GAMBARAN KHUSUS
KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
14
2
3.2 Analisa
1. Hematologi
A. Pemeriksaan Darah Lengkap dengan Hematology Analyzer
1) Metode
Automatic Analyzer
2) Tujuan
Untuk mengetahui hasil pemeriksaan darah lengkap yang terdiri dari :
Leukosit (White Blood Cell), Ertitrosit (Red Blood Cell), Hemoglobin
(HGB), Hematokrit (HCT), MCV, MCH, MCHC, Trombosit (Platelet),
dan Hitung jenis (Differensial Count).
3) Prinsip
Hemoglobin : metode SLS (Sulfolyser ), Dimana SLS mengandung
garam amonium quartener yang berguna untuk melisis eritrosit sehingga
hemoglobin bisa bereaksi, mengandung SLS yang berfungsi untuk
mengikat hemoglobin membentuk kompleks stabil berwarna merah. Ion
Fe+2 dalam molekul Hb dioksidasi menjadi Fe+ (methemoglobin).
Eritrosit dan Trombosit : metode Hydrodinamic Focusing.
Sebuah hambatan yang diukur dimana sel-sel darah dilewatkan melalui
tabung kecil/detector, setiap sel-sel yang melewati detector tersebut akan
dihitung melalui alat komputer berdasarkan hambatan yang banyak atau
sedikit sel-sel yang melewati tabung. Pemisahan sel berdasarkan ukuran
sel-sel darah. Cellpack akan membantu supaya sel dapat berjalan satu
persatu melewati detector.
4
b. Pemeriksaan Trombosit
1) Metode
Wright – Giemsa
2) Tujuan
Sebagai konfirmasi dari hasil trombosit apabila terdapat kesalahan
setelah dihitung jumlah trombositnya dalm 1000 eritrosit.
3) Prinsip
Sediaan apus darah diwarnai dengan larutan wright ataupun giemsa
kemudian dihitung jumlah trombositnya dalam 1000 eritrosit.
4) Alat-alat: Mikroskop, Preparat, Counter
5) Bahan : Methanol, Larutan Wright, Larutan Giemsa, Emercy oil
6) Cara kerja
a. Pembuatan Sediaan Apus Darah
1. Disiapkan sebuah preparat yang bersih dan bebas lemak, dan
sebuah preparat lain yang bertepi rata (dapat pula
menggunakan cover glass)
2. Setetes darah dipaparkan di tepi preparat, kemudian dengan
preparat lain diratakan ke seluruh tepi lain dari preparat
tersenut dengan kecepatan konstan dan sudut kemiringan 300-
450 hingga memenuhi 2/3 bagian dari preparat.
3. Diberi identitas pasien menggunakan pensil pada bagian tebal
sediaan apus darah tersebut, keringkan di udara.
b. Pewarnaan Sediaan Apus Darah
1. Sediaan Apus Darah yang telah dibuat difiksasi menggunakan
larutan methanol absolut selma 2-3 menit.
2. Kemudian diwarnai dengan larutan wright ataupun giemsa
selama 15-20 menit.
3. Dicuci menggunakan air mengalir dikeringkan di udara.
c. Perhitungan trombosit
1. Setelah sediaan apus darah diwarnai dan telah kering,
diletakkan dibawah mikroskop dengan perbesaran 40x lensa
obyektif untuk melihat kualitas dari sel darah merah.
7
6) Cara kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Dibuat campuran darah dengan larutan (Brom Cresyl Blue) BCB
sama banyak, dihomogenkan, dan diinkubasi selama 15-30 menit
pada penangas air 370C.
3. Kemudian setetes campuran tadi dipaparkan diatas preparat dan
dibuat sediaan apus darah. Biarkan mengering di udara.
4. Dihitung jumlah eritrosit per lapang pandang sambil menghitung
jumlah retikulosit hingga 1000 eritrosit.
5. Jumlah retikulosit dalam 1000 eritrosit dibagi dengan jumlah eritrosit
kemudian dikalikan dengan 100% (satuannya adalah %). Atau
jumlah retikulosit dalam % dikalikan dengan jumlah eritrosit
(satuannya adalah ribu/μl darah)
7) Nilai normal
0,5% - 1,5%
E. Masa perdarahan
1) Metode
Duke
2) Tujuan
Untuk material faktor-faktor hemostasis yang letaknya extravaskuler, dan
berpengaruh juga pada keadaan dinding kapiler serta jumlah trombosit.
