Anda di halaman 1dari 14

konjungtivitis

I. PENDAHULUAN

Mata merupakan salah satu indera dari pancaindera yang sangat penting untuk
kehidupan manusia. Terlebih-lebih dengan majunya teknologi, indera
penglihatan yang baik merupakan kebutuhan yang tidak dapat diabaikan.
Apalagi dengan sempitnya lapangan kerja hanya orang-orang sempurna dalam
segala inderanya saja yang mendapat kesempatan kerja termasuk matanya.

Gbr. Struktur bola mata dilihat dari samping

Mata merupakan bagian badan yang sangat peka. Kita akan sangat terganggu
ketika mata kita mengalami gangguan atau bahkan timbul penyakit. Penyakit
atau gangguan pada mata ini selain karena degenerasi, yakni makin tinggi usia
seseorang, juga oleh hal-hal lain seperti pola makan yang kurang benar,
lingkungan hidup, kebiasaan hidup ras atau keturunan dan juga genetik. Salah
satu yang paling sering terjadi adalah mata merah atau konjungtivitis.

Trauma, seperti debu sekecil apapun yang masuk kedalam mata sudah cukup
untuk menimbulkan gangguan yang hebat, apalagi bila keadaan ini diabaikan
dapat menimbulkan penyakit yang cukup gawat. Karena itulah mata mendapat
lindungan yang baik dengan dikelilingi tulang-tulang orbita. Disebelah depan
terdapat kelopak mata (palpebra superior dan inferior), diatas palpebra
superior terdapat alis mata (supersilia), dipinggir palpebra terdapat bulu mata
(silia) yang normal lengkungnya membelok keluar.

Bagian dalam palpebra diliputi oleh konjungtiva. Konjungtiva mudah terpapar


terhadap berbagai mikroorganisme dan substansi lain yang merusak.
Meskipun demikian, konjungtiva mempunyai sistem pertahanan sendiri
berupa mekanisme pembersihan oleh air mata yang mengandung lisozim,
betasin, Immunoglobulin A, dan Immunoglobulin G yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri. Konjungtivitis adalah peradangan konjungtiva yang
ditandai dengan dilatasi vaskular, infiltrasi selular dan eksudasi. Penyebabnya
adalah bakteri, virus, jamur, parasit, zat toksik, alergi dan trauma. Patogen
yang umum dapat menyebabkan konjungtivitis adalah Streptococus
pneumoniae, Haemophillus influenza, Staphilococcus aureus, Naisseria
meningitidis, kebanyakan strain adenovirus manusia, virus Herpes simpleks
tipe 1 dan 2, dan Pikorna virus. Dua agen yang ditularkan melelui seks yang
menimbulkan konjungtivitis adalah Chlamidia trachomatis dan Naisseria
gonorrhea.

II. ANATOMI DAN FISIOLOGI KONJUNGTIVA


Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak bagian
belakang. Bermacam-macam obat mata dapat diserap melalui konjungtiva ini.
Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel goblet.
Musin bersifat membasahi bola mata terutama kornea.
Konjungtiva terdiri dari 3 bagian, yaitu :
1. Konjungtiva palpebra, yang meliputi palpebra. Bagian yang meliputi
tarsus disebut konjungtiva tarsalis. Konjungtiva berawal dari
persambungan mukokutan tepi kelopak dan melapisi bagian dalam
kelopak mata. Suplai darah oleh arteri yang berasal dari cabang terminal
arteri oftalmika yaitu arteri dorsal, nasal, frontal, supra orbit dan lakrimal.
2. Konjungtiva bulbi, yang meliputi bulbus okuli (bola mata), menutupi
sklera dan mudah digerakkan dari sklera dibawahnya. Konjungtiva bulbi
melekat longgar ke kapsula Tenon dan melekat erat di daerah limbus.
Suplai darah dilakukan oleh arteri siliaris anterior.
3. Konjungtiva forniks atau fornices yang merupakan tempat peralihan
konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi. Suplai daraholeh arteri yang
berasal dari cabang terminal arteri oftalmika yaitu arteri dorsal, nasal,
frontal, supra orbita dan lakrimal.
Persarafan konjungtiva diperoleh dari persarafan yang berasal dari divisi
oftalmik saraf trigeminus, yaitu cabag lakrimal, supraorbita, supratroklear dan
infraorbita. Konjungtiva bulbi dan forniks berhubungan dengan sangat longgar
dengan jaringan di bawahnya sehingga bola mata mudah bergerak.

