Anda di halaman 1dari 16

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN SISTEM IMUNITAS

PADA KASUS DERMATITIS

DISUSUN OLEH:

NOPINAH (023SYE15)

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG DIII

2018
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN SISTEM IMUNITAS
PADA KASUS DERMATITIS

A. Konsep Medis
1. Definisi Penyakit
Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respons
terhadap pengaruh factor eksogen dan atau factor endogen, menimbulkan kelainan
klinis berupa eflorensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama,
likenifikasi) dan keluhan gatal. Dermatitis cenderung residif dan menjadi kronis .
(NANDA NIC-NOC. 2015).Dermatitis adalah peradangan pada kulit (imflamasi
pada kulit) yang disertai dengan pengelupasan kulit ari dan pembentukan sisi.
2. Klasifikasi
a. Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak adalah dermatitis yang disebabkan oleh bahan/substansi
yang menempel pada kulit. Dermatitis yang muncul dipicu alergen (penyebab
alergi) tertentu seperti racun yang terdapat pada tanaman merambat atau
detergen.Indikasi dan gejala antara kulit memerah dan gatal. Jika memburuk,
penderita akan mengalami bentol-bentol yang meradang. Disebabkan kontak
langsung dengan salah satu penyebab iritasi pada kulit atau alergi.Contohnya
sabun cuci/detergen, sabun mandi atau pembersih lantai.Alergennya bisa
berupa karet, logam, perhiasan, parfum, kosmetik atau rumput.
b. Neuro Dermatitis
Timbul karena goresan pada kulit secara berulang, bisa berwujud kecil, datar
dan dapat berdiameter sekitar 2,5 sampai 25 cm. Penyakit ini muncul saat
sejumlah pakaian ketat yang kita kenakan menggores kulit sehingga iritasi.
Iritasi ini memicu kita untuk menggaruk bagian yang terasa gatal.Biasanya
muncul pada pergelangan kaki, pergelangan tangan, lengan dan bagian
belakang dari leher.
c. Seborrheic Dermatitis
Kulit terasa berminyak dan licin, melepuhnya sisi-sisi dari hidung, antara
kedua alis, belakang telinga serta dada bagian atas. Dermatitis ini seringkali
diakibatkan faktor keturunan, muncul saat kondisi mental dalam keadaan stres
atau orang yang menderita penyakit saraf seperti Parkinson.
d. Dermatitis Stasis
Merupakan dermatitis sekunder akibat insufisiensi kronik vena(atau hipertensi
vena) tungkai bawah. (Adhi Djuanda,2005). Yang muncul dengan adanya
varises, menyebabkan pergelangan kaki dan tulang kering berubah warna
menjadi memerah atau coklat, menebal dan gatal.Dermatitis muncul ketika
adanya akumulasi cairan di bawah jaringan kulit. Varises dan kondisi kronis
lain pada kaki juga menjadi penyebab
e. Dermatitis Atopik
Merupakan keadaan peradangan kulit kronis dan resitif, disertai gatal yang
umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak, sering berhubungan
dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga
atau penderita (D.A, rinitis alergik, atau asma bronkial). Kelainan kulit berupa
papul gatal yang kemudian mengalami ekskoriasi dan likenifikasi,
distribusinya dilipatan (fleksural).
3. Etiologi
Penyebab dermatitis belum diketahui secara pasti.Sebagian besar merupakan
