubuh, darah, atau sekresi
harus selalu dalam keadaan steril sebelum digunakan.
BAB 3
TATA LAKSANA

Tata laksana pelayanan penyediaan barang steril terdiri dari:

1. Perencanaan dan penerimaan barang

Selama penerimaan, petugas yang melakukan pengiriman dan penerimaan instrumen


harus menggunakan APD (sarung tangan, penutup kepala, penutup kaki, gaun anti
cairan, masker, maupun goggle mata), serta harus waspada terhadap instrumen yang
terkontaminasi cairan tubuh.
2. Dekontaminasi

Dekontaminasi adalah proses fisik atau kimia untuk membersihkan benda-benda


yang mungkin terkontaminasi oleh mikroba yang berbahaya bagi kehidupan, sehingga
aman untuk proses-proses selanjutnya. Tujuan dari proses dekontaminasi ini adalah
untuk melindungi pekerja yang bersentuhan langsung dengan alat-alat kesehatan yang
sudah melalui proses dekontaminasi tersebut, dari penyakit-penyakit yang dapat
disebabkan oleh mikroorganisme pada alat-alat kesehatan tersebut.
Peralatan medis, sarung tangan, dan permukaan harus segera didekontaminasi
segera setelah terpapar darah atau cairan tubuh. Segera setelah digunakan, masukkan
benda-benda yang terkontaminasi ke dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
Prosedur ini dengan cepat mematikan virus hepatitis B dan HIV.
3. Pencucian

Sebagian besar (hingga 80%) mikroorganisme yang terdapat dalam darah dan
bahan-bahan organik lainnya bisa dihilangkan melalui proses pencucian. Pencucian
juga dapat menurunkan jumlah endospora bakteri yang menyebabkan tetanus dan
gangren. Pencucian ini penting karena residu bahan-bahan organik bisa menjadi tempat
kolonisasi mikroorganisme (termasuk endospora) dan melindungi mikroorganisme dari
proses sterilisasi atau desinfeksi kimiawi. Khusus untuk pencucian bahan linen
dilakukan di laundry. Sedangkan pencucian instrumen dan sarung tangan dilakukan di
unit CSSD.
Proses pencucian meliputi:

a. Pembilasan
Pembilasan alat-alat yang telah digunakan tidak dilakukan di ruang perawatan.

b. Pembersihan

Semua peralatan yang dipakai ulang harus dibersihkan secara baik sebelum
dilakukan proses desinfeksi dan sterilisasi. Peralatan medis dibersihkan untuk
membebaskan materi organik yang menempel seperti darah, jaringan tubuh, dan
sebagainya, kemudian dilanjutnya dengan proses pengeringan.

c. Pengeringan

Pengeringan dilakukan sampai benar-benar kering.

4. Pengemasan dan pemberian tanda/ label

Setiap alat bongkar pasang harus diperiksa kelengkapannya, sementara untuk bahan
linen harus diperhatikan densitas maksimumnya.
Setiap kemasan harus mempunyai label yang menjelaskan isi dari kemasan, cara
sterilisasi, tanggal sterilisasi, dan kadaluarsa proses sterilisasi.
Prinsip-prinsip pengemasan:

a. Sterilan harus dapat diserap dengan baik menjangkau seluruh permukaan kemasan
dan isinya.

b. Harus dapat menjaga sterilitas isinya hingga kemasan dibuka.