Meskipun konjungtiva agak tebal, konjungtiva bulbi sangat tipis. Konjungtiva


bulbi juga bersifat dapat digerakkan, mudah melipat ke belakang dan ke
depan. Pembuluh darah dengan mudah dapat dilihat di bawahnya. Di dalam
konjungtiva bulbi terdapat sel goblet yang mensekresi musin, suatu komponen
penting lapisan air mata pre-kornea yang memproteksi dan memberi nutrisi
bagi kornea.

III. DEFINISI
Konjungtivitis merupakan radang konjungtiva atau radang selaput lendir yang
menutupi belakang kelopak dan bola mata. Penyakit ini bervariasi dari
hiperemia ringan dengan berair mata sampai konjungtivitis berat dengan
banyak sekret purulen kental. Penyebab umumnya eksogen namun dapat juga
endogen.

IV. INFEKSI KONJUNGTIVA (KONJUNGTIVITIS)


Infeksi pada konjungtiva dapat disebabkan oleh :
1. Bakteri
 Hiperakut (purulen)
Neisseria gonorrhoeae
 Akut (muko purulen)
Streptococcus pneumonie dan Heomophilus aegypti
 Sub akut
Hemophilus influenza
 Menahun
Staphylococcus aureus dan Moraxella lucunata
2. Klamidia
 Trachoma
 Konjungtivitis inklusi
 Hipogranuloma venenum
3. Virus
 Demam faringokonjungtivitis disebabkan adeno virus tipe 3 dan 7
 Keratokonjungtivitis epidemika disebabkan adeno virus tipe 8 dan 19
 Konjungtivitis hemoragik akut disebabkan adeno virus tipe 70
 Virus moluscum contangiosum
 Virus herpes simpleks
 Varisela
 Herpes Zooster
 Virus campak
4. Fungal (jamur)
 Candida
 Rhinosporidium seeberi
 Coccidioides immitis
 Sporotrix schenckil
5. Imunologik (alergi)
 Keratokonjungtivitis vemal
 Keratokonjungtivitis atopik
 Konjungtivitis papiler raksasa
 Khlyctenulosis
 Syndrom Steven Johnson
V. GEJALA DAN TANDA KONJUNGTIVITIS
1. Gejala Konjungtivitis
Gejala penting konjungtivitis adalah sensasi benda asing yaitu sensasi
tergores atau panas, sensasi penuh disekitar mata, gatal dan fotofobia.
Sensasi benda asing dan sensasi tergores atau panas sering menyertai
pembengkakan dan hipertropi papila yang biasanya terdapat pada
hiperemia konjungtiva. Jika ada rasa sakit, kornea agaknya terkena. Sakit
pada iris atau korpus siliaris mengesankan terkenanya kornea.
2. Tanda Konjungtivitis
Tanda penting konjungtivitis adalah hiperemia, berair mata, eksudasi,
pseudoptosis, hipertropi papiler, kemosis, folikel, pseudomembran dan
membran, granuloma dan adenopati preaurikuler. Biasanya sebagai reaksi
konjungtivitis akibat virus berupa terbentuknya folikel pada konjungtiva.
Bilik mata dan pupil dalam bentuk yang normal.
Tabel pembedaan Konjungtivitis Umum
Klinik dan Viral Bakteri Klamidia Imunologik
Sitologi (Alergi)
Gatal Minimal Minimal Minimal Hebat
Hiperemia Umum Umum Umum Umum
Berair mata Banyak Sedang Sedang Sedang
Eksudasi Minimal Banyak Banyak Minimal
Adenopati Sering Jarang Hanya sering Tidak ada
preaurikuler pada
konjungtivitis
iklusi
Pewarnaan Monosit Bakteri, PMN, plasma Eosinofil
kerokan dan PMN sel dan badan
eksudat inklusi
Sakit Kadang- Kadang- Tak pernah Tak pernah
tenggorok, kadang kadang
panas yang
menyertai
Hiperemia adalah tanda klinis yang paling mencolok pada konjungtivitis akut.
Kemerahan paling nyata pada forniks dan mengurang kearah limbus
disebabkan dilatasi pembuluh-pembuluh konjungtiva posterior. Warna merah
terang mengesankan konjungtivitis bakterial dan keputihan mirip susu
mengesankan konjungtivitis alergika. Hiperemia tanpa infiltrasi sel
mengesankan iritasi oleh penyebab fisik seperti angin, matahari dan asap.
Namun kadang-kadang terdapat pada penyakit yamg berhubungan dengan
ketidakstabilan vaskuler.