3) Prinsip
Pemeriksaan terhadap fungsi pembuluh darah (kapiler) jumlah dan
fungsi trombosit. Kekurangan dari faktor-faktor pembekuan darah
(faktor intrinsik) tidak menyebabkan perpanjangan karena luka yang
dibuat sedemikian rupa kecilnya sehingga pendarahan segera berhenti
karena pengaruh pembuluh darah dan trombosit.
4) Alat-alat :
a) Lanset
b) Autoklik
c) Kapas
d) Stopwatch
e) Tissue
10
5) Bahan
Alkohol 70%
6) Cara kerja
a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Lanset dimasukkan ke dalam autoklik.
c. Dilakukan sedikit pemijatan pada anak daun telinga dan dibersihkan
dengan kapas alkohol, kemudian dibiarkan kering.
d. Lancet ditusukkan yang dalam agar darah tidak perlu dipaksa keluar.
e. Stopwatch dinyalakan saat darah pertama keluar.
f. Setiap 30 detik, darah dihisap menggunakan tisu dengan tidak
menekan kulit saat mengisap.
g. Stopwatch dimatikan ketika darah tidak lagi keluar. Kemudian
dicatat waktu perdarahannya.
7) Nilai normal
1.5 Menit
F. Masa pembekuan
1) Metode
Modifikasi Lee and White
2) Tujuan
Untuk menentukan lamanya waktu yang diperlukan darah untuk
membeku, hasilnya menjadi ukuran untuk aktivitas faktor-faktor
koagulasi darah terutama faktor-faktor yang membantu tromboplastin
dan juga berpengaruh terhadap kadar fibrinogen.
3) Prinsip
Darah vena tanpa antikoagulan dimasukkan dalam sebuah tabung, tiap
setengah menit tabung tersebut dimiringkan sampai terjadi pembekuan.
Waktu pembekuan adalah waktu mulai darah masuk dalam tabung
sampai darah membeku pada tabung.
4) Alat-alat : Tabung reaksi kecil, Stopwatch.
5) Bahan : Darah vena tanpa antikoagulan, alkohol 70%
11
6) Cara kerja
a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Darah tanpa antikoagulan dimasukkan ke dalam tabung reaksi
sebanyak 1mL Stopwatch dinyalakan.
c. Dibiarkan selama 5 menit, kemudian setiap 30 detik tabung
dimirinkan hingga darah tidak mengalir.
d. Stopwatch dimatikan dan dicatat hasilnya.
7) Nilai Normal
9-15 menit
G. Golongan Darah
1) Metode
Latex Aglutinasi
2) Tujuan
Untuk mengetahui golongan darah seseorang dalam menetapkan identitas
orang tersebut.
3) Prinsip
Adanya aglutinasi apabila antibodi yang terdapat dalam darah direaksikan
dengan antisera.
4) Alat-alat
a) Preparat/kertas golongan darah
b) Pipet
c) Batang pengaduk
5) Bahan
a) Anti-A
b) Anti-B
c) Anti-AB
d) Anti-D
6) Cara kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. 4 tetes darah dipaparkan pada preparat/kertas golongan darah ditempat
yang berbeda.
3. Masing-masing tetesan darah tersebut ditambahkan Anti-A, Anti-B,
Anti-AB, Anti-D secara berurutan.
12
Golongan
Anti-A Anti-B Anti-AB Anti-D
Darah
+ - + A +/-
- + + B +/-
+ + + AB +/-
- - - O +/-
2. Kimia Darah
a. Pemeriksaan Kimia Darah menggunakan TMS 24i Premium
1) Metode
Automatic Analyzer Enzimatic Spectrofotometric.
2) Prinsip
Sampel secara otomatis diperiksa dalam suatu alat yang telah diprogram
sesuai kebutuhan dan pembacaan, oleh alat tersebut sampel yang akan
dianalisa dimasukkan kedalam kuvet dan akan terjadi pengenceran sesuai
dengan yang telah diprogram dan kadar zat-zat dalam darah akan terbaca
dengan sendirinya.
3) Alat-alat
Chemical Analyzer (TMS 24i Premium)
4) Bahan
Reagensia masing-masing parameter pemeriksaan.
5) Cara kerja
1. Cup sampel diletakkan pada tray sampel.
13
A. Trigliserida
1) Metode
Trigliserida BPO-PAP
2) Prinsip
Trigliserida mengalami hidrolisis dengan bantuan lipase menjadi gliserol dan
asam lemak. Gliserol akan mengalami fosforilasi degan ATP menjadi
gliserol-3-phosphate dan ADP dengan bantuan gliserokinase.
