Anda di halaman 1dari 50

BAB 3

GAMBARAN KHUSUS
KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

3.1 Pre Analisa


1. Persiapan Pasien
a) Formulir permintaan pemeriksaan dilampiri karcis tanda pembayaran
lunas/nota kredit.
b) Untuk pasien yang menggunakan jaminan BPJS atau pun perusahaan harus
melampirkan formulir beserta berkas yang ditentukan.
c) Petugas menjelaskan persyaratan persiapan pemeriksaan kepada pasien harus
sesuai dengan jenis pemeriksaannya.
d) Formulir pemeriksaan diberi nomor laboratium.
e) Pasien diminta unuk menunggu giliran sampling pada ruang tunggu yang
telah disediakan.
2. Persiapan Pengambilan Sampel
a) Sebelum melakukan sampling, disiapkan alat-alat dan bahan yang akan
digunakan untuk keperluan sampling.
b) Pasien yang akan diambil sampelnya di persilahkan masuk ke dalam ruangan
sampling.
c) Pasien diberi penjelasan perihal sampel yang akan diambil.
d) Sampel diambil sesuai parameter pemeriksaan yang diminta.
e) Sampel dimasukkan ke dalam wadah yang telah ditentukan.
f) Pasien diberi penjelasan tentang lamanya waktu pemeriksaan dan kapan
hasil bisa diambil.
g) Pasien dipersilahkan meninggalkan tempat.
h) Sampel diberikan kepada petugas pemeriksa.
3. Penanganan Sampel
a) Untuk pasien rawat inap, bahan pemeriksaan dikirim oleh petugas ruang
perawatan dengan disertai :
1. Formulir permintaan pemeriksaan laboratorium.
2. Buku ekspedisi pengiriman sampel.

14
2

b) Untuk pasien rawat jalan, setelah registrasi, sampel diambil di laboratorium.


c) Wadah sampel diberi nomor sebelum sampel diambil.
d) Formulir permintaan laboratorium diperiksa dan dicocokan dengan buku
ekspedisi meliputi :
1. Data pasien yang diperlukan.
2. Parameter pemeriksaan yang diminta.
e) Dilakukan pencocokan sampel pemeriksaan yang meliputi :
1. Data sampel.
2. Jenis dan kelengkapan sampel.
3. Jumlah/kuantitas sampel.
4. Kualitas sampel.
f) Gunakan nomor urut pendaftaran atau Nomor Laboratorium sebagai kode 
sampel.
1. Angka latin untuk pasien dinas shift pagi, sore dan malam.
4. Pengolahan Sampel
a) Sampel Darah Beku
1. Sampel dipindahkan dari spuit ke dalam tabung plastik atau tabung kaca
yang kering dan bersih diamkan selama kurang lebih 30 menit.
2. Sampel disentrifus selama 15 menit pada kecepatan 3000 rpm, untuk
mendapatkan serum.
3. Serum dipindahkan ke dalam cup sampel yang lain.
4. Sampel siap dianalisa.
b) Sampel Selain Darah
1. Sampel dipastikan telah memenuhi syarat secara kualitatif dan kuantitatif
untuk pemeriksaan yang diminta.
2. Sampel diolah sesuai jenis pemeriksaan yang diminta.
c) Cara kerja periksa ulang sebelum sampel dianalisa
1. Pengecekan ulang dilakukan sebelum sampel diolah.
2. Dicocokan kembali kesesuaian data antara sampel dengan formulir
permintaan.
3. Parameter yang diminta ke dalam lembar periksa.
4. Urutan sampel dipastikan sesuai dengan urutan nomor pada lembar
periksa.
3

5. Dipastikan kembali bahwa sampel yang diperiksa adalah benar-benar


sampel pasien yang sedang dianalisa.
d) Cara kerja setelah sampel dianalisa
1. Sampel yang telah dianalisa dipisahkan dengan sampel yang belum
dianalisa.
2. Sampel yang harus disimpan dipisahkan dari sampel yang tidak bisa
disimpan.
3. Sampel yang akan disimpan diberi identitas yang jelas ( Nomor pasien di
laboratorium, Tanggal dan Bulan).

3.2 Analisa
1. Hematologi
A. Pemeriksaan Darah Lengkap dengan Hematology Analyzer
1) Metode
Automatic Analyzer
2) Tujuan
Untuk mengetahui hasil pemeriksaan darah lengkap yang terdiri dari :
Leukosit (White Blood Cell), Ertitrosit (Red Blood Cell), Hemoglobin
(HGB), Hematokrit (HCT), MCV, MCH, MCHC, Trombosit (Platelet),
dan Hitung jenis (Differensial Count).
3) Prinsip
Hemoglobin : metode SLS (Sulfolyser ), Dimana SLS mengandung
garam amonium quartener yang berguna untuk melisis eritrosit sehingga
hemoglobin bisa bereaksi, mengandung SLS yang berfungsi untuk
mengikat hemoglobin membentuk kompleks stabil berwarna merah. Ion
Fe+2 dalam molekul Hb dioksidasi menjadi Fe+ (methemoglobin).
Eritrosit dan Trombosit : metode Hydrodinamic Focusing.
Sebuah hambatan yang diukur dimana sel-sel darah dilewatkan melalui
tabung kecil/detector, setiap sel-sel yang melewati detector tersebut akan
dihitung melalui alat komputer berdasarkan hambatan yang banyak atau
sedikit sel-sel yang melewati tabung. Pemisahan sel berdasarkan ukuran
sel-sel darah. Cellpack akan membantu supaya sel dapat berjalan satu
persatu melewati detector.
4

Hematokrit : methode Cumulativ pulse height detection, yaitu


kalkulasi/penghitungan langsung rasio volume sel darah merah terhadap
volume total darah.
Leukosit dan Diff : methode Fluorescence Flow Cytometry using
semikonductor laser.
4) Alat-alat : Hematology Analyzer (Sysmex XS-800i)
5) Bahan : Cell Pack, Sulfoliser, Stromatolyzer 4 DL,
Stromatolyzer 4DS
6) Cara Kerja
a. Setelah ketersediaan reagensia diperiksa, dipastikan pula selang-
selang dan kabel-kabel terpasang dengan benar.
b. Perangkat komputer dinyalakan untuk memasukkan ID dan
password. Setelah ID dan Password diterima maka komputer siap
digunakan.
c. Alat dinyalakan, Alat akan melakukan kalibrasi secara otomatis.
Setelah melakukan kalibarasi maka alat akan siap digunakan.
d. Sebelum melakukan analisa spesimen, dilakukan kontrol terhadap
alat terlebih dahulu dengan cara memasukkan kontrol level 1,2,3.
e. Untuk pemeriksaan Spesimen, ID pasien dimasukkan ke dalam
komputer sambil spesimen dihomogenkan.
f. Spesimen diletakkan pada aspiration port kemudian tekan tombol
hijau “START”, maka lampu hijau akan berkdip dan ditunggu
sampai terdengar bunyi “beep” 2x lalu sampel ditarik.
g. Ditunggu beberapa saat hingga hasil keluar, catat pada buku hasil.
Hasil juga ditampilkan pada komputer untuk kemudian dicetak.
h. Setelah selesai, alat dimatikan dengan mengikuti cara kerja.
7) Nilai normal
Leukosit : 5.000-10.000 sel/μl
Eritrosit : Pria : 4,7-6,1 juta/μl
Wanita : 4,2-5,4 juta/μl
Hemoglobin : Pria : 13,8-17,0 g/dl
Wanita : 12.0 - 16.0 g/dl
5

Hematokrit : Pria : 42-50 %


Wanita : 36-46 %
MVC : 80-94 fl
MCH : 27-32 pq
MCHC : 31-34 %
Trombosit : 150.000 - 400.000 sel/μl
B. Pemeriksaan Hematologi metode Manual
a. Pemeriksaan Laju Endap Darah
1) Metode
Westergreen
2) Tujuan
Untuk mengkur kecepatan pengendapan sel darah merah didalam
plasma. Satuannya adalah mm/jam.
3) Prinsip
Darah vena dengan anti koagulan Na Citrat dimasukkan dalam pipet
Westergreen dan dicatat kecepatan pengendapan dari eritrosit selama
1 jam.
4) Alat-alat : Pipet Westergreen + rak, blue tip
5) Bahan : Natrium Citrat 3,8 %
6) Cara kerja
a. Disiapkan alat-alat yang bersih dan kering dan bahan yang akan
digunakan.
b. Blue tip diisi dengan Natrium Citrat 3,8% hingga tanda (200μl).
c. Kemudian darah dimasukkan hingga volume 1000 μL,
dihomogenkan.
d. Pipet westergreen ditusakkan hingga darah naik ke tanda 0 mm,
letakkan pipet dalam posisi tegak lurus selama 1 jam.
e. Diamati batas lapisan plasma dengan sel darah. Lapisan plasma
tersebut dibaca sebagai kecepatan laju mengendap darah dan
dilaporkan dengan satuan mm/jam.
7) Nilai Normal
Pria : < 10 mm/jam
Wanita : < 20 mm/jam
6

b. Pemeriksaan Trombosit
1) Metode
Wright – Giemsa
2) Tujuan
Sebagai konfirmasi dari hasil trombosit apabila terdapat kesalahan
setelah dihitung jumlah trombositnya dalm 1000 eritrosit.
3) Prinsip
Sediaan apus darah diwarnai dengan larutan wright ataupun giemsa
kemudian dihitung jumlah trombositnya dalam 1000 eritrosit.
4) Alat-alat: Mikroskop, Preparat, Counter
5) Bahan : Methanol, Larutan Wright, Larutan Giemsa, Emercy oil
6) Cara kerja
a. Pembuatan Sediaan Apus Darah
1. Disiapkan sebuah preparat yang bersih dan bebas lemak, dan
sebuah preparat lain yang bertepi rata (dapat pula
menggunakan cover glass)
2. Setetes darah dipaparkan di tepi preparat, kemudian dengan
preparat lain diratakan ke seluruh tepi lain dari preparat
tersenut dengan kecepatan konstan dan sudut kemiringan 300-
450 hingga memenuhi 2/3 bagian dari preparat.
3. Diberi identitas pasien menggunakan pensil pada bagian tebal
sediaan apus darah tersebut, keringkan di udara.
b. Pewarnaan Sediaan Apus Darah
1. Sediaan Apus Darah yang telah dibuat difiksasi menggunakan
larutan methanol absolut selma 2-3 menit.
2. Kemudian diwarnai dengan larutan wright ataupun giemsa
selama 15-20 menit.
3. Dicuci menggunakan air mengalir dikeringkan di udara.
c. Perhitungan trombosit
1. Setelah sediaan apus darah diwarnai dan telah kering,
diletakkan dibawah mikroskop dengan perbesaran 40x lensa
obyektif untuk melihat kualitas dari sel darah merah.
7

