1. Pemeriksaan Hematologi
a. Pemeriksaan dengan menggunakan alat “ABX Micros 60” dan “Sysmex KX 21”
Gamabar 2 : a. ABX SYSMEX KX21 dan b. ABX MICROS 60
Prinsip : Berdasarkan spesifikasi ukuran sel yang melewati filter dengan memakai
tegangan listrik untuk sekali pembacaan bisa diperiksa sekaligus beberapa parameter seperti Hb,
Ht, Leukosit, Trombosit, Eritrosit, MCH, MCHC, MCV dan Hitung Jenis Leukosit.
Cara Kerja dengan menggunakan alat ABX Micros 60 :
1) Switch utama dinyalakan, terletak di belakang instrument.
2) Setelah lampu indikator menyala, tekan tombol start up, maka secara otomatis alat akan
melakukan pembilasan dan melakukan pemeriksaan reagen. Jika lolos maka alat akan
menampilkan nilai nol untuk setiap parameter pemeriksaan dan jika tidak, maka secara otomatis
alat akan melakukan pembilasan ulang dan pemeriksaan reagen sampai tiga kali sehingga
didapatkan angka nol untuk setiap parameter pemeriksaannya.
3) Tekan tombol start.
4) Siapkan bahan pemeriksaan (darah EDTA).
5) Tekan tombol ID dan masukkan nomor pasien, tekan tombol enter tunggu sampai jarum
penghisap darah keluar.
6) Tempelkan alat penghisap sampai dasar tabung kemudian tekan sampel bar sampai jarum
masuk kembali dan melakukan pemeriksaan.
7) Alat akan memproses sample selama satu menit dan hasil pemeriksaan akan tampak pada layar.
8) Untuk mematikan alat, tekan stand by maka alat akan mencuci selama satu menit, setelah layar
padam matikan alat dengan menekan switch utama yang terletak di bagian belakang alat.
Cara kerja dengan menggunakan alat Sysmex KX 21 :
1) Switch utama dinyalakan, terletak di samping kanan instrument.
2) Setelah lampu indikator menyala maka secara otomatis alat akan melakukan start up sampai
layar menampilkan tulisan ready.
3) Siapkan bahan pemeriksaan (darah EDTA).
4) Tempelkan alat penghisap sampai dasar tabung kemudian tekan sampel bar sampai jarum
masuk kembali dan melakukan pemeriksaan.
5) Alat akan memproses sample selama satu menit dan hasil pemeriksaan akan tampak pada
layar dan dapat diprint.
6) Untuk mematikan alat, tekan shutdown maka alat akan mencuci selama satu menit, setelah layar
padam matikan alat dengan menekan switch utama yang terletak di bagian samping kanan alat.
Alat :
- Tabung Westergreen
- Rak Westergreen
- Timer
- Penopang tabung LED
Bahan :
- Darah
- Na Citrat 3,8%.
Cara Kerja :
1) Masukan 0,2 ml larutan Na Citrat 3,8% kedalam tabung.
2) Tambahkan 0,8 ml darah kedalam tabung tadi, kocok dan homogenkan.
3) Isap darah tersebut ke dalam tabung westergreen sampai garis nol.
4) Letakkan tabung tersebut pada rak westergreen, dengan posisi tegak lurus.
5) Catat waktu mulai didiamkan.
6) Lihat tinggi plasma dan buffy coat setelah satu jam dan dua jam.
Nilai Normal : Laki-laki : 5 - 10 mm/jam
: Wanita : 8 - 20 mm/jam
d. Pemeriksaan Waktu Pendarahan
Metode : Duke
Prinsip : Mengukur waktu yang dibutuhkan pembuluh darah dan sistem hemostasis untuk
menghentikan pendarahan buatan.
Alat :
- Blood lancet
- Stopwatch
- Autoklik
Bahan :
- Tissue
- Kapas alkohol
Cara Kerja :
1) Bersihkan cuping telinga dengan kapas alkohol 70%.
2) Kemudian tusuk dengan lancet.
3) Isap dengan tissue darah yang keluar setiap 15 detik sekali.
4) Catat mulai waktu darah keluar sampai darah berhenti.
Nilai Normal : 1-3 menit
h. Hitung Retikulosit
Metoda : Brilliant Cresol Blue (BCB)
Prinsip : Dengan pewarnaan BCB granula filamentosa didalam retikulosit akan
terwarnai.
Alat :
- Mikropipet 1000 µl dan 100 µl
- Tabung reaksi
- Mikroskop
Bahan :
- Sampel darah
- Larutan BCB
Cara Kerja :
1) Dimasukkan 1 mL BCB ke dalam tabung.
2) Ditambah 100 µl darah vena, diamkan selama 15 menit pada suhu kamar.
3) Dari campuran tersebut dibuat preparat hapus pada objek glass.
4) Dikeringkan di udara terbuka.
5) Periksa di bawah mikroskop dengan objektif 100x, dihitung dalam 1000 eritrosit
Nilai normal : 2 – 20 0/00 atau 0,2 – 2 %
i. Hitung Eosinofil
Metoda : Von Dungeren
Prinsip : Darah ditambah reagen von Dungeren maka sel-sel lain akan lisis sedangkan
eosinofil akan terwarnai sehingga dapat dihitung.
Alat :
- Kamar hitung
- Pipet Thoma leukosit
- Kaca penutup
Bahan :
- Reagen Von Dungeren
- Sampel darah EDTA
Cara kerja :
1) Isap larutan Von Dungeren menggunakan pipet Thoma sampai tanda batas 1, kemudian isap
sampel sampai tanda 11.
2) Kocok homogen, masukkan ke dalam kamar hitung.
3) Periksa di bawah mikroskop dengan objektif 40 x.
4) Hitung di seluruh kotak berukuran 3 x 3 mm.