3) Nilai Normal : 36-165 mg/dl
B. Cholesterol
1) Metode
Cholesterol CHOD-PAP
2) Prinsip
Kolesterol ester diubah menjadi asam kolesterol esterase yang akan
dioksidasi menjadi kolesterol dengan bantuan enzim peroksidase.
3) Nilai Normal : < 200 mg/dl
C. HDL
1) Metode
HDL Direct
2) Prinsip
Kolestrol non HDL yang tidak disertifikasi mengalami reaksi enzim dan
peroksida yang dihasilkan. Dikonsumsi oleh reaksi peroksidase dengan DSB
ml menghasilkan produk yang tidak berwarna.
3 ) Nilai Normal : - Sehat : > 60
- Normal : 40 – 59
- Risiko Tinggi : < 40
14
D. LDL
1 ) Metode
LDL Direct
2) Prinsip
Pengujian didasarkan pada Asam Polivinil Sulfonat (PVS) yang dimodifikasi
dan polietilen-glikol metil eter (PEGME) digabungkan metode presipitasi
klasik dengan peningkatan dalam menggunakan jumlah optimal
PVS/PEGME dan detergen terpilih.
LDL, VDL, dan Chylomicron bereaksi dengan PVS dan PEGME dan reaksi
tersebut mengakibtkan tidak terjangkau nya LDL, VDL, dan CM oleh
Cholestrol Oxidase (CHOD) dan Cholestrol esterase (CHER), sedangkan
HDL bereaksi dengan enzim
Penmbahan reagen 2 yang mengandung detergen spesifik melepaskan LDL
dari kompleks PVS/PEGME, LDL yang dilepaskan dengan enzim terhadap
produk H2O2 yang diknantifikasi oleh reaksi trinder.
3) Nilai Normal : < 150
E. Alkalie Phosphatase (ALP)
1) Metode
Alkaline Phosphatase Optimized
2) Prinsip
p-Nitrophenyl dihidrolisis menjadi p-Nitrophenol dan phosphate anorganik.
Kecepatan hidrolisis p-NPP sebanding dengan aktifitas fosfatase.
3) Nilai Normal : - Anak : 59 – 390 u/L
- Laki-laki : 42 – 141 u/L
- Perempuan : 53 – 128 uL
1. Protein Total
1) Metode
Biuret
15
2) Prinsip
Protein dalam serum bereaksi dengan ion cupri (Cu 2+) dalam suasana alkalis
dan memberikan warna ungu. Intensitas warna yang terbentuk sebanding
dengan jumlah protein sampel.
3) Nilai Normal : - Anak : 50 – 390 u/L
- Laki-laki : 42 - 141 u/L
- Perempuan : 53 – 128 u/L
2. Albumin
1) Metode
Brom Cresol Green (BCG)
2) Prinsip
Albumin dalam serum berkaitan dengan kompleks warna BCG sehingga
terjadi pergeseran spektrum absopsi larutan yang sebanding dengan kadar
albumin dalam serum.
1) Nilai Normal : - Anak : 3.4 – 4.8 g/dl
- Laki-laki : 4.02 – 4.76 g/dl
- Perempuan : 4.02 – 3.0 g/dl
3. SGOT
1) Metode
Enzimatik
2) Prinsip
Alat mengkatalisis transfer gugus amino L-Aspartate ke α-Oxoglutarate
menjadi Oxaloacetate dan L-Glutamate. Oxaloacetate selanjutnya
mengalami reduksi dan terjadi oksidasi NADH menjadi NAD + dengan
bantuan enzim Malate Dehidro-genase (MDH).
3) Nilai Normal : < 45 IU/L
4. SGPT
1) Metode
Enzimatik
2) Prinsip
16
1) Metode
Potentiometry, Amperometry, Conductivity
2) Prinsip
Analisa gas darah mengukur pH, PCO 2 dan PO2 dalam darah
menggunakan elektroda selektif pH dan PCO2 mengukur perubahan
dalam listrik. Elektroda PO2 mengukur perubahan aliran (pengukuran
amperometrik). Pengukuran ini mempertimbangkan dengan penetapan
kimia produksi hasil darah dengan tempratur 370C.
3) Cara Kerja
1. Probe pada alat dibuka, hingga jarum sedot keluar.
2. Cup serum/spuit dimasukkan pada jarum sedot.
3. Tekan #1 Syiringe, kemudian ditunggu hingga alat berbunyi bip.
4. Tarik cup, probe kembali ditutup.
5. Data pasien, ID dan suhu tubuh pasien dimasukkan.
6. Ditunggu hingga hasil keluar dan secara otomatis akan di print oleh
alat.