2. Kemudian ditetesi dengan imersion oil dan perbesaran diubah


menjadi 100x lensa obyektif.
3. Dihitug jumlah eritrosit pada satu lapang pandang. Kemudian
dihitung dengan rumus 1000/jumlah eritrosit pada lapang
pandang tersebut.
4. Dihitung jumlah trombosit sebanyak hasil perhitungan lapang
pandang yang didapat.
Jumlah trombosit dalam 1000 eritrosit dikalikan dengan
jumlah eritrosit (dalam ribu/mm3)
7) Nilai Normal
150.000 - 400.000 sel/μl
C. Pemeriksaan jenis-jenis leukosit (Differensial Count)
1) Metode
Wright – Giemsa
2) Tujuan
Menghitung prosentase jenis leukosit dalam sedian apus darah.
3) Prinsip
Setetes darah dipaparkan diatas preparat kemudian diwarnai dan dihitung
persentase jenis-jenis leukosit.
4) Alat-alat : Mikroskop, Preparat, Counter
5) Bahan : Methanol, Larutan Giemsa atau Wright, Emercy oil
6) Cara kerja
a. Pembuatan Sediaan Apus Darah
1. Disiapkan sebuah preparat yang bersih dan bebas lemak, dan
sebuah preparat lain yang bertepi rata (dapat pula menggunakan
cover glass)
2. Setetes darah diteteskan ditepi preparat, kemudian dengan
preparat lain diratakan ke seluruh tepi objek glass tersebut.
3. Darah tersebut didorong kebagian tepi lain dari preparat tersebut
dengan kecepatan konstan dan sudut kemiringan 300 - 450 hingga
memenuhi 2/3 bagian dari preparat.
4. Diberi identitas pasien menggunakan pensil pada bagian tebal
Sediaan Apus Darah tersebut. Keringkan di udara.
8

b. Pewarnaan Sediaan Apus Darah


1. Sediaan Apus Darah yang telah dibuat difiksasi menggunakan
larutan methanol absolut selama 2-3 menit.
2. Kemudian diwarnai dengan menggunakan larutan giemsa atau
wright selama 15-20 menit.
3. Dicuci menggunakan air mengalir dan keringkan di udara.
c. Perhitungan jenis-jenis leukosit
1. Setelah sediaan apus darah diwarnai dan telah kering, dibaca
dengan mikroskop perbesaran 40x lensa obyektif untuk melihat
kualitas dari sel darah merah.
2. Kemudian ditetesi dengan imersion oil dan perbesaran diubah
menjadi 100x lensa obyektif.
3. Dihitung jumlah jenis-jenis leukosit hingga 100 sel dan
dilaporkan dalam satuan persen.
7) Nilai normal
Basofil : 0 – 1%
Eosinophil :1–3%
Netrofil batang : 2 – 6 %
Netrofil segmen : 50 – 70 %
Limfosit : 20 – 40 %
Monosit :2–8%
D. Pemeriksaan Hitung Retikulosit
1) Metode
BCB (Brilliant Cresyl Blue)
2) Tujuan
Mengetahui jumlah eritrosit berinti/eritrosit muda.
3) Prinsip
Retikulosit dengan pewarnaan Supravital akan tampak sisa-sisa RNA
dalam eritrosit. Retikulosit dihitung dalam 1000 eritrosit.
4) Alat-alat : Mikroskop, Tabung Reaksi, Penangas air, Preparat.
5) Bahan: zat warna (Brom Cressyl Blue) BCB, Emercy oil.
9

6) Cara kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Dibuat campuran darah dengan larutan (Brom Cresyl Blue) BCB
sama banyak, dihomogenkan, dan diinkubasi selama 15-30 menit
pada penangas air 370C.
3. Kemudian setetes campuran tadi dipaparkan diatas preparat dan
dibuat sediaan apus darah. Biarkan mengering di udara.
4. Dihitung jumlah eritrosit per lapang pandang sambil menghitung
jumlah retikulosit hingga 1000 eritrosit.
5. Jumlah retikulosit dalam 1000 eritrosit dibagi dengan jumlah eritrosit
kemudian dikalikan dengan 100% (satuannya adalah %). Atau
jumlah retikulosit dalam % dikalikan dengan jumlah eritrosit
(satuannya adalah ribu/μl darah)
7) Nilai normal
0,5% - 1,5%
E. Masa perdarahan
1) Metode
Duke
2) Tujuan
Untuk material faktor-faktor hemostasis yang letaknya extravaskuler, dan
berpengaruh juga pada keadaan dinding kapiler serta jumlah trombosit.
3) Prinsip
Pemeriksaan terhadap fungsi pembuluh darah (kapiler) jumlah dan
fungsi trombosit. Kekurangan dari faktor-faktor pembekuan darah
(faktor intrinsik) tidak menyebabkan perpanjangan karena luka yang
dibuat sedemikian rupa kecilnya sehingga pendarahan segera berhenti
karena pengaruh pembuluh darah dan trombosit.
4) Alat-alat :
a) Lanset
b) Autoklik
c) Kapas
d) Stopwatch
e) Tissue
10

5) Bahan
Alkohol 70%
6) Cara kerja
a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Lanset dimasukkan ke dalam autoklik.
c. Dilakukan sedikit pemijatan pada anak daun telinga dan dibersihkan
dengan kapas alkohol, kemudian dibiarkan kering.
d. Lancet ditusukkan yang dalam agar darah tidak perlu dipaksa keluar.
e. Stopwatch dinyalakan saat darah pertama keluar.
f. Setiap 30 detik, darah dihisap menggunakan tisu dengan tidak
menekan kulit saat mengisap.
g. Stopwatch dimatikan ketika darah tidak lagi keluar. Kemudian
dicatat waktu perdarahannya.
7) Nilai normal
1.5 Menit
F. Masa pembekuan
1) Metode
Modifikasi Lee and White
2) Tujuan
Untuk menentukan lamanya waktu yang diperlukan darah untuk
membeku, hasilnya menjadi ukuran untuk aktivitas faktor-faktor
koagulasi darah terutama faktor-faktor yang membantu tromboplastin
dan juga berpengaruh terhadap kadar fibrinogen.
3) Prinsip
Darah vena tanpa antikoagulan dimasukkan dalam sebuah tabung, tiap
setengah menit tabung tersebut dimiringkan sampai terjadi pembekuan.
Waktu pembekuan adalah waktu mulai darah masuk dalam tabung
sampai darah membeku pada tabung.
4) Alat-alat : Tabung reaksi kecil, Stopwatch.
5) Bahan : Darah vena tanpa antikoagulan, alkohol 70%
11

6) Cara kerja
a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Darah tanpa antikoagulan dimasukkan ke dalam tabung reaksi
sebanyak 1mL Stopwatch dinyalakan.
c. Dibiarkan selama 5 menit, kemudian setiap 30 detik tabung
dimirinkan hingga darah tidak mengalir.
d. Stopwatch dimatikan dan dicatat hasilnya.
7) Nilai Normal
9-15 menit
G. Golongan Darah
1) Metode
Latex Aglutinasi
2) Tujuan
Untuk mengetahui golongan darah seseorang dalam menetapkan identitas
orang tersebut.
3) Prinsip
Adanya aglutinasi apabila antibodi yang terdapat dalam darah direaksikan
dengan antisera.
4) Alat-alat
a) Preparat/kertas golongan darah
b) Pipet
c) Batang pengaduk
5) Bahan
a) Anti-A
b) Anti-B
c) Anti-AB
d) Anti-D
6) Cara kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. 4 tetes darah dipaparkan pada preparat/kertas golongan darah ditempat
yang berbeda.
3. Masing-masing tetesan darah tersebut ditambahkan Anti-A, Anti-B,
Anti-AB, Anti-D secara berurutan.
12

4. Dihomogenkan, kemudian dilihat aglutinasi yang terbentuk.


7) Interpretasi Hasil
Cara Pembacaan Golongan Darah

Golongan
Anti-A Anti-B Anti-AB Anti-D
Darah

+ - + A +/-

- + + B +/-

+ + + AB +/-

- - - O +/-

Anti-D dapat memberikan hasil positif atau negatif tergantung pada


golongan darah rhesus yang dimiliki seseorang.

2. Kimia Darah
a. Pemeriksaan Kimia Darah menggunakan TMS 24i Premium
1) Metode
Automatic Analyzer Enzimatic Spectrofotometric.
2) Prinsip
Sampel secara otomatis diperiksa dalam suatu alat yang telah diprogram
sesuai kebutuhan dan pembacaan, oleh alat tersebut sampel yang akan
dianalisa dimasukkan kedalam kuvet dan akan terjadi pengenceran sesuai
dengan yang telah diprogram dan kadar zat-zat dalam darah akan terbaca
dengan sendirinya.
3) Alat-alat
Chemical Analyzer (TMS 24i Premium)
4) Bahan
Reagensia masing-masing parameter pemeriksaan.
5) Cara kerja
1. Cup sampel diletakkan pada tray sampel.
13

2. Klik tray-Sampel No dan isikan posisi cup sampel, tekan enter.


3. Klik dan isi pasien ID dan Nama, parameter pemeriksaan.
4. Klik order, otomatis nomor sampel bergeser ke berikutnya, lakukan
order untuk pasien selanjutnya.
5. Klik start untuk memulai proses pemeriksaan sampel tersebut.

