Anda di halaman 1dari 15

SPESIFIKASI TEKNIS

A. URAIAN PEKERJAAN
1. Umum 1. Lingkup pekerjaan
Lingkup pekerjaan yang akan dikerjakan yaitu Pembangunan Tembok
Belakang Kampus STAHN Gde Pudja Mataram, bangunan-bangunan
yang ada didalam rencana, sesuai dengan gambar terdiri dari :
I. Pekerjaan Persiapan
II. Pekerjaan Bongkaran
III. Pekerjaan Pagar Depan Barat
IV. Pekerjaan Pilar (Paduraksa)
V. Pekerjaan Samping Utara
2. Lokasi pekerjaan : Jl. Pancaka No. 7B Mataram.
3. Sarana bekerja
Untuk kelancaran pekerjaan kontraktor harus menyediakan :
a. Tenaga kerja/Tenaga ahli yang cukup memadai sesuai dengan
jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan.
b. Alat-alat bantu, alat-alat pengangkut dan alat-alat lain yang
diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan.
c. Bahan-bahan bangunan dalam jumlah yang akan dilaksanakan
tepat pada waktunya.
4. Cara pelaksanaan
Pekerjaan yang harus dilaksanakan dengan penuh keahlian sesuai
dengan ketentuan-ketentuan dalam Rencana Kerja & Syarat-syarat
(RKS)/ Dokumen Pengadaan, Gambar Rencana, Berita Acara
Penjelasaan serta mengikuti petunjuk Direksi.
2. Peraturan Teknis 1. Semua pekerjaan yang ditentukan dalam dokumen ini mengacu dan
harus mengikuti persyaratan Standar Nasional Indonesia (SNI), Standar
Konsep Nasional Indonesia (SK SNI), serta peraturan-peraturan Nasional
dan Internasional lain yang ada hubungannya dengan pekerjaan ini,
seperti :
a. SNI 1728-1989; SKBI 1.3.53.1989, tentang Tata Cara
Pelaksanaan mendirikan Bangunan Gedung;
b. SNI 03-1734-1989; SNI 03-1734-189-F, tentang Tata Cara
Perencanaan Beton Bertulang dan Struktur Dinding Bertulang
untuk Rumah dan Gedung;
c. SNI 03-3233-1992; UDC.674.048, tentang Panduan Pengawetan
Kayu dengan cara Pemulasan, Pencelupan dan Perendaman;
d. KBI-4.3.53.1 987; UDC.699.048.004.1, tentang Spesifikasi Kayu
Awet untuk Perumahan dan Gedung;
e. SNI 03-2404-1991; SK SNI T-05-1990-F, tentang Tata Cara
Pencegahan Rayap pada Pembuatan Bangunan Rumah dan
Gedung;
f. SNI 03-2410-1991; SK SNI T-1 1-1990-F, tentang Tata Cara
Pengectan Dinding Tembok dengan Cat Emulsi;
g. SNI 03-241 7-1 991; SK SNI T-08-1 990-F, tentang Tata Cara
Pengecatan Kayu untuk Bangunan Rumah dan Gedung;
h. SK SNI S-04-1989-F, tentang Spesifikasi Bahan Bangunan
Bagian C (Bahan Bangunan dari Logam Besi/Besi);
i. SKBI 1 .3.53.1987; UDC.699.887, tentang Pedoman
Perencanaan Penangkal Petir;
j. SNI 03-1 735-1989; SKBI-2.5.53.1 987, tentang Tata Cara
Perencanaan bangunan dan Lingkungan untuk Pencegahan
Bahaya Kebakaran pada Bangunan Rumah dan Gedung;
k. Standar Industri Indonesia (SII);
l. Pedoman Plumbing Indonesia;
m. ASTM, JIS dll yang ada hubungannya dengan pekerjaan ini.

2. Untuk melaksanakan pekerjaan dalam butir (1) ayat (2) di atas berlaku
dan mengikat pula :
a. Gambar Bestek yang dibuat oleh Konsultan Perencana yang sah
dan disahkan oleh Pemberi Tugas termasuk Gambar-gambar
Detail dan Perubahan yang disahkan oleh Direksi
b. Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)/ Dokumen Pengadaan
c. Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing)
d. Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ)
e. Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK)
f. Berita Acara Pembukaan Penawaran beserta lampiran-lampirannya
g. Jadwal Pelaksanaan (Time Schedule) yang disetujui oleh Direksi