4) Nilai Normal
pH : 7.350-7.450
PCO2 : 32,0-5,0 mm/Hg
PO2 : 75-150 mm/Hg
Na : 134-146 mmol/L
K : 3,40-4,50 mmol/L
Cl : 96-108 mmol/L
c. Pemeriksaan HbA1c
1) Metode
Boronate Affinity Test
2) Tujuan
Untuk memantau keberhasilan pengobatan pasien diabetes.
3) Prinsip
Dalam reagen terdapat zat yang melisiskan eritrosit dan spesifik
mengendapkan hemoglobin. Saat darah dicampurkan dalam reagen
eritrosit akan lisis dan semua hemoglobin akan mengendap, dan saat
19
d. Pembahasan
Penyakit demam typhoid (Thypoid Fever) yang biasa disebut
typus merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri
Salmonella, khususnya turunannya yaitu Salmonnel typhi yang
menyerang bagian saluran pencernaan.
Antigen Salmonella Typhi :
a. Antigen O (Antigen Somatik), yaitu terletak pada lapisan luar
dari tubuh kuman. Bagian ini mempunyai struktur kimia
lipopolisakarida atau disebut juga endotoksin. Antigen ini
tahan terhadap panas dan alcohol tetapi tidak tahan terhadap
formaldehyde.
b. Antigen H (Antigen Flagela) yang terletak pada flagella,
fimbriane atau pilli dari kuman. Antigen ini mempunyai
struktur kimia suatu protein dan tahan terhadap formaldehyde
tetapi tidak tahan terhadap panas dan alcohol yang telah
memenuhi kriteria penilaian.
e. Alat dan Bahan :
Alat :
a) Objek glass
b) Pipet automatic 20µl
c) Yellow tip
d) Batang pengaduk
e) Rotator
f) Stopwatch
Bahan :
a) Dalf Salmonella Typhi O
b) Dalf Salmonella Paratyphi AO
c) Dalf Salmonella Paratyphi BO
d) Dalf Salmonella Paratyphy CO
e) Dalf Salmonella Typhi H
21
h. Nilai Normal
Menunjukkan hasil -/Negatif
22
3) Prinsip
Latex aglutinasi, reaksi immunoglogical antara CRP sebagai
antigen dengan antibodi koresponden yang terikat didalam latex
partikel
4) Alat dan Bahan
a) Slide berlatar belakang hitam
b) Pipet tetes
c) Batang pengaduk
d) Rotator
e) Dalf CRP latex tes
5) Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Dilakukan pengenceran terlebih dahulu antara Glycin salin
buffer yang ada pada kit dengan menggunakan cairan salin
NaCl 0,9%. Pengenceran 20x
3. Dari buffer yang telah diencerkan tersebut dibuat
pengenceran dengan serum pasien 1:1 , 1:2 dan 1:3 diatas
slide berlatar belakang hitam
4. Ditambahakan 1 tetes latex CRP pada masing-masing
pengenceran. Dihomogenkan
5. Digoyang menggunakan rotator selama 2 menit
6. Dilihat adanya reaksi aglutinasi
7. Interpretasi hasil,
Non Reaktif (< 6) : Tidak terjadi aglutinasi
Reaktif (> 6) : Terjadi aglutinasi pada pengenceran 1:1
Reaktif (> 12) : Terjadi aglutinasi pada pengenceran 1:2
Reaktif (>24) : Terjadi aglutinasi pada pengenceran 1:3
d. Pemeriksaan Anti Streptolisin O (ASO)
1) Metode
Latex aglutinasi
2) Tujuan
24
S S S
C C C
T T T
Positif NegatifInvalid
Invalid
f. Pemeriksaan HBsAg
1) Metode
Immunochromatography
2) Tujuan
Untuk mendeteksi pertanda adanya infeksi virus hepatitis B
26
3) Prinsip
Serum/plasma yang diteteskan pada bantalan sampel bereaksi
dengan partikel yang telah dilapisi dengan anti HBs (antiodi).