Perhitungan :
Luas kamar hitung : 3 x 3 mm = 9 mm2
Volume : 9 x 1/10 mm = 9/10 mm3
Jumlah dalam 1 mm3 = 10/9 x pengenceran (10/9) x pendapatan
Nilai normal : 40 – 400 sel/mm3
- Albumin
- ALP
- Total Protein
- ALT (SGPT)
- AST (SGOT)
- Trigliserida
- Asam Urat
- GGT
- Ureum
- LDH
- Kreatinin
- CKMB
- Glukosa
- Amylase
- Lipase
- Cholesterol
- HDL Cholesterol
- LDL Cholesterol
- Bilirubin Total
- Bilirubin Direk
- Protein spesifik
- Magnesium
- Natrium
- Kalium
- Chlorida
- Calsium
Alur analisa:
1) Persiapan (bahan pemeriksaan, reagensia, kuvet, glycol, air destilasi, kalibrator dan kontrol)
2) Pemrograman parameter pemeriksaan.
3) Pemrograman data-data serum kontrol dan kalibrator.
a. Nomor bacth.
b. Expire date.
c. Nilai – nilai target.
4) Melaksanakan kalibrasi dan kontrol, bila sudah tekan “OK”
5) Pemeriksaan bahan pemeriksaan.
6) Print out hasil.
Interpretasi hasil:
a. Bila kalibrator dan kontrol serum tidak memenuhi nilai targetnya, maka pemeriksaan tidak dapat
dilakukan.
b. Bila hasil terlalu tinggi kadarnya dibandingkan dengan nilai kalibrator, maka alat akan secara
otomatis mengencerkan bahan pemeriksaannya.
c. Bila kualitas bahan pemeriksaan kurang baik, alat akan menginformasikannya dan tidak
melakukan pemeriksaan yang diminta.
d. Nilai yang nilainya terlalu tinggi atau rendah dari nilai rujukan akan diberi tanda bintang.
2) Protein Total
Metoda : Biuret
Prinsip : Protein bereaksi dengan cupri membentuk senyawa kompleks berwarna
biru. Intensitas warna yang terbentuk sebanding dengan kadar protein total dalam sampel.
Nilai normal : 6,6 – 8,8 g/dl
3) Albumin
Metoda : Brom Cresol Green (BCG)
Prinsip : Albumin dengan BCG dalam buffer sitrat dan suasana asam pH 4,2 akan
membentuk kompleks warna hijau biru, intensitas warna yang terbentuk sebanding dengan
konsentrasi albumin dalam sampel.
Nilai normal : 3,5 – 6,0 g/dl
4) Globulin
Kadar globulin didapat dari pengurangan kadar total protein dengan albumin.
Perhitungan : Globulin = Total Protein – Albumin
Nilai normal : 2,0 – 3,0 g/dl
5) Kolesterol Total
6) Trigliserida
Metoda : GPO – PAP
Prinsip : Trigliserida oleh enzim lipoprotein lipase dirubah menjadi gliserol dan asam amino
bebas. Gliserol yang terbentuk direaksikan dengan ATP dengan bantuan enzim gliserol kinase
membentuk gliserol-3-phospat dan ADP. Gliserol-3-phospat dioksidasi dengan bantun enzim
gliserol phospat oksidase menjadi dihidroksi aseton phospat dan hydrogen peroksida. Hidrogen
peroksida yang terbentuk akan mengoksidasi klorophenol membentuk quinonimin yang
berwarna merah muda. Intensitas warna yang terbentuk sebanding dengan kadar trigliserida
dalam sampel.
Nilai normal : < 150 mg/dl
7) HDL – Cholesterol
Metoda : CHOD – PAP
Prinsip : LDL, VLDL dan chylomykron dalam sampel akan dinonreaktifkan dengan
penambahan detergent khusus, berupa accelerator dan cholesterol oksidase sehingga hanya HDL
yang reaktif. Kemudian HDL ini diperiksa dengan metoda CHOD-PAP.
Nilai normal :
Pria : 30 – 70 mg/dl
Wanita : 30 – 85 mg/dl
8) LDL – Cholesterol
Metoda : CHOD – PAP
Prinsip : LDL–Cholesterol ditentukan secara langsung dalam dua tahap pemeriksaan.
Tahap pertama adalah mengeluarkan fraksi lain selain LDL, kemudian pada tahap kedua LDL
direaksikan dengan bantuan enzim cholesterol oksidase dan cholesterol esterase menjadi
senyawa tidak berwarna yang dengan penambahan kromogen berubah menjadi senyawa komplek
berwarna sehingga dapat diukur.
Nilai normal : < 130 mg/dl
9) CKMB
Metoda : Kinetik optimasi
Prinsip : CK-MB terdiri dari 2 sub unit CK–M dan CK–B, dimana sub unit CK–
M dihambat oleh antibodi spesifik dan hanya aktivitas sub unit CK-B yang setara dengan
setengah aktivitas iso enzim MB yang diperiksa dengan cara kinetik enzimatik. Creatin phosphat
dan ADP dengan adanaya enzim creatin kinase akan berubah menjadi creatin dan ATP, dimana
ATP ini bersama glukosa oleh enzim heksokinase diubah menjadi glukosa-6-phosphat dan ADP.
Glukosa-6-phosphat bersama NADP oleh enzim G-6-P-DH akan diubah menjadi gluconat-6-
phosphat dan NADPH. Aktivitas CK-B sebanding dengan perubahan NADP. Hasil yang terukur
kemudian dikonversikan dengan CKMB.
Nilai Normal : < 24 U/L
10) LDH
Metoda : Kinetik IFCC
Prinsip : Piruvat dan NADH dengan adanya enzim LDH bereaksi menjadi laktat dan NAD.
Aktivitas LDH ditentukan dengan cara mengukur penurunan konsentrasi NADH.
Nilai Normal : < 480 U/L
11) SGOT / AST
Metoda : Kinetik IFCC
Prinsip : L-aspartat dan 2-oxoglutarat dengan bantuan enzim ASAT akan menjadi
oksaloasetat dan L-glutamat. Oksaloasetat yang terbentuk akan mereduksi NADH dengan
bantuan enzim malat dehidrogenase (MDH) menjadi L-Malat dan NAD+. Aktivitas katalitik
ASAT ditentukan dengan mengukur penurunan absorban.
Nilai normal : Pria : ≤ 35 U/L
Wanita : ≤ 31 U/L
12) SGPT / ALT
Metoda : Kinetik UV IFCC
Prinsip : L-alanin direaksikan dengan 2-oxoglutarat dengan bantuan enzim ALT membentuk
L–glutamate dan piruvat. Piruvat yang terbentuk akan mereduksi NADH dengan bantuan
enzim laktat dehidrogenase (LDH) membentuk L-laktat dan NAD+. Aktivitas katalitik ALT
ditentukan dengan mengukur penurunan absorban.