respon kulit terhadap agen-agen misal nya zat kimia, bakteri dan fungi selain itu
alergi makanan juga bisa menyebabkan dermatitis.Respon tersebut dapat
berhubungan dengan alergi. Penyebab Dermatitis secara umum dapat dibedakan
menjadi 2 yaitu :
a. Luar (eksogen) misalnya bahan kimia (deterjen, oli, semen, asam, basa), fisik
(sinar matahari, suhu), mikroorganisme (mikroorganisme, jamur).
b. Dalam (endogen) misalnya dermatitis atopik
Sejumlah kondisi kesehatan, alergi, faktor genetik, fisik, stres, dan iritasi dapat
menjadi penyebab eksim.Masing-masing jenis eksim, biasanya memiliki
penyebab berbeda pula. Sering kali, kulit yang pecah-pecah dan meradang
yang disebabkan eksim menjadi infeksi. Jika kulit tangan ada strip merah
seperti goresan, kita mungkin mengalami selulit infeksi bakteri yang terjadi di
bawah jaringan kulit. Selulit muncul karena peradangan pada kulit yang
terlihat bentol-bentol, memerah, berisi cairan dan terasa panas saat disentuh
dan selulit muncul pada seseorang yang sistem kekebalan tubuhnya tidak
bagus.
4. Tanda dan Gejala
Pada umumnya manifestasi klinis dermatitis adanya tanda-tanda radang akut
terutama pruritus (gatal), kenaikan suhu tubuh, kemerahan, edema misalnya pada
muka (terutama palpebra dan bibir), gangguan fungsi kulit dan genitalia eksterna.
a. Stadium akut : kelainan kulit berupa eritema, edema, vesikel atau bula, erosi
dan eksudasi sehingga tampak basah.
b. Stadium subakut : eritema, dan edema berkurang, eksudat mengering menjadi
kusta.
c. Stadium kronis : lesi tampak kering, skuama, hiperpigmentasi, papul dan
likenefikasi.
Stadium tersebut tidak selalu berurutan, bisa saja sejak awal suatu dermatitis
sejak awal memberi gambaran klinis berupa kelainan kulit stadium kronis.
5. Patofisiologi
Dermatitis kontak alergik termasuk reaksi tipe IV ialah hipersenitivitas tipe
lambat.Patogenesisnya melalui dua fase yaitu fase indukdi (fase sensitisasi) dan
fase elisitasi.Fase induksi ialah saat kontak pertama alergen dengan kulit sampai
limfosit mengenal dan memberikan respon, memerlukan 2-3 minggu. Fase
elesitasin ialah saat terjadi pajanan ulang dengan alergen yang sama atau serupa
sampai timbul gejala klinis.
Pada fase induksi, hapten (proten tak lengkap) berfenetrasi ke dalam kulit dan
berikatan dengan protein barier membentuk anti gen yang lengkap. Anti gen ini
ditangkap dan diproses lebih dahulu oleh magkrofak dan sel Langerhans,
kemudian memacu reaksi limfoisit T yang belum tersensitasi di kulit, sehingga
terjadi sensitasi limposit T, melalui saluran limfe, limfosit yang telah tersensitasi
berimigrasi ke darah parakortikal kelenjar getah bening regional untuk
berdiferensiasi dan berfoliferasi membentuk sel T efektor yang tersensitasi secara
spesifik dan sel memori. Kemudian sel-sel tersebut masuk ke dalam sirkulasi,
sebagian kembali ke kulit dan sistem limfoid, tersebar di seluruh tubuh,
menyebabkan keadaan sensetivitas yang sama di seluruh kulit tubuh.Pada fase
elisitasi, terjadi kontak ulang dengan hapten yang sama atau serupa. Sel efektor
yang telah tersensitisasi mengeluarkan limfokin yang mampu menarik berbagai sel
radang sehingga terjadi gejala klinis.
Pathway