Campuran ini selanjutnya akan bergerak sepanjang strip membran
untuk berikatan dengan antibodi spesifik pada daerah tes, sehingga
akan menimbulkan garis warna
4) Alat dan Bahan
Pipet tetes , test card dan serum/plasma
5) Cara Kerja
1. Tes card dikeluarkan dari bungkusnya dan disesuaikan dengan
suhu kamar. Kemudian diletakkan dibidang yang datar
2. Diteteskan serum sebanyak 3-4 tetes kedalam lubang sampel
3. Ditunggu 15 menit dan amati garis yang terbentuk
4. Interpretasi hasil
Positif : terbentuk 2 garis berwarna pada garis tes dan kontrol
Negatif : terbentuk 1 garis hanya pada garis kontrol
Invalid tes : jika tidak timbul garis pada garis kontrol
6) Nilai Normal
-/Negatif
S S S
C C C
T T T
Positif NegatifInvalidInvalid
S S S
C C C
T T
T Positif NegatifInvalidInvalid
IgG dan IgM dalam serum akan bereaksi dengan antigen dengue
yang dimobilidasasi pada dua garis di strip tes koloid. Antibodi
monoklamal membentuk kompleks antigen-antibodi membentuk
garis berwarna merah
S S S S
C C C C
G G G G
M M M M
E. pH
Uji ini menggunakan indikator ganda methyl red dan brom thymol
blue, sehingga dapat mencakup seluruh pH. Warna berkisar antara
orange hingga kuning kehijauan dan hijau kebiruan.
F. Berat Jenis
Didasarkan pada perubahan pH dari polielektrolit tertentu terhadap
konsentrasi ion. Dengan adanya indikator warna berubah dari biru
tua hingga hijau dan hijau kekuningan dalam urin dengan adanya
konsentrasi ion yang semakin meningkat.
G. Darah
Didasarkan pada reaksi antara Tetramethyl benzidine dan Cumene
hydroperoxidase dari hemoglobin warna yang dihasilkan berkisar
dari kuning kehijauan hingga hijau kebiruan.
H. Keton
Didasarkan pada reaksi antara asam asetat dalam urin dengan
senyawa Nitropuside. Warna yang dihasilkan ungu (positif)
I. Bilirubin
Didasarkan pada penggabungan antara bilirubin dengan senyawa
Diazotied dichoroniline dalam suasana asam kuat. Warna yang
dihasilkan adalah coklat kemerah-mudaan.
J. Glukosa
Didasarkan pada reaksi enzim secara berantai, pertama glukosa
oksidase dari glukosa sehingga terbentuk asam glukosa
menjalankan proses oksidase dan hydrogen peroxidase, enzim
kedua peroksidase dengan senyawa pewarna Kalium Iodida.
Senyawa pewarna ini akan teroksidase membentuk warna biru
menjadi coklat kehijauan atau dari coklat menjadi coklat tua.
31
3) Prinsip
Pemeriksaan dilakukan secara makroskopis dan mikroskopis terhadap
sisa metabolisme dari tubuh untuk melihat kemampuan tubuh mengelola
makanan dan melihat kelainan-kelainan dari sisa metabolisme tersebut.
4) Alat dan Bahan
a) Pot tinja
b) Mikroskop
c) Preparat
d) Cover glass
e) Eosin 2%
f) Lugol
g) Sudan II
34
h)
35
5) Cara Kerja
A. Makroskopis
Mengamati warna, bau, konsentrasi, lendir, darah dan sisa makanan
B. Mikroskopis
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Teteskan larutan eosin 2%, lugol dan sudan III pada preparat
yang berbeda
3. Masing-masing ditambahkan seujung lidi faeses yag akan
diperiksa. Homogenkan
4. Kemudian tutup dengan cover glass dan dilihat dibawah
mikroskop dengan perbesaran 10x dan 40x lensa obyektif
5. Pewarnaan eosin berguna untuk melihat telur cacing, eritrosit,
leukosit, bakteri, jamur. Pewarnaan lugol untuk melihat butir-
butir amilum, dan pewarnaan sudan III berguna untuk butir-butir
lemak
d. Pemeriksaan Faeses Darah Samar
1. Metode
Rapid tes
2. Tujuan
Untuk mengetahui adanya pendarahan kecil yang tidak dapat dinyatakan
secara makroskopis atau mikroskopis
3. Prinsip
Adanya darah samar dalam faeses akan bereaksi dengan larutan
benzidine membentuk dua garis pada tes card
4. Alat
Tes Card
5. Cara Kerja
1. Diambil bagian faeses yang ingin diperiksa menggunakan stik sampel