Nilai normal : Pria : ≤ 45 U/L
Wanita : ≤ 34 U/L
13) Alkali Phosphatase
Metoda : Kinetik IFCC
Prinsip : Alkali Phosphatase akan menghidrolisis p-nitrophenyl phosphat menjadi p-
nitrophenol dan phosphat. Aktivitas ALP ditentukan dengan mengukur p-nitrophenol secara
kinetik pada λ 405 nm.
Nilai normal : Pria : 35 - 104 U/L
Wanita : 40 - 120 U/L
14) Bilirubin Total
Metoda : DCA (Dichloro anilin)
Prinsip : Bilirubin total bereaksi dengan dichloro anilin pada suasana alkali membentuk
senyawa diazo (2,4 dichloro-anilin diazo) yang berwarna biru hijau. Intensitas warna yang
terbentuk setara dengan konsentrasi bilirubin total dalam serum.
Nilai normal : 0,1 – 1,2 mg/dl
15) Bilirubin Direk
Metoda : DCA (Dichloro anilin)
Prinsip : Bilirubin direk bereaksi dengan dichloro anilin pada suasana asam
membentuk senyawa diazo yang berwarna merah.
Nilai Normal : 0,1 – 0,2 mg/dl
16) Bilirubin Indirek
Kadar bilirubin indirek diperoleh dari pengurangan kadar bilirubin total dengan bilirubin direk.
Perhitungan : Bilirubin Indirek = Bilirubin total – bilirubin direk
Nilai Normal : 0,2 – 0,7 mg/dl
17) Ureum
Metoda : Urease GLDH
Prinsip : Urease akan menghidrolisis urea menjadi ion ammonium dan bikarbonat.
Ammonium yang terbentuk akan bereaksi dengan oxoglutarat dan NADH. Kemudian dengan
bantuan enzym GLDH, oxoglutarat akan menjadi glutamat yang disertai perubahan NADH
menjadi NAD. Penurunan konsentrasi NADH sebanding dengan konsentrasi ureum dalam
sampel.
Nilai Normal : 10 – 15 mg/dl
18) Kreatinin
Metoda : Jaffe Reaction (fixed time)
Prinsip : Kreatinin akan bereaksi dengan asam pikrat dalam suasana alkali membentuk
senyawa kompleks yang berwarna kuning jingga dengan salisilat dan klorida. Intensitas warna
yang terbentuk sebanding dengan kadar kreatinin dalam darah.
Nilai normal : Pria : 0,73 – 1,36 mg/dl
Wanita : 0,57 – 1,13 mg/dl
19) Asam Urat
Metoda : Uricase (modifikasi Trinder)
Prinsip : Asam urat dioksidasi enzim uricase membentuk alantoin, CO2 dan peroksida.
Dengan bantuan enzim peroksidase, peroksida yang terbentuk akan bereaksi dengan 4-
aminoantipyrine dan 3,5- diclorosulphonate membentuk senyawa yang berwarna merah muda.
Nilai normal : Pria : 3,4 – 7,0 mg/dl
Wanita : 2,3 – 6,1 mg/dl
20) Amilase
Metoda : Kinetik Enzimatik
Prinsip :Substrat(4,6-ethylidene-p-nitrophenyl-α-D-maltoheptaoside) akan diuraikan
oleh enzim α-amylase dimana hasilnya berupa oligosakarida akan dihidrolisa oleh α-glukosidase
menghasilkan glukosa dan p-nitrophenol. Peningkatan p–nitrophenol sebanding dengan
aktivitas α- amylase dalam sampel.
Nilai Normal : < 100 U/L
21) Lipase
Metoda : Enzymatik photometrik
Prinsip : 1-2-o-dilauryl-rac-glycero-3-glutamic acid (6-methylresorufin) ester ditambahkan
pada suatu micro-emulsion yang akan dipecah oleh lipase menjadi co-lipase dan bile acid.
Kombinasi co-lipase, bile acid dan substrat akan mengalami penguraian oleh enzim lipolitik dan
esterase sehingga menghasilkan methylresorufin ester yang dengan cepat terdegradasi menjadi
methylresorufin yang berwarna. Intensitas warna ini sebanding dengan aktivitas lipase dalam
sampel.
Nilai Normal : < 90 U/L
22) Calsium
Metoda : OCP (Ortho Cresol Pthalein)
Prinsip : Pada suasana alkali, calsium dalam serum akan bereaksi dengan cresolpthalein
membentuk senyawa kompleks berwarna violet. Ion Mg2+ yang mengganggu dapat diatasi
dengan penambahan 8- hidroquinolein.
Nilai Normal : 8,6 – 10,3 mg/dl
Selain pemeriksaan di atas yang menggunakan alat Pentra 400 ada pemeriksaan lain yang
dilakukan dengan alat-alat selain Pentra 400 yaitu:
23) Kalium, Natrium dan Klorida
Alat : Easylite
Metoda : ISE
Prinsip : Kalium, Natrium dan Klorida akan ditarik oleh elektroda yang
sensitif terhadap ion-ion tersebut. Kemudian digunakan elektroda reference untuk
membandingkan naik turunnya potensial.
Gambar 6 : Alat pemeriksaan Natrium, Kalium dan Chlorida. “Easylite”.
Cara Kerja :
a. Alat dinyalakan dan dilakukan kalibrasi.
b. Ambil sampel sebanyak 100 µl.
c. Bila pada alat sudah tertera “Analizing Blood” tekan tombol “Yes”.
d. Sampel akan dihisap oleh aspirator, tunggu hasil selama 1 menit. Hasil akan muncul pada layar
dan langsung diprint.
Nilai Normal :
Na : 135 – 155 mmol/l
K : 3,6 – 5,5 mmol/l
Cl : 96 – 108 mmol/l
25) Troponin I
Metoda : Rapid
Prinsip : Merupakan suatu immunoassay sandwich test. Ketika sampel diteteskan pada tempat
sampel akan berikatan dengan partikel yang dilapisi anti Troponin I membentuk komplek
antigen-antibodi. Kemudian komplek ini akan bermigrasi melalui membran dengan daya kapiler
dan bereaksi dengan anti Troponin I yang dilekatkan pada membran sehingga ikatan ini akan
menimbulkan garis berwarna merah.