c. Harus mudah dibuka dan isinya mudah diambil tanpa menyebabkan kontaminasi.
Persyaratan bahan pengemas, yaitu :
a. Sesuai dengan metode sterilisasi yang dipakai
 Bahan yang dipakai untuk pengemasan harus sesuai dengan proses sterilisasi
yang dipilih
 Harus tahan terhadap kondisi fisik, seperti suhu tinggi, kelembaban,
tekanan dan/atau hisapan pada proses sterilisasi.
 Udara pada kemasan dan isinya harus bisa keluar
 Sterilan pada proses uap, EO, atau panas-kering harus dapat menyerap dengan
baik pada seluruh permukaan dan serat semua isi dan kemasan.
 Sterilan harus dapat dilepaskan pada akhir siklus sterilisasi
b. Sterilisasi Uap.
Bahan kemasan harus memudahkan proses pelepasan udara dan penyerapan uap
yang baik pada kemasan dan isinya. Pada beberapa sterilisasi terjadi juga
proses penghisapan. Karenanya, bahan kemasan harus memudahkan
pelepasan udara secara total tanpa mengganggu bentuk kemasan dan
segelnya, Bahan kemasan juga harus mudah kering dan memudahkan
pengeringan isinya
c. Sterilisasi EO.
Bahan kemasan harus memudahkan penyerapan gas dan uap sterilan yang baik, dan juga
siap melepaskan gas dan uap tersebut dari kemasan dan isinya selama waktu aeras
d. Sterilisasi panas-kering
Bahan kemasan dan isinya harus tahan terhadap suhu selama waktu yang diperlukan
untuk siklus panas-kering tanpa meleleh, terbakar, atau rusak
e. Dapat menahan mikroorganisme dan bakteri
Bahan yang dipakai untuk mengemas harus dapat menjaga sterilitas dan melindungi
isinya yang sudah steril dari sumber-sumber kontaminasi mikroba mulai dari
saat kemasan, dikeluarkan dari mesin sterilisasi, sampai
kemasan dibuka untuk dipakai. Oleh karena itu, bahan yang dipakai sebaiknya berbulu,
juga dapat menahan masuknya debu dan terserapnya uap (air atau cairan lainnya).
f. Kuat dan tahan lama
Bahan kemasan harus cukup kuat untuk menampung isinya selama proses sterilisasi
dan penanganannya. Harus tahan sobekan dan tusukan, tidak boleh
terpengaruh tingkat atmosfir dan kelembaban udara. Selama penyimpanan
sebelum dan sesudah sterilisasi, bahan kemasan tidak boleh berkerut, berlubang
jika dilipat, kusut, atau melekat satu sama lain jika ditumpuk dan segel
tidak tidak boleh terlepas.
g. Mudah digunakan
Bahan harus mudah digunakan untuk membungkus, sesuai dengan ukuran dan
bentuk alat yang akan dikemas, dan harus membungkus alat rapat-rapat.
h. Tidak mengandung racun
Bahan kemasan tidak boleh mengandung bahan beracun dan berwarna yang dapat
menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan terhadap pekerja atau menjadi luntur jika
terkena sterilan. Bahan-bahan pakai ulang yang sudah dilaundry atau kotak kontainer
pakai ulang harus bebas dari detergen bahan pemutih, atau bahan kimia lainnya yang
dapat bereaksi dengan uap sehingga menyebabkan perubahan warna pada
instrumen atau menimbulkan perubahan kimia pada alat di dalam kemasan.
i. Segel yang baik
Segel sangat penting untuk melindungi isi kemasan dan menjaga sterilitas.
Pembungkus datar dapat disegel dengan indikator tape atau diikat dengan tali kain.
Kotak kontainer sterilisasi biasanya disegel dengan pengunci tahan hancur.
Saat membuka kemasan, semua metode segel harus rusak dan tidak dapat dipakai
lagi untuk menghindari kesalahan.
j. Membuka dengan mudah dan aman
Bahan kemasan harus mudah dibuka dengan risiko kontaminasi dan resiko
jatuh yang minimal dan memungkinkan perpindahan alat secara aseptik ke area
yang steril. Kadang kala pembungkus datar dipakai sebagai duk. Jika demikian,
bahan yang dipakai harus mempunyai ukuran yang cukup besar untuk menutupi area
operasi (drape), harus fleksibel dan menggantung dengan baik dan tidak boleh
menggulung sehingga menyebabkan kontaminasi pada isinya