3. Penjelasan a. Kontraktor wajib meneliti semua Gambar-gambar dan Rencana Kerja


RKS/Dokumen dan Syarat-syarat (RKS)/ Dokumen Pengadaan termasuk tambahan-
Pengadaan dan tambahan dan perubahan yang dicantumkan dalam Berita Acara
Gambar Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing).
b. Bila Gambar tidak sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)/
Dokumen Pengadaan, maka yang mengikat adalah RKS/ Dokumen
Pengadaan.
c. Bila suatu gambar tidak cocok dengan yang lain, maka gambar yang
memakai skala lebih besar yang berlaku.
d. Bila perbedaan-perbedaan itu menimbulkan keraguan sehingga dalam
pelaksanaan menimbulkan keresahan bagi kontraktor wajib menanyakan
pada pengawas lapangan/ Direksi dan kontraktor mengikuti
keputusannya.
4. Persiapan Lapangan 1. Kontraktor harus menyediakan dan membuat sebuah Direksi keet
yang cukup untuk melaksanakan tugas pekerjaan administrasi lapangan
bagi pengawas dan Direksi yang lengkap dengan alat-alat kerja minimal
berupa :
a. 1 (satu) set kursi duduk yang memadai dan pantas
b. 1 (satu) meja tulis berikut kursinya
c. 1 (satu) lembar polywood dipasang pada dinding untuk
memasang gambar
d. Perlengkapan PPPK yang dapat dipergunakan oleh semua pihak.
2. Kontraktor harus menyediakan sarana alat tulis menulis seperti buku
harian untuk catatan-catatan, teguran, saran dan petunjuk dalam
pelaksanaan berupa buku tamu, buku Direksi/Pengawas.
3. Jenis laporan/catatan yang harus ada di Ruang Direksikeet adalah :
a. Catatan kemajuan fisik setiap hari
b. Catatan mengenai cuaca setiap hari
c. Catatan bahan-bahan yang diterima maupun ditolak oleh
Pengawas Lapangan
d. Catatan tenaga kerja yang masuk (bekerja) pada setiap hari
e. Catatan-catatan mengenai kejadian-kejadian lainnya yang
memerlukan pencatatan lebih lanjut
f. Buku tamu atau Direksi
g. Buku pengawas lapangan
4. Apabila diperlukan kontraktor harus membuat gudang/ los kerja yang
cukup untuk menyimpan bahan-bahan yang diperlukan dan tempat para
pekerja.
5. Tenaga Kerja Kontraktor harus menyediakan tenaga kerja inti untuk
dipekerjakan dilapangan sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan, yaitu :
a. Tenaga Pelaksana teknis yang terampil dan berpengalaman dalam
bidangnya dan pengawas mandor dan kepala tukang yang cakap dalam
melakukan pengawasan yang tepat untuk pekerjaan yang memerlukan
pengawasan mereka.
b. Tenaga kerja terampil, setengah terampil dan tidak terampil sesuai
dengan keperluan unntuk pelaksanaan. Penyelesaian dan perbaikan
pekerjaan yang sesuai dan tepat pada waktunya.
c. Tenaga kerja inti yang ditugaskan dilapangan minimal terdiri dari:

No Uraian personil inti Jumlah Pengalaman Lampiran


1 Site Manager (S1- 1 Orang 2 Tahun Ijazah,& SKA
Sipil/Arsitektur)

2 Pelaksana Lapangan 1 Orang 5 Tahun Ijazah, &SKT

(STM/SMK) Pelaksanan

3 Tenaga Administrasi 1 Orang 2 Tahun Gedung


Ijazah, & KTP

(SMK/SMA/SMEA)
d. Membuat Struktur Organisasi Lengkap dengan uraian tugas
masing masing personil
e. Mengeluarkan tenaga kerja kontraktor (pekerja, tukang, kepala
tukang, mandor)
f. Direksi pekerjaan berhak menolak dan mewajibkan
kontraktor memberhentikan seseorang yang dipekerjakan oleh
kontraktor pada atau sehubungan dengan pelaksanaan, penyelesaian
dan perbaikan pekerjaan, yang menurut direksi pekerjaan berprilaku
tidak senonoh, tiak cakap atau ceroboh dalam pelaksanaan tugasnya
atau yang menurut pertimbangan direksi pekerjaan orang tersebut
tidak patut dipekerjakan dan orang tersebut tidak boleh dipekerjakan
lagi tanpa izin tertulis dari direksi pekerjaan. Orang yang diberhentikan
secara demikian dari pekerjaan harus diganti secepat mungkin dengan
seoarang pengganti yang cakap yang disetujui oleh direki pekerjaan.

6. Penyediaan Peralatan a. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan peralatan yang memadai


jumlahnya serta berfungsi dengan baik yang macamnya sesuai dengan
tahapan pelaksanaan masing-masing komponen konstruksinya
b. Peralatan yang harus disediakan oleh Kontraktor untuk pekerjaan ini
adalah sebagai berikut :
No Alat yang diipergunakan Jumlah Kondisi Peralatan
1 Dump Truck 1 Bh Baik
2 Pickup 1 Bh Baik
3 Concrete Mixer 1 Bh Baik

c. Konsultan Pengawas dapat menghentikan pelaksanaan komponen


konstruksi bila secara teknis peralatan yang dipergunakan Kontraktor
Pelaksana dinilai tidak memenuhi persyaratan baik jumlahnya maupun
kelayakan fungsinya;
d. Guna kesempurnaan pelaksanaan konstruksi, selama masa pelaksanaan
Kontraktor Pelaksana harus senantiasa menyediakan alat ukur theodolite
guna pengukuran dan pengontrolan kebenarannya oleh Konsultan
Pengawas;
e. Bila Kontraktor Pelaksana tidak dapat menyediakannya, Konsultan
Pengawas berhak menyediakannya dengan biaya sewa sepenuhnya
harus ditanggung oleh Kontraktor Pelaksana.

7. Rencana Kerja (Time Kontraktor diwajibkan membuat Rencana Kerja (Time Schidule) dalam bentuk
Schedulle) kurva “S” yang memuat penjelasan tentang rencana kerja pelaksanaan
pekerjaanan penyediaan bahan yang sesuai dengan persyaratan dalam
dokumen pengadaan ini.

8. Kuasa Kontraktor di a. Kontraktor wajib menunjuk seorang kuasa kontraktor, atau biasa
Lapangan disebut Pelaksana, yang cakap untuk memimpin pelaksanaan pekerjaan
dilapangan dan mendapat kuasa penuh dari kontraktor.
b. Dengan adanya pelaksana, tidak berarti bahwa kontraktor lepas
tanggung jawab sebagian maupun keseluruhan.
c. Kontraktor wajib memberi tahu secara tertulis kepada Pejabat Pembuat
Komitmen dan Pengawas Lapangan, nama dan jabatan pelaksana untuk
mendapatkan persetujuan.
d. Bila dikemudian hari menurut pendapat Pengelola Kegiatan dan
Pengawas Lapangan, pelaksana kurang mampu/kurang cakap
memimpin pekerjaan maka akan diberitahukan kepada kontraktor secara
tertulis untuk mengganti pelaksana.
e. Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkan pemberitahuan,
kontraktor wajib sudah menunjuk pelaksana pengganti yang akan
memimpin pelaksanaan atau kontraktor sendiri. (Penanggung
Jawab/Direktur Perusahaan) yang akan memimpin pelaksanaan.