Berair mata (efiphora) sering mencolok pada konjungtivitis. Sekresi air mata
diakibatkan oleh karena adanya sensasi benda asing, sensasi terbakar atau
gatal. Transudasi ringan juga timbul dari pembuluh yang hiperemik dan
menambah jumlah air mata itu.
Eksudasi adalah ciri semua konjungtivitis akut. Eksudasi ini berlapis-lapis dan
amorf pada konjungtivitis bakterial dan berserabut pada konjungtivitis
alergika. Palpebra bertahi mata pada saat bangun tidur pada hampir semua
jenis konjungtivitis. Jika eksudat berlebihan dan palpebra saling melengket,
konjungtivitis disebabkan oleh bakteri atau klamidia.

Pseudoptosis adalah turunya palpebra superior karena infiltrasi ke muskulus


muller. Keadaan ini dijumpai pada beberapa jenis konjungtivitis berat
(trachoma dan keratokonjungtivitis epidemika).

Hipertropi papila adalah reaksi konjungtiva non spesifik yan terjadi karena
konjungtiva terikat pada tarsus atau limbus di bawahnya oleh serabut-serabut
halus. Eksudat radang mengumpul diantara serabut-serabut dan membentuk
tonjolan-tonjolan konjungtiva.

Kemosis konjungtiva sangat mengesankan konjungtivitis alergika namun


dapat terjadi pada konjungtiva gonokok atau meningokok akut dan terutama
pada konjungtivitis adenovirus.
Folikel tampak pada kebanyakan kasus konjungtivitis virus. Folikel terdiri atas
hiperplasia limfoid lokal di dalam lapis limfoid konjungtiva dan biasanya
mengandung sebuah pusat germinal.

Pseudomembran dan membran adalah hasil proses eksudatif dan hanya


berbeda derajatnya. Pseudomembran adalah pengentalan (koagulum) diatas
permukaan epitel. Membran adalah pengentalan yang meliputi seluruh epitel
dan jika diangkat akan meninggalkan permukaan yang kasar dan berdarah.

VI. KONJUNGTIVITIS AKUT


1. Konjungtivitis Bakteri Akut
Konjungtivitis bakteri akut adalah konjungtivitis yang disebabkan
oleh bakteri dengan gejala :
 Sekret muko purulen dan purulen
 Kemosis konjungtiva
 Edema kelopak
 Mata merah
Konjungtivitis bakteri akut disebabkan oleh :
 Staphylococcus aereus
 Haemophilus influenza
 Streptococcus pneumoniae
 Neisseria gonorrhea
 Chlamydia trachomatis
 Corynebacterium diphterica
 Pseudomonas
Temuan laboratorium
Pada kebanyakan kasus konjungtivitis bakterial, organisme dapat
diketahui dengan pemeriksaan mikroskopik terhadap kerokan
konjungtiva yang dipulas dengan pulasan Gram atau Giemsa.
Pemeriksaan ini mengungkapkan banyak neutrofil
polimorfonuklear.
Komplikasi dan Sekuel
Parut konjungtiva dapat terjadi pada konjungtivitis
pseudomembranosa dan membranosa dan pada kasus tertentu yang
diikuti ulserasi kornea dan perforasi. Ulserasi kornea marginal
dapat terjadi pada infeksi N gonorrhoeae, N kochii, N meningitidis,
H aegyptius, S aureus.
Terapi
Terapi spesifik terhadap konjungtivitis bakterial tergantung temuan
agen mikrobiologiknya. Sambil menunggu hasil laboratorium,
dokter dapat mulai dengan terapi topikal antimikroba. Pada setiap
konjungtivitis purulen, harus dipilih antibiotika yang cocok untuk
mengobati infeksi N gonorrhoeae dan N meningitidis. Terapi
topikal dan sistemik harus segera dilaksanakan setelah materi
untuk pemeriksaan laboratorium telah diperoleh.
Perjalanan dan Prognosis
Konjungtivitis bakteri akut hampir selalu sembuh sendiri. Tanpa
diobati infeksi dapat berlangsung 10-14 hari, jika diobati dengan
memadai, 1-3 hari.

