Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN KEGIATAN PEMERIKSAAN GDS

PRAKTIK BEDAH

Oleh :

Nama : Jihan Sukma Aprilia

NIM : B2018072

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH SURAKARTA

2019/2020
PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH
(DIGITAL METHODE)

PROSEDUR
TETAP
1 PENGERTIAN Pemeriksaan gula darah yang dilakukan untuk mengetahui
status gula darah klien melalui gula darah kapiler
2 TUJUAN Mengetahui kadar gula darah pasien : gula darah puasa, gula
darah 2 jam PP atau gula darah sewaktu
3 INDIKASI 1. DM tipe 1
2. DM tipe 2
4 KONTRA INDIKASI -
5 PERSIAPAN 1. Pastikan identitas klien
PASIEN 2. Kaji kondisi klien dan KGD terakhir
3. Beritahu dan jelaskan pada klien atau keluarganya tindakan
yg dilakukan
4. Jaga privacy klien
5. Posisi klien : duduk, tidur
6 PERSIAPAN ALAT 1. Alat periksa gula darah digital (glukotest, gluko M, Gluko-
DR, dll)
2. Gluko test strip
3. Lanset dan alat pendorongnya (lancing device)
4. Swab alcohol 70 %
5. Sarung tangan
6. Bengkok/ tempat sampah
7. Lembar hasil periksa dan alat tulis
7 CARA BEKERJA Tahap Orientasi
1. Berikan salam, panggil klien dengan namanya (kesukaanya)
2. Perkenalkan nama dan tanggung jawab perawat
3. Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan pada
klien/keluarga

Tahap Kerja
1. Berikan kesempatan klien bertanya atau melakukan sesuatu
sebelum kegiatan dilakukan
2. Menanyakan keluhan utama klien
3. Jaga privacy klien
4. Memulai dengan cara yang baik
5. Atur posisi yang nyaman bagi klien
6. Gunakan sarung tangan bersih
7. Siapkan alat yang akan digunakan di dekat anda. Pasang
atau masukkan reagen strip ke dalam alat.
8. Pilih jari yang akan ditusuk (bisa jari tengah/jari manis)
9. Lakukan desinfeksi pada ujung jari yang akan ditusuk
dengan alkohol 70 %
10. Tusuk jari ujung jari di bagian tepi dengan lanset
11. Bila darah yang keluar sedikit, biarkan tangan tergantung
ke bawah dan urut jari tersebut beberapa kali kearah ujung
jari.
12. Kenakan tetes darah pada reagen strip
13. Tunggu beberapa saat, dan anda akan melihat berapa nilai
kadar glukosa anda.
14. Tulislah hasil pada lembar kerja.
15. Bandingkan dengan nilai ambang darah kapiler.
16. Posisikan klien dalam posisi yang nyaman
17. Lepas sarung tangan dan buang ke tempat sampah
18. Cuci tangan
8 HASIL 1. Evaluasi respon klien
2. Berikan reinforcement positif
3. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4. Mengakhiri kegiatan dengan baik
9 DOKUMENTASI 1. Catat tindakan yang telah dilakukan, tanggal dan jam
pelaksanaan
2. Catat hasil tindakan (respon subjektif dan objektif) di dalam
catatan
3. Dokumentasikan tindakan dalam bentuk SOAP

TES TOLERANSI GLUKOSA ORAL

PROSEDUR NO NO REVISI HALAMAN


TETAP DOKUMEN
TANGGAL DITETAPKAN OLEH
TERBIT
1 PENGERTIAN TTGO adalah salah satu tes yang dilakukan untuk mengetahui
toleransi seseorang terhadap glukosa
2 TUJUAN Bahan rujukan untuk menegakkan diagnosis DM secara pasti
3 INDIKASI DM belum pasti dengan :
- GDP : 100 -125 mg/dl
- GDS : 140 -199 mg/dl
4 KONTRA INDIKASI -
5 PERSIAPAN PASIEN 1. Pastikan identitas klien
2. Kaji kondisi klien dan KGD terakhir (GDP dan atau GDS)
3. Beritahu dan jelaskan pada klien/keluarganya tindakan yang
dilakukan
4. Jaga privacy klien
5. Posisi klien
6 PERSIAPAN ALAT 1. Alat periksa gula darah digital (glukotest, gluko M, Gluko-
DR, dll)
2. Gluko test strip
3. Lanset dan alat pendorongnya (lancing device)
4. Swab alcohol 70 %
5. Sarung tangan
6. Bengkok/ tempat sampah
7. Lembar hasil periksa dan alat tulis
7 CARA BEKERJA Tahap Orientasi
1. Berikan salam, panggil klien dengan namanya
(kesukaanya)
4. Perkenalkan nama dan tanggung jawab perawat
5. Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan pada
klien/keluarga