9. Tempat Tinggal a. Untuk menjaga kemungkinan diperlukan dalam jam kerja apabila
(Domisili) Kontraktor terjadi hal-hal yang mendesak, kontraktor dan pelaksana wajib
dan Pelaksana memberitahukan secara tertulis alamat dan nomor telepon di lokasi
kepada Pengelola Kegiatan daan Pengawas Lapangan.
b. Alamat Kontraktor/Pelaksana diharapkaan tidak sering berubah-
ubah selama pekerjaan.

10. Penjagaan Keamanan a. Kontraktor diwajibkan menjaga keamanan dilapangan terhadap


Lapangan Pekerjaan barang- barang milik Kegiatan, Pengawas Lapangan dan pihak ketiga
yang ada dilapangan.
b. Untuk maksud-maksud tersebut bila dianggap perlu kontraktor
harus membuat pagar pengaman dari kayu atau bahan lain yang
biayanya menjadi tanggungan kontraktor.

c. Jika terjadi kehilangan bahan-bahan bangunan yang telah


disetujui Pengawas Lapangan baik yang belum maupun yang telah
terpasang tetap menjadi tanggung jawab Kontraktor (kontraktor) dan
tidak diperhitungkan dalam pekerjaan (Biaya Pekerjaan Tambahan).
11. Jaminan dan a. Kontaktor diwajibkan menyediakan alat-alat Pengobatan (obat-
Keselamatan Kerja obatan) menurut syarat-syarat Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
(PPPK) yang selalu dalam keadaan siap digunakan dilapangan untuk
mengatasi segala kemungkinan musibah bagi petugas dan pekerja
dilapangan.
b. Kontaktor wajib menyediakan air minum yang cukup bersih dan
memenuhi syarat-syarat kesehatan bagi semua petugas dan pekerja yang
ada dibawah kekuasaan kontaktor.
c. Kontraktor wajib menyediakan air bersih kamar mandi, WC, yang layak
dan bersih bagi semua petugas dan pekerja, membuat tempat
penginapan dilapangan untuk pekerja (barak kerja).
d. Segala hal yang menyangkut jaminan sosial dan keselamatan para
pekerja wajib diberikan oleh kontaktor sesuai dengan peraturan
perundangan yang ada.

12. Seting Out a. Pemborong harus melakukan Setting Out di lapangan secara teliti dan
(Pematokan) benar atas posisi dan ketinggian rencana bangunan sesuai dengan
koordinat yang ditunjukkan dalam gambar.
b. Pemborong harus mengajukan hasil perhitungan /pengukuran posisi dan
ketinggian (dengan cara triangulasi dan pengukuran kembali) kepada
Pengawas/Direksi untuk mendapat persetujuan.
c. Dalam hal terdapat perbedaan antara hasil pengukuran di lapangan
sebagaimana ditunjukkan dalam gambar dengan kenyataan yang ada,
Pemborong harus melaporkan kepada Pengawas /Direksi untuk
memperoleh keputusan dan dinyatakan dalam Berita Acara dan
Keputusan yang diambil harus didasarkan kepada keamanan konstruksi
dan kelancaran operasional penggunaan bangunan tersebut.
d. Semua permasalahan yang terjadi di lapangan sehubungan dengan
pekerjaan setting out harus tunduk kepada keputusan Pengawas/Direksi.
e. Semua poros ketinggian (elevasi) dinyatakan dalam satuan metrik
terhadap elevasi tanah dasar, sedangkan ukuran – ukurannya dinyatakan
dalam satuan metrik kecuali bila dinyatakan lain.
f. Pemborong wajib membuat bouwplank dan patok-patok pembantu
sebagai pedoman pelaksanaan pekerjaan untuk menjamin ketelitian
bentuk, posisi, arah elevasi dan lain-lain yang telah disetujui oleh
Pengawas/Direksi.
g. Sebelum pekerjaan di mulai, bouwplank dan patok-patok pembantu
harus disetujui oleh Pengawas/Direksi dan patok-patok referensi lainnya
tidak boleh disingkirkan sebelum ada perintah Direksi .

13. Pekerjaan a. Pemborong diharuskan membuat 1 (satu)buah papan nama Kegiatan


Pendahuluan yang mudah dilihat dari jalan raya.
a. Pembersihan Lapangan
Pemborong harus membersihkan dan membenahi tempat kerja,
lapangan penumpukan bahan-bahan, bangunan gudang , dan lain-lain.
b. Pembongkaran
Kontraktor harus membongkar dinding dan kolom pagar eksisting sampai
top atas pondasi batu kali.
Bahan bongkaran harus segera disingkirkan dari lokasi pekerjaan sebelum
pemasangan bowplank.

