Anda di halaman 1dari 20

JUDUL

Perencanaan dan Pemasangan Instalasi Saluran Udara


Tegangan Menengah (SUTM) 20 KV pada Laboratorium
Tegangan Menengah Program Studi Teknik Listrik
Politeknik Negeri Jakarta

TUGAS AKHIR

Muhammad Tegar Febriansyah

1317040124

PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

Politeknik Negeri Jakarta


APRIL 2020

JUDUL
Perencanaan dan Pemasangan Instalasi Saluran Udara
Tegangan Menengah (SUTM) 20 KV pada Laboratorium
Tegangan Menengah Program Studi Teknik Listrik
Politeknik Negeri Jakarta

TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Diploma Tiga

Muhammad Tegar Febriansyah

1317040124

PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

Politeknik Negeri Jakarta


POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

APRIL 2020

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. Penulisan
Tugas Akhir ini dengan judul “Perencanaan dan Pemasangan Instalasi Saluran
Udara Tegangan Menengah (SUTM) 20 kV pada Laboratorium Tegangan
Menengah Program Studi Teknik Listrik Politeknik Negeri Jakarta” dilakukan
dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Diploma Tiga
Politeknik. Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan tugas akhir ini, sangatlah
sulit bagi penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Drs. Asrizal Tatang, S.T., M.T. dan Drs. Indra Z, S.T., M.Kom selaku
Dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran
untuk mengarahkan penulis dalam penyusunan tugas akhir ini;
2. Storeman Laboratorium dan Bengkel Listrik yang telah memberikan
fasilitas mengenai hal hal yang penulis perlukan dalam pelaksanaan tugas
akhir ini;
3. Orang tua dan keluarga penulis yang telah memberikan bantuan dukungan
material dan moral;
4. Teman-teman kelompok tugas akhir selaku partner yang telah membantu
dalam pembuatan tugas akhir ini dan teman-teman Teknik Listrik 2017
khususnya kelas TL 6C yang telah memberikan dukungan semangat,
moral, serta doa sehingga laporan Tugas Akhir ini dapat selesai.
Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga Tugas Akhir
ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.
Depok,April 2020

Politeknik Negeri Jakarta


Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan akan tenaga listrik selalu bertambah, tenaga listrik dibutuhkan


untuk menunjang pembangunan dan mendorong kemajuan masyarakat. Dimana
kita bangsa Indonesia telah memasuki era industrialisasi. Listrik merupakan faktor
penting untuk mewujudkan keadilan dan kemakmuran masyarakat di segala
bidang baik di bidang sektor pembangunan perekonomian, teknologi, dan
pendidikan.

Sistem ketenagalistrikan secara keseluruhan meliputi bagian


pembangkitan, transmisi, dan distribusi. Sistem distribusi berfungsi untuk
menyalurkan dan mendistribusikan energi listrik dari gardu distribusi sisi
sekunder sampai dengan tiang akhir jaringan distribusi tegangan rendah hingga
sampai kepada konsumen pemanfaat tenaga listrik.Berdasarkan sistem
penyalurannya, jaringan distribusi pada sistem kelistrikan diklasifikasikan
jenisnya menjadi saluran bawah tanah (underground lines) yang diantaranya
Saluran Kabel Tegangan Rendah (SKTR) dan Saluran Kabel Tegangan Menengah
(SKTM), juga terdapat saluran udara (overhead lines) yang diantaranya Saluran
Udara Tegangan Rendah (SUTR) dan Saluran Udara Tegangan Menengah
(SUTM).

Menurut Buku PLN V tentang Standar Konstruksi Jaringan Tegangan


Menengah Tenaga Listrik, Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)
merupakan konstruksi termurah untuk penyaluran tenaga listrik pada daya yang
sama. Konstruksi ini terbanyak digunakan untuk konsumen jaringan Tegangan
Menengah yang digunakan di Indonesia. Ciri utama jaringan ini adalah
penggunaan penghantar telanjang yang ditopang dengan isolator pada tiang

