A. URAIAN PEKERJAAN
1. Umum 1. Lingkup pekerjaan
Lingkup pekerjaan yang akan dikerjakan yaitu Pembangunan Tembok
Belakang Kampus STAHN Gde Pudja Mataram, bangunan-bangunan
yang ada didalam rencana, sesuai dengan gambar terdiri dari :
I. Pekerjaan Persiapan
II. Pekerjaan Bongkaran
III. Pekerjaan Pagar Depan Barat
IV. Pekerjaan Pilar (Paduraksa)
V. Pekerjaan Samping Utara
2. Lokasi pekerjaan : Jl. Pancaka No. 7B Mataram.
3. Sarana bekerja
Untuk kelancaran pekerjaan kontraktor harus menyediakan :
a. Tenaga kerja/Tenaga ahli yang cukup memadai sesuai dengan
jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan.
b. Alat-alat bantu, alat-alat pengangkut dan alat-alat lain yang
diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan.
c. Bahan-bahan bangunan dalam jumlah yang akan dilaksanakan
tepat pada waktunya.
4. Cara pelaksanaan
Pekerjaan yang harus dilaksanakan dengan penuh keahlian sesuai
dengan ketentuan-ketentuan dalam Rencana Kerja & Syarat-syarat
(RKS)/ Dokumen Pengadaan, Gambar Rencana, Berita Acara
Penjelasaan serta mengikuti petunjuk Direksi.
2. Peraturan Teknis 1. Semua pekerjaan yang ditentukan dalam dokumen ini mengacu dan
harus mengikuti persyaratan Standar Nasional Indonesia (SNI), Standar
Konsep Nasional Indonesia (SK SNI), serta peraturan-peraturan Nasional
dan Internasional lain yang ada hubungannya dengan pekerjaan ini,
seperti :
a. SNI 1728-1989; SKBI 1.3.53.1989, tentang Tata Cara
Pelaksanaan mendirikan Bangunan Gedung;
b. SNI 03-1734-1989; SNI 03-1734-189-F, tentang Tata Cara
Perencanaan Beton Bertulang dan Struktur Dinding Bertulang
untuk Rumah dan Gedung;
c. SNI 03-3233-1992; UDC.674.048, tentang Panduan Pengawetan
Kayu dengan cara Pemulasan, Pencelupan dan Perendaman;
d. KBI-4.3.53.1 987; UDC.699.048.004.1, tentang Spesifikasi Kayu
Awet untuk Perumahan dan Gedung;
e. SNI 03-2404-1991; SK SNI T-05-1990-F, tentang Tata Cara
Pencegahan Rayap pada Pembuatan Bangunan Rumah dan
Gedung;
f. SNI 03-2410-1991; SK SNI T-1 1-1990-F, tentang Tata Cara
Pengectan Dinding Tembok dengan Cat Emulsi;
g. SNI 03-241 7-1 991; SK SNI T-08-1 990-F, tentang Tata Cara
Pengecatan Kayu untuk Bangunan Rumah dan Gedung;
h. SK SNI S-04-1989-F, tentang Spesifikasi Bahan Bangunan
Bagian C (Bahan Bangunan dari Logam Besi/Besi);
i. SKBI 1 .3.53.1987; UDC.699.887, tentang Pedoman
Perencanaan Penangkal Petir;
j. SNI 03-1 735-1989; SKBI-2.5.53.1 987, tentang Tata Cara
Perencanaan bangunan dan Lingkungan untuk Pencegahan
Bahaya Kebakaran pada Bangunan Rumah dan Gedung;
k. Standar Industri Indonesia (SII);
l. Pedoman Plumbing Indonesia;
m. ASTM, JIS dll yang ada hubungannya dengan pekerjaan ini.