14. Syarat – Syarat a. Semua bahan–bahan bangunan yang didatangkan harus


Pemeriksaan Bahan memenuhui syarat-syarat yang ditentukan dalam Syarat-syarat Teknis/
dan Bangunan Dokumen Pengadaan ini.
b. Pengawas lapangan berwenang menayakan asal bahan dan
kontraktor wajib memberitahukan.
c. Semua bahan bangunan yang akan digunakan harus diperiksa dahulu
oleh pengawas lapangan untuk mendapatkan persetujuan.
d. Bahan bangunan yang telah didatangkan ditempat pekerjaan tetapi
ditolak pemakaiannya oleh pengawas lapangan harus dikeluarkan dari
tempat pekerjaan selambat-lambatnya 2 x 24 jam sejak jam penolakan.
e. Pekerjaan atau bagian pekerjaan yang telah dilakukan kontraktor
tetapi telah ditolak pengawas lapangan, pekerjaan tersebut segera
dihentikan dan selanjutnya dibongkar atas biaya kontrakror.
f. Apabila pengawas lapangan merasa perlu meneliti suatu bahan
lebih lanjut, pengawas lapangan berhak mengirim bahan-bahan
tersebut ke laboratorium bidang pengujian dinas kimpraswil atau
laboratorium perguruan tinggi di mataram. biaya penelitian menjadi
tanggung jawab kontraktor.

15. Pemeriksaan a. Sebelum memulai pekerjaan lanjutan yang apabila bagian pekerjaan
Pekerjaan telah selesai, akan tetapi belum diperiksa oleh pengawas lapangan,
kontraktor wajib meminta persetujuan kepada pengawas untuk
menyetujui bagian pekerjaan tersebut dan meneruskan pekerjaan
selanjutnya.
b. Bila permohonan pelaksanaan itu dalam waktu 24 jam (terhitung dari
jam diterimanya surat permohonan pemeriksaan, tidak terhitung
hari libur/hari raya) tidak dipenuhi oleh pengawas lapangan, kontraktor
dapat meneruskan pekerjaan dan bagian yang seharusnya diperiksa
dianggap telah di setujui oleh pengawas lapangan. Hal ini kecuali bila
pengawas lapangan minta perpanjangan waktu.

16. Gambar Pelaksanaan Pemborong wajib membuat gambar pelaksanaan untuk dilapangan
(Shop Drawing) berdasarkan gambar-gambar kerja, dan pelaksanaan pekerjaan dapat
dilaksanakan setelah gambar pelaksanaan disetujui oleh Direksi pekerjaan.

17. Gambar Yang a. Gambar-gambar hanya dapat berubah dengan perintah tertulis pemilik
Berubah Dari proyek berdasarkan pertimbangan Direksi pekerjaan.
Rencana b. Perubahan rancangan harus digambar pemborong dengan jelas dan
memperlihatkan perbedaan - perbedaannya dengan dasar perintah
pemilik proyek, dan diserahkan rangkap dengan berikut kalkirnya untuk
diperiksa dan disetujui.
18. Gambar Yang Sesuai Pemborong wajib membuat Gambar akhir pekerjaan (as built drawing), 3
Dengan Kenyataan rangkap yang sudah di periksa dan disetujui.

19. Penyerahan Pertama a. Semua bangunan sementara harus dibongkar,


b. Tiap bagian pekerjaan harus dalam keadaan baik, bersih dan utuh tanpa
cacat.
c. Membersihkan dan membuang sisa-sisa bahan, sampah serta material
lainnya yang tidak berguna.
d. Pemborong wajib menyerahkan ke pemilik proyek berupa :
• Gambar as built drawing dan perubahannya;
• Photo pekerjaan 0%, 25%, 50%, 75% dan 100%.

B. SYARAT–SYARAT TEKNIS PEKERJAAN


PELAKSANAAN DAN PENYELESAIAN PEKERJAAN

1. Pekerjaan Tanah dan A. Pekerjaan Galian


Pasir 1. Lingkup Pekerjaan :
Pekerjaan galian ini meliputi galian tanah untuk pondasi Batu kali
menerus dan pekerjaan galian yang nyata-nyata tertera dalam
gambar dan syarat-syarat teknik ini.

2. Pelaksanaan :
a. Semua pekerjaan galian harus dilaksanakan sesuai gambar
rencana dan ketentuan dalam pasal ini, seperti galian untuk
pasangan pondasi batu kali.
b. Dasar dari galian harus waterpas dan digali sesuai dengan
gambar rencana “0” peil bangunan akan ditentukan oleh
pengawas teknik dilapangan dan ditanda dengan patok beton
permanen/bouwplank. Galian yang melampaui kedalaman yang
ditentukan harus diurug kembali lapis demi lapis dan
dipadatkan sesuai petunjuk pengawas teknik.
c. Pelaksana fisik sudah harus dapat memperhitungkan
kemungkinan terdapat sisa-sisa akar pohon, jasad-jasad
organis dan bagian-bagian yang gembur, pada dasar galian.
Dalam hal ini pelaksana fisik wajib mengeluarkannya dan
lubang hasil galian harus diurug kembali lapis demi lapis dan
dipadatkan sesuai dengan petunjuk pengawas teknik.
d. Kemungkinan terkumpulnya air dalam lubang galian baik akibat
rembesan air tanah maupun turunnya hujan selama atau
sesudah galian dilaksanakan, pelaksana fisik harus
mengusahakan sistem pengeringan dengan menggunakan
pompa atau cara lainnya yang disetujui pengawas teknik.
e. Pelaksana fisik harus menjaga dan memperhatikan dinding hasil
galian terhadap kemungkinan longsor, bila diperlukan
pelaksana fisik harus menggunakan penahan tanah dari papan
atau cara lainnya yang disetujui oleh pengawas teknik.
f. Tanah hasil galian yang bersih dan bebas dari kotoran dan
jasad-jasad lain yang dapat mengurangi mutu pekerjaan dapat
digunakan sebagai tanah urugan atas persetujuan pengawas
teknik, Apabila tidak maka semua tanah hasil galian harus
diratakan pada tempat yang ditentukan pengawas teknik.
g. Apabila terjadi kesalahan dalam penggalian tanah untuk
dasar pondasi sehingga dicapai kedalaman yang melebihi apa
yang telah ditentukan dalam gambar, maka kelebihan pada
galian harus diurug kembali dengan pasir, biaya akibat
pekerjaan tersebut menjadi beban Kontraktor.