2. Konjungtivitis Virus Akut


Konjungtivitis virus sebuah penyakit umum dapat disebabkan oleh
berbagai jenis virus.
a. Demam Faringokonjungtiva
Suatu sindrom yang terdiri atas konjungtivitis folikular akut,
faringitis dan demam yang terkadang disertai pembesaran getah
bening preaurikel.
Disebabkan infeksi adenovirus 3 dan 7 terutama mengenai
remaja, yang disebarkan melalui droplet atau dapat juga
melalui kontak di kolam renang. Masa inkubasi 5-12 hari, yang
menular selam 12 hari dan bersifat epidemik mengenai satu
mata yang akan mengenai mata yang lainnya dalam beberapa
minggu berikutnya.
Gambaran kliniknya :
a) Gejala subjektif :
- Demam
- Seperti ada benda asing di mata
- Faringitis (tenggorokan seperti terbakar)
- Sekret berair dan sedikit mengenai satu atau
kedua mata
b) Gejala objektif :
- Hiperemia konjungtiva
- Folikel pada konjungtiva
- Sekret serous
- Fotofobia
- Kelopaak mata bengkak dengan
pseudomembran
- Pada kornea dapat terjadi keratitis superfisialis
dan atau subepitel
- Dengan pembesaran kelenjar limfe preaurikel
Terapi hanya suportif karena dapat sembuh sendiri sesudah 2-4
minggu. Diberikan kompres, astringen, lubrikasi dan pada
kasus berat dapat diberikan antibiotik untuk mencegah infeksi
sekunder.

b. Keratokonjungtivitis epidemi
Keratokonjungtivitis epidemik adalah suatu peradangan kornea
dan konjungtiva yang disebabkan oleh reaksi alergik terhadap
adenovirus tipe 8 dan 19. Mudah menular dengan masa
inkubasi 8-9 hari dan masa infeksius 14 hari. Biasanya
unilateral, penyakit ini dapat timbul sebagai suatu epidemik.
Gambaran klinik :
a) Gejala subjektif :
- Umumnya demam
- Mata merasa ada benda asing
- Kadang-kadang dapat ditemukan nyeri
periorbita
- Tajam penglihatan menurun
b) Gejala objektif
- Dapat ditemukan edema kelopak dan folikel
pada konjungtiva
- Kadang-kadang ditemukan pseudomembran
pada konjungtiva tarsal yang membentuk
jaringan parut
- Pada kornea terdapat keratitis pungtata yang
pada minggu pertama terlihat difus dipermukaan
kornea. Pada hari ke-7 terdapat lesi epitel
setempat dan pada hari ke 11-15 terdapat
kekeruhan sub epitel dibawah lesi epitel tersebut
- Kelenjar preaurikel membesar
- Kekeruhan sub epitel, baru menghilang sesudah
2 bulan sampai 3 tahun
Pengobatan dengan antivirus dan alfa interferon tidak umum
untuk konjungtivitis adenovirus. Astrigen diberikan untuk
mengurangi gejala dan hiperemia. Pemberian antibiotik adalah
untuk mencegah infeksi sekunder. Steroid dapat diberikan bila
terlihat adanya membran dan infiltrasi sub epitel.
Pada keadaan akut sebaiknya diberikan kompres dingin dan
pengobatan penunjang lainnya. Lebih baik diobati secara
konservatif. Bila terdapat kekeruhan pada kornea yang
menyebabkan penurunan visus yang berat dapat diberikan
steroid tetes mata 3-4 kali sehari.
c. Konjungtivitis herpetik
Konjungtivitis herpetik dapat merupakan manifestasi primer
herpes dan terdapat pada anak-anak yang mendapat infeksi dari
pembawa virus. Pada konjungtivitis herpetik akan terdapat
limfadenopati preaurikel dan vesikel pada kornea yang dapat
meluas membentuk gambaran dendrit. Perjalanan penyakit
biasanya akut dengan folikel yang besaar disertai terbentuknya
jaringan parut besar pada kornea.
 Konjungtivitis herpes
simpleks
Konjungtivitis herpes simlpeks merupakan infeksi berulang
pada mata. Sering disertai infeksi herpes pada kulit dengan
pembesaran kelenjar preurikel. Pengobatan dengan obat
antivirus.
 Konjungtivitis varisella-
zooster
Herpes zooster disebut juga shingle, zona atau posterior
ganglionitis akut. Virus herpes zooster dapat memberikan
infeksi pada ganglion Gaseri saraf trigeminus. Bila yang
terkena cabang oftalmik maka akan terlihat gejala-gejala
herpes zooster pada mata.
Herpes zooster dapat mengenai semua umur dan umumnya
pada usia lebih dari 50 tahun. Kelainan yang terjadi akibat
herpes zooster tidak akan melampaui garis median kepala.
Herpes zooster dan varisella memberikan gambaran yang
sama pada konjungtivitis seperti mata hyperemia, vesikel
dan pseudomembran pada konjungtiva, papil, dengan
pembesaran kelenjar getah preurikel.