2. Untuk melaksanakan pekerjaan dalam butir (1) ayat (2) di atas berlaku
dan mengikat pula :
a. Gambar Bestek yang dibuat oleh Konsultan Perencana yang sah
dan disahkan oleh Pemberi Tugas termasuk Gambar-gambar
Detail dan Perubahan yang disahkan oleh Direksi
b. Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)/ Dokumen Pengadaan
c. Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing)
d. Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ)
e. Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK)
f. Berita Acara Pembukaan Penawaran beserta lampiran-lampirannya
g. Jadwal Pelaksanaan (Time Schedule) yang disetujui oleh Direksi
(STM/SMK) Pelaksanan
(SMK/SMA/SMEA)
d. Membuat Struktur Organisasi Lengkap dengan uraian tugas
masing masing personil
e. Mengeluarkan tenaga kerja kontraktor (pekerja, tukang, kepala
tukang, mandor)
f. Direksi pekerjaan berhak menolak dan mewajibkan
kontraktor memberhentikan seseorang yang dipekerjakan oleh
kontraktor pada atau sehubungan dengan pelaksanaan, penyelesaian
dan perbaikan pekerjaan, yang menurut direksi pekerjaan berprilaku
tidak senonoh, tiak cakap atau ceroboh dalam pelaksanaan tugasnya
atau yang menurut pertimbangan direksi pekerjaan orang tersebut
tidak patut dipekerjakan dan orang tersebut tidak boleh dipekerjakan
lagi tanpa izin tertulis dari direksi pekerjaan. Orang yang diberhentikan
secara demikian dari pekerjaan harus diganti secepat mungkin dengan
seoarang pengganti yang cakap yang disetujui oleh direki pekerjaan.
7. Rencana Kerja (Time Kontraktor diwajibkan membuat Rencana Kerja (Time Schidule) dalam bentuk
Schedulle) kurva “S” yang memuat penjelasan tentang rencana kerja pelaksanaan
pekerjaanan penyediaan bahan yang sesuai dengan persyaratan dalam
dokumen pengadaan ini.
8. Kuasa Kontraktor di a. Kontraktor wajib menunjuk seorang kuasa kontraktor, atau biasa
Lapangan disebut Pelaksana, yang cakap untuk memimpin pelaksanaan pekerjaan
dilapangan dan mendapat kuasa penuh dari kontraktor.
b. Dengan adanya pelaksana, tidak berarti bahwa kontraktor lepas
tanggung jawab sebagian maupun keseluruhan.
c. Kontraktor wajib memberi tahu secara tertulis kepada Pejabat Pembuat
Komitmen dan Pengawas Lapangan, nama dan jabatan pelaksana untuk
mendapatkan persetujuan.
d. Bila dikemudian hari menurut pendapat Pengelola Kegiatan dan
Pengawas Lapangan, pelaksana kurang mampu/kurang cakap
memimpin pekerjaan maka akan diberitahukan kepada kontraktor secara
tertulis untuk mengganti pelaksana.
e. Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkan pemberitahuan,
kontraktor wajib sudah menunjuk pelaksana pengganti yang akan
memimpin pelaksanaan atau kontraktor sendiri. (Penanggung
Jawab/Direktur Perusahaan) yang akan memimpin pelaksanaan.
9. Tempat Tinggal a. Untuk menjaga kemungkinan diperlukan dalam jam kerja apabila
(Domisili) Kontraktor terjadi hal-hal yang mendesak, kontraktor dan pelaksana wajib
dan Pelaksana memberitahukan secara tertulis alamat dan nomor telepon di lokasi
kepada Pengelola Kegiatan daan Pengawas Lapangan.
b. Alamat Kontraktor/Pelaksana diharapkaan tidak sering berubah-
ubah selama pekerjaan.