Tahap Kerja
6. Berikan kesempatan klien bertanya atau melakukan sesuatu
sebelum kegiatan dilakukan
7. Menanyakan keluhan utama klien
8. Jaga privacy klien
9. Memulai dengan cara yang baik
10. Atur posisi yang nyaman bagi klien
11. Gunakan sarung tangan
12. Berikan penjelasan pada klien :
 Tiga hari sebelum tes, pasien makan karbohidrat cukup
dan melakukan kegiatan jasmani seperti yang biasa
dilakukan.
 Sebelum hari H pemeriksaan pasien puasa semalam (10-
12 jam, minimal 8 jam)
13. Pada hari H pada pagi hari glukosa darah puasa diperiksa.
14. Setelah diperiksa GDP pasien diberikan glukosa 75 gram,
dilarutkan dalam air 250 ml, diminum dalam waktu 5 menit
dan berpuasa kembali.
15. Setelah 2 jam dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah 2
jam PP
16. Selama pemeriksaan pasien tetap istirahat, tidak boleh
merokok, tetapi boleh minum air putih.
17. Posisikan klien dalam posisi yang nyaman.
18. Catat dalam lembar kerja
19. Bandingkan dengan nilai ambang : GDP dan GD 2 Jam PP
20. Lepas sarung tangan dan buang ke tempat sampah
21. Cuci tangan
8 HASIL 1. Evaluasi respon klien
2. Berikan reinforcement positif
3. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4. Mengakhiri kegiatan dengan baik
9 DOKUMENTASI 1. Catat tindakan yang telah dilakukan, tanggal dan jam
pelaksanaan
2. Catat hasil tindakan (respon subjektif dan objektif) di
dalam catatan
3. Dokumentasikan tindakan dalam bentuk SOAP

Referensi
1. https://www.scribd.com/document/340590405/Sop-Pemeriksaan-Kadar-Gula-Darah
2. https://dokumen.tips/documents/sop-pemeriksaan-gulah-darah-sewaktu.html
3. https://www.academia.edu/5476085/Sop_ttgo_DAN_CEK_GULA
4. https://kupdf.net/download/sop-pemeriksaan-kadar-gula-
darah_58c4e785dc0d600512339035_pdf
5. https://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-content/uploads/2018/03/PEMERIKSAAN-GLUKOSA-
DARAH.pdf
LAPORAN PENDAHULUAN BEDAH

DENGAN MENDERITA DIABETUS MILETUS PADA PASIEN NY.I

DI DESA SRAGEN

Jihan Sukma Aprilia

B2018072

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH SURAKARTA

2020 / 2021
A. Pengertian

Diabetes melitus adalah suatu penyakit kronik yang komplek yang melibatkan kelainan
metabolisme karbohidrat, protein dan lemak dan berkembangnya komplikasi makro vaskuler,
mikro vaskuler dan neurologis. (Purwanto. H, 2016)

Diabetes melitus menurut AMERICAN DIABETES ASSOCIATION (ADA) adalah


suatu penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan
sekresi insulin, kerja insulin atau kedua duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes
berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi beberapa organ tubuh terutama
mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah. (Tanto. C, dkk, 2014)

Diabetes mellitus adalah gangguan metabolism yang ditandai dengan hiperglikemi yang
berhubungan dengan abnormalitas metabolism karbohidrat, lemak dan protein yang
disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitifitas insulin atau keduanya
dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskular, makrovaskular, dan neuropati (Nurarif
& Kusuma, 2015)