A. Trigliserida
1) Metode
Trigliserida BPO-PAP
2) Prinsip
Trigliserida mengalami hidrolisis dengan bantuan lipase menjadi gliserol dan
asam lemak. Gliserol akan mengalami fosforilasi degan ATP menjadi
gliserol-3-phosphate dan ADP dengan bantuan gliserokinase.
3) Nilai Normal : 36-165 mg/dl
B. Cholesterol
1) Metode
Cholesterol CHOD-PAP
2) Prinsip
Kolesterol ester diubah menjadi asam kolesterol esterase yang akan
dioksidasi menjadi kolesterol dengan bantuan enzim peroksidase.
3) Nilai Normal : < 200 mg/dl
C. HDL
1) Metode

HDL Direct

2) Prinsip
Kolestrol non HDL yang tidak disertifikasi mengalami reaksi enzim dan
peroksida yang dihasilkan. Dikonsumsi oleh reaksi peroksidase dengan DSB
ml menghasilkan produk yang tidak berwarna.
3 ) Nilai Normal : - Sehat : > 60
- Normal : 40 – 59
- Risiko Tinggi : < 40
14

D. LDL

1 ) Metode

LDL Direct

2) Prinsip
Pengujian didasarkan pada Asam Polivinil Sulfonat (PVS) yang dimodifikasi
dan polietilen-glikol metil eter (PEGME) digabungkan metode presipitasi
klasik dengan peningkatan dalam menggunakan jumlah optimal
PVS/PEGME dan detergen terpilih.
LDL, VDL, dan Chylomicron bereaksi dengan PVS dan PEGME dan reaksi
tersebut mengakibtkan tidak terjangkau nya LDL, VDL, dan CM oleh
Cholestrol Oxidase (CHOD) dan Cholestrol esterase (CHER), sedangkan
HDL bereaksi dengan enzim
Penmbahan reagen 2 yang mengandung detergen spesifik melepaskan LDL
dari kompleks PVS/PEGME, LDL yang dilepaskan dengan enzim terhadap
produk H2O2 yang diknantifikasi oleh reaksi trinder.
3) Nilai Normal : < 150
E. Alkalie Phosphatase (ALP)
1) Metode
Alkaline Phosphatase Optimized
2) Prinsip
p-Nitrophenyl dihidrolisis menjadi p-Nitrophenol dan phosphate anorganik.
Kecepatan hidrolisis p-NPP sebanding dengan aktifitas fosfatase.
3) Nilai Normal : - Anak : 59 – 390 u/L
- Laki-laki : 42 – 141 u/L
- Perempuan : 53 – 128 uL
1. Protein Total
1) Metode
Biuret
15

2) Prinsip
Protein dalam serum bereaksi dengan ion cupri (Cu 2+) dalam suasana alkalis
dan memberikan warna ungu. Intensitas warna yang terbentuk sebanding
dengan jumlah protein sampel.
3) Nilai Normal : - Anak : 50 – 390 u/L
- Laki-laki : 42 - 141 u/L
- Perempuan : 53 – 128 u/L
2. Albumin
1) Metode
Brom Cresol Green (BCG)
2) Prinsip
Albumin dalam serum berkaitan dengan kompleks warna BCG sehingga
terjadi pergeseran spektrum absopsi larutan yang sebanding dengan kadar
albumin dalam serum.
1) Nilai Normal : - Anak : 3.4 – 4.8 g/dl
- Laki-laki : 4.02 – 4.76 g/dl
- Perempuan : 4.02 – 3.0 g/dl
3. SGOT
1) Metode
Enzimatik
2) Prinsip
Alat mengkatalisis transfer gugus amino L-Aspartate ke α-Oxoglutarate
menjadi Oxaloacetate dan L-Glutamate. Oxaloacetate selanjutnya
mengalami reduksi dan terjadi oksidasi NADH menjadi NAD + dengan
bantuan enzim Malate Dehidro-genase (MDH).
3) Nilai Normal : < 45 IU/L
4. SGPT
1) Metode
Enzimatik
2) Prinsip
16

Alat mengkatalisis transfer gugus amino dari L-Alanine ke 2-Oxoglutarate


Pyruvate dan L-Glutamate. Pyruvate selanjutnya mengalami reduksi dan
terjadi oksidasi NADH menjadi NAD+ dengan bantuan enzim Lactate
Dehidro-genase (LDH)
3) Nilai Normal : - Anak : < 31 u/L
- Laki-laki : < 31 u/L
- Perempuan : < 38 u/L
5. Bilirubin Total
1) Metode
Bilirubin DPD
2) Prinsip
Reaksi antara bilirubin dengan Diazotized Sulfanilic Acid membentuk
Azobilirubin yang berwarna dalam air hanya bilirubin direct yang larut dan
bereaksi dengan reagensia, sehingga untuk mendapatkan bilirubin total,
bilirubin indirect harus dilepas ikatannya dengan albumin sehingga larut
dalam air, biasanya digunakan aselerator atau solvent.
3) Nilai Normal : < 1.2 u/L
6. Kreatinin
1) Metode
Kreatinine Jaffe
2) Prinsip
Kreatinin bereaksi dengan larutan pikrat alkalis membentuk warna
kemerahan (reaksi jaffe).
3) Nilai Normal : - Anak : 0.5 – 0.9 mg/dl
- Laki-laki : 0.51 – 0.95 mg/dl
- Perempuan : 0.70 – 1.20 mg/dl
7. Creatinine Kinase (CK)
1) Metode
Kolorimetri
2) Prinsip
Creatinine kinase mengkatalisis pembentukan ATP dari creatinin phosphate
dan ADP, ATP dengan adanya heksokinase memfosforilasikan glukosa
17

menjadi Glukosa-6-phosphate dioksidasi menjadi Phosphoglukonate dan


mereduksi NAD+ menjadi NADH.
3) Nilai Normal : < 171 IU/L
8. Glukosa Darah
1) Metode
Glukosa Oksidase
2) Prinsip
Glukosa berfosforilasi dengan ATP dalam reaksi katalisasi dengan
hexokinase dan menghasilkan Glukosa-6-Phosphat kemudian dioksidasi dan
secara bersamaan terjadi NAD+ menjadi NADH pada reaksi katalisasi
G6PDH.
3) Nilai Normal : < 180
9. Ureum
1) Metode
Kinetic UV Assay
2) Prinsip
Ureum oleh urease dihidrolisis menjadi ammonia dan karbondioksida.
Dengan bantuan glutamate dehidrogenase (GLDH) dan NADH. Ammonia
bergabung dengan a-ketoglutarat (a-KG) membentuk glutamate dan NAD+.
Adenosine diphosphat (ADP) dipakai untuk mengaktifkan dan menstabilkan
GLDH.
3) Nilai Normal : 15-45 mg/dl
10. Asam Urat
1) Metode
Enzymatic Photometric
2) Prinsip
Asam urat dioksidasi oleh uricase menjadi allantoin dan H2O2, DHBS, 4-
aminoantipyrine dan H2O2 dengan adanya peroksidase menghasilkan
kromogen berwarna.
3) Nilai Normal : - Anak : 2 – 5.5 mg/dl
- Laki-laki : 2.3 – 6.1 mg/dl
- Perempuan : 3.8 – 8.2 mg/dl
b. Elektrolit-Analisa Gas Darah
18

1) Metode
Potentiometry, Amperometry, Conductivity

2) Prinsip
Analisa gas darah mengukur pH, PCO 2 dan PO2 dalam darah
menggunakan elektroda selektif pH dan PCO2 mengukur perubahan
dalam listrik. Elektroda PO2 mengukur perubahan aliran (pengukuran
amperometrik). Pengukuran ini mempertimbangkan dengan penetapan
kimia produksi hasil darah dengan tempratur 370C.
3) Cara Kerja
1. Probe pada alat dibuka, hingga jarum sedot keluar.
2. Cup serum/spuit dimasukkan pada jarum sedot.
3. Tekan #1 Syiringe, kemudian ditunggu hingga alat berbunyi bip.
4. Tarik cup, probe kembali ditutup.
5. Data pasien, ID dan suhu tubuh pasien dimasukkan.
6. Ditunggu hingga hasil keluar dan secara otomatis akan di print oleh
alat.
4) Nilai Normal
pH : 7.350-7.450
PCO2 : 32,0-5,0 mm/Hg
PO2 : 75-150 mm/Hg
Na : 134-146 mmol/L
K : 3,40-4,50 mmol/L
Cl : 96-108 mmol/L
c. Pemeriksaan HbA1c
1) Metode
Boronate Affinity Test
2) Tujuan
Untuk memantau keberhasilan pengobatan pasien diabetes.
3) Prinsip
Dalam reagen terdapat zat yang melisiskan eritrosit dan spesifik
mengendapkan hemoglobin. Saat darah dicampurkan dalam reagen
eritrosit akan lisis dan semua hemoglobin akan mengendap, dan saat
19

campuran darah dan reagen diteteskan dalam test device kemudian


diteteskan reagen washing yang membuat eritroit yan lisis melewati
filter, tetapi semua hemoglobin yang terikat maupun yang tidak terikat
tetap berada pada atas filter dan dapat terdeteksi.
4) Alat-alat
a. Nycocard Reader II
b. Test Device
5) Bahan
a. Reagen 1
b. Reagen 2 (Washing Solution)
6) Cara Kerja
1. Disiapkan darah EDTA
2. 5 μl darah dimasukkan kedalam reagen tube R1. Dihomogenkan,
ditunggu 2-3 menit.
3. Sambil menunggu, dilakukan cara kerja menyalakan alat :
a) Tekan ON lalu tunggu (adjusting  calibrated), tekan ENTER
b) Open lid, kalibrasi hingga berbunyi beep, close lid
c) Enter test, enter HbA1c.
4. Setelah 2-3 menit, diambil campuran darah dengan R1 yang telah
dibuat tadi sebanyak 25 μl kedalam test device. Tunggu selama 20
detik.
5. Ditambahkan 25 μl R2 (washing solution), ditunggu hingga meresap.
6. Dibaca dengan cara menempelkan pen ke test device.
7) Nilai Normal
4-6%
3. Imuno-Serologi
a. Pemeriksaan Widal
a. Metode
Direct Latex Aglutinasi
b. Tujuan
Sebagai penunjang diagnosa penyakit demam typhoid.
c. Prinsip
20