B. Pekerjaan Urugan
1. Lingkup pekerjaan :
Pekerjaan ini meliputi semua penimbunan kembali bekas galian,
dan urugan pasir bawah pondasi, atau yang tertera dalam gambar.

2.Pelaksanaan Pekerjaan :
a. Urugan kembali bekas galian harus disertai dengan
pemadatan, sehingga minimal sama dengan keadaan tanah
sebelum digali.
b. Semua urugan pasir harus dipadatkan dengan penyiraman air,
sehingga mendapatkan angka kepadatan maksimal.
c. Pasir yang dipakai harus pasir kali dan bukan pasir laut yang
lolos ayakan 5 mm, dengan persyaratan bahwa pasir harus
dalam keadaan bersih dari Lumpur, tanah dan tidak
mengandung garam atau mineral lainnya.
2. Pekerjaan Pondasi A. Pasangan Batu Kosong
1. Lingkup pekerjaan :
Pasangan batu kali kosong yang dibuat dibawah pondasi batu kali,
pasangan batu kali kosong sebagaimana dinyatakan dalam gambar
dengan ukuran tebal 20 cm, dan sebelumnya di bawah pasangan
batu kosong harus diberi urugan pasir.

2. Bahan Material :
a. Batu kali yang dipakai harus dari jenis yang keras dan tidak
keropos, serta mempunyai gradasi yang baik dengan diameter
maksimum 20 cm.
b. Kontraktor tidak dibenarkan menggunakan jenis batu lain
kecuali atas izin Direksi.

3. Pelaksanaan :
a. Pekerjaan pasangan batu kali kosong dilaksanakan sesuai
dengan ukuran dan bentuk-bentuk yang ditunjukkan dalam
gambar,
b. Pada setiap celah pasangan batu kosong diisi dengan pasir
pasang yang berkwalitas baik dengan butiran pasir yang sama
sehingga dapat mengisi seluruh celah pasangan batu kali,
kemudian disiram air bersih hingga padat dan rata.

B. Pasangan Batu Kali


1. Lingkup pekerjaan :
Bagian pekerjaan ini meliputi pasangan pondasi batu kali yang
dibuat untuk pondasi di bawah sloof, pasangan batu kali
sebagaimana dinyatakan dalam gambar.

2. Bahan Material :
a. Batu kali yang dipakai harus dari jenis batu kali belah yang
keras dan tidak keropos, serta mempunyai gradasi yang baik
dengan diameter maksimum 25 cm.
b. Adukan yang dipakai terdiri dari campuran 1 PC : 5 pasir.
c. Baik batu, pasir maupun air adukan yang dipakai pada pekerjaan
ini harus bersih dari Lumpur dan kotoran-kotoran lainnya.
d. Kontraktor tidak dibenarkan menggunakan jenis batu lain
kecuali atas izin Direksi.

3. Pelaksanaan :
a. Pekerjaan pasangan batu kali dilaksanakan sesuai dengan
ukuran dan bentuk- bentuk yang ditunjukkan dalam gambar.
b. Setiap batu harus dipasang di atas lapisan adukan dan diketok di
tempatnya hingga penuh.
c. Adukan harus mengisi penuh rongga-rongga antara batu,
untuk mendapatkan massa yang kuat dan integral.
d. Pemborong harus memperhatikan adanya stek tulangan kolom,
stek tulangan ke sloof.
e. Stek tulangan ke sloof menggunakan besi Ø 10 pjg 45 cm
dipasang tiap jarak 1m.

3. Pekerjaan Beton I. Lingkup pekerjaan adalah :


Bertulang dan Tidak 1. Beton sloof 15/20 cm;
Bertulang 2. Beton kolom struktur 15/15 cm (Kolom Pilar/Paduraksa);
3. Beton kolom struktur 15/20 cm;
4. Beton kolom praktis 11/11 cm;
5. Beton ring balok dan balok latai 10/15 cm;
6. Beton plat topian t. 8cm
7. Beton tidak bertulang perkutan kolom struktur dan kolom praktis.

II. Pengendalian pekerjaan


Kecuali ditentukan lain, maka semua pekerjaan beton harus mengikuti
ketentuan-ketentuan seperti tertera dalam: ASTM C150, ASTM C 33, SII –
0051 – 74, SII – 0013 – 81, dan SII – 0136 – 84.

III. Persyaratan Bahan


Bahan-bahan / material yang digunakan berupa agregat kasar, agregat
halus, PC, dan sebagainya sesuai dengan yang dipakai pada beton
konstruksi. Demikian juga mengenai cara penyimpanan.

IV. Mutu Beton


Mutu beton K-175 dan K-225

V. Pembesian
a. Besi yang dipakai adalah besi harus lurus dengan jarak sejajar antara
besi yang satu dengan yang lainnya (sesuai gambar keria).
b. Sambungan besi harus mempunyai panjang yang cukup minimum
sepanjang yang disyaratkan.
c. Pengikat besi dengan begel harus benar-benar kuat jangan sampai
menimbulkan perubahan pada, waktu pengecoran dan semua
silangan besi utama dengan begel harus diikat kuat-kuat dengan
kawat berukuran minimum diameter 1 mm.
d. Untuk membuat selimut beton, jarak besi dengan bekisting harus
dijaga, jangan sampai menempel, untuk itu perlu dipasang beton
deking sesuai dengan tebal selimut beton yang disyaratkan dalam
SKSNI.
e. Besi tulangan yang dipakai mutu baja U-24.