Diabetes Mellitus adalah penyakit kronik progresif yang ditandai dengan


ketidakmampuan tubuh untuk melakukan metabolism karbohidrat, lemak dan protein,
mengarah pada hiperglikemia(kadar glukosa darah tinggi). Diabetes Mellitus (DM) kadang
dirujuk sebgai ‘gula tinggi’, baik oleh pasien maupun penyedia layanan kesehatan (Black,
2014)

B. Etiologi

1. Diabetes Mellitus tipe 1

DM tipe 1, sebelumnya disebut IDDM, atau Diabetes Mellitus onset anak – anak,
ditandai dengan destruksi sel beta pancreas, mengakibatkan defisiensi insulin absolut.
DM tipe 1 diturunkan sebagai heterogen, sifat multigenik.Kembar identic memiliki resiko
25-50% mewarisi penyakit, sementara saudara kandung memiliki 6% resiko dan anak
cucu memiliki 5% resiko. Meskipun pengaruh keturunan kuat, 90% orang dengan DM
tipe 1 tidak memiliki tingkat relative tingkat pertama dengan DM (Black, 2014)

Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan penghancuran sel – sel beta penkreas
yang disebabkan oleh :

a. Faktor genetic penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri, tetapi mewarisi suatu
predisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe 1

b. Faktor imunologi (autoimun)

c. Faktor lingkungan : virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang
menimbulakn estruksi sel beta(Nurarif & Kusuma, 2015)

2. Diabetes Mellitus tipe 2

DM tipe 2 sebelumnya disebut NIDDM atau Diabetes Mellitus Onset Dewasa,


adalah gangguan yang melibatkan, baik genetic dan faktor lingkungan.DM tipe 2 adalah
tipe DM paling umum mengenai 90% orang yang memiliki penyakit. DM tipe 2 biasanya
terdiagnosis setelah usia 40 tahun dan lebih umum diantara dewasa tua, dewasa obesitas,
dan etnic serta populasi ras tertentu (Black, 2014)

DM tipe 2 disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin.
Faktor resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe 2 : usia, obesitas,
riwayat dan keluarga. Hasil pemeriksaan glukosa darah 2 jam pasca pembedahan dibagi
menjadi 3 yaitu :

a. <140 mg/dl = Normal

b. 140-<200 mg/dl = Toleransi glukosa terganggu

c. ≥200 mg/dl = diabetes(Nurarif & Kusuma, 2015)

3. Diabetes gestasional

DM gestasional merupakan diagnosis DM yang menerapkan untuk perempuan


dengan intoleransi glukosa atau ditemukan pertama kali selama kehamilan.DM
gestasional terjadi pada 2-5% perempuan hamil namun menghilang ketika hamilnya
berakhir (Black, 2014)

C. Manifestasi klinis

1. Poliuria

Kekurangan insulin untuk mengangkut glukosa melalui membrane dalam sel


menyebabkan hiperglikemia sehingga serum plasma meningkat atau hiperosmolariti
menyebabkan cairan intrasel berdifusi kedalam sirkulasi atau cairan intravaskuler, aliran
darah keginjal meningkat sebagai akibat dari hiperosmolariti dan akibatnya akan terjadi
diuresis osmotic (poliuria).

2. Polidipsia

Akibat meningkatnya difusi cairan dari intrasel kedalam vaskuler menyebabkan


penurunan volume intrasel sehingga efeknya adalah dehidrasi sel. Akibat dari dehidrasi
sel mulut menjadi keringdan sensor haus teraktivasi menyebabkan seseorang haus terus
dan ingin selalu minum (polidipsia).

3. Poliphagia

Karena glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari menurunnya kadar insulin
maka produksi energi menurun, penurunan energy akan menstimulasi rasa lapar.
Makareaksi yang terjadi adalah seseorang akan lebih banyak makan (poliphagia).

4. Penurunan berat badan

Karena glukosa tidak dapat di transport kedalam sel maka sel kekurangan cairan
dan tidak mampu mengadakan metabolisme, akibat dari itu maka sel akan menciut,
sehingga seluruh jaringan terutama otot mengalami atrofidan penurunan secara otomatis.