Sabun, detergen, zat kimia allergen: s.sensitizen

Iritan primer sel langerhans & makrofag

Gangguan
Mengiritasi kulit Sel T
integritas kulit

Peradangan kulit(lesi) Sensitasi sel T oleh saluran limfe Terpajang ulang

Reaksi hipersensitivitas IV

sel efektor mengeluarkan

limfokin
Risiko nyeri Gangguan
infeksi citra tubuh
Gejala klinis: gatal, panas,

kemerahan pada kulit

Gangguan pola tidur


6. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis gangguan
integument yaitu :
a. Biopsi kulit
Biopsi kulit adalah pemeriksaan dengan cara mengambil cintih jaringan dari
kulit yang terdapat lesi.Biopsi kulit digunakan untuk menentukan apakah ada
keganasan atau infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan jamur.
b. Uji kultur dan sensitivitas
Uji ini perlu dilakukan untuk mengetahui adanya virus, bakteri, dan jamur pada
kulit.Kegunaan lain adalah untuk mengetahui apakah mikroorganisme tersebut
resisten pada obat – obat tertentu.Cara pengambilan bahan untuk uji kultur
adalah dengan mengambil eksudat pada lesi kulit.
c. Pemeriksaan dengan menggunakan pencahayaan khusus
Pemeriksaan kulit perlu mempersiapkam pencahayaan khusus sesuai
kasus.Faktor pencahayaan memegang peranan penting.
d. Uji temple
Uji ini dilakukan pada klien yang diduga menderita alergi, untuk mengetahui
apakah lesi tersebut ada kaitannya dengan factor imunologis, untuk
mengidentifikasi respon alergi.Uji ini menggunakan bahan kimia yang
ditempelkan pada kulit, selanjutnya dilihat bagaimana reaksi local yang
ditimbulkan, apabila ditemukan kelainan pada kulit, maka hasil nya positif.
7. Penatalaksanaan Medis
a. Dermatitis kontak
1) Hindari kontak lebih lanjut dengan zat atau benda penyebab dermatitis
kontak
2) Pada tipe iritan, basuhlah bagian yang terkena dengan air mengalir sesegera
mungkin intermiten
3) Jika sampai terjadi lecet, tanganilah seperti menangani luka bakar.
4) Obat anti histamin oral untuk mengurangi rasa gatal dan perih yang
dirasakan.
5) Kortikosteroid dapat diberikan secara topikal, oral, atau intravena sesuai
dengan tingkat keparahannya.
b. Dermatitis atopik
1) Menghindar dari agen pencetus seperti makanan, udara panas/dingin,
bahan-bahan berbulu.
2) Hindari kulit dengan berbagai jenis pelembab antara lain krim hidrofolik
urea 10% atau pelembab yang mengandung asam laktat dengan konsentrasi
kurang dari 5%.
3) Kortikosteroid topikal potensi rendah diberi pada bayi, daerah intertriginos
dan daerah genitalia. Kortikosteroid potensi menengah dapat diberi pada
anak dan dewasa. Bila aktifitas penyakit telah terkontrol. Kortikosteroid
diaplikasikan intermiten, umumnya dua kali seminggu. Kortikosteroid oral
hanya dipakai untuk mengendalikan DA eksaserbasi akut. Digunakan
dalam waktu singkat, dosis rendah, diberi selang-seling. Dosis diturunkan
secara tapering. Pemakaian jangka panjang akan menimbulkan efek
samping dan bila tiba-tiba dihentikan akan timbul riebound phenomen.
4) Antihistamin topikal tidak dianjurkan pada DA karena berpotensi kuat
menimbulkan sensitisasi pada kulit. Pemakaian krim doxepin 5% dalam
jangka pendek (1 minggu) dapat mengurangi gatal tanpa sinsitisasi, tapi
pemakaian pada area luas akan menimbulkan efek samping sedatif.
5) Pemberian antibiotika berkaitan dengan ditemukannya peningkatan
kolonis. Aureus pada kulit penderita DA. Dapat diberi eritromesin,
asitromisin atau kaltromisin. Bila ada infeksi virus dapat diberi asiklovir 3
x 400 mg/hari selama 10 hari atau 4 x 200 mg/hari untuk 10 hari.
c. Neurodermatitis sirkumskripta
1) Pemberian kortikosteroid dan antihistamin oral bertujuan untuk
mengurangi reaksi inflamasi yang menimbulkan rasa gatal, pemberian
steroid topical juga membantu mengurangi hyperkeratosis. Pemberian
steroid topical mid-potent diberikan pada reaksi radang yang akut, tidak