Antigen fibril diletakkan pada partikel latex yang akan beraglutinasi


dengan antibodi spesifik yang ada di dalam serum.

d. Pembahasan
Penyakit demam typhoid (Thypoid Fever) yang biasa disebut
typus merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri
Salmonella, khususnya turunannya yaitu Salmonnel typhi yang
menyerang bagian saluran pencernaan.
Antigen Salmonella Typhi :
a. Antigen O (Antigen Somatik), yaitu terletak pada lapisan luar
dari tubuh kuman. Bagian ini mempunyai struktur kimia
lipopolisakarida atau disebut juga endotoksin. Antigen ini
tahan terhadap panas dan alcohol tetapi tidak tahan terhadap
formaldehyde.
b. Antigen H (Antigen Flagela) yang terletak pada flagella,
fimbriane atau pilli dari kuman. Antigen ini mempunyai
struktur kimia suatu protein dan tahan terhadap formaldehyde
tetapi tidak tahan terhadap panas dan alcohol yang telah
memenuhi kriteria penilaian.
e. Alat dan Bahan :
Alat :
a) Objek glass
b) Pipet automatic 20µl
c) Yellow tip
d) Batang pengaduk
e) Rotator
f) Stopwatch
Bahan :
a) Dalf Salmonella Typhi O
b) Dalf Salmonella Paratyphi AO
c) Dalf Salmonella Paratyphi BO
d) Dalf Salmonella Paratyphy CO
e) Dalf Salmonella Typhi H
21

f) Dalf Salmonella Paratyphi AH


g) Dalf Salmonella Paratyphi BH
h) Dalf Salmonella Paratyphi CH
f. Cara Kerja
1. Disiapkan objek glass yang bersih dan kering
2. Diletakkan 1 tetes reagen Dalf Salmonella Antigen
3. Ditambahkan masing-masing 20 μl serum. Dihomogenkan.
4. Digoyang menggunakan rotator selama 2 menit.
5. Amati hasil yang terjadi, hasil positif ditandai dengan
terjadinya aglutinasi. Dilakukan tanpa pengenceran dengan
hasil pengenceran apabila aglutinasi kecil dan sedikit
ditetapkan 1/80, jika aglutinasi sedang dan agak penuh
ditetapkan 1/160 dan jika terjadi aglutinasi besar serta penuh
ditetapkan 1/320.
g. Cara Kera Widal dengan menggunakan pengenceran
2. Disiapkan slide berlingkaran yang bersih dan kering
3. Diteteskan 80 µl, 40 µl, 20 µl, 10 µl, dan 5 µl serum ke atas
slide tersebut
4. Ditambakan masing-masing lingkaran 1 tetes suspense
antigen yang sebelumnya telah dikocok terlebih dahulu
5. Kemudian diaduk dan disebar ratakan di area lingkaran
6. Slide digoyangkan selama 1 menit dan amati aglutinasi yang
terbentuk

Tabel Penentuan Titer


Jumlah Serum (µl) Titer
80 1/20
40 1/40
20 1/80
10 1/160
5 1/320

h. Nilai Normal
Menunjukkan hasil -/Negatif
22

b. Pemeriksaan Rheumatoid Factor (RF)


1) Metode
Latex aglutinasi
2) Tujuan
Untuk mendeteksi adanya Rheumatoid Factor sebagai penanda
penyakit akut
3) Prinsip
Rheumatoid Factor dalam serum akan bereaksi dengan antigen
berlapis latex membentuk aglutinasi
4) Alat dan Bahan
a) Slide berlatar belakang hitam
b) Pipet tetes
c) Batang pengaduk
d) Antigen terhadap Rheumatoid Factor yang berlapis latex
5) Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Dibuat serum dari whole blood yang diputar terlebih dahulu.
3. Diatas slide, setetes serum ditambakan setetes reagen Anti
RF. Dihomogenkan selama 2 menit.
4. Amati adanya aglutinasi yang terjadi.
5. Bila terdapat aglutinasi, dilakukan pemeriksaan semi-
kuantitatif menggunakan pengenceran bertingkat terhadap
serum.
6. Intepretasi Hasil  Negatif : Tidak terjadi aglutinasi
Positif : Terjadi aglutinasi
6) Nilai Normal
-/Negatif
c. Pemeriksaan C-Reaktif Protein (CRP)
1) Metode
Latex Aglutinasi
2) Tujuan
Untuk mendeteksi protein reaktif dalam serum
23

3) Prinsip
Latex aglutinasi, reaksi immunoglogical antara CRP sebagai
antigen dengan antibodi koresponden yang terikat didalam latex
partikel
4) Alat dan Bahan
a) Slide berlatar belakang hitam
b) Pipet tetes
c) Batang pengaduk
d) Rotator
e) Dalf CRP latex tes
5) Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Dilakukan pengenceran terlebih dahulu antara Glycin salin
buffer yang ada pada kit dengan menggunakan cairan salin
NaCl 0,9%. Pengenceran 20x
3. Dari buffer yang telah diencerkan tersebut dibuat
pengenceran dengan serum pasien 1:1 , 1:2 dan 1:3 diatas
slide berlatar belakang hitam
4. Ditambahakan 1 tetes latex CRP pada masing-masing
pengenceran. Dihomogenkan
5. Digoyang menggunakan rotator selama 2 menit
6. Dilihat adanya reaksi aglutinasi
7. Interpretasi hasil,
Non Reaktif (< 6) : Tidak terjadi aglutinasi
Reaktif (> 6) : Terjadi aglutinasi pada pengenceran 1:1
Reaktif (> 12) : Terjadi aglutinasi pada pengenceran 1:2
Reaktif (>24) : Terjadi aglutinasi pada pengenceran 1:3
d. Pemeriksaan Anti Streptolisin O (ASO)
1) Metode
Latex aglutinasi
2) Tujuan
24

Untuk mendeteksi antibodi terhadap enzim streptolisin O dari


kuman streptococcus.
3) Prinsip
Antibodi terhadap streptolisin yang ada dalam serum akan
bereaksi dengan Anti Streptolisin membentuk aglutinasi.
4) Alat dan Bahan
a) Slide berlatar belakang hitam
b) Pipet tetes
c) Batang pengaduk
d) Antigen Streptolisin yang telah dilekatkan dengan latex
5) Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Dibuat serum dari whole blood yang diputar terlebih dahulu
3. Diatas slide, setetes serum ditambahkan setetes reagen Anti
Streptolisin. Dihomogenkan selama 2 menit
4. Amati adanya aglutinasi yang terjadi
5. Bila terdapat aglutinasi, dilakukan pemeriksaan semi-
kuantitatif menggunakan pengenceran bertingkat terhadap
serum
6. Interpretasi hasil  Negatif : Tidak terjadi
aglutinasi
Positif : Terjadi aglutinasi
6) Nilai Normal
-/Negatif
e. Pemeriksaan Salmonella IgM
1) Metode
Immunochromatography
2) Tujuan
Untuk mendeteksi adanya antibodi Salmonella
3) Prinsip
IgM dalam serum akan bereaksi dengan antigen Salmonella yang
dimobilisasi pada dua garis di strip tet koloid. Antibodi
25

monoklonal membentuk kompleks antigen-antibodi membentuk


garis berwarna merah
4) Alat dan Bahan
a) Pipet tetes
b) Yellow tip
c) Buffer dan Tes card
5) Cara Kerja
1. Test card, buffer dan sampel dibawa pada suhu ruang
2. Test card dikeluarkan dari bungkusnya kemudian diletakkan
pada permukaan datar
3. Diteteskan 20 μl serum menggunakan mikropipet 20 μl
kedalam lubang sampel
4. Ditambahkan 2 tetes buffer dengan dropper yang tersedia
kedalam lubang sampel
5. Didiamkan selama 15 menit
6. Baca hasil, tidak boleh dibaca lebih dari 30 menit
6) Interpretasi hasil
Positif : terbentuk 2 garis berwarna pada garis test dan kontrol
Negatif : terbentuk 1 garis hanya pada garis kontrol
Invalid tes : jika tidak terbentuk garis pada kontrol
7) Nilai Normal
-/Negatif

S S S

C C C

T T T

Positif NegatifInvalid
Invalid
f. Pemeriksaan HBsAg
1) Metode
Immunochromatography
2) Tujuan
Untuk mendeteksi pertanda adanya infeksi virus hepatitis B
26

3) Prinsip
Serum/plasma yang diteteskan pada bantalan sampel bereaksi
dengan partikel yang telah dilapisi dengan anti HBs (antiodi).
Campuran ini selanjutnya akan bergerak sepanjang strip membran
untuk berikatan dengan antibodi spesifik pada daerah tes, sehingga
akan menimbulkan garis warna
4) Alat dan Bahan
Pipet tetes , test card dan serum/plasma
5) Cara Kerja
1. Tes card dikeluarkan dari bungkusnya dan disesuaikan dengan
suhu kamar. Kemudian diletakkan dibidang yang datar
2. Diteteskan serum sebanyak 3-4 tetes kedalam lubang sampel
3. Ditunggu 15 menit dan amati garis yang terbentuk
4. Interpretasi hasil
Positif : terbentuk 2 garis berwarna pada garis tes dan kontrol
Negatif : terbentuk 1 garis hanya pada garis kontrol
Invalid tes : jika tidak timbul garis pada garis kontrol
6) Nilai Normal
-/Negatif