12. Seting Out a. Pemborong harus melakukan Setting Out di lapangan secara teliti dan
(Pematokan) benar atas posisi dan ketinggian rencana bangunan sesuai dengan
koordinat yang ditunjukkan dalam gambar.
b. Pemborong harus mengajukan hasil perhitungan /pengukuran posisi dan
ketinggian (dengan cara triangulasi dan pengukuran kembali) kepada
Pengawas/Direksi untuk mendapat persetujuan.
c. Dalam hal terdapat perbedaan antara hasil pengukuran di lapangan
sebagaimana ditunjukkan dalam gambar dengan kenyataan yang ada,
Pemborong harus melaporkan kepada Pengawas /Direksi untuk
memperoleh keputusan dan dinyatakan dalam Berita Acara dan
Keputusan yang diambil harus didasarkan kepada keamanan konstruksi
dan kelancaran operasional penggunaan bangunan tersebut.
d. Semua permasalahan yang terjadi di lapangan sehubungan dengan
pekerjaan setting out harus tunduk kepada keputusan Pengawas/Direksi.
e. Semua poros ketinggian (elevasi) dinyatakan dalam satuan metrik
terhadap elevasi tanah dasar, sedangkan ukuran – ukurannya dinyatakan
dalam satuan metrik kecuali bila dinyatakan lain.
f. Pemborong wajib membuat bouwplank dan patok-patok pembantu
sebagai pedoman pelaksanaan pekerjaan untuk menjamin ketelitian
bentuk, posisi, arah elevasi dan lain-lain yang telah disetujui oleh
Pengawas/Direksi.
g. Sebelum pekerjaan di mulai, bouwplank dan patok-patok pembantu
harus disetujui oleh Pengawas/Direksi dan patok-patok referensi lainnya
tidak boleh disingkirkan sebelum ada perintah Direksi .
15. Pemeriksaan a. Sebelum memulai pekerjaan lanjutan yang apabila bagian pekerjaan
Pekerjaan telah selesai, akan tetapi belum diperiksa oleh pengawas lapangan,
kontraktor wajib meminta persetujuan kepada pengawas untuk
menyetujui bagian pekerjaan tersebut dan meneruskan pekerjaan
selanjutnya.
b. Bila permohonan pelaksanaan itu dalam waktu 24 jam (terhitung dari
jam diterimanya surat permohonan pemeriksaan, tidak terhitung
hari libur/hari raya) tidak dipenuhi oleh pengawas lapangan, kontraktor
dapat meneruskan pekerjaan dan bagian yang seharusnya diperiksa
dianggap telah di setujui oleh pengawas lapangan. Hal ini kecuali bila
pengawas lapangan minta perpanjangan waktu.
16. Gambar Pelaksanaan Pemborong wajib membuat gambar pelaksanaan untuk dilapangan
(Shop Drawing) berdasarkan gambar-gambar kerja, dan pelaksanaan pekerjaan dapat
dilaksanakan setelah gambar pelaksanaan disetujui oleh Direksi pekerjaan.
17. Gambar Yang a. Gambar-gambar hanya dapat berubah dengan perintah tertulis pemilik
Berubah Dari proyek berdasarkan pertimbangan Direksi pekerjaan.
Rencana b. Perubahan rancangan harus digambar pemborong dengan jelas dan
memperlihatkan perbedaan - perbedaannya dengan dasar perintah
pemilik proyek, dan diserahkan rangkap dengan berikut kalkirnya untuk
diperiksa dan disetujui.
18. Gambar Yang Sesuai Pemborong wajib membuat Gambar akhir pekerjaan (as built drawing), 3
Dengan Kenyataan rangkap yang sudah di periksa dan disetujui.
2. Pelaksanaan :
a. Semua pekerjaan galian harus dilaksanakan sesuai gambar
rencana dan ketentuan dalam pasal ini, seperti galian untuk
pasangan pondasi batu kali.
b. Dasar dari galian harus waterpas dan digali sesuai dengan
gambar rencana “0” peil bangunan akan ditentukan oleh
pengawas teknik dilapangan dan ditanda dengan patok beton
permanen/bouwplank. Galian yang melampaui kedalaman yang
ditentukan harus diurug kembali lapis demi lapis dan
dipadatkan sesuai petunjuk pengawas teknik.
c. Pelaksana fisik sudah harus dapat memperhitungkan
kemungkinan terdapat sisa-sisa akar pohon, jasad-jasad
organis dan bagian-bagian yang gembur, pada dasar galian.