Politeknik Negeri Jakarta


besi/beton. Penggunaan penghantar telanjang, dengan sendirinya harus
diperhatikan faktor yang terkait dengan keselamatan ketenagalistrikan seperti
jarak aman minimum yang harus dipenuhi penghantar bertegangan 20 kV tersebut
antar Fase atau dengan bangunan atau dengan tanaman atau dengan jangkauan
manusia. Termasuk dalam kelompok yang diklasifikasikan SUTM adalah juga
bila penghantar yang digunakan adalah penghantar dengan bahan utama tembaga
(Cu) atau alluminium (Al) yang dipilin bulat padat yang pilihannya adalah AAC
atau AAAC. Sebagai akibat tingginya harga tembaga dunia, saat ini belum
memungkinkan penggunaan penghantar berbahan tembaga sebagai pilihan yang
baik.

Pada bidang pendidikan, Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)


merupakan salah satu hal yang dipelajari mahasiswa mengenai jaringan distribusi
tenaga listrik khususnya di jurusan Teknik Elektro program studi Teknik Listrik.
Rancang bangun Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) pada Laboratorium
Tegangan Menengah Program Studi Teknik Listrik Politeknik Negeri Jakarta
dapat dijadikan solusi bagi mahasiswa, dosen, dan juga lembaga pendidikan untuk
melakukan pembelajaran dan mengetahui secara langsung mengenai jaringan
distribusi tenaga listrik yang bermanfaat bagi mahasiswa untuk kedepannya dan
juga dapat dijadikan sebagai sarana yang memudahkan untuk uji kompetensi atau
uji sertifikasi mengenai Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) pada
jaringan distribusi tegangan menengah.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang ada dalam merencanakan dan
menginstalasi SUTM 20KV, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1.2.1 Bagaimana perancangan instalasi Saluran Udara Tegangan Menengah
(SUTM) 20 KV?
1.2.2 Bagaimana penginstalasian Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)
20 KV?
1.2.3 Bagaimana pemilihan komponen Saluran Udara Tegangan Menengah
(SUTM) 20 KV?

Politeknik Negeri Jakarta


Politeknik Negeri Jakarta
1.3 Tujuan
Dalam penulisan laporan tugas akhir ini ada beberapa tujuan yang hendak
dicapai oleh penulis, diantaranya adalah :
1.3.1 Merancang SUTM 20 KV pada Laboratorium Tegangan Menengah
Program Studi Teknik Listrik.
1.3.2 Menginstalasi SUTM 20KV pada Laboratorium Tegangan Menengah
Program Studi Teknik Listrik.
1.3.3 Membuat perhitungan pemilihan komponen SUTM 20 KV pada
Laboratorium Tegangan Menengah Program Studi Teknik Listrik.

1.4 Luaran
Sesuai dengan hasil pembahasan pada rumusan masalah, maka luaran yang
dihasilkan dari tugas akhir ini dapat berupa :
1.4.1 Dokumen laporan tugas akhir dan jurnal ilmiah,
1.4.2 Dokumen perancangan SUTM 20 KV,
1.4.3 Inatalasi SUTM 20 KV sebagai sarana praktek mahasiswa prodi teknik
listrik PNJ,
1.4.4 Instalasi SUTM 20 KV sebagai Tempat Uji Kompetenasi (TUK ) bagi
praktisi ketenagalistrikan.

1.5 Sistematika Penulisan


Agar pembahasan masalah dapat dilakukan dengan sistematis, maka penulisan
dilakukan dengan susunan sebagai berikut :
Pada BAB I adalah pendahuluan, berisi latar belakang, perumusan masalah,
tujuan penulisan, luaran dan sistemamtika penulisan.
BAB II Tinjauan Pustaka yang menjelaskan konsep dasar dan jurnal yang
berisikan penjelasan mengenai sistem distribusi tenaga listrik, komponen utama
Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM), karakteristik listrik Saluran Udara
Tegangan Menengah (SUTM), dan tegangan jatuh.
BAB III membahas Perancangan dan Penginstalasian yang berisikan standar
konstruksi, gambar rancangan, Bill of Quantity, dan teknis penginstalasian Saluran
Udara Tegangan Menengah.

Politeknik Negeri Jakarta


BAB IV berisi hasil Perancangan dan Penginstalasian, Analisis Pemilihan
Komponen dan perhitungan teknis komponen Saluran Udara Tegangan
Menengah. BAB V berisi kesimpulan yang diambil dari hasil dan pembahasan
yang telah dilakukan serta saran untuk pengembangan selanjutnya di masa yang
akan datang.