S S S

C C C

T T T
Positif NegatifInvalidInvalid

g. Pemeriksaan Anti HCV


1) Metode
Immunochromatography
2) Tujuan
Untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap virus Hepatitis C
3) Prinsip
Antigen HCV akan bergerak dalam proses imunofiltrasi. Sampel
dan reagen melewati membran dan direabsorbsi ke dasar absorben.
27

Sampel terus melewati membran, jika ada antibodi HCV di dalam


sampel, maka akan tersaing dipermukaan filter absorben
4) Alat dan Bahan
Mikropipet 5 μl, Yellow tip, Buffer Anti HCV dan serum/plasma
5) Cara Kerja
1. Tes card dikeluarkan dari bungkusnya dan disesuaikan dengan
suhu kamar. Kemudian diletakkan pada bidang datar
2. Diteteskan serum sebanyak 5 μl dengan menggunakan
mikropipet ke dalam lubang sampel
3. Ditambahkan 2 tetes buffer dengan dropper yang telah tersedia
ke dalam lubang sampel
4. Ditunggu 15 menit dan amati garis yang terbentuk
5. Interpretasi hasil
Positif : terbentuk 2 garis berwarna pada garis tes dan kontrol
Negatif : terbentuk 1 garis hanya pada garis kontrol
Invalid tes : jika tidak terbentuk garis pada kontrol
6) Nilai Normal
-/Negatif

S S S

C C C
T T

T Positif NegatifInvalidInvalid

h. Pemeriksaan IgG dan IgM Dengue


1) Metode
Immunochromatography
2) Tujuan
Untuk mendeteksi adanya antibodi yang terbentuk setelah terpapar
virus dengue
3) Prinsip
28

IgG dan IgM dalam serum akan bereaksi dengan antigen dengue
yang dimobilidasasi pada dua garis di strip tes koloid. Antibodi
monoklamal membentuk kompleks antigen-antibodi membentuk
garis berwarna merah

4) Alat dan Bahan


Pipet tetes, Tes Card, Dilution Buffer dan Serum/plasma
5) Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Tes card dikeluarkan dari bungkusnya dan disesuaikan dengan
suhu kamar. Kemudian diletakkan pada bidang datar
3. Diteteskan serum sebanyak 5 μl ke dalam sumur spesimen
4. Ditambakan 2 tetes dilution buffer ke dalam sumur dilution
buffer
5. Ditunggu 15-20 menit dan amati garis yang terbentuk
6. Interpretasi hasil
Positif : terbentuk garis pada jendela kontrol pada jendela
IgG atau jendela IgM
Negatif : terbentuk garis hanya pada jendela kontrol
Invalid tes : terbentuk garis hanya pada jendela tes atau tidak
terbentuk garis sama sekali
6) Nilai Normal
-/Negatif

S S S S

C C C C

G G G G

M M M M

a) IgM (+) dan C (+) : Infeksi dengue primer.


b) IgM (+), IgG (+) dan C (+) : Infeksi dengue sekunder & Primer
29

c) IgG (+) dan C (+) : Infeksi dengue sekunder.


d) IgG(+)dan C (-) : Invalid.

4. Urinalisa, Faeces, Analisa Sperma, Analisa Cairan Tubuh dan


Mikrobiologi
a. Pemeriksaan Urin Lengkap
1. Metode
Carik celup
2. Tujuan
Uji secara kualitatif dan semi kuantitatif untuk menentukan kadar
leukosit, nirit, urobilinogen, protein, pH, berat jenis, darah, keton,
bilirubin, glukosa dalam spesimen
3. Prinsip
A. Leukosit
Didasarkan pada adanya reaksi enzim granulosit esterase. Enzim
esterase menghidrolisis derivate dari Naphtyl ester. Naphtyl yang
dihasilkan dengan garam diazonium akan menghasilkan warna
ungu
B. Nitrit
Didasarkan pada reaksi asam para-arsinilat dengan nitrit dalam
urine membentuk senyawa diazonium, senyawa diazonium
bergabung dengan senyawa 1,2,3,4 tetra hyrobenzol (h) Quinolin.
Dalam suasana asam warna yang dihasilkan merah muda yang
berarti positif
C. Urobilinogen
Didasarkan pada modifikasi dari uji reaksi Erlich dimana
Paradiethyl amio bemaldehide bereaksi dengan urobilinogen dari
urin dalam suasana asam kuat. Perubahan warna berkisar dari
coklat muda sampai merah muda
D. Protein
30

Didasarkan pada perubahan warna dari indikator Tetra brom


phenol blue bila terdapat protein dalam spsimen. Reaksi positif
ditandai dengan perubahan warna dari kuning kehijauan hingga
biru kehijau-hijauan.

E. pH
Uji ini menggunakan indikator ganda methyl red dan brom thymol
blue, sehingga dapat mencakup seluruh pH. Warna berkisar antara
orange hingga kuning kehijauan dan hijau kebiruan.
F. Berat Jenis
Didasarkan pada perubahan pH dari polielektrolit tertentu terhadap
konsentrasi ion. Dengan adanya indikator warna berubah dari biru
tua hingga hijau dan hijau kekuningan dalam urin dengan adanya
konsentrasi ion yang semakin meningkat.
G. Darah
Didasarkan pada reaksi antara Tetramethyl benzidine dan Cumene
hydroperoxidase dari hemoglobin warna yang dihasilkan berkisar
dari kuning kehijauan hingga hijau kebiruan.
H. Keton
Didasarkan pada reaksi antara asam asetat dalam urin dengan
senyawa Nitropuside. Warna yang dihasilkan ungu (positif)
I. Bilirubin
Didasarkan pada penggabungan antara bilirubin dengan senyawa
Diazotied dichoroniline dalam suasana asam kuat. Warna yang
dihasilkan adalah coklat kemerah-mudaan.
J. Glukosa
Didasarkan pada reaksi enzim secara berantai, pertama glukosa
oksidase dari glukosa sehingga terbentuk asam glukosa
menjalankan proses oksidase dan hydrogen peroxidase, enzim
kedua peroksidase dengan senyawa pewarna Kalium Iodida.
Senyawa pewarna ini akan teroksidase membentuk warna biru
menjadi coklat kehijauan atau dari coklat menjadi coklat tua.
31

4. Alat dan Bahan


a) Pot urin
b) Sentrifus
c) Tabung
d) Sentrifus
e) Preparat
f) Mikroskop
g) Cover glass
h) Tissu
i) Stick carik celup
j) Urin sewaktu
5. Cara Kerja
A. Makroskopis
1. Warna
Bahan pemeriksaan dihomogenkan dan amati warna urin
dengan latar belakang berwarna putih.
2. Kejernihan
Bahan pemeriksaan dihomogenkan dan amati kejernihan urin
dengan cara meletakkan kertas yang terdapat tulisan. Urin
dikatakan jernih apabila tulisan tersebut masih dapat terbaca.
Dan dikatakan keruh apabila sudah tidak dapat terbaca.
B. Kimiawi (stik carik celup)
1. Bahan pemeriksaan dihomogenkan
2. Stik/carik celup dicelupkan ke dalam urin sampai semua
parameter terendam
3. Stik ditiriskan diatas tisu
4. Warna pada stik dibandingkan denga standar warna yang
terdapat pada botol stik
5. Hasil yang didapat dicatat pada lembar kerja
C. Mikroskopis (Sedimen Urin)
1. Urin dalam pot urin dihomogenkan, kemudian dituangkan ke
dalam tabung sentrifus sampai terisi kurang lebih ¾ tabung
32

2. Tuang diputar dengan sentrifus dengan kecepatan 1500 rpm


selama 15 menit
3. Supernatan dibuang, sedimen dihomogenkan dan diteteskan
pada preparat lalu tutup menggunakan cover glass
4. Amati dibawah mikroskop
Perbesaran 10x : silinder, epitel, kristal
Perbesaran 40x : leukosit, eritrosit, bakteri, jamur
b. Pemeriksaan Kehamilan (Plano Test)
1. Metode
Immunochromatography
2. Tujuan
Untuk mendeteksi adanya hormon HCG (Human Chorioni
Gonadotropin) dalam urin secara kualitatif, guna membantu diaagnosa
kehamiln lebih dini
3. Prinsip
Serum/plasma yang diteteskan pada bantalan sampel bereaksi dengan
partikel yang telah dilapisi dengan anti HCG. Campuran ini selanjutnya
akan bergerak sepanjang strip membran untuk berikatan dengan antibodi
spesifik pada daerah tes, sehingga akan menimbulkan garis warna
4. Alat dan Bahan
Pipet tetes, Tes card dan Urin Pagi
5. Cara Kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Tes card dikeluarkan dari bungkusnya dan diletakkan diatas tempat
datar
3. Teteskan 3-5 tetes urin ke dalam sumur sampel
4. Tunggu selama 5 menit dan perhatikan reaksi yang terjadi
5. Interpretasi hasil :
Positif : jika terbentuk 2 garis pada garis kontrol dan tes
Negatif : jika terbentuk 1 garis hanya pada garis kontrol

c. Pemeriksaan Faeces Rutin


1) Metode
33

Makroskopis dan Mikrokopis


2) Tujuan
Untuk mengetahui keadaan faeces sebagai penunjang diagnosis berbagai
penyakit