5. Malaise atau kelemahan.

6. Kesemutan pada ekstremitas.


7. Infeksi kulit dan pruritus.

8. Timbul gejala ketoasidosis & samnolen bila berat. (Purwanto. H, 2016)

D. Patofisiologi(Nurarif & Kusuma, 2015)

1. Diabetes Mellitus tipe 1

DM tipe 1 tidak berkembang pada semua orang yang mempunyai predis posisi
genetic.Kadang mereka yang memiliki indikasi resiko penanda gen (DR3 dan DR4
HLA), DM terjadi <1%.Lingkungan telah lama dicurigai sebagai pemicu DM tipe 1
insiden meningkat, baik pada musim semi maupun gugur, dan onset sering bersamaan
dengan epidemic berbagai penyakit virus.Autoimun aktif langsung menyerang sel beta
pancreas dan prosuknya. ICA dan antibody insulin secara progresif menurunkan
keefektifan kadar sirkulasi insulin (Black, 2014).

Hal ini secara pelan – pelan terus menyerang sel beta dan molekul insulin
endogen sehingga menimbulkan onset mendadak. Hiperglikemia dapat timbul akibat dari
penyakit akut atau stress dimana meningkatkan kebutuhan insulin melebihi cadangan dari
kerusakan massa sel beta. Ketika penyakit akut atau stress terobati klien dapat kembali
pada status terkompensasi dengan durasi yang berbeda – beda dimana pancreas kembali
mengatur produksi sejumlah insulin secara adekuat. Status kompensasi ini disebut
sebagai periode honeymoon, secara khas bertahan untuk tiga sampai 12 bulan proses
berakhir ketika massa sel beta yang berkurang tidak dapat memproduksi cukup insulin
untuk meneruskan kehidupan. Klien menjadi bergantung kepada pemberian insulin
eksogem (diproduksi di luar tubuh) untuk bertahan hidup (Black, 2014).

2. Diabetes Mellitus tipe 2

Pathogenesis DM tipe 2 berbeda signifikan dari DM tipe 1 .Respon terbatas sel


beta terhadap hiperglikemia tampak menjadi faktor mayor dalam perkembangannya. Sel
beta terpapar secara kronis terhadap kadar glukosa darah tinggi menjadi secara progresif
kurang efisien ketika merespon peningkatan glukosa lebih lanjut. Fenomena ini dinamai
desensitisasi, dapat kembali dengan menormalkan kadar glukosa. Rasio
proisulin(prekurso insulin) terhadap insuli tersekresi juga meningkat (Black, 2014)

Proses patofisiologi ke 2 dalam DM tipe 2 adalah resistensi terhadap aktivitas


insulin biologis, baik di hati maupun jaringan perifer. Keadaan ini disebut sebagai
resistansi insulin. Orang dengan DM tipe 2 memiliki penurunan sensitivitas insulin
terhadap kadar glukosa, yang mengakibatkan produksi glukosa hepatic berlanjut, bahkan
sampai dengan kadar glukosa darah tinggi. Hal ini bersamaan dengan ketidakmampuan
otot dan jaringan lemak untuk meningkatkan ambilan glukosa.Mekanisme penyebab
resistansi insulin perifer tidak jelas; namun, ini tampak terjadi setelah insulin berikatan
terhadap reseptor pada permukaan sel (Black, 2014).

3. Insulin adalah hormon pembangun (anabolic). Tanpa insulin, tiga masalah metabolic
mayor terjadi : 1) penurunan pemanfaatan glukosa, 2) peningkatan mobilisasi lemak, dan
3) peningkatan pemanfaatan protein (Black, 2014).
E. Pathways

F. Komplikasi
Komplikasi diabetes militus akut terbagi ke dalam tiga macam, yakni:

1. Hipoglikemia

Hipoglikemia adalah kondisi di mana terjadinya penurunan kadar gula darah yang
drastis akibat terlalu banyak insulin dalam tubuh, terlalu banyak mengonsumsi obat
penurun gula darah, atau terlambat makan. Gejalanya meliputi penglihatan kabur, detak
jantung cepat, sakit kepala, gemetar, keringat dingin, dan pusing. Kadar gula darah yang
terlalu rendah bisa menyebabkan pingsan, kejang, bahkan koma.