direkomendasikan untuk daerah kulit yang tipis (vulva, scrotum, axilla dan
wajah), pada pengobatan jangka panjang digunakan steroid yang lowpoten,
pemakaian high-potent steroid hanya dipakai kurang dari 3 minggu pada
kulit.
2) Anti-depresan atau Anti-anxiety sangat membantu pada sebagian orang dan
perlu pertimbangan untuk pemberiannya.
3) Jika terdapat suatu infeksi sekunder dapat diberikan antibiotik topikal
ataupun oral.
d. Dermatitis numularis
1) Bila kulit kering diberi pelembab atau emolien
2) Secara topical lesi  dapat diobati dengan obat antiinflamasi, misalnya
preparat ter, glukokortikoid, takrolimus, atau pimekrolimus.
3) Kalau ditemukan infeksi bakterial, diberikan antibiotik secara sistemik.
4) Kortikosteroid sistemik hanya diberikan pada kasus yang berat dan
refrakter, dalam jangka pendek.
e. Dermatitis statis
1) Diuretik
2) Imunosupresan
3) Istirahat
4) Kortikosteroid
5) Pelembab
6) Terapi kompresi
B.Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
Meliputi nama, umur (Dermatitis kontak dapat terjadi pada semua orang di semua
umur sering terjadi pada remaja dan dewasa muda dapat terjadi pada pria dan
wanita), alamat, tempat tanggal lahir, pendidikan, suku, agama, diagnosa medis,
jenis kelamin, pendidikan, status pernikahan, dan identitas keluarga yang
bertanggung jawab.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama :
Pada penderita dermatitis biasanya akan ditemukan keluhan gatal pada kuli,
suhu tubuh meningkat/demam, kemerahan, kering, edema disertai nyeri, dan
rasa terbakar pada kulit. Keluhan tersebut bisamuncul tergantung bagaimana
respon kulitdari masing-masing orang.
2) Riwayat penyakit sekarang :
Biasanya penderita dengan dermatitis akan mengalami rasa gatal-gatal pada
kulit yang dapat menimbulkan lesi akibat adanya infeksi sehingga suhu tubuh
bisa meningkat/demam, kemerahan, edema disertai rasa nyeri, rasa
terbakar/panas pada kulit.Keluha-keluhan yang muncul dan tidak bisa
ditangani oleh penderita sehingga penderita harus datang ke pelayanan
kesehatan.
3) Riwayat penyakit dahulu :
Biasanya pada pasien dengan dermatitis juga bisa disebakan oleh adanya
riwayat alergi terhadap bahan-bahan tertentu, kemudian juga dilihat dari
sensitivitas kulit seseorang itu sendiri.
4) Riwayat penyakit keluarga :
Pada penderita dermatitis ditanyakan apakah ada penyakit keluarga yang sama
dengan yang dialami penderita, selain itu pada anak-anak sering ditemukan
alergi terhadap bahan tertentu yang mungkin diketahui oleh keluarganya.
c. Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Biasanya pada penderita dermatitis tidak begitu paham dengan kondisi
kesehatan terutama terhadap alergi bahan-bahan kimia yang dapat menimbulka
dermatitis. Jika penderita merasakan keluhan biasanya pasien minum obat dan
apabila penyakitnya tidak sembuh pasienpergi ke pelayanan kesehatan
2) Pola nutrisi dan metabolik
Biasanya pada penderita dermatitis bisa ditemukan nafsu makan terganggu
karena penyakit yang rasakan seperti rasa panas, demam dan nyeri bagian kulit
yang biasanya membuat nafsu makan turun tetapi tergantung dari masing-
masin idividu yang mengalami.
3) Pola eliminasi
Pada penderita dermatitis biasanya tidak ditemukan gangguan pada pola
eliminasi, kecuali dermatitis timbul pada bagian genital sehingga membuat
penderita takut untuk BAK.
4) Pola aktivitas dan latihan
Biasanya pada penderita dermatitis tidak mengganggu aktivitas sehari-hari
tetapi tergantung dari tingkat keparahan penyakit dan rasa nyeri atau lokasi
sakit yang dirasakan.
5) Pola tidur dan istirahat
Biasanya pada pola istirahat penderita dermatitis terjadi gangguan pola tidur
dikarenakan rasa nyeri dan rasa gatal ataupun rasa terbakar yang dialami
6) Pola hubungan dan peran