VI. Acuan beton/bekisting


a. Acuan harus dipasang sesuai dengan bentuk dan ukuran-ukuran yang
telah di tetapkan/yang diperlukan dalam gambar.
b. Acuan harus dipasang sedemikian rupa dengan perkuatan-perkuatan,
sehingga cukup kokoh dan dijamin tidak berubah bentuk
dan kedudukannya selama pengecoran dilakukan.
c. Acuan harus rapat (tidak bocor), permukaan licin, bebas dari kotoran
(tahi gergaji), potongan kayu, tanah/lumpur dan sebagainya, sebelum
pengecoran dilakukan dan harus mudah di bongkar tanpa
merusak permukaan beton.
d. Pelaksana Kerja harus memberikan contoh-contoh material (besi,
koral/split pasir dan semen portland) kepada pengawas, untuk
mendapatkan persetujuan sebelum pekerjaan ditentukan.
e. Bahan-bahan yang digunakan harus tersimpan dalam tempat
penyimpanan yang aman, sehingga mutu dan bahan terjamin sesuai
persyaratan.
f. Kawat pengikat begel beton/rangka adalah dari baja lunak dan tidak
disepuh seng, diameter kawat lebih besar atau sama dengan
0.40mm.
g. Kawat pengikat bevel beton/rangka harus memenuhi syarat-syarat
yang di tentukan dalam Nl-2 (PBI tahun 1971).
h. Beton harus dilindungi dari pengaruh panas, sehingga tidak
terjadi penguapan cepat. Persiapan perlindungan atas kemungkinan
datangnya hujan, harus diperhatikan.
Beton harus dibasahi paling sedikit selama sepuluh hari setelah
pengecoran.

VII. Penggantian besi


a. Pelaksana Pekerjaan harus mengusahakan supaya besi yang dipasang
adalah sesuai dengan apa yang tertera pada gambar.
b. Dalam hal dimana berdasarkan pengalaman Pelaksana Pekerjaan
atau pendapatnya terdapat kekeliruan atau kekurangan atau
perlupenyempurnaan pembesian yang ada maka:
• Pelaksana Pekerjaan dapat menambah ekstra besi dengan tidak
mengurangi pembesian yang tertera dalam gambar, secepatnya
hal ini diberitahukan pada Perencana untuk sekadar informasi.
• Jika hal tersebut diatas akan dimintakan oleh Pelaksana Pekerjaan
sebagai pekerjaan lebih, maka penambahan tersebut hanya dapat
dilakukan setelah ada persetujuan tertulis dari Perencana.
• Jika diusulkan perubahan dari jalannya pembesianmaka
perubahan tersebut hanya dapat dijalankan dengan persetujuan
tertulis dari perencana. Mengajukan usul dalm rangka tersebut
diatas adalah merupakan juga keharusan dari Pelaksana
Pekerjaan.
c. Jika Pelaksana Pekerjaan tidak berhasil mendapatkan diameter besi
yang sesuai dengan yang ditetapkan dalam gambar, maka dapat
dilakukan penukaran diameter besi dengan diameter yang terdekat
dengan catatan:
• Harus persetujuan Konsultan Pengawas dan Perencana.
• Jumlah besi persatuan panjang atau jumlah besi ditempatkan
tersebut tidak boleh kurang dari yang tertera dalam gambar
(dalam hal ini yang dimaksudkan adalah jumlah luas).
• Penggantian tersebut tidak boleh mengakibatkan kemampuan
penampang berkurang.

• Penggantian tersebut tidak boleh mengakibatkan keruwetan


pembesian ditempat tersebut atau di daerah overlapping
yang dapat menyulitkan pembetonan atau penyampaian
penggetar.

d. Toleransi Besi
Diameter, ukuran sisi (atau jarak antara dua Variasi dalam
permukaan yang berlawanan) berat yang Toleransi diameter
diperbolehkan

Dibawah 10 mm ± 7% ± 0,4 mm

10 mm sampai 16 mm (tapi tidak termasuk


diameter 16 mm)
± 5% ± 0,4 mm

4. Pekerjaan Pasangan I. Lingkup pekerjaan ini adalah :


Dinding Bata 1. Pasang Dinding Bata merah tebal 1/2 bata, 1 PC : 3 Ps;
2. Pasang Dinding Bata merah tebal 1/2 bata, 1 PC : 5 Ps;

II. Standart
a. SK SNI S-03-1994-03 (Spesifikasi Peralatan Pemasangan Dinding Bata
dan Plasteran). Atau Produk Lokal yang telah memenuhi standar uji
material.
b. Pt T-03-2000-C ( Tata Cara Pengerjaan Pasangan dan Plasteran
Dinding).
c. SK SNI S-04-1989-F ( Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (Bahan
Bangunan Bukan Logam).
d. SK SNI S-02-1994-04 (Spesifikasi Agregat Halus Untuk Pekerjaan
Adukan dan Plesteran Dengan Bahan Dasar Semen )