2. Ketosiadosis diabetik (KAD)

Ketosiadosis diabetik adalah kondisi kegawatan medis akibat peningkatan kadar


gula darah yang terlalu tinggi. Ini adalah komplikasi diabetes melitus yang terjadi ketika
tubuh tidak dapat menggunakan gula atau glukosa sebagai sumber bahan bakar, sehingga
tubuh mengolah lemak dan menghasilkan zat keton sebagai sumber energi. Kondisi ini
dapat menimbulkan penumpukan zat asam yang berbahaya di dalam darah, sehingga
menyebabkan dehidrasi, koma, sesak napas, bahkan kematian, jika tidak segera mendapat
penanganan medis.
3. Hyperosmolar hyperglycemic state (HHS)

Kondisi ini juga merupakan salah satu kegawatan medis pada penyakit kencing
manis, dengan tingkat kematian mencapai 20%. HHS terjadi akibat adanya lonjakan
kadar gula darah yang sangat tinggi dalam waktu tertentu. Gejala HHS ditandai dengan
haus yang berat, kejang, lemas, dan gangguan kesadaran hingga koma.

Selain itu, diabetes yang tidak terkontrol juga dapat menimbulkan komplikasi
serius lain, yaitu sindrom hiperglikemi hiperosmolar nonketotik.

Komplikasi akut diabetes adalah kondisi medis serius yang perlu mendapat
penanganan dan pemantauan dokter di rumah sakit.

a. Komplikasi Diabetes Melitus Kronis

Komplikasi jangka panjang diabetes biasanya berkembang secara bertahap dan


terjadi ketika diabetes tidak dikelola dengan baik. Tingginya kadar gula darah yang
tidak terkontrol dari waktu ke waktu akan meningkatkan risiko komplikasi, yaitu
kerusakan serius pada seluruh organ tubuh.

Beberapa komplikasi jangka panjang pada penyakit diabetes melitus yaitu:

1) Gangguan pada mata (retinopati diabetik)

Diabetes dapat merusak pembuluh darah di retina. Kondisi ini disebut


retinopati diabetik, yang berpotensi menyebabkan kebutaan. Pembuluh darah di
mata yang rusak karena diabetes juga meningkatkan risiko gangguan penglihatan,
seperti katarak dan glaukoma.

Deteksi dini dan pengobatan retinopati secepatnya dapat mencegah atau


menunda kebutaan. Penderita diabetes dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan
mata secara teratur.

2) Kerusakan ginjal (nefropati diabetik)

Komplikasi diabetes melitus yang menyebabkan gangguan pada ginjal,


disebut nefropati diabetik. Kondisi ini bisa menyebabkan gagal ginjal, bahkan
bisa berujung kematian jika tidak ditangani dengan baik. Saat terjadi gagal ginjal,
penderita harus melakukan cuci darah rutin ataupun transplantasi ginjal.

Diabetes dikatakan sebagai silent killer, karena kerap kali tidak


menimbulkan gejala khas pada tahap awal. Namun pada tahap lanjut, penderita
diabetes akan mengalami gejala seperti anemia, mudah lelah, pembengkakan pada
kaki, dan gangguan elektrolit.

Diagnosis sejak dini, mengontrol glukosa darah dan tekanan darah,


pemberian obat-obatan pada tahap awal kerusakan ginjal, dan membatasi asupan
protein adalah cara yang bisa dilakukan untuk menghambat perkembangan
diabetes yang mengarah ke gagal ginjal.

3) Kerusakan saraf (neuropati diabetik)

Tingginya kadar gula dalam darah dapat merusak pembuluh darah dan
saraf di tubuh, terutama kaki. Kondisi yang biasa disebut neuropati diabetik ini
terjadi ketika saraf mengalami kerusakan, baik secara langsung akibat tingginya
gula darah, maupun karena penurunan aliran darah menuju saraf. Rusaknya saraf
akan menyebabkan gangguan sensorik, yang gejalanya berupa kesemutan, mati
rasa, atau nyeri.