k. Masa kadaluarsa
Kemasan steril harus dapat menjaga sterilitas isinya selama masa
kadaluarsanya. Masa kadaluarsa tidak bergantung pada waktu melainkan pada
kejadian yang dialami oleh kemasan tersebut.
l. Tipe-tipe bahan kemasan kertas
Bahan ini hanya untuk sekali pakai. Kebutuhan akan pemakaian kertas
merupakan alternatif jika duk kain dan handuk tidak tentu kapan kembalinya dari
laundry atau kemungkinan terjadinya berbulu pada kain.
Kriteria kertas yang dapat dipakai:
 Harus tidak tembus air
 Harus memiliki kekuatan tensile yang tinggi (sangat sukar dirobek)
 Harus merupakan penahan bakteri yang baik
 Harus bebas dari bahan beracun
m. Film plastik
Film plastik tidak dapat menyerap air baik berupa cairan atau uap,
karenanya film plastik tidak dapat dipakai sebagai kemasan untuk sterilisasi uap.
Kantong biasanya didisain dengan kertas di salah satu sisinya untuk penetrasi uap.
Polyethylene (PE) dapat menyerap EO dan dapat dipakai sebagai tas plastik
dengan disain khusus, tetapi biasanya kantong plastik untuk EO juga
dikombinasikan dengan kertas. Polyvinyl Chloride (PVC) tidak boleh dipakai
karena tidak dapat menyerap EO dengan baik dan menyimpan gas untuk
waktu yang cukup lama. Nylon atau polyamid juga tidak direkomendasikan untuk
uap dan EO. Ketebalan film plastik biasanya 1-3 milimikron untuk porositas
terhadap EO. Film plastik sering dipakai setelah proses sterilisasi untuk menjaga
kelembaban dan pelindung terhadap debu.
n. Kain (linen)
Linen adalah bahan tradisional untuk membungkus nampan-nampan operasi.
Kelebihannya adalah bisa dipakai ulang, murah, kuat, pelindung yang cukup
yang baik, mudah digunakan, dan sangat baik untuk duk.
Kelemahannya:
 Bukan penghalang bakteri yang baik dan mudah menyerap air.
 Suhu panas menyebabkan mudah robek. Sebaiknya memakai kain yangbaru di
laundry
 Perlu diperiksa jika ada lubang, sobekan, dan kerusakan lainnya
 Pembungkus kain harus bahan muslin berkualitas tinggi dengan spesifikasi 140
thread count dan harus dipakai 2 lembar.
 Muslin yang tidak di bleach lebih baik karena 10 % lebih kuat dari muslinyang di
bleach.
 Kain yang tebal seperti kanvas tidak boleh dipakai karena sulit menyerap uap.
 Kain dapat dipakai untuk sterilisasi uap dan EO
o. Kain campuran
Campuran katun dan plastik memperbaiki kemampuan menghalangi bakteri dan air.
Tetapi karena sering dicuci, menjadi kurang baik. Bahan ini sesuai untuk sterilisasi
uap dan EO.
Prosedur pengemasan harus mencakup :
 Nama alat-alat yang akan dikemas
 Langkah-langkah yang tepat untuk persiapan dan inspeksi alat-alat sesuai instruksi
produsen dan spesifikasinya.
 Sesuaikan dengan metode sterilisasi yang dipakai
 Tipe dan ukuran alat-alat yang akan dikemas
 Penempatan alat-alat yang tepat dalam kemasan
 Tipe dan penempatan yang tepat dari indikator kimia eksternal dan
internal, sesuai dengan kebijakan pengendalian mutu proses sterilisasi
 Metoda atau teknik mengemas
 Metoda pemberian segel pada setiap kemasan
 Metoda dan penempatan label untuk identifikasi isi kemasan
 Aplikasi informasi untuk pengendalian mutu, seperti nomor lot, tanggal, dan
identifikasi pekerja yang menyiapkan
 Petunjuk untuk penempatan kemasan di dalam mesin sterilisasi
 Peringatan mengenai waktu pengeringan, waktu pendinginan, dan
penanganan setelah proses sterilisasi.
 Informasi mengenai aplikasi pelindung setelah proses sterilisasi terhadap debu,
uap,vermin, dan sebagainya.
 Petunjuk untuk penempatan pada penyimpanan atau untuk distribusi ke
tempat pemakaian.
 Informasi bagi pemakai untuk mencegah kemungkinan kontaminasi, misalnya
prosedur yang tepat untuk penyimpanan dan penanganan kemasan steril,
inspeksi segel, dan metode yang tepat untuk membuka alat-alat steril.