Cara kerja :
a) Siapkan reagen rapid tes Troponin I, simpan di tempat mendatar.
b) Teteskan 3 tetes atau 100 µl serum.
c) Simpan selama 15 menit, amati reaksi yang terjadi.
Interpretasi hasil :
Negatif : hanya terdapat satu garis di area kontrol saja
Positif : terdapat dua garis di area tes dan kontrol
26) BJ Plasma
Metoda : Refraktometri
Prinsip : Kandungan zat di dalam plasma akan membuat sudut refraksi yang diukur
melalui alat yang ditunjukkan dengan skala.
Alat dan bahan :
- Refraktometer
- Mikropipet 100 µl
- Sampel darah sitrat
- Aquadest
Cara kerja :
a) Siapkan alat refraktometer
b) Kalibrasi dengan aquadest
c) Teteskan 100 µl sampel pada area tes, baca BJ nya pada skala yang tersedia.
Nilai normal : 1.020 – 1.030
Bahan dalam urin yang dapat dideteksi oleh carik celup adalah :
1) Berat Jenis
2) pH
3) Protein
4) Reduksi
5) Urobilin
6) Bilirubin
7) Eritrosit
8) Nitrit
9) Keton
10) Leukosit
11) Blood
Prinsip :
1) Berat Jenis : Zat-zat ionic dalam urin bereaksi dengan brom thymol blue membentuk
kompleks warna hijau.
2) pH : Indikator methyl red dan brom thymol blue menyebabkan terjadinya perubahan
warna dari orange, hijau menjadi biru pada urine dengan jarak pH 5-9.
3) Protein : 3,3,3,5-tetraklorofenol-3,4,5,6-tetra brom sulfalein dalam suatu sistem buffer
yang mempertahankan pH konstan, yang bereaksi dengan protein menjadi suatu warna hijau
muda sampai hijau tua.
4) Reduksi : o-glukosa secara enzimatik dioksidasi menjadi d-glukonolaktor. Dengan adanya
peroksidase yang dihasilkan pada reduksi ini kemudian mengoksidasi indikator membentuk
kompleks warna.
5) Urobilin : Garam diazonium yang stabil (4-metoksi benzendiazonium flouroborat)
bereaksi segera dengan urobilinogen dalam suasana asam dan tes memberi warna merah.
6) Bilirubin : Bilirubin bereaksi dengan garam diozonium yang stabil (2,6-dikloro benzene-
diazonium fluoro borat) dalam suasana asam membentuk warna violet azo.
7) Eritrosit : Tes ini didasarkan pada fungsi hemoglobin dan mioglobin yang
mengkatalisasikan oksidasi dari indicator warna oleh hidroferoksid organik (2,5-dihidroperoksi
hekson) menjadi zat warna biru.
8) Nitrit : Sulfanilomid aromatik, 3-hidroksi-1,2,3,4 tetra hidro benzokuinolin dan asam
tartat, merupakan reagen-reagen yang terdapat dalam kertas tes yang dapat bereaksi dengan nitrit
menghasilkan zat warna azo. Intensitas zat warna azo tersebut menjadi ukuran dari konsentrasi
nitrit dalam urine tetapi tidak menyatakan berat ringannya suatu penyakit.
9) Keton : Asam aseto asetat dan aseton bereaksi dengan nitroprusid dan glisin dalam
suasana alkalis menjadi suatu kompleks warna violet.
10) Leukosit : Asam karbonat ester oleh esterase yang terdapat pada granulosit akan
membentuk indoxyl. Indoxyl dioksidasi membentuk senyawa yang berwarna indigo.
Cara Kerja Carik Celup :
1) Basahi seluruh permukaan reagen carik celup dengan sampel urine dan tarik carik dengan
segera, kelebihan urine diketukkan pada bagian bibir wadah urine.
2) Kelebihan urine pada bagian belakang carik dihilangkan dengan cara menyimpan carik tersebut
pada tissue agar menyerap urine dibagian tersebut.
3) Peganglah carik secara horizontal dan bandingkan dengan standar warna yang terdapat pada
lebel wadah carik celup dan catat hasilnya dengan waktu seperti yang tertera pada standar carik
atau dibaca dengan alat lain.
2) Protein Urine
Metode : Asam Asetat
Prinsip : Protein dalam urine akan membentuk kekeruhan atau gumpalan oleh asam karena
mendekati titik isoelektrik protein dibantu dengan pemanasan, sehingga terbentuk kekeruhan,
butiran, kepingan, atau gumpalan sesuai dengan banyaknya kandungan protein dalam urine.
Cara Kerja :
a) Masukkan 5 ml urine ke dalam tabung reaksi
b) Didihkan selama 1-2 menit
c) Kekeruhan yang terjadi dapat disebabkan oleh fosfat, karbonat atau albumin
d) Tambahkan 3 tetes asam asetat 10% tetes demi tetes dalam keadaan mendidih. Kekeruhan yang
disebabkan oleh karbonat dan fosfat akan hilang.
e) Interpretasi hasil :
Negatif : tidak ada kekeruhan
Positif 1 : kekeruhan sedikit sekali
Posirif 2 : kekeruhan jelas berbutir
Positif 3 : kekeruhan hebat berkeping-keping
Positif 4 : menggumpal
3) Bilirubin
Metode : Iodium
Prinsip : Bilirubin dalam urine akan bereaksi dengan larutan iodium menghasilkan biliverdin
yang berwarna hijau.
Cara kerja :
a) Masukkan 5ml urine ke dalam tabung reaksi.
b) Tambahkan larutan iodium ke dinding tabung.
c) Amati perubahan warna yang terjadi pada cahaya terang.
d) Positif bila terdapat warna fluoresensi hijau.
e. Pemeriksaan Narkoba
1) Amphetamin
Metoda : Rapid
Prinsip : Prinsip dasar adalah immunoassay chromatography dengan ikatan kompetensi.
Amphetamin yang terdapat pada sampel urine akan bereaksi dengan anti amphetamin pada area
sampel dan terjadi netralisasi. Cairan urine akan terus bermigrasi melalui membran menuju area
tes yang berisi anti amphetamin dan konjugat dimana karena sudah tidak ada amphetamin bebas
maka pada area tes tidak akan terjadi reaksi sehingga tidak timbul garis berwarna.