2. Stik dimasukkan ke dalam collection device, dihomogenkan dan
diulangi 2-3x
3. Ujung device dipatahkan
4. Diteteskan kedalam lubang sumur sampel pada tes card
5. Hasil dibaca setelah 10 menit
36
6. Interpretasi hasil :
Positif : terdapat 2 garis pada garis kontrol dan garis tes
Negtife : hanya terdapat 1 garis pada garis kontrol
e. Pemeriksaan pH faeses
1. Tujuan
Untuk mengetahui derajat keasaman pada faeses yang berhubungan
dengan metabolisme bakteri dan pembentukan kristal pada faeses
2. Prinsip
Uji ini menggunakan indikator ganda methyl red dan brom thymol blue,
sehingga dapat mencakup seluruh pH. Warna berkisar antara orange
hingga kuning kehijauan dan hijau kebiruan
3. Alat dan Bahan
a) Kertas pH universal
b) Pot faeses
c) Lidi
d) Aquadest
4. Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Encerkan faeses seujung lidi dengan 2 ml aqudest
3. Masukkan kertas pH universal ke dalam faeses yang telah
diencerkan hingga tercelup seluruhnya
4. Dicocokkan warna yang terbentuk dengan standar warna yang
terdapat pada kemasan kertas pH universal
f. Pemeriksaan Reduksi Faeses
1. Metode
Carik celup
2. Tujuan
Untuk mengetahui adanya reaksi gula atau reduksi didalam faeses
3. Prinsip
Didasarkan pada reaksi enzim secara berantai, pertama glukosa oksidase
dari glukosa sehingga terbentuk asam glukosa menjalankan proses
oksidase dan hidrogen peroksidase, enzim kedua peroksidase dengan
senyawa pewarna Kalium Iodida. Senyawa pewarna ini akan teroksidasi
37
membentuk warna biru menjadi coklat kehijauan atau dari coklat mejadi
coklat tua
4. Alat dan Bahan
Lidi, Tisu, Pot Faeses dan Aqadest
5. Cara Kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Encerkan faeses seujung lidi dengan aquadest sebanyak 2 ml
3. Carik celup dimasukkan ke dalam faeses yang telah diencerkan
hingga tercelup seluruhnya
4. Dicocokkan warna yang terbentuk dengan standar warna yang
terdapat pada kemasan
g. Pemeriksaan Analisa Sperma
1. Metode
Makroskopis dan Mikroskopis
2. Tujuan
Untuk melihat kualitas semen secara makroskopis dan mikroskopis
3. Prinsip
Pasien diminta persiapan tertentu sebelum melakukan pemeriksaan
sperma. Sperma ditampung dalam wadah tertentu dan dalam waktu
tertentu kemudian dianalia secara makroskopis dan mikroskopis.
4. Alat dan Bahan
a) Objek glass
b) Cover glass
c) Pipet tetes
d) Bilik hitung
e) Mikroskop
f) Spuit
g) NaCl 0,9%
h) Indicator Ph
5. Cara Kerja
A. Makroskopis
1. Liquefaction
a) Dicatat waktu pengeluaran semen
b) Diamati setelah 30 menit pencairan dari semen. Dicatat waktunya
38
2. Warna
a) Spesimen semen dimasukkan ke dalam tabung kaca yang bersih
b) Diamati warna yang terihat setelah pencairan
3. Volume
a) Semen dimasukkan kedalam spuit 5 cc. Jangan sampai ada yang
tertumpah
b) Diukur volume semen menggunakan satuan ml
4. Viskositas
a) Dari dalam spuit semen diteteskan dan diamati tetesan semen yang
terbentuk
b) Dicatat hasilnya
5. pH
a) Disiapkan kertas pH universal
b) Dicelupkan kertas pH universal tersebut hingga tercelup seluruhnya
c) Dicocokkan dengan warna standar yang terdapat pada kemasan kertas
pH universal
B. Mikroskopis
1. Siapkan alat dan bahan
2. Ambil setetes sampel sperma, letakkan di objeck glass tutup dengan
cover glass → menu video → real time video untuk melihat sperma
ada/tidak di layar.
3. Klik Menu Test New Pasien → Klik Enter → Masukkan Nomer ID
pasien.
4. Masuk Menu “normal test” klik enter, hingga keluar “sample volume
is more than fill and to be disposed after testing” lalu tekan “YES”.
5. Ambil capiler, aduk sperma dan sedot sperma sampai penuh.
6. Masukkan alat capiler dengan posisi terbalik, kemudian diamkan
sampai running selesai.