Politeknik Negeri Jakarta


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada pendistribusian tenaga listrik ke pengguna tenaga listrik di suatu


kawasan, penggunaan sistem Tegangan Menengah sebagai jaringan utama adalah
upaya utama menghindarkan rugi-rugi penyaluran (losses) dengan kwalitas
persyaratan tegangan yang harus dipenuhi oleh PT PLN Persero selaku pemegang
Kuasa Usaha Utama sebagaimana diatur dalam UU ketenagalistrikan No 30 tahun
2009[ CITATION PTP101 \l 1057 ].

2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik

Suatu sistem tenaga listrik terbagi atas tiga bagian utama, yaitu pusat
pembangkit, saluran transmisi, dan distribusi . Tenaga listrik yang dibangkitkan
melalui pembangkit kemudian disalurkan melalui sistem penyaluran distribusi
tenaga listrik dari pusat pembangkit ke pusat beban.

Pada penyaluran tenaga listrik setelah melewati saluran transmisi maka


tenaga listrik akan memasuki Gardu Induk (GI), pada Gardu Induk (GI) tegangan
akan diturunkan dengan trafo penurun tegangan (step down transformer) menjadi
tegangan primer distribusi yaitu 20 KV. Setelah melewati saluran distribusi
primer tenaga listrik tegangannya diturunkan kembali oleh trafo distribusi menjadi
tegangan rendah dengan tegangan 380/220 Volt sebagai Jaringan Tegangan
Rendah (JTR) dan kemudian disalurkan ke konsumen Sambungan Rumah (SR)
yang merupakan sistem distribusi tenaga listrik yang berfungsi mendistribusikan
tenaga listrik dari Gardu Induk ke pusat-pusat beban.

Peran utama dari sistem distribusi tenaga listrik adalah menyalurkan


energi listrik secara andal dan terus menerus dari sistem transmisi menuju ke
pelanggan atau pusat-pusat beban pengguna tenaga listrik.

Politeknik Negeri Jakarta


2.2 Komponen Utama Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)

Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) sebagai konstruksi dalam


penyaluran tenaga listrik tegangan menengah mempunyai ciri penghantar
telanjang (bare conductor) yang ditopang dengan isolator pada tiang besi/beton.
Penggunaan penghantar telanjang (bare conductor) pada SUTM harus
memperhatikan faktor yang terkait dengan keselamatan ketenagalistrikan seperti
jarak aman antar fasa dengan fasa lainnya maupun jarak dengan bangunan,
tanaman dan jangkauan manusia. [1]

Gambar 2.1 Saluran Udara


Tegangan Menengah (SUTM)

2.2.1 Konstruksi Tiang


SUTM

Komponen
konstruksi utama pada Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) dalam
penyaluran tenaga listrik perlu memperhatikan keamanan sesuai standar
secara elektris dan mekanis dapat dilihat dari kebutuhan beban atau daya
tenaga listrik yang akan disalurkan, komponen-komponen utama konstruksi
saluran udara tegangan menengah dapat dihitung dengan mempertimbangkan
keadaan kondisi dan lingkungan setempat, sehingga dapat menentukan
komponen konstruksi yang dibutuhkan.

2.2.1.1 Tiang Sangga

Politeknik Negeri Jakarta


Tiang sangga atau tiang listrik pada jaringan distribusi
digunakan untuk penopang saluran jaringan distribusi sistem jaringan
udara yang biasa berupa tiang besi dan tiang beton bulat, tiang tersebut
mempunyai standar berbentuk tabung bagian atas tertutup dengan
memotong bagian yang tampak. (SPLN 1997) adalah :

a. Panjang keseluruhan tiang : 9, 11, dan 13 meter.


b. Tinggi diukur dari permukaan tanah 7,5 meter, 9 meter, dan
11 meter atau 1/6 dari tinggi tiang.
c. Beban kerja 10 cm dibawah puncak tertinggi tiang : 200
daN, 500 daN, 800 daN, dan 1200 daN.