Jika tidak terdapat amphetamin di dalam sampel maka anti amphetamin pada area sampel tidak
akan ternetralisasi dan ikut bermigrasi ke area tes sehingga terbentuk ikatan komplek anti
amphetamin-konjugat yang menimbulkan garis berwarna merah keunguan.
Pada area kontrol terdapat anti amphetamin yang akan bereaksi dengan konjugat sehingga
terbentuk garis berwarna merah keunguan.
Alat dan bahan :
- Sampel urine
- Pipet tetes
- Reagen rapid amphetamin
Cara kerja :
a) Buka kemasan rapid tes, simpan di tempat datar.
b) Teteskan 3 tetes urine pada area sampel.
c) Tunggu selama 10 menit, kemudian amati reaksi yang terjadi.
Interpretasi hasil :
Negatif : jika timbul 2 garis di area tes dan kontrol
Positif : jika timbul 1 garis di area kontrol saja
2) Cannabis
Metoda : Rapid
Prinsip : Prinsip dasar adalah immunoassay chromatography dengan ikatan kompetensi.
Cannabis yang terdapat pada sampel urine akan bereaksi dengan anti amphetamin pada area
sampel dan terjadi netralisasi. Cairan urine akan terus bermigrasi melalui membran menuju area
tes yang berisi anti cannabis dan konjugat dimana karena sudah tidak ada cannabis bebas maka
pada area tes tidak akan terjadi reaksi sehingga tidak timbul garis berwarna.
Jika tidak terdapat cannabis di dalam sampel maka anti cannabis pada area sampel tidak akan
ternetralisasi dan ikut bermigrasi ke area tes sehingga terbentuk ikatan komplek anti cannabis-
konjugat yang menimbulkan garis berwarna merah keunguan.
Pada area kontrol terdapat anti cannabis yang akan bereaksi dengan konjugat sehingga terbentuk
garis berwarna merah keunguan.
Alat dan bahan :
- Sampel urine
- Pipet tetes
- Reagen rapid cannabis
Cara kerja :
a) Buka kemasan rapid tes, simpan di tempat datar.
b) Teteskan 3 tetes urine pada area sampel.
c) Tunggu selama 10 menit, kemudian amati reaksi yang terjadi.
Interpretasi hasil :
Negatif : jika timbul 2 garis di area tes dan kontrol
Positif : jika timbul 1 garis di area kontrol saja
3) Morphin
Metoda : Rapid
Prinsip : Prinsip dasar adalah immunoassay chromatography dengan ikatan kompetensi.
Morphin yang terdapat pada sampel urine akan bereaksi dengan anti morphin pada area sampel
dan terjadi netralisasi. Cairan urine akan terus bermigrasi melalui membran menuju area tes
yang berisi anti morphin dan konjugat dimana karena sudah tidak ada morphin bebas maka pada
area tes tidak akan terjadi reaksi sehingga tidak timbul garis berwarna.
Jika tidak terdapat morphin di dalam sampel maka anti morphin pada area sampel tidak akan
ternetralisasi dan ikut bermigrasi ke area tes sehingga terbentuk ikatan komplek anti morphin-
konjugat yang menimbulkan garis berwarna merah keunguan.
Pada area kontrol terdapat anti morphin yang akan bereaksi dengan konjugat sehingga terbentuk
garis berwarna merah keunguan.
Alat dan bahan :
- Sampel urine
- Pipet tetes
- Reagen rapid morphin
Cara kerja :
a) Buka kemasan rapid tes, simpan di tempat datar.
b) Teteskan 3 tetes urine pada area sampel.
c) Tunggu selama 10 menit, kemudian amati reaksi yang terjadi.
Interpretasi hasil :
Negatif : jika timbul 2 garis di area tes dan kontrol
Positif : jika timbul 1 garis di area kontrol saja
f. Pemeriksaan Faeces
Pemeriksaan faeces terdiri dari :
1) Pemeriksaan makroskopis, meliputi :
Warna, bau, konsistensi, dan lendir.
2) Pemeriksaan mikroskopis, meliputi :
Leukosit, eritrosit, amuba, Kristal, amilum, telur cacing.
Prinsip : Faeces dibuat preparat, kemudian diwarnai dengan eosin 1% dan dilihat
dibawah mikroskop.
Alat : Mikroskop, objek glass dan deck glass
Bahan : Faeces, eosin 1%
Cara Kerja :
a) Ambil faeces secukupnya keatas objek glass, tambahkan eosin secukupnya dan homogenkan.
b) Tutup dengan deck glass.
c) Periksa dibawah mikroskop dengan pembesaran lensa objektif 40x.
g. Pemeriksaan kimia faeces, meliputi :
Pemeriksaan Darah Samar
Metoda : Benzidine
Prinsip : Hemoglobin bersifat sebagai peroksidase yang menguraikan H2O2 menjadi H2O
dan On. Kemudian On ini akan mengoksidasi benzidine menjadi berwarna hijau biru.
Alat dan Bahan :
- Sample faeces
- Reagen kit benzidin
Cara Kerja :
1) Buka kartu pemeriksaan benzidin, ambil sampel faeces kemudian dilekatkan di area A dan B.
2) Teteskan 2-3 tetes reagen development yang tersedia, tunggu beberapa saat.
3) Amati reaksi yang terjadi, bandingkan dengan reaksi yang terjadi pada area kontrol.
Interpretasi Hasil :
Negatif : tidak terdapat perubahan warna
Positif : timbul warna yang sama atau lebih tua dari kontrol (hijau kebiruan)
3. Pemeriksaan Mikrobiologi
a. Pemeriksaan Bakteri Tahan Asam
Persiapan : sampel yang dipergunakan adalah sputum yang baru ditampung dalam botol
steril dan diberi label nama pasien dan no pasien. Sampel lain yang biasa diperiksa antara lain
cairan pleura.