Kerusakan saraf juga dapat memengaruhi saluran pencernaan dan


menyebabkan gastroparesis. Gejalanya berupa mual, muntah, dan merasa cepat
kenyang saat makan. Pada pria, komplikasi diabetes melitus dapat menyebabkan
disfungsi ereksi atau impotensi.

Komplikasi jenis ini bisa dicegah dan ditunda hanya jika diabetes
terdeteksi sejak dini, sehingga kadar gula darah bisa dikendalikan dengan
menerapkan pola makan dan pola hidup yang sehat, serta mengonsumsi obat
sesuai anjuran dokter.

4) Masalah kaki dan kulit


Komplikasi diabetes melitus yang juga umum terjadi adalah masalah pada
kulit dan luka pada kaki yang disebabkan oleh kerusakan pembuluh darah dan
saraf, serta aliran darah ke kaki yang sangat terbatas. Gula darah yang tinggi
mempermudah bakteri dan jamur untuk berkembang biak. Terlebih adanya
penurunan kemampuan tubuh untuk menyembuhkan diri, sebagai akibat dari
diabetes.

Jika tidak dirawat dengan baik, kaki penderita diabetes berisiko untuk
mudah luka dan terinfeksi sehingga menimbulkan gangren dan ulkus diabetikum.
Penanganan luka pada kaki penderita diabetes adalah dengan pemberian
antibiotik, perawatan luka yang baik, hingga kemungkinan amputasi bila
kerusakan jaringan sudah parah.

5) Penyakit kardiovaskular

Kadar gula darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada


pembuluh darah di dalam tubuh. Ini dapat menyebabkan gangguan pada sirkulasi
darah di seluruh tubuh termasuk pada jantung. Komplikasi diabetes melitus yang
menyerang jantung dan pembuluh darah meliputi penyakit jantung, stroke,
serangan jantung, dan penyempitan arteri (aterosklerosis).

Mengontrol kadar gula darah dan faktor risiko lainnya dapat mencegah
dan menunda komplikasi pada penyakit kardiovaskular.

Komplikasi diabetes melitus lainnya bisa berupa gangguan pendengaran,


penyakit Alzheimer, depresi, dan masalah pada gigi dan mulut.

G. Penatalaksanaan Medis
H. Penatalaksanaan Keperawatan
I. Pemeriksaan penunjang
1. Kadar glukosa darah
Tabel 2.1 Kadar Glukosa Darah Sewaktu (mg/dl)
Kadar glukosa DM Belum pasti
darah sewaktu DM
Plasma vena >200 100-200

Darah kapiler >200 80-100

Sumber : Kapita Selekta Kedokteran FKUI

Tabel 2.2 Kadar Glukosa Darah Puasa (mg/dl)

Kadar glukosa DM Belum pasti


darah puasa DM
Plasma vena >120 110-120

Darah kapiler >110 90-110

Sumber : Kapita Selekta Kedokteran FKUI

2. Kriteria diagnostik who untuk diabetes melitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :

a. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl(11,1 mmol/L)

b. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl(7,8 mmol/L)

c. Glukosa plasma yang diambil dari 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gram
karbohidrat (2 jam post prandial (pp)>200 mg/dl)

3. Tes laboratorium DM

Jenis tes pada pasien DM dapat berupa tes saring, tes diagnostik, tes pemantauan terapi
dan tes untuk mendeteksi komplikasi.

4. Tes saring

Tes saring pada DM adalah:

a. GDP, GDS

b. Tes glukosa urin:


1) Tes konvensional (metode reduksi/benedict)

2) Tes carik celup (metode glucose oxidase/hexokinase)

5. Tes diagnostic

Tes diagnostik pada DM adalah:GDP, GDS, GD2PP(glukosa darah 2 jam post prandial),
glukosa jam ke-2 TTGO

6. Tes monitoring tarapi

Tes-tes monitoring tarapi DM adalah:

a. GDP: plasma vena, darah kapiler

b. GD2PP: plasma vena

c. A1c: darah vena, darah kapiler

7. Tes untuk mendeteksi komplikasi

Tes-tes untuk mendeteksi komplikasi adalah:

a. Mikroalbuminuria : urin

b. Ureum, kreatinin, asam urat

c. Kolestrol total : plasma vena (puasa)

d. Kolestrol LDL : plasma vena (puasa)

e. Kolestrol HDL : plasma vena (puasa)

f. Trigliserida : plasma vena (puasa)

J. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
Pengkajian pada masalah pemenuhan kebutuhan mobilitas dan imobilitas adalah
sebagai berikut :

a. Riwayat keperawatan sekarang

Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alasan pasien yang menyebabkan terjadi
keluhan / ganguan dalam mobilitas dan imobilitas, seperti adanya nyeri kelemahan
otot, kelelahan, tingkat mobilitas dan imobilitas, daerah tergangguanya mobilitas dan
imibilitas dan lama terjadinya imobilitas.

b. Riwayat keperawatan penyakit yang pernah diderita

Pengkajian riwayat penyakit yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan


mobilitas, misalnya adanya riwayat penyakit sistem neurologi (kecelakaan
cerebrovascular terauma kepala, peningkatan tekanan intra keranial, miastenia
geravis, guillain barre cedera midula spinalis, dan lain-lain) riwayat penyakit sisitem
kardiovaskular (infark miokard, gagal jantung kongestif), riwayat penyakit system
musculoskeletal (osteoporosis, fraktur, artritis), riwayat penyakit sitem pernafasan
(penyakit paru obstruksi menahun, peneumonia, dan lain-lain, riwayat pemkaian obat,
seperti sedative, hipnotik depresan system saraf pusat, laksansia, dan lai-lain.

2. Diagnosa Keperawatan

Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis

3. Intervensi

a. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

b. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,


pencahayaan dan kebisingan

c. Ajarkan tentang teknik non farmakologi

d. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri


e. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil

K. Daftar Pustaka

Nurarif & Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa

Medis & Nanda Nic-Noc Panduan penyusunan Asuhan Keperawatan Profesional.


Yogyakarta : Mediaction Jogja.

Nanda (Nic-Noc). (2015). Panduan Asuhan Keperawatan Profesional. Jakarta : EGC

https://samoke2012-wordpress-
com.cdn.ampproject.org/v/s/samoke2012.wordpress.com/2018/09/01/asuhan-keperawatan-
pasien-dengan-diabetes-
mellitus/amp/?amp_js_v=a2&amp_gsa=1&usqp=mq331AQFKAGwASA%3D#aoh=159272
51595452&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari%20%251%24s&a
mpshare=https%3A%2F%2Fsamoke2012.wordpress.com%2F2018%2F09%2F01%2Fasuhan
-keperawatan-pasien-dengan-diabetes-mellitus%2F

Black, J. M. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Indonesia: CV Pentasada Media Eduksi.


LAPORAN KASUS BEDAH

DENGAN MENDERITA DIABETES MELITUS PADA PASIEN NY. I

DI DESA WONOREJO

Jihan Sukma Aprilia

B2018072

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH SURAKARTA

2020 / 2021
LAPORAN KASUS

1. PENGKAJIAN
Tanggal pengkajian : 14 Juli 2020
Jam : 08.00 WIB
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. I
Umur : 50 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Wonorejo
B. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. B
Umur : 55 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
Hub dengan px : Suami
Alamat : Wonorejo