Tabel 2.1 Sepesifikasi Tiang Besi SUTM

Politeknik Negeri Jakarta


Gambar 2.2
Tiang Besi
SUTM

Tabel 2.2 Spesifikasi Tiang Beton SUTM

Karakteristik tiang beton dan tiang besi pada dasarnya adalah


sama, perbedaan antar kedua jenis tiang hanya pada bentuknya saja.
Keuntungan dan kerugian tiang berdasarkan bahannya dapat dilihat
pada tabel 2.3.

Politeknik Negeri Jakarta


Tabel. 2.3 Karakteristik Utama Tiang Besi dan Tiang Beton

Keuntungan Tiang Besi Tiang Beton


- Ringan - Kekuatan puncak besar
- Ukuran Lebih Kecil - Pemeliharaan praktis nol
- Lebih mudah - Umur praktis tidak
pemasangannya terbatas

Kerugian - Mudah Berkarat - Rapuh gampang pecah /


- Harganya lebih patah
mahal - Berat, pada daerah
berbukit sulit dipasang
- Transportasinya sulit
- Mendirikan / menanam
perlut alat- alat khusus
dan keahlian

2.2.1.2 Kawat Penghantar

Penghantar Telanjang (BC : Bare Conductor) adalah


konduktor yang mengalirkan listrik pada saluran udara tegangan
menengah yang berbahan utama tembaga (Cu) atau alluminium (Al)
dibentuk dengan dipilin bulat padat, sesuai SPLN 42-10 : 1986 dan
SPLN 74 : 1987. Pemilihan konduktor yang memenuhi diantaranya
seperti :

a. Penghantar AAC

AAC (All Alluminium Conductor), yaitu penghantar yang


terbuat dari kawat-kawat aluminium keras yang dipilin, tidak
berisolasi dan tidak berinti baja. Kabel jenis ini bentuknya
berurat banyak dengan ukuran luas penampang
antara 16 – 1000 mm2.

Politeknik Negeri Jakarta


Gambar 2.2 Penghantar AAC

b. Penghantar AAAC

AAAC (All Alluminium Alloy Conductor) adalah penghantar


yang terbuat dari kawat-kawat aluminium campuran yang
dibentuk dengan dipilin, tidak berisolasi dan tidak berinti.
Kabel penghantar jenis AAAC mempunyai ukuran diameter
antara 1,50 – 4,50 mm, dengan mempunyai bentuk fisik yang
berurat banyak.

Gambar 2.3Penghantar AAAC

Jenis dan ukuran kawat penghantar yang akan digunakan adalah AAAC
dengan luas penampang 70 mm2. Untuk menentukan resistansi dan reaktansi
jaringan dihitung berdasarkan tabel 2.4.

Politeknik Negeri Jakarta


Tabel 2.4 Karakteristik Listrik AAAC

2.2.1.3 Andongan Kawat

Berdasarkan diameter konduktor AAAC 70 mm2 dengan


panjang gawang antara tiang rata-rata sepanjang 50 meter maka lebar
andongan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut.

Jarak tiang / gawang (S) : 50 meter

Berat penghantar (W) : 0,208 Kg/m

Tegangan / renggangan mendatar dari penghantar (T) : 198 daN = 198


Kg maka dapat dihitung andongan dari penghantar :

2
W . S2 0,208(50) 520
D= = =
8 .T 8 x 198 1584

Jadi andongan yang diperoleh adalah 3,3 cm. Dari perhitungan diatas,
maka dapat dicari panjang penghantar

Politeknik Negeri Jakarta


Gambar 2.3 Bentuk Andongan Jaringan Distribusi

Berdasarkan rumus diatas maka besarnya andongan untuk setiap


lebar gawang, dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.4 Ukuran Tinggi Tiang dan Panjang Gawang

Tinggi Tiang Jaringan Panjang gawang


11 meter 40 – 65 meter
12 meter 65 – 90 meter
13 meter 90 – 110 meter

2.2.1.4 Penentuan Cross Arm

Berdasarkan tegangan nominal jaringan SUTM 20 KV


yang direncanakan, maka dipilih Cross Arm standar Internasional
spesifikasi Besi UNP 100.50.5.2000 / 80.45.5.2000 mm, Panjang 1800,
2000 mm. Semua komponen diberi galvanis hot dip dengan ketebalan
70 mikron.