Metode : Ziehl-Neelsen
Prinsip : setelah BTA dipanaskan lapisan lemak akan terbuka dan bakteri akan
mengambil warna karbol fuchsin. Pada pencucian lapisan lemak yang terbuka pada waktu
dipanaskan akan merapat kembali karena terjadi pendinginan. Sewaktu dituangi dengan asam
alkoholwarna merah dari karbol fuchsin pada bakteri tahan asam tidak dilepaskannya. Tetapi
bakteri yang tidak tahan asam akan melepaskan warna merah itu sehingga menjadi pucat.
Akhirnya pada waktu di cat dengan metilen blue bakteri yang tidak tahan asam akan mengambil
warna biru dan bakteri tahan asam akan tetap merah.
Alat :
- Mikroskop
- Objek glass
- Ose
- Bunsen
Bahan :
- Sputum
- Karbol fuchsin
- Asam alkohol
- Metilen blue
Cara Kerja :
1) Siapkan objek glass yang bersih.
2) Ambil 1 ose sputum, kemudian dibuat preparat.
3) Biarkan kering, fiksasi dengan melewatkan beberapa kali di atas api.
4) Warnai dengan karbol fuchsin 0,3% selama 5 menit, panaskan sampai muncul uap, jangan
sampai mendidih.
5) Buang kelebihannya, tambah asam alkohol 0,1% sampai warna merah hilang.
6) Tambahkan metilen blue 0,3% selama 3 menit, buang dan cuci dengan air kran.
7) Keringkan diudara.
8) Periksa dibawah mikroskop pada pembesaran lensa objektif 100x dengan menggunakan minyak
imersi.
Positif : Ditemukan Bakteri Tahan Asam yang berwarna merah.
Negatif : Tidak ditemukan Bakteri Tahan Asam.
Alat :
- Mikroskop
- Objek glass
- Ose
- Bunsen
Bahan :
- Sampel
- Kristal violet
- Lugol
- Alkohol 70%
- Karbon fuchsin
Cara Kerja :
1) Buat preparat pada objek glass.
2) Fiksasi dengan melewati beberapa kali di atas api.
3) Warnai dengan Kristal violet selama 1 menit.
4) Cuci dengan air, tambahkan lugol biarkan selama 1 menit.
5) Cuci dengan air, tambahkan alkohol 70% selama 20 detik.
6) Cuci dengan air, tambahkan karbol fuchsin selama 20 detik.
7) Cuci dengan air, biarkan kering di udara.
8) Periksa dibawah mikroskop dengan pembesaran lensa objektif 100x dengan memakai minyak
imersi.
Positif : Ditemukan Bakteri Gram berwarna ungu.
Negatif : Ditemukan Bakteri berwarna merah.
c. Preparat Neisser
Metode : Neisser
Prinsip : Granula akan terwarnai dan tampak berbeda dari warna badan bakteri.
Alat dan Bahan :
- Objek glass
- Ose steril
- Spirtus
- Mikroskop
- Apus tenggorok
- Neisser A
- Neisser B
- Neisser C
Cara Kerja :
a) Disiapkan alat dan bahan
b) Dibuat preparat dari sample dengan menggunakan ose, lalu keringkan.
c) Difiksasi diatas nyala api.
d) Simpan diatas tempat pewarnaan.
e) Diteteskan larutan campuran, 2 bagian Neisser A dan 1 bagian Neisser B selama 10 detik.
f) Dicuci dengan air mengalir.
g) Diteteskan dengan Neisser C selama 10 detik
h) Dikeringkan dengan kertas saring jangan dicuci dengan air.
i) Diperiksa di bawah mikroskop dengan perbesaran 100 x.
Hasil pengamatan :
Bakteri Difteri badan berwarna kuning dan granula berwarna coklat.
4. Pemeriksaan Parasitologi
Preparat KOH
Metode : Scraping Kulit
Prinsip : Kerokan kulit dibuat preparat, kemudian ditambahkan dengan KOH 10% dan dilihat
dibawah mikroskop.
Alat :
- Scalpel (pisau)
- Objek glass
- Deck glass
- Mikroskop
Bahan :
- Kerokan kulit
- Kapas alkohol
- KOH 10%
Cara kerja :
1) Siapkan pisau steril (scalpel) dan objek glass.
2) Pilih daerah yang akan dikerok kemudian lakukan pengerokan pada daerah tersebut.
3) Tampung kerokan kulit pada objek glass.
4) Kemudian tetesi dengan KOH 10% dan tutup dengan deck glass.
5) Amati pada mikroskop dengan pembesaran 40x.
5. Pemeriksaa Imunologi dan serologi
a. Pemeriksaan Widal
Metode : Slide
Prinsip : Antigen + antibodi Aglutinasi
Alat : Slide, pengaduk
Bahan :
Antisera S.typhi O, S.paratyphi AO, S.paratyphi BO, S.paratyphi CO, S.typhi H, S.paratyphi AH
, S.paratyphi BH,S.paratyphi CH dan serum.
Cara Kerja :
1) Siapkan porselin, teteskan masing-masing
antisera S.typhi O, S.paratyphi AO, S.paratyphi BO, S.paratyphi CO, S.typhi H,S.paratyphi AH,
S.paratyphi BH, S.paratyphi CH diatasnya.
2) Tambahkan satu tetes serum diatasnya.
3) Campurkan dan homogenkan dengan pengaduk.
4) Goyangkan selama 1 menit.
5) Baca hasilnya, ada atau tidaknya aglutinasi.
c. HBsAg
Metoda : ELISA
Prinsip : HBsAg ELISA merupakan pemeriksaan berdasarkan metoda sandwich immunoassay.
Antibodi monoklonal spesifikterhadap HBsAg dilekatkan pada well sample kemudian serum
sampel yang mengandung HBsAg ditambahkan sehingga terbentuk ikatan antigen-antibodi,
selanjutnya ditambahkan anti HBs yang dilabel konjugat peroksidase sehingga terbentuk ikatan
komplek dan melepaskan peroksida yang bereaksi dengan chromogen membentuk senyawa
berwarna biru yang intensitasnya sebanding dengan konsentrasi HbsAg dalam sampel. Reaksi
dihentikan dengan penambahan asam sulfat sebagai stop solution sehingga warna berubah
menjadi kuning yang dibaca absorbannya dengan alat ELISA Plate Reader pada λ 450 nm dan
620 nm.