3) Prinsip
Pemeriksaan dilakukan secara makroskopis dan mikroskopis terhadap
sisa metabolisme dari tubuh untuk melihat kemampuan tubuh mengelola
makanan dan melihat kelainan-kelainan dari sisa metabolisme tersebut.
4) Alat dan Bahan
a) Pot tinja
b) Mikroskop
c) Preparat
d) Cover glass
e) Eosin 2%
f) Lugol
g) Sudan II
34

h)
35

5) Cara Kerja
A. Makroskopis
Mengamati warna, bau, konsentrasi, lendir, darah dan sisa makanan
B. Mikroskopis
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Teteskan larutan eosin 2%, lugol dan sudan III pada preparat
yang berbeda
3. Masing-masing ditambahkan seujung lidi faeses yag akan
diperiksa. Homogenkan
4. Kemudian tutup dengan cover glass dan dilihat dibawah
mikroskop dengan perbesaran 10x dan 40x lensa obyektif
5. Pewarnaan eosin berguna untuk melihat telur cacing, eritrosit,
leukosit, bakteri, jamur. Pewarnaan lugol untuk melihat butir-
butir amilum, dan pewarnaan sudan III berguna untuk butir-butir
lemak
d. Pemeriksaan Faeses Darah Samar
1. Metode
Rapid tes
2. Tujuan
Untuk mengetahui adanya pendarahan kecil yang tidak dapat dinyatakan
secara makroskopis atau mikroskopis
3. Prinsip
Adanya darah samar dalam faeses akan bereaksi dengan larutan
benzidine membentuk dua garis pada tes card
4. Alat
Tes Card
5. Cara Kerja
1. Diambil bagian faeses yang ingin diperiksa menggunakan stik sampel
2. Stik dimasukkan ke dalam collection device, dihomogenkan dan
diulangi 2-3x
3. Ujung device dipatahkan
4. Diteteskan kedalam lubang sumur sampel pada tes card
5. Hasil dibaca setelah 10 menit
36

6. Interpretasi hasil :
Positif : terdapat 2 garis pada garis kontrol dan garis tes
Negtife : hanya terdapat 1 garis pada garis kontrol

e. Pemeriksaan pH faeses
1. Tujuan
Untuk mengetahui derajat keasaman pada faeses yang berhubungan
dengan metabolisme bakteri dan pembentukan kristal pada faeses
2. Prinsip
Uji ini menggunakan indikator ganda methyl red dan brom thymol blue,
sehingga dapat mencakup seluruh pH. Warna berkisar antara orange
hingga kuning kehijauan dan hijau kebiruan
3. Alat dan Bahan
a) Kertas pH universal
b) Pot faeses
c) Lidi
d) Aquadest
4. Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Encerkan faeses seujung lidi dengan 2 ml aqudest
3. Masukkan kertas pH universal ke dalam faeses yang telah
diencerkan hingga tercelup seluruhnya
4. Dicocokkan warna yang terbentuk dengan standar warna yang
terdapat pada kemasan kertas pH universal
f. Pemeriksaan Reduksi Faeses
1. Metode
Carik celup
2. Tujuan
Untuk mengetahui adanya reaksi gula atau reduksi didalam faeses
3. Prinsip
Didasarkan pada reaksi enzim secara berantai, pertama glukosa oksidase
dari glukosa sehingga terbentuk asam glukosa menjalankan proses
oksidase dan hidrogen peroksidase, enzim kedua peroksidase dengan
senyawa pewarna Kalium Iodida. Senyawa pewarna ini akan teroksidasi
37

membentuk warna biru menjadi coklat kehijauan atau dari coklat mejadi
coklat tua
4. Alat dan Bahan
Lidi, Tisu, Pot Faeses dan Aqadest
5. Cara Kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Encerkan faeses seujung lidi dengan aquadest sebanyak 2 ml
3. Carik celup dimasukkan ke dalam faeses yang telah diencerkan
hingga tercelup seluruhnya
4. Dicocokkan warna yang terbentuk dengan standar warna yang
terdapat pada kemasan
g. Pemeriksaan Analisa Sperma
1. Metode
Makroskopis dan Mikroskopis
2. Tujuan
Untuk melihat kualitas semen secara makroskopis dan mikroskopis
3. Prinsip
Pasien diminta persiapan tertentu sebelum melakukan pemeriksaan
sperma. Sperma ditampung dalam wadah tertentu dan dalam waktu
tertentu kemudian dianalia secara makroskopis dan mikroskopis.
4. Alat dan Bahan
a) Objek glass
b) Cover glass
c) Pipet tetes
d) Bilik hitung
e) Mikroskop
f) Spuit
g) NaCl 0,9%
h) Indicator Ph
5. Cara Kerja
A. Makroskopis
1. Liquefaction
a) Dicatat waktu pengeluaran semen
b) Diamati setelah 30 menit pencairan dari semen. Dicatat waktunya
38

2. Warna
a) Spesimen semen dimasukkan ke dalam tabung kaca yang bersih
b) Diamati warna yang terihat setelah pencairan
3. Volume
a) Semen dimasukkan kedalam spuit 5 cc. Jangan sampai ada yang
tertumpah
b) Diukur volume semen menggunakan satuan ml
4. Viskositas
a) Dari dalam spuit semen diteteskan dan diamati tetesan semen yang
terbentuk
b) Dicatat hasilnya
5. pH
a) Disiapkan kertas pH universal
b) Dicelupkan kertas pH universal tersebut hingga tercelup seluruhnya
c) Dicocokkan dengan warna standar yang terdapat pada kemasan kertas
pH universal
B. Mikroskopis
1. Siapkan alat dan bahan
2. Ambil setetes sampel sperma, letakkan di objeck glass tutup dengan
cover glass → menu video → real time video untuk melihat sperma
ada/tidak di layar.
3. Klik Menu Test New Pasien → Klik Enter → Masukkan Nomer ID
pasien.
4. Masuk Menu “normal test” klik enter, hingga keluar “sample volume
is more than fill and to be disposed after testing” lalu tekan “YES”.
5. Ambil capiler, aduk sperma dan sedot sperma sampai penuh.
6. Masukkan alat capiler dengan posisi terbalik, kemudian diamkan
sampai running selesai.
7. Selesai running ada 4 kemungkinan :
a) Normal langsung keluar hasil.
b) TSC > MSC maka harus dihitung motilitasnya
Rumus : Nilai Motilitas SQA-V : Volume x 100 : motilitas yang
kita hitung, hasilnya masukkan ke alat SQA-V.
39

c) Low Quality Sample (cara sama dengan nomer 2).


d) Very Low Quality Sample (hitung secara manual dengan Bilik
Hitung, kemudian masukkan hasilnya ke alat SQA-V.
8. a. Pengisian aglutinasi beri nilai +/++/+++ jika positif
b. Pengisisan agregasi beri nilai +/++/+++ jika positif
Lalu klik enter dan simpan → import dua. Dan data akan masuk ke
dalam computer.
9. Setelah data masuk ke dalam komputer, cetak hasil.

Pembacaan Pemeriksaan Analisa Sperma


Jumlah
Nama Spermatozoa Motility (%) Morfologi (%)
(.....zoopermia) (jt/ml)
Normo ≥ 20 ≥ 50 ≥ 30
Oligo < 20 ≥ 50 ≥ 30
Terato ≥ 20 ≥ 50 < 30
Asteno ≥ 20 < 50 ≥ 30

a) Normozoospermia adalah kualitas dan kuantitas sperma normal. Atau


dengan kata lain kesuburannya normal.
b) Oligozoospermia merupakan jumlah sperma sedikit/rendah pada
seseorang. Biasannya ditandai dengan dengan sel sperma nya < 15
juta/mL.
c) Teratorzoospermia adalah suatu kondisi gangguan sperma dimana
bentuk dan ukuran sperma abnormal sehingga tidak cukup berkualitas
untuk membuahi sel telur. Teratozoospermia dalam dunia medis
digunakan untuk menandakan adannya gangguan infertilitas atau
kesuburan akibat bentuk sperma yang tidak normal. Ditandai dengan
4% bentuk yang normal.
d) Astenozoospermia adalah motilitas presentase yang bergerak ada
kelainan. Jika kelainan sperma ini terjadi, maka itu bisa disebabkan
oleh penyakit, obat-obatan tertentu, kurangnya nutrisi atau kebiasaan
kesehatan yang buruk seperti merokok. Biasannya ditandai dengan
menurunnya motilitas sperma < 32% spermatozoa motil.
h. Pemeriksaan Bakteri Tahan Asam (BTA)
40

1. Metode
Ziehl Neilsen
2. Tujuan
Untuk mendeteksi adanya kuman BTA (Genus Mycobacterium) pada
sputum
3. Prinsip
BTA memiliki lapisan lemak, dengan adanya phenol dan basic fuchsin
yang pekat, menyebabkan zat warna dapat menembus dinding bakteri
yang dipakai lemak. Saat pemberian asam, bakteri tidak melepaskan zat
warna sehingga tampak tetap mempertahankan zat warna tersebut.
4. Alat dan Bahan
a) Objek glass
b) Batang lidi
c) Api bunsen
d) Mikroskop
e) Reagen Ziehl Neilsen (Fuchsin, Asam Alkohol 3,0%, Methylen Blue)
5. Cara Kerja
1. Objek glass difiksasi terlebih dahulu dengan api bunsen.
2. Dibuat sediaan diatas objek glass. Dilakukan koiling dengan ukuran
2x3 cm. untuk pengaplikasiannya dengan cara zig zag.
3. Sediaan difiksasi dengan melewatkan diatas api bunsen sebanyak 3x
4. Diteteskan larutan carbol fuchsin pada sediaan sampai tertutup
seluruhnya.
5. Dipanaskan di atas api bunsen hingga keluar uap
6. Didiamkan selama 5 menit
7. Dibilas sediaan dengan air mengalir
8. Diteteskan asam alkohol sampai warna merah fuchsin hilang, bilas
dengan air mengalir
9. Diteteskan dengan Methylen Blue pada sediaan sampai tertutup
seluruhnya, diamkan selama 10 detik. Bilas dengan air mengalir
10. Sediaan dikeringkan diudara
11. Amati dibawah nikroskop dengan perbesaran 100x. Badan bakteri
tampak berwarna merah dengan latar belakang biru
i. Pemeriksaan Bakteri Gram Positif dan Gram Negatif
41

1. Metode
Pewarnaan Gram
2. Tujuan
Untuk mendeteksi adanya kuman gram positif ataupun gram negatif pada
sediaan
3. Prinsip
A. Gram Positif
Peptidoglikan bakteri yang tebal berikatan kuat dengan gentian
violet. Lugol memperkuat ikatan tersebut, lalu diberikan alkohol
sehingga melunturkan lemak, karena pada bakteri gram positif
lemaknya sedikit sehingga warna ungu pada gentian violet yang
lunturpun sedikit dan bakteri tetap dipenuhi warna ungu. Karena
sudah dipeuhi warna ungu maka tidak bisa lagi berikatan dengan
fuchsin.