Dalam hal ini pelaksana fisik wajib mengeluarkannya dan
lubang hasil galian harus diurug kembali lapis demi lapis dan
dipadatkan sesuai dengan petunjuk pengawas teknik.
d. Kemungkinan terkumpulnya air dalam lubang galian baik akibat
rembesan air tanah maupun turunnya hujan selama atau
sesudah galian dilaksanakan, pelaksana fisik harus
mengusahakan sistem pengeringan dengan menggunakan
pompa atau cara lainnya yang disetujui pengawas teknik.
e. Pelaksana fisik harus menjaga dan memperhatikan dinding hasil
galian terhadap kemungkinan longsor, bila diperlukan
pelaksana fisik harus menggunakan penahan tanah dari papan
atau cara lainnya yang disetujui oleh pengawas teknik.
f. Tanah hasil galian yang bersih dan bebas dari kotoran dan
jasad-jasad lain yang dapat mengurangi mutu pekerjaan dapat
digunakan sebagai tanah urugan atas persetujuan pengawas
teknik, Apabila tidak maka semua tanah hasil galian harus
diratakan pada tempat yang ditentukan pengawas teknik.
g. Apabila terjadi kesalahan dalam penggalian tanah untuk
dasar pondasi sehingga dicapai kedalaman yang melebihi apa
yang telah ditentukan dalam gambar, maka kelebihan pada
galian harus diurug kembali dengan pasir, biaya akibat
pekerjaan tersebut menjadi beban Kontraktor.
B. Pekerjaan Urugan
1. Lingkup pekerjaan :
Pekerjaan ini meliputi semua penimbunan kembali bekas galian,
dan urugan pasir bawah pondasi, atau yang tertera dalam gambar.
2.Pelaksanaan Pekerjaan :
a. Urugan kembali bekas galian harus disertai dengan
pemadatan, sehingga minimal sama dengan keadaan tanah
sebelum digali.
b. Semua urugan pasir harus dipadatkan dengan penyiraman air,
sehingga mendapatkan angka kepadatan maksimal.
c. Pasir yang dipakai harus pasir kali dan bukan pasir laut yang
lolos ayakan 5 mm, dengan persyaratan bahwa pasir harus
dalam keadaan bersih dari Lumpur, tanah dan tidak
mengandung garam atau mineral lainnya.
2. Pekerjaan Pondasi A. Pasangan Batu Kosong
1. Lingkup pekerjaan :
Pasangan batu kali kosong yang dibuat dibawah pondasi batu kali,
pasangan batu kali kosong sebagaimana dinyatakan dalam gambar
dengan ukuran tebal 20 cm, dan sebelumnya di bawah pasangan
batu kosong harus diberi urugan pasir.
2. Bahan Material :
a. Batu kali yang dipakai harus dari jenis yang keras dan tidak
keropos, serta mempunyai gradasi yang baik dengan diameter
maksimum 20 cm.
b. Kontraktor tidak dibenarkan menggunakan jenis batu lain
kecuali atas izin Direksi.
3. Pelaksanaan :
a. Pekerjaan pasangan batu kali kosong dilaksanakan sesuai
dengan ukuran dan bentuk-bentuk yang ditunjukkan dalam
gambar,
b. Pada setiap celah pasangan batu kosong diisi dengan pasir
pasang yang berkwalitas baik dengan butiran pasir yang sama
sehingga dapat mengisi seluruh celah pasangan batu kali,
kemudian disiram air bersih hingga padat dan rata.
2. Bahan Material :
a. Batu kali yang dipakai harus dari jenis batu kali belah yang
keras dan tidak keropos, serta mempunyai gradasi yang baik
dengan diameter maksimum 25 cm.
b. Adukan yang dipakai terdiri dari campuran 1 PC : 5 pasir.
c. Baik batu, pasir maupun air adukan yang dipakai pada pekerjaan
ini harus bersih dari Lumpur dan kotoran-kotoran lainnya.
d. Kontraktor tidak dibenarkan menggunakan jenis batu lain
kecuali atas izin Direksi.