III. Syarat-Syarat Pelaksanaan


Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa
konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan pasangan bata
meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal
pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta contoh material yang akan dipakai
untuk mendapat persetujuan dari Tim Teknis dan Konsultan Pengawas, di
sertai gambar shop drawing.
a. Penyedia Jasa konstruksi harus memeriksa detil-detil denah
,ketinggian dinding.
b. Sebelum melaksanakan pekerjaan harus jelas terlebih dahulu
mengenai bagian pekerjaan yang akan dilaksanakan.
c. Pasangan bata yang digunakan adalah pasangan ½ bata.
d. Campuran yang digunakan adalah 1pc : 3ps dan 1pc : 5ps.
e. Pengadukan spesi harus dilakukan dengan molen pengaduk
spesi/secara manual sesuai petunjuk Direksi.
f. Bata harus di rendam agar jenuh air agar tidak menyerap air dari
campuran.
g. Penyedia Jasa konstruksi harus menjamin pasangan bata horizontal
dengan alat bantu profil kayu lot pengukur ketegakan pasangan dan
benang.
h. Ketebalan spesi diusahakan sama pada arah vertikal dan horisontal.
i. Pemasangan dinding batu bata dilakukan bertahap, setiap tahap
terdiri maksimum 24 lapis setiap harinya, diikuti dengan cor kolom
praktis.
j. Tidak diperkenankan memasang bata merah yang patah dua
melebihi dari 5 %. Bata yang patah lebih dari 2 tidak boleh
digunakan.
k. Pasangan batu bata untuk dinding harus menghasilkan dinding finish
setebal 15 mm.
IV. Syarat-Syarat bahan
1. Semen
• Semen yang dipakai adalah semen jenis Portland Cement (PC)
sekualitas “Tiga Roda/Bosowa/Tonasa/Gresik”
• 1 (satu) merk semen untuk seluruh pekerjaan.
• Semen harus didatangkan dalam zak yang tidak pecah/utuh,
tidak terdapat kekurangan berat dari apa yang tercantum pada
zak.
• Semen masih harus dalam keadaan fresh (belum mulai
mengeras).
• Penyimpanan semen tidak akan segera digunakan harus
menjamin mutu semen, dengan menyediakan tempat
penyimpanan yang kedap air dan tetutup rapat.
• Semen yang sudah disimpan lebih dari 6 bulan sejak dibuat perlu
diuji sebelum digunakan, jika sudah rusak harus ditolak.
2. Batu bata :
• Batu bata lokal yang digunakan batu bata yang mempunyai
warna merah menyala yang menunjukkan kesempurnaan pada
waktu pembakaran.
• Batu bata tidak boleh retak diuji dengan memukulkan dua buah
batu bata, suara yang nyaring menunjukkan batu bata tidak
retak.
• Batu bata harus keras, tidak mudah tergores, dan padat (tidak
banyak pori-pori)
3. Pasir :
• Pasir harus terdiri dari butir-butir yang tajam, kuat dan bersudut.
• Bebas dari bahan-bahan organis, lumpur, tanah lempung dan
sebagainya, jumlah kandungan bahan ini maksimal 5% dan tidak
mengandung garam.

5. Pekerjaan Dinding I. Lingkup pekerjaan dilaksanakan pada :


Plesteran dan 1. Plesteran 1 Pc : 3 Ps, tebal 15 mm
Ornamen 2. Plesteran 1 Pc : 5 Ps, tebal 15 mm
3. Plesteran siar 1Pc : 2Ps
4. Plesteran Ciprat 1Pc : 2Ps
5. Acian pc
6. Ornamen kepala pilar, murda, simbar, util dll mengunakan campuran
1Pc : 3Ps (Pasir yang digunakan khusus untuk ornament adalah pasir
melela/pasir laut warna hitam)

II. Standart
a. SK SNI S-03-1994-03 (Spesifikasi Peralatan Pemasangan Dinding Bata
dan Plesteran).
b. Pt T-03-2000-C ( Tata Cara Pengerjaan Pasangan dan Plesteran
Dinding )
c. SK SNI S-04-1989-F ( Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (Bahan
Bangunan Bukan Logam)).
d. SK SNI S-02-1994-04 (Spesifikasi Agregat Halus Untuk Pekerjaan
Adukan dan Plesteran Dengan Bahan Dasar Semen ).

III. Syarat – Syarat Bahan


1. Semen
• Semen yang dipakai adalah semen jenis Portland Cement (PC)
sekualitas “Tiga Roda/Bosowa/Tonasa/Gresik”
• 1 (satu) merk semen untuk seluruh pekerjaan.
• Semen harus didatangkan dalam zak yang tidak pecah/utuh,
tidak terdapat kekurangan berat dari apa yang tercantum pada
zak.
• Semen masih harus dalam keadaan fresh (belum mulai
mengeras).
• Penyimpanan semen tidak akan segera digunakan harus
menjamin mutu semen, dengan menyediakan tempat
penyimpanan yang kedap air dan tetutup rapat.
• Semen yang sudah disimpan lebih dari 6 bulan sejak dibuat perlu
diuji sebelum digunakan, jika sudah rusak harus ditolak.
2. Pasir :
• Pasir harus terdiri dari butir-butir yang tajam, kuat dan bersudut.
• Bebas dari bahan-bahan organis, lumpur, tanah lempung dan
sebagainya, jumlah kandungan bahan ini maksimal 5% dan tidak
mengandung garam.