5. Proses sterilisasi

Linen dan peralatan medis yang telah terbungkus/ terkemas selanjutnya menjalani
proses sterilisasi.
Salah satu upaya pencegahan infeksi nosokomial di rumah sakit adalah melalui
proses sterilisasi yang efektif. Salah satu metode sterilisasi yang paling efisien dan
paling efektif adalah melalui sterilisasi uap. Uap panas pada suhu, tekanan, dan waktu
pemaparan tertentu mampu membunuh mikroba patogen dengan cara denaturasi
protein dari enzim dan membran sel.
Untuk dapat menghasilkan barang yang steril, maka perlakuan pre- sterilisasi
(dekontaminasi dan pembersihan yang baik, pengemasan yang baik) dan pasca
sterilisasi (penyimpanan) perlu diperhatikan. Kesempurnaan proses sterilisasi uap
tergantung pada proses pengurangan jumlah mikoorganisme sebelum sterilisasi melalui
pembersihan yang baik dan mencegah terjadinya rekontaminasi sebelum digunakan.

Alat yang digunakan adalah sebuah bejana bertutup yang dilengkapi dengan
manometer, termometer, termostat, dan pengatur tekanan. Dengan demikian, suhu dan
tekanan uap panas dapat diatur.
Sterilisator metode uap panas bertekanan tinggi ini disebut autoclave, dengan urutan
kerja sebagai berikut:
a. Peralatan medis seperti instrumen, sarung tangan, dan linen dimasukkan ke dalam
kamar (chamber) dan diletakkan di atas rak- rak yang tersedia
b. Uap panas yang berasal dari pemanasan air dialirkan ke dalam kamar (chamber)
sehingga mendesak udara yang ada di dalam kamar. Pemanasan air dilanjutkan,
sehingga suhu uap air mencapai 121°C karena adanya kenaikan tekanan
c. Saat suhu efektif ini tercapai, hitungan waktu dimulai yaitu 20 menit untuk
peralatan medis yang tidak terbungkus dan 30 menit untuk peralatan medis
terbungkus
d. Bila durasi/ waktu untuk sterilisasi telah berakhir, katup pengatur tekanan dibuka
sehingga tekanan uap akan turun dan selanjutnya akan diikuti dengan penurunan
suhu.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan sterilisasi uap adalah:
a. Kualitas uap

Kualitas uap sangat penting untuk keberhasilan dan keefektifan proses sterilisasi.
Apabila uap terlalu kering atau basah, kemampuan penetrasinya akan terganggu.
Kualitas uap yang baik adalah dengan fraksi kekeringan 97% (pada skala 0-100%,
0 menunjukkan kandungan air yang sangat tinggi sementara 100% menunjukkan
uap sama sekali tidak mengandung air).
b. Tekanan supply uap

Sebaiknya diperiksa setiap minggu oleh bagian teknik rumah sakit sehingga
memenuhi persyaratan spesifikasi pabrik pembuat mesin.
c. Memasukkan barang pada mesin

Penataan barang di dalam mesin sterilisasi ikut menentukan keberhasilan proses


sterilisasi. Penataan barang yang benar akan
memudahkan proses pengosongan udara dari chamber, memudahkan steam untuk
berpenetrasi ke dalam kemasan dan akan mencegah terbentuknya kondensat
berlebihan yang dapat menyebabkan terjadinya kemasan basah. Kemasan linen
sebaiknya diposisikan secara vertikal untuk memudahkan uap berpenetrasi pada
kemasan dan memudahkan pengosongan udara. Pengisian chamber mesin dengan
barang sebaiknya memanfaatkan 75% dari kapasitas chamber.
d. Mengeluarkan barang dari mesin sterilisasi uap

Isi chamber mesin sterilisasi harus dibiarkan dalam mesin sterilisasi sampai semua
uap keluar dari chamber dan barang- barang steril sudah mengalami proses
pendinginan. Pemaksaan pendinginan baik dengan kipas atau blower AC tidak
diperkenankan. Barang-barang yang sedang mengalami pendinginan harus
ditempatkan pada daerah yang tidak terlalu ramai dengan berbagai aktivitas
kegiatan lain. Untuk mencegah masuknya lembab (dapat membawa
mikroorganisme) ke dalam kemasan, barang-barang steril hanya boleh ditangani
setelah mengalami pendinginan secara sempurna. Pada saat proses pendinginan,
barang steril tidak boleh diletakkan pada permukaan logam karena akan terjadi
proses kondensasi pada barang sehingga terjadi rekontaminasi. Muatan berisi
barang steril harus disimpan dalam rak kawat sampai dingin.