3. Pelaksanaan :
a. Pekerjaan pasangan batu kali dilaksanakan sesuai dengan
ukuran dan bentuk- bentuk yang ditunjukkan dalam gambar.
b. Setiap batu harus dipasang di atas lapisan adukan dan diketok di
tempatnya hingga penuh.
c. Adukan harus mengisi penuh rongga-rongga antara batu,
untuk mendapatkan massa yang kuat dan integral.
d. Pemborong harus memperhatikan adanya stek tulangan kolom,
stek tulangan ke sloof.
e. Stek tulangan ke sloof menggunakan besi Ø 10 pjg 45 cm
dipasang tiap jarak 1m.
V. Pembesian
a. Besi yang dipakai adalah besi harus lurus dengan jarak sejajar antara
besi yang satu dengan yang lainnya (sesuai gambar keria).
b. Sambungan besi harus mempunyai panjang yang cukup minimum
sepanjang yang disyaratkan.
c. Pengikat besi dengan begel harus benar-benar kuat jangan sampai
menimbulkan perubahan pada, waktu pengecoran dan semua
silangan besi utama dengan begel harus diikat kuat-kuat dengan
kawat berukuran minimum diameter 1 mm.
d. Untuk membuat selimut beton, jarak besi dengan bekisting harus
dijaga, jangan sampai menempel, untuk itu perlu dipasang beton
deking sesuai dengan tebal selimut beton yang disyaratkan dalam
SKSNI.
e. Besi tulangan yang dipakai mutu baja U-24.
d. Toleransi Besi
Diameter, ukuran sisi (atau jarak antara dua Variasi dalam
permukaan yang berlawanan) berat yang Toleransi diameter
diperbolehkan
Dibawah 10 mm ± 7% ± 0,4 mm
II. Standart
a. SK SNI S-03-1994-03 (Spesifikasi Peralatan Pemasangan Dinding Bata
dan Plasteran). Atau Produk Lokal yang telah memenuhi standar uji
material.
b. Pt T-03-2000-C ( Tata Cara Pengerjaan Pasangan dan Plasteran
Dinding).
c. SK SNI S-04-1989-F ( Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (Bahan
Bangunan Bukan Logam).
d. SK SNI S-02-1994-04 (Spesifikasi Agregat Halus Untuk Pekerjaan
Adukan dan Plesteran Dengan Bahan Dasar Semen )
II. Standart
a. SK SNI S-03-1994-03 (Spesifikasi Peralatan Pemasangan Dinding Bata
dan Plesteran).
b. Pt T-03-2000-C ( Tata Cara Pengerjaan Pasangan dan Plesteran
Dinding )
c. SK SNI S-04-1989-F ( Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (Bahan
Bangunan Bukan Logam)).
d. SK SNI S-02-1994-04 (Spesifikasi Agregat Halus Untuk Pekerjaan
Adukan dan Plesteran Dengan Bahan Dasar Semen ).
8. Penutup 1. Meskipun dalam Bestek ini pada uraian pekerjaan dan uraian bahan-
bahan tidak dinyatakan kata-kata yang harus disediakan oleh Pemborong
dan tidak disebutkan dalam penjelasan pekerjaan pembangunan ini, maka
pekerjaan tersebut diatas tetap dianggap ada dan dimuat dalam Bestek
ini.
2. Pekerjaan yang nyata-nyata menjadi bagian dari pekerjaan
pembangunan ini, tetapi tidak diuraikan atau dimuat dalam Bestek ini,
tetapi diselenggarakan dan diselesaikan oleh Pemborong, harus dianggap
seakan-akan pekerjaan itu diuraikan dan dimuat dalam Bestek ini, untuk
menuju kepenyerahan yang lengkap dan sempurna menurut
pertimbangan Direksi.