Biasanya hubungan dengan keluarga,teman dan tetangga terganggu karena
penyakitnya yang dirasakan.
7) Pola sensori dan kognitif
Biasanya pada penderita dermatitis tidak ditemukan ganngguan tetapi
tergantung dari masing-masing individu yang mengalami penyakit tersebut..
8) Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya pada penderita dermatitis status mental sadar, bicara normal, masih
mampu berinteraksi social .
9) Pola reproduksi dan seksual
Biasanya penderita dermaitis merasa terganggu dengan pola seksual jika
penyakit tersebut menyerang bagian genetalia
10) Pola penanggulangan stress
Biasanyapada penderita dermatitis mangatasi rasa nyeri dengan mengkonsumsi
obat anti nyeri dan karena nyeri yang dirasakan biasanya akan meningkatkan
emosi dan rasa khawatir klien tentang penyakitnya.
11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Biasanya pada penederita dermatitis menyebabkan malaise, demam, rasa panas
pada kulit sehingga bisa membuat rutinitas ibadah penderita terganggu.
d. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum penderita bergantung pada luas, lokasi timbulnya lesi atau
kemerahan pada kulit, dankekuatan daya tahan tubuh. TTV biasanya penderita
mengalami peningkatan suhu tubuh dan akibat nyeri yang dirasakan bisa juga
mengakibatkanpeningkatan denyut jantung, peningkatan pernapasan, serta
peningkatan tekanan darah.
1) Pemeriksaan head to toe dengan cara Inspeksi (Melihat), Auskultasi
(Mendengar), Palpasi (Meraba), Perkusi (Mengetuk) mulai dari :
a) Kepala : Biasanya bersih, tidak ada benjolan, tidak ada
lukaataulesi.
b) Rambut : biasanya berwarna hitam tergantung tingkatan usia
c) Wajah : kebersihan, ada lesi/tidak ada edema/tidak, dan
tidakpucat, sianosis adanya kemerahan/tidak.
d) Mata : Konjungtiva pucat/tidak dan sklera ikterus/tidak, ada
kelainan atau tidak, serta adanay bengkak kemrahan/tidak
e) Mulut dan gigi : Bersih/tidak, warna bibir, ada stomatitis/tidak, gigi
tidak berlubang, gusi tidak berdarah. Biasanya pada herpes terdapat lesi
pada bagian bibir akibat infeksi
f) Leher : ada kelainan atau tidak, adanya nyeri tekan/tidak,
adanya kemerahan atau tidak karena dermatitis bias menyerang bagian
kulit manapun
g) Thorak : Irama cepat/ tidak, suara jantung normal/tidak, ada
tidak bunyi tambahan nafas. Tidak ada masa/ benjolan,ada nyeri tekan atau
tidak.
h) Abdomen : Ada atau Tidak luka bekas operasi, distensi abdoen
atau tidak, kembung atau tidak, warna, kebersihan.
i) Genetalia : Apakah ada varises, bersih, adanynya nyeri tekan atau
tidak, edema/tidak. Biasanya pada dermatitis yang menyerang genital
mengalami kelainan seperti warna kemerahan serta adanya rasa nyeri
j) Rectum : Bersih/tidak, tidak ada edema,
Adanya tanda- tanda insfeksi/tidak).
k) Ekstrimitas : Edema/tidak, adanya varises/tidak, sianosis, CRT
kembali normal/tidak
l) Integumen : biasanya pada dermatitis akan ditemukan radang akut
terutama priritus (sebagai pengganti dolor),  kemerahan (rubor),  gangguan
fungsi kulit (function laisa), terdapat Vesikel-veikel fungtiformis yang
berkelompok yang kemudian membesar, terdapat bula atau pustule,
hiperpigmentai tau hipopigmentasi.Adanya nyeri tekan,  edema atau
pembengkakan, serta kulit bersisik
2. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang kemungkinan muncul pada penyakit dermatitis
diantaranya :
a. Nyeri akut berhubungan dengan lesi pada kulit
b. Gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit.
c. Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan Pruritus.
d. Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak baik
e. Defisit pengetahuan tentang perawatan kulit serta cara menangani kelainan pada
kulit
f. Risiko infeksi berhubungan dengan lesi, bercak – bercak merah pada kulit.
3. Rencana Tindakan Keperawatan

No Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional


dx hasil
1 NOC : NIC: 1. Untuk mengalihkan
Tujuan : 1. Berikan tindakan rasa nyeri.
Setelah dilakukan nyaman, misalnya 2. Untuk mengurangi
tindakan keperawatan pijatan punggung, rasa nyeri pasien.
selama 3x24 jam ciptakan lingungan 3. Untuk membantu
diharapkan nyeri bisa yang tenang. meringankan
teratasi. 2. Kolaborasi pemberian kecemasan pasien
Kriteria Hasil: obat nyeri. 4. Untuk
1. Pasien tampak rileks. 3. Ajarkan tekhnik meningaktkan
2. Pasien mampu relaksasi, distraksi . kesehatan tubuh.
tidur/istirahat dengan 4. Kontrol lingkungan Untuk mengetahui
tenang. yang dapat keadaan umum
3. Pasien tidak gelisah, mempengaruhi nyeri pasien
tidak merintih seperti suhu,
pencahayaan dan
kebisingan.
5. Anjurkan untuk
meningkatkan istirahat.
Monitor tanda-tanda
vital
2 Setelah dilakukan 1. Monitor warna kulit 1. Mengetahui
tindakan keperawaan 2. Monitor adanya infeksi perubahan warna
selama ... x 24 jam, 3. Monitor temperatur kulit
integritas kulit klien kulit 2. Mengetahui infeksi
dapat membaik dengan 4. Jaga kebersihan kulit yang terjadi
kriteria hasil : agar tetap bersih dan 3. Mengetahui
kering kelembaban kulit
1. Tissue Integrity : 5. Anjurkan klien untuk 4. Mempermudah
Mucous Membran menggunakan pakaian proses
Temperatur jaringan longgar penyembuhan
baik 6. Monitor status nutrisi 5. Agar kulit dapat
2. Sensasi baik klien mendapatkan udara
3. Hidrasi baik 7. Oleskan lotion pada yang cukup
4. Tidak ada lesi atau daerah yang tertekan 6. Agar kebutuhan
luka akan nutrisi
tercukupi
7. Untuk mengurangi
infeksi pada kulit
3 Setelah dilakukan 1. Tinjau ulang kebutuhan 1. Membantumengiden
tindakan keperawatan perubahan tidak normal tifikasi kebutuhan
selama….x24 jam berkenaan dengan pola tidur
diharapkan gangguan kehamilan 2. Meringankan rasa
pola tidur bisa stabil 2. Evaluasi tingkat lelah
Kriteria hasil : kelelahan, anjurkan 3. Ansietas,
1. Tidur pasien sesuai pasien untuk istirahat 1- ketidaknyamana
kebutuhan/normal 2 jam pada siang hari fisik dapat
2. Pasien tidak cemas dan 8 jam pada malam mempersulit tidur
hari 4. Memungkinkan
3. Anjurkan tekhnik diafragma menurun,
relaksasi, dan membantu
penurunan aktivitas mengembangkan
4. Anjurkan tidur posisi ekspansi paru
semi fowler 5. Memahami akibat
5. Jelaskan pentingnya dari perubahan pola
tidur yang adekuat tidur
6. Ciptakan lingkungan 6. Membuat
yang nyaman kenyamanan pasien
sehingga mudah
tertidur.
4 Setelah dilakukan 1. Kaji adanya gangguan 1. Gangguan citra diri
asuhan keperawatan pada citra diri pasien akan menyertai
selama …x 24 jam, (menghindari kontak setiap penyakit atau
klien dapat menerima mata, ucapan yang keadaan yang
keadaan dirinya dengan merendahkan diri tampak nyata bagi
baik. sendiri, ekpresi keadaan pasien. Kesan
Dengan Kriteria Hasil : muak terhadap kondisi sesorang terhadap
1. Mengembangkan kulitnya). dirinya sendiri akan
peningkatan 2. Identifikasi stadium berpengaruh pada
kemauan untuk psikososial tahap konsep diri.
menerima keadaan perkembangan. 2. Terhadap hubungan
diri. 3. Berikan kesempatan antara stadium
2. Mengikuti dan turut untuk pengungkapan perkembangan, citra
berpartisipasi dalam 4. Bantu pasien yang diri dan reaksi serta
tindakan perawatan cemas dalam pemahaman pasien
diri. mengembangkan terhadap kondisi
3. Melaporkan kemampuan untuk kulitnya
perasaan dalam menilai diri dan 3. Pasien
pengendalian mengenali serta membutuhkan
mengatasi masalah. pengalaman yang
harus didengarkan
dan dipahami.
4. Tindakan ini
memberikan
kesempatan pada
petugas kesehatan
untuk menetralkan
kecemasan yang
tidak perlu terjadi
dan memulihkan
realitas situasi.
5 Setelah dilakukan 1. Tentukan apakah pasien 1. Memberikan data
asuhan keperawatan mnegetahui (memahami dasar untuk
selama 3 x 24 jam, dan salah mengembangkan
klien mengetahui mengerti) tentang rencana
tentang penyakitnya. kondisi dirinya. penyuluhan.
Dengan KH : 2. Jaga agar pasien 2. Pasien harus
1. Memiliki mendapatkan informasi memiliki perasaan
pemahaman terhadap yang benar ; bahwa ada sesuatu
perawatan kulit memperbaiki kesalahan yang dapat mereka
2. Mengikuti terapi konsepsi / informasi. perbuat.
seperti yang 3. Peragakan penerapan Kebanyakan pasien
diprogramkan dan terapi yang merasakan
dapat diprogramkan (kompres manfaatnya.
mengungkapkan basah ; obat topical). 3. Memungkinkan
secara rasional pasien memperoleh
tindakan yang kesempatan untuk
dilakukan. menunjukkan cara
3. Menjalankan mandi, yang tepat unutk
pencucian, dan melakukan terapi.
balutan basah sesuai
yang diprogramkan.
4. Memahami
pentingnya nutrisi
untuk kesehatan
kulit.
Tujuan : 1. Observasi dan laporkan 1. Mencegah
Setelah dilakukan tanda dan gejala infeksi terjadinya infeksi
tindakan keperawatan seperti kemerahan, 2. Untuk mengetahui
selama 3x24 jam panas. kodisi imun
diharapkan infeksi tidak 2. Kaji temperature pasien 3. Mencegah infeksi
terjadi setiap 4 jam 4. Agar tidak terkena
Kriteria hasil : 3. Cuci tangan sebelum cairan darah pasien
1. Tidak terjadi infeksi. dan sesudah melakukan yang 1 dengan yang
2. Tanda-tanda infeksi tindakan lain.
bisa ditangani. 4. Gunakan standar 5. Agar tidak terjadi
sarung tangan selama infeksi.
kontak dengan 6. Supaya tubuh tetap
darah/cairan. sehat.
5. Pastikan tekhnik Tanda-tanda
perawat tersebut merupakan
luka secara tepat. indikasi terjadinya
6. Anjurkan pasien untuk bakterimia, shock
istirahat yang cukup. yang tidak
7. Catat adanya tanda terdeteksi
lemas, kedinginan,
anoreksia