B. Gram Negatif
Peptidoglikan bakteri yang tipis dan lapisan lemak yang tebal
pada dinding bakteri maka saat berikatan dengan gentian violet,
ikatan yang terjadi adalah ikatan lemah. Lugol memperkuat ikatan
tersebut, namun tidak terlalu memberikan arti yang signifikn,
sehingga bakteri.
gram negatif yang memiliki lemak tebal ketika diberi alkohol maka
lemak akan luntur dan warna gentian violetpun luntur. Karena tidak
terwarnai maka bakteri akan menyerap warna fuchsin yaitu merah.
1.) Alat dan Bahan
1. Objek glass
2. Kapas swab
3. Api bunsen
4. Mikroskop
5. Reagen Pewarnaan Gram (Gentian Violet, Lugol, Alkohol, Karbol
Fuchsin)

2.) Cara Kerja


42

1. Dibuat sediaan diatas objek glass. Dioleskan suspensi swab


vagina/swab uretra pada objek glass tunggu hingga kering
2. Sediaan difiksasi dengan melewatkan diatas api bunsen sebanyak 3x
3. Diteteskan larutan gentian violet pada sediaan sampai tertutup
seluruhnya,diamkan selama 3 menit. Bilas dengan air mengalir
4. Diteteskan larutan lugol pada sediaan hingga tertutup selruhnya dan
diamkan selama 2 menit
5. Diteteskan asam alkohol sampai warna hilang, bilas dengan air
mengalir
6. Diteteskan dengan carbol fuchsin pada sediaan sampai tertutup
seluruhnya, diamkan selama 1 menit. Bilas dengan air mengalir.
Keringkan diudara
7. Diamati dibawah nikroskop dengan perbesaran 100x. Badan bakteri
tampak berwarna merah untuk gram negatif dan berwarna ungu
untuk gram positif

3.3 Pasca Analisa


1. Pencatatan Hasil
Setelah mendapatkan hasil pada masing-masing pemeriksaan, tulis dan cetak
data pasien pada lembar kerja hasil pemeriksaan laboratorium. Kemudian ditulis
dan dicetak hasil pemeriksaan dari lembar kerja periksa harian, sesuai jenis
pemeriksaan yang diminta, diberi tanggal dan stampel laboratorium pada lembar
hasil laboratorium yang sudah dicetak. Setelah itu dikoreksi dan ditanda tangani
oleh kepala unit laboratorium atau petugas yang diberi kewenangan untuk itu
2. Penyerahan Hasil Pemeriksaan Laboratorium
A. Rawat Jalan
Disaat pasien datang ke laboratorium untuk mengambil hasil pemerikaan
laboratorium, diminta lembar bukti tanda pengambilan hasil kepada pasien.
Kemudian diperiksa lembar bukti pengambilan hasil laboratorium pasien
jaminan yang meliputi, nama, nomor rekam medis, tanggal, jenis pemriksaan
yang diminta, jaminan dan tanda tangan petugas laboratorium. Setelah itu,
cari lembar hasil pemeriksaan pada arsip sesuai tanggal, dicocokkan lembar
bukti pengambilan hasil dengan lembar hasil pemeriksaan. Kemudian ditulis
43

jam penyerahan hasil pada lembar bukti pengambilan hasil yang selanjutnya
ditinggal di laboratorium dan dilakukan penyerahan hasil pemeriksaan sesuai
standar waktu pengambilan hasil yang berlaku
B. Rawat Inap
Setelah semua hasil pemeriksaan telah dicetak, dipisahkan lembar hasil
pemeriksaan sesuai asal ruangan rawat pasien, dan disiapkan buku ekspedisi
penyerahan hasil rawat inap. Kemudian ditulis pada buku ekspedisi, lembar
hasil pemeriksaan laboratorium meliputi no.urut laboratorium, nama pasien,
ruang perwatan, jenis pemeriksaan yang diminta, jam penyerahan hasil,
tanda tangan dan nama jelas penerima hasil. Setelah itu diserahkan dikirim
hasil pemeriksaan laboratorium ke ruang perawatan sesuai standar waktu
yang berlaku dan meminta tanda tangan, nama jelas dari petugas penerima,
serta jam penerima pada buku eksedisi penyerahan hasil.
3. Pengarsipan Hasil Pemeriksaa Laboratorium
A. Pengarsipan cara manual
Print out dan alat pemeriksaan atau pembacaan hasil ditulis dalam suatu
lembar kerja yang dikelompokkan sesuai bidang pemeriksaan. Kemudian
pada lembar kerja ditulis juga tanggal pemeriksaan, nomor lab, nama pasien,
paviliun rawat, jenis pemeriksaan yang diminta, jam pemriksaan, nama
pemeriksaan,dan simpan lembar kerja pada file masing-masing dan diberi
kode tanggal dan bulan pemeriksaan.
B. Pengarsipan cara komputerisasi
Dimasukkan data lengkap pasien yang meliputi nomor laboratorium, nama
pasien, nomor rekam medis, paviliun/klinik yang mengirim sampel, nama
dokter yang meminta pemeriksaan, jenis pemeriksaan yang diminta.
Kemudian masukkan hasil pemeriksaan dari lembar kerja ke dalam
parameter jenis pemeriksaan yang diminta. Sebelum dicetak, diperiksa ulang
kebenaran data pasien dan hasil pemeriksaan, lalu cetak hasil pemeriksaan
tiap pasien setelah kebenaran data di check ulang. Kemudian disimpan data
pasien dan hasil pemeriksaan dalam memori komputer. Cetakan terdiri dari 3
lembar, lembar pertama dan kedua diserahkan ke pasien/bagian perawatan
dan lembar ketiga untuk diserahkan ke bagian adminitrasi perusahaan
disertai nota perhitungan biaya laboratorium.
C. Cara kerja permintaan arsip hasil pemeriksaan
44

Arsip hasil pemeriksaan laboratorium bersifat rahasia, permintaan arsip hasil


pemeriksaan laboratorium harus dengan persetujuan dokter yang merawat
atau dokter yang diberi wewenang untuk itu. Kemudian ajukan permintaan
arsip disertai alasan jelas yang telah ditandatangani oleh dokter yang
merawat atau dokter yang diberi wewenang kepada kepala unit/penanggung
jawab laboratorium klinik Rumah Sakit Islam Jakarta Sukapura. Setelah itu
diteruskan permintaan kepada petugas arsip untuk dibuatkan arsip yang
dimaksud, kemudian berikan arsip yang diminta disertai ekspedisi
penyerahan hasil.
D. Cara kerja pemusnahan arsip hasil pemeriksaan
Pertama mencocokkan arsip yang akan dimusnahkan dengan daftar retensi
arsip akan dikumpulkan seluruh arsip hasil pemeriksaan yang telah
kadaluwarsa kemudian dicatat dalam berita acara pemusnahan arsip, seluruh
arsip yang akan dimusnahkan. Pemusnahan arsip harus disertai berita acara
pemusnahan arsip hasil laboratorium Rumah Sakit Islam Jakarta Sukapura.

3.4 Pengendalain Mutu Laboratorium

1.Pemantapan Mutu Internal dan Eksternal

A. Pemantapan Mutu Internal


Pemantapan Mutu Internal adalah suatu upaya peningkatan dan
pemeliharaan mutu hasil analisa laboratorium yang meliputi ketelitian
(presisi) dan ketepatan (akurasi) yang dilaksanakan sendiri oleh
Laboratorium Klinik.
Pelaksanaan Pemantapan Mutu Internal dilakukan setiap hari yaitu pada pagi
hari sebelum dilakukan pemeriksaan pada pasien, dengan quality control
untuk mengetahui mutu reagen dan kesiapan alat pemeriksaan.
1) Cara Kerja Pemantapan Mutu Internal Tahap Pra Analitik
Langkah pertama yaitu mempersiapkan pasien secara benar, sehingga
diperoleh spesimen yang baik sesuai dengan jenis dan standar
pemeriksaan. Untuk mendapatkan kualitas sampel yang baik, adapun
caranya yaitu cara pengambilan sampel, lokasi pengambilan sampel,
waktu pengambilan sampel, volume yang diperlukan, alat dan wadah
45

yang digunakan untuk pengambilan, pengolahan sampel, pengiriman


sampel. Setelah itu melakukan pengambilan sampel berdasarkan protap
pengambilan sampel. Perlakukan sempel sesuai cara kerja penanganan
sampel yang baik yang meliputi cara kerja penerimaan sampel dan cara
kerja pemberian identitas.
2) Cara Kerja Pemantapan Mutu Internal Terhadap Analitik
1. Cara Kerja Umum
Untuk memulainya yaitu memeriksa kualitas dan kuantitas reagensia
yang digunakan, baik reagensia komersial maupun reagensia buatan
sendiri. Setelah itu memeriksa kualitas peralatan yang digunakan
yaitu melakukan kalibrasi terutama alat yang memerlukan ketepatan
seperti Fotometer, Mikroskop, Sentrifus, dan Pipet. Dilanjutkan
dengan memastikan metode pemeriksaan yang dipilih dengan
mempertimbangkan kemudahan diperoleh sederhana,
direkomendasikan standar profesi, kemampuan tenaga pemeriksa.
Kemudian melakukan proses pemeriksaan berdasarkan cara kerja
yang ada, melaksanakan uji ketelitian dan uji ketepatan. Melakukan
seluruh kegiatan berdasar protap yang terstandarisasi.
2. Cara Kerja Uji Ketelitian dan Uji Ketepatan
Melakukan uji ketelitian dan ketepatan terhadap pemeriksaan yang
hasilnya dalam bentuk angka, menggunakan metode statistik secara
benar untuk melakukan evaluasi. Kemudain melakukan dengan
kontrol (uji ketelitian gunakan bahan kontrol assayed/unassayed.
Sedangkan uji ketepatan harus menggunakan bahan kontrol assayed).
Adapun menggunakan pemeriksaan 2 kali (duplo) untuk melakukan
uji ketelitian dengan cara mengambil sekurang-kurangnya 10 hasil
duplo pada hari yang sama, bila pemeriksaannya banyak hitung SD.
Perbedaan anatara hasil pertama denagn kedua harus < 2SD. Bila
hasil > 2SD maka pemeriksaan harus diulang. Setelah itu kumpulkan
data sedikit-sedikitnya 20 hasil pemeriksaan, tentukan nilai rata-rata
dan tentukan Standar Deviasi (SD). Dan tampilkan hasil dalam
bentuk grafik lalu melakukan perbaikan terhadap hasil yang tidak
baik.
3. Cara kerja Pemantapan Mutu Internal Bidang Kimia Klinik
46