IV. Syarat – Syarat Pelaksanaan


a. Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia
Jasa konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan plesteran,
acian, dan benangan meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja
dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta contoh
material yang akan dipakai untuk mendapat persetujuan dari Tim
Teknis dan Konsultan Pengawas, di sertai gambar shop drawing.
b. Campuran/bahan dibuat menggunakan molen selama 3 menit.
c. Semua jenis adukan perekat tersebut di atas harus disiapkan
sedemikian rupa sehingga selalu dalam keadaan baik dan belum
mengering, diusahakan agar jarak waktu pencampuran aduk perekat
tersebut dengan pemasangannya tidak melebihi 30 menit terutama
untuk adukan kedap air.
d. Pasangan kepala plesteran dibuat pada jarak 1-2 m, dipasang tegak
dan menggunakan keping-keping plywood setebal 9 mm untuk
patokan kerataan bidang, pelaksanaan plesteran tidak boleh
melebihi 2 hari setelah dibuat kepalaan.
e. Untuk beton sebelum diplaster permukannya harus dibersihkan dari
sisa-sisa bekisting dan kemudian dikretek (scrath) terlebih dahulu
dan semua lubang-lubang bekas pengikat bekisting atau form tie
harus tertutup aduk plaster.
f. Ketebalan plesteran dinding minimum 1,5 cm yang dinyatakan dalam
gambar.

g. Semua bidang yang akan menerima bahan (finishing) pada


permukaannya diberi alur-alur garis horizontal atau dikretek (scrath)
untuk memberi ikatan yang lebih baik terhadap bahan finishingnya,
kecuali untuk menerima cat.
h. Untuk bidang pasangan dinding batu bata dan beton bertulang yang
akan difinish dengan cat dipakai plesteran halus (acian di atas
permukaan plasterannya)
i. Plasteran harus sudah berumur 3 hari sebelum di-aci
j. Acian harus rata/tdk bergelombang dengan ketebalan acian 2mm
atau maksimal 3mm
k. Bahan acian menggunakan bahan PC
l. Acian harus di curring minimal 1x sehari selama 7 hari
m. Kelembaban plasteran harus dijaga sehingga pengeringan
berlangsung wajar/tidak terlalu tiba-tiba dengan membasahi
permukaan plesteran setiap kali terlihat kering dan melindungi dari
terik panas matahari langsung dengan bahan-bahan penutup yang
bisa mencegah penguapan air secara cepat.
n. Plasteran harus mendapatkan curing minimal 1x sehari selama 3
hari.
o. Jika terjadi keretakan sebagai akibat pengeringan yang tidak baik,
plasteran harus dibongkar kembali dan diperbaiki sampai dinyatakan
dapat diterima oleh Konsultan Pengawas dengan biaya atas
tanggungan penyedia Jasa konstruksi. Selama 7 (tujuh) hari setelah
pengacian selesai penyedia Jasa konstruksi harus selalu menyiram
dengan air, sampai jenuh sekurang-kurangnya 2 kali setiap hari.

6. Pekerjaan Pagar Tralis I. Lingkup pekerjaan


a. Lingkup pekerjaan ini adalah pembuatan pagar besi pada tembok
sebelah utara.
b. Besi pagar yang dipergunakan adalah besi Ø 10 mm jarak 15 cm
c. Tiang pipa Ø 2”
d. Besi plat 2x25mm

II. Pelaksanaan Pekerjaan


a. Sebelum pekerjaan pagar dimulai kontraktor harus mengajukan
contoh bahan material ke Direksi dan pengawas pekerjaan.
b. Pelaksanaan konstruksi pagar dipabrikasi diworkshop sementara.
c. Semua bahan harus sesuai dengan gambar kerja
d. Perubahan bahan/detail karena alasan apapun harus diajukan
ke Konsultan Pengawas, Konsultan Perencana, dan Pejabat
Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) untuk mendapatkan persetujuan
secara tertulis
e. Finishing cat menggunakan cat semprot/spraygun.

7. Pekerjaan Pengecatan I. Bahan dan Syarat – Syarat


Kontraktor harus menyediakan surat dari pabrik cat yang bersangkutan
untuk menegaskan bahwa cat yang dipergunakan untuk pekerjaan ini
adalah asli dari pabrik tersebut. Pengerjaan pengecatan harus mengikuti
petunjuk – petunjuk atau prosedur pemakaian yang ditentukan dari
pabrik cat tersebut.

II. Jenis Bahan dan Persyaratannya


• Cat Tembok yang dipergunakan adalah cat khusus KCA jenis Taro dan
Flakes.
Sebelum pekerjaan pengecatan dimulai atau selambat – lambatnya 2
minggu sebelumnya, kontraktor wajib menyerahkan daftar bahan
yang akan dipergunakan serta brosur cara pelaksanaannya kepada
Konsultan Pengawas dan Direksi untuk mendapatkan
persetujuannya. Demikian pula pemilihan warna akan ditentukan
kemudian oleh konsultan
pengawas bersama – sama dengan direksi.

III. Pengecatan Permulaan


a. Cat dasar tembok
Plesteran harus diberikan kesempatan maksimum untuk
mengeringsebelum pengecatan dimulai.
Pengecatan dasar menggunakan cat Taro sampai rata betul
permukaannya.
IV. Pengecatan Finishing
a. Pengecatan tembok
Untuk seluruh bidang tembok dicat sebanyak dua kali menggunakan
kape.

8. Penutup 1. Meskipun dalam Bestek ini pada uraian pekerjaan dan uraian bahan-
bahan tidak dinyatakan kata-kata yang harus disediakan oleh Pemborong
dan tidak disebutkan dalam penjelasan pekerjaan pembangunan ini, maka
pekerjaan tersebut diatas tetap dianggap ada dan dimuat dalam Bestek
ini.
2. Pekerjaan yang nyata-nyata menjadi bagian dari pekerjaan
pembangunan ini, tetapi tidak diuraikan atau dimuat dalam Bestek ini,
tetapi diselenggarakan dan diselesaikan oleh Pemborong, harus dianggap
seakan-akan pekerjaan itu diuraikan dan dimuat dalam Bestek ini, untuk
menuju kepenyerahan yang lengkap dan sempurna menurut
pertimbangan Direksi.

Anda mungkin juga menyukai