7. Selesai running ada 4 kemungkinan :
a) Normal langsung keluar hasil.
b) TSC > MSC maka harus dihitung motilitasnya
Rumus : Nilai Motilitas SQA-V : Volume x 100 : motilitas yang
kita hitung, hasilnya masukkan ke alat SQA-V.
39
1. Metode
Ziehl Neilsen
2. Tujuan
Untuk mendeteksi adanya kuman BTA (Genus Mycobacterium) pada
sputum
3. Prinsip
BTA memiliki lapisan lemak, dengan adanya phenol dan basic fuchsin
yang pekat, menyebabkan zat warna dapat menembus dinding bakteri
yang dipakai lemak. Saat pemberian asam, bakteri tidak melepaskan zat
warna sehingga tampak tetap mempertahankan zat warna tersebut.
4. Alat dan Bahan
a) Objek glass
b) Batang lidi
c) Api bunsen
d) Mikroskop
e) Reagen Ziehl Neilsen (Fuchsin, Asam Alkohol 3,0%, Methylen Blue)
5. Cara Kerja
1. Objek glass difiksasi terlebih dahulu dengan api bunsen.
2. Dibuat sediaan diatas objek glass. Dilakukan koiling dengan ukuran
2x3 cm. untuk pengaplikasiannya dengan cara zig zag.
3. Sediaan difiksasi dengan melewatkan diatas api bunsen sebanyak 3x
4. Diteteskan larutan carbol fuchsin pada sediaan sampai tertutup
seluruhnya.
5. Dipanaskan di atas api bunsen hingga keluar uap
6. Didiamkan selama 5 menit
7. Dibilas sediaan dengan air mengalir
8. Diteteskan asam alkohol sampai warna merah fuchsin hilang, bilas
dengan air mengalir
9. Diteteskan dengan Methylen Blue pada sediaan sampai tertutup
seluruhnya, diamkan selama 10 detik. Bilas dengan air mengalir
10. Sediaan dikeringkan diudara
11. Amati dibawah nikroskop dengan perbesaran 100x. Badan bakteri
tampak berwarna merah dengan latar belakang biru
i. Pemeriksaan Bakteri Gram Positif dan Gram Negatif
41
1. Metode
Pewarnaan Gram
2. Tujuan
Untuk mendeteksi adanya kuman gram positif ataupun gram negatif pada
sediaan
3. Prinsip
A. Gram Positif
Peptidoglikan bakteri yang tebal berikatan kuat dengan gentian
violet. Lugol memperkuat ikatan tersebut, lalu diberikan alkohol
sehingga melunturkan lemak, karena pada bakteri gram positif
lemaknya sedikit sehingga warna ungu pada gentian violet yang
lunturpun sedikit dan bakteri tetap dipenuhi warna ungu. Karena
sudah dipeuhi warna ungu maka tidak bisa lagi berikatan dengan
fuchsin.
B. Gram Negatif
Peptidoglikan bakteri yang tipis dan lapisan lemak yang tebal
pada dinding bakteri maka saat berikatan dengan gentian violet,
ikatan yang terjadi adalah ikatan lemah. Lugol memperkuat ikatan
tersebut, namun tidak terlalu memberikan arti yang signifikn,
sehingga bakteri.
gram negatif yang memiliki lemak tebal ketika diberi alkohol maka
lemak akan luntur dan warna gentian violetpun luntur. Karena tidak
terwarnai maka bakteri akan menyerap warna fuchsin yaitu merah.
1.) Alat dan Bahan
1. Objek glass
2. Kapas swab
3. Api bunsen
4. Mikroskop
5. Reagen Pewarnaan Gram (Gentian Violet, Lugol, Alkohol, Karbol
Fuchsin)
jam penyerahan hasil pada lembar bukti pengambilan hasil yang selanjutnya
ditinggal di laboratorium dan dilakukan penyerahan hasil pemeriksaan sesuai
standar waktu pengambilan hasil yang berlaku
B. Rawat Inap
Setelah semua hasil pemeriksaan telah dicetak, dipisahkan lembar hasil
pemeriksaan sesuai asal ruangan rawat pasien, dan disiapkan buku ekspedisi
penyerahan hasil rawat inap. Kemudian ditulis pada buku ekspedisi, lembar
hasil pemeriksaan laboratorium meliputi no.urut laboratorium, nama pasien,
ruang perwatan, jenis pemeriksaan yang diminta, jam penyerahan hasil,
tanda tangan dan nama jelas penerima hasil. Setelah itu diserahkan dikirim
hasil pemeriksaan laboratorium ke ruang perawatan sesuai standar waktu
yang berlaku dan meminta tanda tangan, nama jelas dari petugas penerima,
serta jam penerima pada buku eksedisi penyerahan hasil.