Alat dan bahan :
Inkubator
ELISA Plate reader
Mikropipet 1000 µl, 100 µl dan 50 µl
Rak well beserta penutupnya
Reagen kit HbsAg
Tip kuning
Washing solution
Sampel (serum)
Cara Kerja :
a) Reagen disimpan pada suhu ruangan sehingga suhunya sesuai dengan suhu ruangan.
b) Dipipet 50 µl serum , kontrol negatif dan kontrol positif ke dalam masing-masing well.
c) Ditambahkan 50 µl anti HBs peroksidase (enzim konjugat) pada masing-masing well.
d) Dicampurkan homogen kemudian inkubasi selama 80 menit pada suhu 370C.
e) Dicuci 6 kali dengan wash buffer.
f) Ditambahkan 50 µl substrat solution A dan 50 µl substrat solution B, pada masing-masing well,
dicampur homogen dan diinkubasi selama 15 menit pada suhu ruangan.
g) Ditambahkan pada masing-masing well 100 µl stop solution. Dibaca dengan ELISA Plate
Reader pada λ 450 nm dan 620 nm.
Interpretasi Hasil :
- Positif : > Cut Off
- Negatif : < Cut Off
Catatan : Cut Off = 0,250 + Absorban Kontrol Negatif
d. HbsAg Metoda Rapid
Prinsip : HBsAg dalam sampel akan berikatan dengan anti HBs colloidal
gold konjugat membentuk komplek yang akan bergerak melalui membran area tes yang telah
dilapisi oleh anti HBs. Kemudian terjadi reaksi membentuk garis berwarna merah muda
keunguan yang menunjukkan hasil positif.
Alat dan bahan :
Reagen rapid tes HbsAg
Mikropipet 100 µl
Sampel (serum)
Cara Kerja :
a) Disiapkan rapid tes, simpan pada permukaan mendatar
b) Tambahkan 3 tetes atau 100 µl serum pada well sampel
c) Ditunggu reaksi yang terjadi, hasil dibaca tidak lebih dari 20 menit.
Interpretasi Hasil :
Positif : jika terdapat garis pada bagian kontrol dan tes.
Negatif : jika terdapat garis pada bagian kontrol saja.
Selain menggunakan alat diatas, untuk pemeriksaan HbsAg bisa menggunakan alat Mini Vidas
yaitu :
1) Klik menu utama
2) Pilih Status Screen
3) Pilih section yang dikehendaki (A atau B)
4) Letakan reagen strip dan SPR pada section yang dikehendaki A atau B (misal section A)
5) ***pilih posisi yang dikehendaki, misal A1 (dengan menekan tombol 1 pada keypad)
6) Pilih sampel ID
7) Masukan identitas sampel (maksimal 12 angka/huruf), tekan enter
8) Lakukan hal yang sama (mulai tanda ***), untuk posisi A2 s/d A6
9) Setelah selesai, tekan Previous Screen
10) Pilih User ID
11) Tekan tombol Start
e. Anti HBs
Metoda : Rapid
Prinsip : Anti HBs dalam sampel akan berikatan dengan HbsAg yang dilabel dengan
partikel colloidal gold konjugat membentuk komplek yang akan bergerak melalui membran area
tes yang telah dilapisi oleh HBsAg. Kemudian terjadi reaksi membentuk garis berwarna merah
muda keunguan yang menunjukkan hasil positif.
Alat dan bahan :
Reagen rapid anti HBs
Micropipet 100 µl
Sampel (serum)
Cara Kerja :
a) Disiapkan rapid tes, simpan pada permukaan mendatar.
b) Tambahkan 3 tetes atau 100 µl serum pada well sampel.
c) Ditunggu reaksi yang terjadi, hasil dibaca tidak lebih dari 20 menit.
Interpretasi Hasil :
Positif : jika terdapat 2 garis pada bagian kontrol dan tes.
Negatif : jika terdapat 1 garis pada bagian kontrol saja.
f. IgM anti HBc
Metoda : ELISA
Prinsip : Hepalisa IgM anti HBc tes berdasarkan pada metoda sandwich
immunoassay. Ketika anti human IgM yang direkatkan pada well sample diinkubasi dengan
spesimen yang diencerkan, pada fase padat akan mengendap sejumlah IgM yang selanjutnya
diinkubasi dengan hepatitis B Viral solution dan anti HBc peroksidase solution, membentuk
ikatan komplek dan melepaskan peroksida yang bereaksi dengan chromogen membentuk
senyawa berwarna biru yang intensitasnya sebanding dengan konsentrasi IgM anti HBc dalam
sampel. Reaksi dihentikan dengan penambahan asam sulfat sebagai stop solution sehingga warna
berubah menjadi kuning yang dibaca absorbannya dengan alat ELISA Plate Reader pada λ 450
nm dan 620 nm.
Alat dan bahan :
Inkubator
ELISA Plate reader
Mikropipet 1000 µl, 500 µl, 100 µl, 50 µl dan 5µl
Rak well beserta penutupnya
Reagen kit IgM anti HBc
Tip kuning
Washing solution
Sampel (serum)
Cara Kerja :
a) Dilakukan pengenceran : 5 µl serum + 500 µl spesimen diluent.
b) Dimasukkan dalam well
100 µl kontrol positif
100 µl kontrol negatif
100 µl sampel yang sudah diencerkan
c) Ditutup, inkubasi selama 1 jam pada suhu 370C.
d) Dicuci sebanyak 6 kali dengan menggunakan washing.
e) Ditambah 50 µl HBc Reagen.
f) Ditambahkan 50 µl HBc peroksidase.
g) Ditutup, kemudian diinkubasi selama 1 jam pada suhu 370C, kemudian dicuci kembali sebanyak
6 kali.
h) Ditambahkan 50 µl HBc TMB A.
i) Ditambahkan 50 µl HBc TMB B.
j) Ditutup dan disimpan dalam suhu kamar selama 30 menit.
k) Ditambahkan 100 µl H2SO4 2N.
l) Dibaca dengan Plate Reader pada λ 450 nm dan 620 nm.