Diagnosis biasanya ditegakkan dengan ditemukannya sel


raksasa pada pewarnaan Giemsa, kultur virus dan sel
intranuklear. Pengobatan dengan kompres dingin. Pada saat
ini asiklovir 400mg/hari untuk selama 5 hari merupakan
pengobatan umum. Walaupun diduga steroid
mengurangkan penyulit akan tetapi dapat mengakibatkan
penyebaran sistemik. Pada 2 minggu pertama dapat diberi
analgetika untuk menghilangkan rasa sakit.
Pada kelainan permukaan dapat diberikan salep tetrasiklin.
Steroid tetes dexamethason 0,1 % diberikan bila terdapat
episkleritis, skleritis dan iritis. Glaukoma yang terjadi
akibat iritis dapat diberi preparat steroid dan antiglukoma.
Penyulit yang dapat terjadi berupa parut pada kelopak,
neuralgia, katarak, glaukoma, kelimpuhan saraf III, IV, VI,
atropi saraf optik dan kebutaan.

d. Konjungtivitis New Castle


Disebabkan oleh virus New Castle dengan gambaran klinis
sama dengan demam faringokonjungtiva. Konjungtivitis ini
memberikan gejala influenza dengan demam ringan, sakit
kepala dan nyeri sendi. Akan memberikan keluhan rasa sakit
pada mata, gatal, mata berair, penglihatan kabur dan fotofobia.
Pengobatan yang khas sampai saat ini tidak ada dan dapat
diberikan antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder disertai
obat-obat simptomatik.

e. Konjungtivitis hemoragik epidemik akut


Merupakan konjungtivitis disertai timbulnya perdarahan
konjungtiva. Masa inkubasi 24-48 jam dengan tanda-tanda
kedua mata iritatif, seperti kelilipan dan sakit periorbita. Edema
kelopak, kemosis konjungtiva, sekret seromukosa, fotofobia
disertai lakrimalis.
Penyakit ini sembuh sendiri sehingga pengobatannya hanya
simptomatik. Pengobatan antibiotik spektrum luas,
sulfasetamid dapat dipergunakan untuk mencegak infeksi
sekunder. Pencegahan adalah dengan mengatur kebersihan.
V. PENCEGAHAN

1. Konjungtivitis mudah menular, karena itu sebelum dan sesudah


membersihkan atau mengoleskan obat, penderita harus mencuci
tangannya bersih-bersih.
2. Usahakan untuk tidak menyentuh mata yang sehat sesudah menangani
mata yang sakit.
3. Jangan menggunakan handuk atau lap bersama-sama dengan penghuni
rumah lainnya.
4. Gunakan lensa kontak sesuai dengan petunjuk dari dokter dan pabrik
pembuatnya.

VI. PENATALAKSANAAN
1. Biasanya hilang sendiri tetapi tergantung pada penyebab
2. Terapi meliputi : antibiotik sistemik dan topikal, bahan antiinflamasi,
irigasi mata, pembersihan kelopak mata, kompres hangat
3. Jika penyebabnya Mo pasien harus diajarkan bagaimana cara
menghindari kontaminasi mata yang sehat atau mata orang lain.
4. Instruksi kepada klien untuk tidak menggosok mata yang sehat, mencuci
tangan setiap kali memegang mata yang sakit, menggunakan lap bersih
(handuk), menggunakan sapu tangan baru yang bersih.
5. Pencegahan konjungtivitis antar pasien.
DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas S. Ilmu Ppenyakit Mata, Edisi III. Fakultas Kedokteran Universitas


Indonesia. Jakarta. 2004.
2. Wijana, Nana. Ilmu Penyakit Mata. Cetakan ke- 3. 1983.
3. Vaughan, Daniel G. Ofthalmologi Umum. Edisi ke-14. Widya Medika.
Jakarta. 2000.
4. www.geocitres.com/koskap3sakti/lain2/RSUPF/Mata/diagnosaMata.doc

Anda mungkin juga menyukai