3. Pengarsipan Hasil Pemeriksaa Laboratorium
A. Pengarsipan cara manual
Print out dan alat pemeriksaan atau pembacaan hasil ditulis dalam suatu
lembar kerja yang dikelompokkan sesuai bidang pemeriksaan. Kemudian
pada lembar kerja ditulis juga tanggal pemeriksaan, nomor lab, nama pasien,
paviliun rawat, jenis pemeriksaan yang diminta, jam pemriksaan, nama
pemeriksaan,dan simpan lembar kerja pada file masing-masing dan diberi
kode tanggal dan bulan pemeriksaan.
B. Pengarsipan cara komputerisasi
Dimasukkan data lengkap pasien yang meliputi nomor laboratorium, nama
pasien, nomor rekam medis, paviliun/klinik yang mengirim sampel, nama
dokter yang meminta pemeriksaan, jenis pemeriksaan yang diminta.
Kemudian masukkan hasil pemeriksaan dari lembar kerja ke dalam
parameter jenis pemeriksaan yang diminta. Sebelum dicetak, diperiksa ulang
kebenaran data pasien dan hasil pemeriksaan, lalu cetak hasil pemeriksaan
tiap pasien setelah kebenaran data di check ulang. Kemudian disimpan data
pasien dan hasil pemeriksaan dalam memori komputer. Cetakan terdiri dari 3
lembar, lembar pertama dan kedua diserahkan ke pasien/bagian perawatan
dan lembar ketiga untuk diserahkan ke bagian adminitrasi perusahaan
disertai nota perhitungan biaya laboratorium.
C. Cara kerja permintaan arsip hasil pemeriksaan
44
b. Sampah medis berupa jarum, tip pipet dan alkes lain yang terkontaminasi
bahan infeksius dimasukkan ke dalam tempat khusus yang terlebih dahulu di
isi chlorin 0,5% sebelum dibuang ke pembuangan limbah.
a. Limbah Cair
Dari berbagai macam limbah cair, terbagi menjadi 2 yaitu :
1) Limbah Beracun
1. Netralisasi
Menetralkan limbah yang bersifat asam dengan basa dan
menetralkan limbah yang bersifat basa dengan asam sulfat atau asam
klorida. Setelah itu menggunakan pH sebagai parameter netralisasi,
fenolftalein sebagai indikatornya. Zat ini akan berubah warna pada
PH 6,8 sehingga cukup aman digunakan. Adapun syarat PH berkisar
6,5-8,5.
2. Pengendapan, Koagulasi, dan Flokulasi
Kontamin logam berat dalam limbah cair dapat dipisahkan dengan
pengendapan, koagulasi dan flokulasi. Menggunakan tawas, garam,
besi dan kapur untuk menegendapkan logam berat dan partikel
koloidnya. Pengendapan dapat pula dilakukan dengan menambahkan
garam sulfidanya.
3. Reduksi dan Oksidasi
Melakukan reaksi reduksi-oksidasi terhadap toksik dan limbah,
sehingga terbentuk zat yang kurang/tidak toksik.
4. Penukaran Ion
Menyerap ion logam nikel dengan kation dan menyerap anion
beracun dengan resin anion.
2) Limbah Infektif (Infeksi)
Mengolah semua limbah infeksi dengan cara desinfeksi, dekontaminasi,
sterilisasi, dan insenersi dan menggunakan insenerasi sebelum atau
sasudah dioktoklaf limbah cair/padat dibuang.
b. Limbah Padat
Mempersiapkan alat yang digunakan meliputi, bak sampah dan kantong
plastik. Kantong plastik juga yang diletakkan di bak sampah juga di bedakan
50
menjadi 2, yaitu kantong plastik yang berwarna kuning untuk sampah medis
sedangkan kantong plastik yang berwarna hitam untuk sampah non medis.
Dalam pelaksanaannya langkah pertama yaitu memasukkan ke dalam
kantong plastik sampah yang berwarna kuning sampah medis atau bahan
infeksius lainnya. Lalu memasukkan ke dalam kantong plastik yang
bearwarna hitam sampah non medis. Kemudian ikat kantong sampah meadis
dan non medis tersebut secara kuat sehingga tidak terjadi kebocoran. Setelah
itu angkut menggunakan kereta sampah ke tempat penampungan sampah
sementara, dan pengolahan sampah selanjutnya dilakuakan oleh bagian
sanitasi.