4. Implementasi
Dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah disusun
5. Evaluasi
Hasil akhir setelah proses keperawatan dilaksanakna
a. Nyeri teratasi, pasien tampak rileks.pasien mampu tidur/istirahat dengan
tenang, pasien tidak gelisah, tidak merintih
b. Integritas kulit klien dapat membaik mucous membran temperatur jaringan
baiksensasi baik, hidrasi baik tidak ada lesi atau luka
c. Gangguan pola tidur bisa stabiltidur pasien sesuai kebutuhan/normal, pasien
tidak cemas
d. Mampu menerima keadaan dirinya dengan baik mengembangkan peningkatan
kemauan untuk menerima keadaan diri, mengikuti dan turut berpartisipasi
dalam tindakan perawatan diri, melaporkan perasaan dalam pengendalian
e. Klien mengetahui tentang penyakitnya yaitu memiliki pemahaman terhadap
perawatan kulit, mengikuti terapi seperti yang diprogramkan dan dapat
mengungkapkan secara rasional tindakan yang dilakukan, menjalankan mandi,
pencucian, dan balutan basah sesuai yang diprogramkan
f. Infeksi tidak terjadi, tanda-tanda infeksi bisa ditangani.
DAFTAR PUSTAKA

Sari, Kumala. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan SistemIntegumen.Jakarta: Nuha Medika

Kowalak, Jenifer.2011.Buku Ajar Patofisiologi.Jakarta: EGC

Herdman, T.Heather. 2015. NANDA International Inc Diagnosis Keperawatan. Jakarta:EGC

Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis dan
Nanda Nic-Noc Edisi Revisi. Jogjakarta:Mediction.

Anda mungkin juga menyukai