Gambar 2.4 Cross Arm SUTM

2.2.15 Ruang Bebas (Right of Way) dan Jarak Aman (Safety Distance)

Jarak aman adalah jarak antara bagian aktif/fase dari


jaringan terhadap benda-benda disekelilingnya baik secara mekanis atau
elektromagnetis yang tidak memberikan pengaruh membahayakan.
Khusus terhadap jaringan telekomunikasi, jarak aman minimal adalah 1
meter baik vertikal maupun horizontal. Bila dibawah JTM terdapat JTR,
jarak minimal antara JTM dengan kabel JTR dibawahnya minimal 120
cm. Secara rinci Jarak aman jaringan terhadap bangunan lain dapat
dilihat pada tabel 2.5.

Politeknik Negeri Jakarta


Tabel 2.5 Jarak Aman SUTM

No. Uraian Pemakaian


1. Terhadap permukaan jalan raya ≥ 6 meter
2. Balkon rumah ≥ 2,5 meter
3. Atap rumah ≥ 2 meter
4. Dinding bangunan ≥ 2,5 meter
5. Antena TV / radio, menara ≥ 2,5 meter
6. Pohon ≥ 2,5 meter
7. Lintasan kereta api ≥ 2 meter dari atap kereta
8. Underbuilt TM-TM ≥ 1 meter
9. Underbuilt TM-TR ≥ 1 meter

2.2.1.6 Isolator

Pada jaringan Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM),


isolator pengaman penghantar bertegangan dengan tiang penopang atau
travers dibedakan untuk jenis konstruksi dan fungsinya adalah :

a. Isolator Jenis Pos (Line-Post Insulator)


Isolator Jenis Pos (Line-Post Insulator) berfungsi
untuk digunakan pada tiang lurus (tangent pole), terdapat
lekukan-lekukan pada permukaannya untuk mengurangi
terjadinya hantaran pada isolator.

Gambar 2.5
Isolator Jenis Pos (Line-Post Insulator)

Politeknik Negeri Jakarta


Isolator jenis pos ini bagian atasnya terdapat cap dan
bagian bawah diberi pasak yang terbuat dari bahan besi atau
baja, isolator jenis pos ini terbuat dari bahan
poselen/keramik.

b. Isolator Tarik (Long-Rod Insulator)


Isolator Tarik (Long-Rod Insulator) digunakan pada
tiang akhir/ujung (deadend pole) dikarenakan kokoh dan kuat
dalam penggandengannya, terbuat dari poselen/keramik serta
tidak ada kemungkinan lepas dari gandengannya, karena pada
ujungnya terikat oleh mur dan baut.

Gambar 2.5 Isolator


Tarik (Long-Rod Insulator)

2.2.2 Drop Tegangan Jaringan

Menghitung drop tegangan diperlukan data hasil perhitungan


impedansi dan arus jaringan tiap cabang, drop tegangan jaringan dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan :

VD = I R x Z (Volt)

Politeknik Negeri Jakarta


Data dari hasil pengukuran beban puncak pada feeder diambil dari
perhitungan drop tegangan antara titik satu dengan titik lainnya.

2.2.2.1 Tegangan Penerimaan

Untuk menghitung tegangan penerimaan dibutuhkan


data tegangan sumber dan data perhitungan drop tegangan
jaringan. Tegangan penerimaan dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan berikut :

VR = VS - VD (Volt)

2.2.2.2 Regulasi Tegangan Jaringan

Untuk menghitung regulasi tegangan jaringan


dibutuhkan data hasil perhitungan tegangan penerimaan
sampai ujung jaringan. Regulasi tegangan dapat dihitung
menggunakan persamaan sebagai berikut :

% Regulasi =

Contoh perhitungannya yaitu jaringan distribusi primer


feeder dengan tegangan pengiriman 20KV dari Gardu Hubung
(GH) diperoleh tegangan penerimaan pada ujung jaringan
18,69 KV, maka regulasi tegangan jaringan distribusi
primernya adalah :

Politeknik Negeri Jakarta


Politeknik Negeri Jakarta

Anda mungkin juga menyukai