a. Cara Kerja Persiapan


Menentukan parameter yang akan dilakukan uji mutunya,
idealnya semua parameter. Menentukan sampel penguji yang
akan digunakan, pooled serum/serum kontrol komersial. Lalu
siapkan kartu kontrol (control card) dan checklist tiap-tiap
parameter yang diuji, cantumkan di atas kartu kontrol dan
checklist data meliputi nama parameter pemeriksaan yang diuji,
metode yang dipakai, produk reagensia yang digunakan, nomor
katalog reagensia, petugas yang melaksanakan, dan periode
pengujian.
b. Cara Kerja Penyediaan Polled Serum/Serum Kontrol Komersial
1) Pembuatan Polled Serum
Mengumpulkan serum (tidak lipemik, tidak hemolis, tidak
ikterik, dan tidak keruh) beberapa sampel pemeriksaan ke
dalam suatu wadah yang bersih, kering, dan steril. Kemudian
mengaduknya hingga homogen, dan dibagi ke dalam botol
kecil yang bersih dan steril. Simpan di dalam lemari
pendingin (4-80C) dan dikeluarkan jika hendak dipakai dan
biarkan dalam suhu kamar selama 30 menit sebelum dipakai.
2) Penggunaan serum kontrol komersial
a) Untuk uji ketepatan (akurasi)
Mengguanakan kontrol serum yang telah diketahui oleh
K3 laboratorium. Kemudian siapkan serum kontrol
(rekonstruksi) sesuai petunjuk produk.
b) Untuk uji ketelitian (presisi)
Dapat digunakan kontrol serum yang telah diketahui atau
yang belum diketahui nilainya dan siapkan serum sesuai
petunjuk produk.
3) Pelaksanaan
a. Uji Ketepatan
Mengerjakan serum kontrol sama seperti analisa paremeter
yang diuji. Dan pelaksanaan pengujian dilakukan
sedikitnya sekali dalam 4 (empat) seri pemeriksaan. Lalu
47

mencocokkan nilai yang didapat dengan nilai standar yang


telah diketahui.
b. Uji Ketelitian
Mengerjakan serum kontrol sama seperti sampel dalam
seri parameter akan sedang diuji. Dan menghitung nilai
tengah standar deviasi dari nilai yang didapat setelah 20
nilai pemeriksaan. Kemudian memasukkan nilai yang
didapat ke dalam kartu/lembar kontrol. Terakhir
melakukan tindakan perbaikan bila terjadi penyimpangan.
4) Cara Kerja Pemantapan Mutu Bidang Hematologi
a. Cara Kerja Uji Sampel Ganda (untuk melihat ketelitian
seorang analis)
Langkah awal yaitu menyediakan satu sampel yang
dipisahkan menjadi 2 wadah atau lebih kemudian beri
identitas yang berbeda untuk masing-masing sampel.
Identitas sampel hanya diketahui oleh K3 atau yang diberi
tugas khusus untuk itu. Setelah itu kerjakan semua sampel
sesuai parameter yang hendak diuji dan hitung nilai rata-
rata yang didapat dan penyimpangan yang terjadi. Bila
penyimpangan lebih darai 10% lakukan perbaikan.
b. Cara Kerja Uji Silang (untuk melihat ketelitian seorang
analis dibanding yang lain)
Pertama menyiapkan sampel yang dipisah menjadi
beberapa wadah, dan lakukan analisa oleh lebih dari satu
orang analis. Setelah itu bandingkan hasilnya anatra satu
anlais dengan analis yang lain. Dan bila penyimpangan
lebih dari 10% lakukan tindakan perbaikan untuk
meningkatkan ketlitian setiap analis.
c. Cara Kerja Pemantapan Mutu Internal Tahap Pasca Analitik
Dimulai dengan melakukan pencatatan dan laporan yang
benar dengan memperhatikan penulisan angka, satuan
yang digunakan, metode pemeriksaan, dan waktu
penyampaian hasil. Kemudian dokumentasikan secara
baik lalu melakukan kegiatan pelaporan,
48

pendokumentasian, penyerahan hasil, dan pengarsipan


hasil pemeriksaan sesuai cara kerja yang telah
terstandarisasi.
1. Pemantapan Mutu Eksternal
Pemantapan Mutu Eksternal adalah program pemantapan RSIJ
Sukapura yang diselenggarakan bukan oleh laboratorium sendiri tetapi
diselenggarakan oleh pihak luar. Pelaksanaan Mutu Eksternal dilakukan
setiap satu tahun sekali, yang diselenggarakan oleh Depkes RI dan PDS
(Perhimpunan Dokter Spesialis) Patologi Klinik. Adapun rincian cara
kerjanya yaitu:
Mendaftarkan laboratorium Klinik Rumah Sakit Islam Jakrta Sukapura
menjadi peserta PME (Pemantapan Mutu Eksternal) kepada penyelenggara
PME dengan menggunakan formulir pendaftaran yang dikirim oleh
penyelenggara PME. Kemudian mengirimkan formulir pendaftaran disertai
bukti pelunasan biaya pendaftaran. Setelah itu tunggu bahan kontrol
pemeriksaan yang akan dikirmkan oleh penyelenggara PME diertai petunjuk
tentang pelaksanaan. Lalu baca petunjuk pelaksanaan dengan cermat.
Mengerjakan bahan kontrol berdasarkan parameter yang diperiksa, sesuai
tanggal pemeriksaan yang ditentukan. Kemudian memasukan hasil
pemeriksaan bahan kontrol ke dalam formulir hasil yang telah disediakan.
Setelah itu mengirimkan mealalui pos hasil pemeriksaan bahan kontrol
kepada penyelenggara sebelum batas waktu yang telah ditentukan.
Lalu menunggu hasil balasan dan sertifikat dari penyelenggara dan apabila
hasil dinyatakan tidak baik, lakukan evaluasi dan perbaikan.
2. Pengolahan Limbah
Dari setiap pemeriksaan di laboratorium zat dan bahan bekas pemeriksaan
merupakan bahan yang harus ditindak lanjuti penanganannya. Agar tidak terjadi
kontaminasi pada petugas laboratorium khususnya maupun masyarakat
umumnya, sampel yang telah diperiksa hendaknya disterilisasi terlebih dahulu
sebelum dibuang. Dari berbagai macam limbah, limbah terbagi menjadi 2, yaitu
limbah cair dan limbah padat.
a. Untuk limbah Cair, semua sisa bahan pemeriksaan dan reagent dibuang ke
dalam bak khusus limbah yang nantinya akan bermuara ke sistim IPAL
( Instalasi Pengolahan Air Limbah ) Rumah Sakit.
49

b. Sampah medis berupa jarum, tip pipet dan alkes lain yang terkontaminasi
bahan infeksius dimasukkan ke dalam tempat khusus yang terlebih dahulu di
isi chlorin 0,5% sebelum dibuang ke pembuangan limbah.

a. Limbah Cair
Dari berbagai macam limbah cair, terbagi menjadi 2 yaitu :
1) Limbah Beracun
1. Netralisasi
Menetralkan limbah yang bersifat asam dengan basa dan
menetralkan limbah yang bersifat basa dengan asam sulfat atau asam
klorida. Setelah itu menggunakan pH sebagai parameter netralisasi,
fenolftalein sebagai indikatornya. Zat ini akan berubah warna pada
PH 6,8 sehingga cukup aman digunakan. Adapun syarat PH berkisar
6,5-8,5.
2. Pengendapan, Koagulasi, dan Flokulasi
Kontamin logam berat dalam limbah cair dapat dipisahkan dengan
pengendapan, koagulasi dan flokulasi. Menggunakan tawas, garam,
besi dan kapur untuk menegendapkan logam berat dan partikel
koloidnya. Pengendapan dapat pula dilakukan dengan menambahkan
garam sulfidanya.
3. Reduksi dan Oksidasi
Melakukan reaksi reduksi-oksidasi terhadap toksik dan limbah,
sehingga terbentuk zat yang kurang/tidak toksik.
4. Penukaran Ion
Menyerap ion logam nikel dengan kation dan menyerap anion
beracun dengan resin anion.
2) Limbah Infektif (Infeksi)
Mengolah semua limbah infeksi dengan cara desinfeksi, dekontaminasi,
sterilisasi, dan insenersi dan menggunakan insenerasi sebelum atau
sasudah dioktoklaf limbah cair/padat dibuang.

b. Limbah Padat
Mempersiapkan alat yang digunakan meliputi, bak sampah dan kantong
plastik. Kantong plastik juga yang diletakkan di bak sampah juga di bedakan
50

menjadi 2, yaitu kantong plastik yang berwarna kuning untuk sampah medis
sedangkan kantong plastik yang berwarna hitam untuk sampah non medis.
Dalam pelaksanaannya langkah pertama yaitu memasukkan ke dalam
kantong plastik sampah yang berwarna kuning sampah medis atau bahan
infeksius lainnya. Lalu memasukkan ke dalam kantong plastik yang
bearwarna hitam sampah non medis. Kemudian ikat kantong sampah meadis
dan non medis tersebut secara kuat sehingga tidak terjadi kebocoran. Setelah
itu angkut menggunakan kereta sampah ke tempat penampungan sampah
sementara, dan pengolahan sampah selanjutnya dilakuakan oleh bagian
sanitasi.

Anda mungkin juga menyukai