Perhitungan :
NCx = rata-rata absorban negatif kontrol
NCx harus < 0,1 Validasi
PCx = rata-rata absorban positif kontrol
PCx harus > 0,4 Validasi
PCx – NCx = P – N value harus > 0,3 Validasi
Cut off value = NCx + 0,25 PCx
Interpretasi Hasil :
Hasil Negatif : absorban < Cut off
Hasil Positif : absorban > Cut off
h. IgG DHF
Metoda : ELISA
Prinsip :IgG DHF yang terdapat pada sampel akan berikatan dengan anti human IgG yang
dilekatkan pada well sample. Kemudian ditambahkan HRP konjugat monoclonal antibodi
(Mab) sehingga terbentuk senyawa komplek dan melepaskan peroksida yang bereaksi dengan
chromogen membentuk senyawa berwarna biru yang intensitasnya sebanding dengan konsentrasi
IgG DHF dalam sampel. Reaksi dihentikan dengan penambahan asam sulfat sebagai stop
solution sehingga warna berubah menjadi kuning yang dibaca absorbannya dengan alat ELISA
Plate Reader pada λ 450 nm dan 620 nm.
Alat dan bahan :
- Inkubator
- ELISA Plate reader
- Mikropipet 1000 µl, 500 µl, 100 µl, 50 µl dan 5µl
- Rak well beserta penutupnya
- Reagen kit IgG DHF
- Tip kuning
- Washing solution
- Sampel (serum)
Cara Kerja :
a) Dipipet 1000 µl serum diluent dan 10 µl sampel serum, kontrol negatif, kontrol positif,
calibrator kedalam tabung reaksi.
b) Dikocok sampai homogen.
c) Dipipet 100 µl campuran tersebut dimasukkan ke dalam masing-masing sumur well.
d) Diinkubasi selama 30 menit pada suhu 370C.
e) Dicuci masing-masing dengan larutan pencuci sebanyak 6 kali.
f) Ditambahkan 100 µl enzim konjugat IgG.
g) Diinkubasi selama 30 menit pada suhu 370C, kemudian dicuci 6 kali.
h) Ditambahkan 100 µl TMB pada masing-masing well.
i) Diinkubasi selama 10 menit pada suhu ruangan.
j) Ditambahkan 100 µl H2SO4 2N.
k) Dibaca absorban dengan ELISA Reader.
Perhitungan :
Cut off (CO) = Absorban calibrator x faktor (0,62)
Interpretasi hasil :
- Negatif : jika absorban < Cut off
- Positif : jika absorban > Cut off
i. IgM DHF
Metoda : ELISA
Prinsip : IgM DHF yang terdapat pada sampel akan berikatan dengan anti human IgM yang
dilekatkan pada well sample.Kemudian ditambahkan HRP konjugat monoclonal antibodi
(Mab) sehingga terbentuk senyawa komplek dan melepaskan peroksida yang bereaksi dengan
chromogen membentuk senyawa berwarna biru yang intensitasnya sebanding dengan konsentrasi
IgM DHF dalam sampel. Reaksi dihentikan dengan penambahan asam sulfat sebagai stop
solution sehingga warna berubah menjadi kuning yang dibaca absorbannya dengan alat ELISA
Plate Reader pada λ 450 nm dan 620 nm.
Alat dan bahan :
- Inkubator
- ELISA Plate reader
- Mikropipet 1000 µl, 500 µl, 100 µl, 50 µl dan 5µl
- Rak well beserta penutupnya
- Reagen kit IgM DHF
- Tip kuning
- Washing solution
- Sampel (serum)
Cara Kerja :
a) Dipipet 1000 µl serum diluent dan 10 µl sampel serum, kontrol negatif, kontrol positif dan
calibrator ke dalam tabung reaksi.
b) Dikocok sampai homogen.
c) Dipipet 100 µl campuran tersebut dimasukkan ke dalam masing-masing sumur well.
d) Diinkubasi selama 1 jam pada suhu 370C.
e) Dicuci masing-masing dengan larutan pencuci sebanyak 6 kali.
f) Ditambahkan 100 µl enzim konjugat IgM.
g) Diinkubasi selama 1 jam pada suhu 370C, kemudian dicuci 6 kali.
h) Ditambahkan 100 µl TMB pada masing-masing well.
i) Diinkubasi selama 10 menit pada suhu ruangan.
j) Ditambahkan 100 µl H2SO4 2N.
k) Dibaca absorban dengan ELISA Reader.
Perhitungan :
Cut off (CO) = Absorban calibrator x faktor (0,62)
Interpretasi hasil :
Negatif : jika absorban < Cut off
Positif : jika absorban > Cut off
i. NS1 Antigen
Metoda : Rapid lateral flow immunochromatography
Prinsip : NS1 antigen akan membentuk komplek dengan partikel gold colloidal yang dilapisi
anti NS1 pada area sampel. Setelah terjadi migrasi pada strip maka komplek tersebut akan
ditangkap oleh anti NS1 di area tes membentuk ikatan yang menimbulkan garis berwarna
keunguan.
Alat dan bahan :
- Sampel ( serum, plasma)
- Reagen rapid NS1
- Mikropipet 50 µl
- Tip kuning
- Tabung reaksi
Cara kerja :
a) Siapkan tabung reaksi kecil.
b) Isi dengan 50 µl sampel.
c) Masukkan strip reagen secara vertikal dan tunggu selama 15 menit.
d) Amati reaksi yang terjadi.
Interpretasi hasil :
Negatif : jika hanya terdapat 1 garis di area kontrol
Positif : jika terdapat 2 garis di area tes dan kontrol
j. IgM Anti Salmonella
Cara Kerja :
1) Letakan reaction well strip tegak lurus diatas meja.
2) Pipet 40µl TUBEX TF Browen reagen ke semua wells.
3) Pipetkan 40µl TUBEX TF Control positif dan control negative serta serum pasien langsung
dicampur dengan menggerakan pipet naik turun 10 kali. Gunakan pipet baru untuk setiap sampel
kemudian inkubasi 2 menit.
4) Pipetkan 80µl Blue reagen TUBEX TF ke semua well. Tutup reaction well strip dengan sealing
tape.
5) Miringkan 90˚ dan kocok maju mundur selama 2 menit.
6) Letakan well strip diatas skala magnetic 5 menit.
7) Baca hasil pengujian dalam waktu 30 menit.
Interpretasi Hasil :
- ≤ 2 = Negatif
- 3 = Borderline
- 4 - 5 = Positif
6 - 10 = Positif kuat