6. Penyimpanan dan distribusi

Setelah selesainya proses sterilisasi, linen dan peralatan medis disimpan dan harus
dijaga kualitas sterilitasnya. Penyimpanan harus diatur secara baik dengan
memperhatikan kondisi penyimpanan yang baik. Penyimpanan yang baik sama
pentingnya dengan proses sterilisasi atau desinfeksi itu sendiri.
Penyimpanan peralatan yang telah disterilkan harus ditempatkan pada tempat
(lemari) khusus setelah dikemas steril pada ruangan:
 Dengan suhu 18°C - 22°C dan kelembaban 35% - 75%, ventilasi menggunakan
sistem tekanan positif dengan efisiensi partikular antara 90%-95% (untuk partikular
0,5 mikron)
 Dinding dan ruangan terbuat dari bahan yang halus, kuat, dan mudah dibersihkan
 Barang yang steril disimpan pada jarak 19 cm - 24 cm dari lantai dan minimum 43
cm dari langit-langit, serta 5 cm dari dinding serta diupayakan untuk menghindari
terjadinya penempelan debu kemasan.
Ada dua macam peralatan dilihat dari cara penyimpanan, yakni:

a. Peralatan yang dibungkus

Umur steril (shelf life), selama peralatan masih terbungkus, semua peralatan steril
dianggap tetap steril tergantung ada atau tidaknya kontaminasi. Dalam kondisi
penyimpanan yang optimal dan penanganan yang minimal, dapat dinyatakan steril
sepanjang bungkus tetap utuh dan kering. Untuk penyimpanan yang optimal,
simpan bungkusan steril dalam lemari tertutup di bagian yang tidak terlalu sering
dijamah, suhu udara sejuk dan kering, atau kelembaban rendah
b. Peralatan yang tidak dibungkus

Peralatan yang tidak dibungkus harus digunakan segera setelah dikeluarkan.


Peralatan yang tersimpan pada wadah steril dan tertutup apabila yakin tetap steril
paling lama 1 minggu, tetapi jika ragu-ragu harus disterilkan kembali.
Linen dan peralatan medis yang siap pakai selanjutnya didistribusikan ke unit-unit
yang memerlukannya.

7. Pemantauan kualitas sterilisasi

Pemantauan proses sterilisasi yang meliputi :

a. Indikator fisik
Indikator fisik merupakan bagian dari instrumen mesin sterilisasi, yang berupa
lampu indikator suhu maupun tekanan yang menunjukkan apakah alat sterilisasi
telah bekerja dengan baik. Pengukuran temperatur dan tekanan merupakan fungsi
penting dari sistem monitoring sterilisasi. Bila indikator mekanik berfungsi dengan
baik, maka setelah proses sterilisasi akan memberikan informasi dengan segera
mengenai temperatur, tekanan, waktu, serta fungsi mekanik lainnya. Indikator fisik
tidak menunjukkan bahwa keadaan steril sudah tercapai, melainkan hanya
memberikan informasi dengan cepat tentang fungsi dari alat sterilisasi.
b. Indikator kimia

Indikator kimia adalah indikator yang menandai terjadinya paparan sterilisasi pada
objek yang disterilkan dengan adanya perubahan warna. Indikator kimia yang
digunakan berupa tape yang disebut dengan autoclave tape yang sensitif terhadap
satu atau lebih parameter sterilisasi. Indikator kimia belum dapat menjamin
tercapainya keadaan steril tetapi hanya menunjukkan bahwa suatu benda sudah
melewati kondisi-kondisi sterilisasi pada suatu siklus sterilisasi.
c. Indikator biologi

Indikator biologi ini berupa sediaan yang berisi populasi mikroorganisme dalam
bentuk spora hidup dan disertai media pertumbuhan yang sesuai. Ada yang
dimasukkan dalam autoclave dan ada yang di luar, untuk kontrol positif. Bila spora
indikator yang di dalam autoclave tidak tumbuh setelah diaktifkan, maka
diasumsikan semua kemasan dalam kondisi steril. Mikroorganisme yang digunakan
untuk indikator ini yaitu Bacillus stearothermophyllus (sterilisasi uap) dan Bacillus
subtillis (sterilisasi Etilen Oksida dan sterilisasi panas kering).
8. Pencatatan dan pelaporan.
Alat/bahan yang disterilkan dicatat jumlah setnya, berat alat, tanggal, dan
petugas/perawat yang mensterilkan ke dalam buku pencatatan dan pelaporan sterilisasi.
BAB 4
DOKUMENTASI

Dokumen yang wajib disiapkan adalah sebagai berikut :


1. Dokumen Regulasi

2. Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi di Rumah Sakit, Depkes RI 2009

3. Kebijakan, Panduan, dan SPO Pelayanan Operasional Unit Sterilisasi

Anda mungkin juga menyukai