C. Riwayat kesehatan

1. Keluhan Utama
Klien mengeluh badan lemas, pusing dan BAB cair 5x sehari
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengeluh nyeri pada luka di kaki kiri sejak dua minggu yang lalu. Awalnya
karena klien sering olahraga dengan kaki telanjang di jalan yang pernah terkena
banjir, karena merasa gatal-gatal pada telapak kakinya, kemudian digaruk dan
menjadi luka yang tidak sembuh-sembuh.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien menderita diabetes melitus sejak lima tahun yang lalu pada tahun 2003.
Sejak menderita diabetes melitus klien menjadi alergi dengan makanan/ikan laut.
Klien mengkonsumsi obat glibenklamid 1x2 tablet sejak lima tahun yang lalu.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit DM seperti klien.
D. Pola Kebiasaan Sehari-hari
1. Pola persepsi kesehatan
Klien mengatakan kesehatan adalah hal yang terpenting dan berharga.Jika klien atau
anggota keluarga klien mengalami gangguan kesehatan klien dan keluarga berobat ke
puskesmas atau rumah sakit terdekat
2. Pola nutrisi
- Sebelum sakit : Klien mengatakan sebelum sakit makan dengan sayur dan lauk pauk 3x
sehari, klien mengatakan minum kurang lebih 7 gelas perhari.
- Selama saikit : Klien mengatakan tidak napsu makan dan klien jarang minum
3. Pola eliminasi
- Sebelum sakit : Klien mengatakan BAB 1-2 kali sehari setiap pagi tanpa keluhan apapun,
tidak ada darah dan lendir, warna peses kuning lembek. Klien mengatakan sering BAK
dengan frekuensi 6 – 8 kali sehari dengan warna jernih.
- Selama sakit : Klien mengatakan BAB 5 kali sehari berwarna kuning jernih, tidak ada
keluhan dan tidak menggunakan alat kateter. Klien buang air besar 1 kali sehari, waktu tidak
tentu, warna coklat, bau khas, konsistensi lembek, tidak ada keluhan saat buang air besar dan
tidak menggunakan laxative.
4. Pola istirahat tidur
- Sebelum sakit : Klien mengatakan ia tidur selama 8 – 9 jam/hari, bias tidur siang kurang
lebih 1jam/hari
- Selama sakit : Klien mengatakan tidak dapat tidur dengan nyaman karena klien sering
merasakan sesak napas pada malam hari dan batuk-batuk, ia hanya 3-4 jam/hari
E. Pola aktivitas dan latihan
ADL Sebelum sakit Saat sakit
0 1 2 3 4 0 1 2 3 4
Makan-minum V V
Mandi V V

Toileting V V
Berpakaian V V
Berpindah V V
KET :

0 : mandiri
1 : dibantu sebagian
2 : dibantu orang lain
3 : dibantu orang lain & alat
4 : ketergantungan total
F. Pola kognitif
Harapan klien terhadap penyakitnya adalah cepat sembuh dan tidak kambuh kembali agar
dapat beraktivitas seperti biasa.
G. Pola hubungan klien
- Sebelum Sakit : Klien dapat berkomunikasi dengan baik dan jelas
- Selama Sakit : Klien berbicara lemah kadang tidak jelas
H. Pola seksual dan reproduksi
Klien sudah menikah dan mempunyai 4 anak serta 3 cucu
I. Pola konsep diri
Gambaran diri : klien mengatakan tidak ada masalah dalam dirinya, klien selalu
bersyukur terhadap dirinya,namun kadang klien merasa bahwa dirinya diberi cobaan
seberat ini
Harga diri : klien mengatakan sangat terganggu saat melakukan aktivitas sehari-hari
Ideal diri : klien mengatakan ingin segera sembuh dan dapat melakukan aktivitas
secara mandiri
Identitas diri : klien mengatakan tidak masalah dengan identitas dirinya.
Peran diri : klien mengatakan dia adalah seorang ibu dengan 2 anak
J. Pola koping dan toleransi stress
- Sebelum sakit : kliem mengatakan emosi klien stabil dan mudah sharing dengan orang
terdekat seperti keluarganya.
- Selama sakit : Klien mengatakan sedikit cemas dan gelisah serta tidak nyaman karena sesak
pada dadanya.
K. Pola nilai dan kepercayaan
- Sebelum sakit : klien mengatakan ia beragama islam ia selalu menjalankan ibadah serta
sholat berjamaah dengan keluarga sholat 5 waktu
- Selama sakit : klien mengatakan selama sakit hanya berdo’a saja

L. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : komposmentis
TD : 100/70 mmHg
N : 88x/menit
RR : 22x/menit
S : 37 C
BB : 60 kg
TB : 155 cm
M. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
I : Rambut beruban, kulit kepala tampak kotor, bentu simetris
P : Tidak ada luka maupun bekas luka, tidak ada penjolan dan tidak da nyeri tekan
2. Mata
I : Konjungtiva anemis, sclera putih, reflek pupil baik, tidak ada polip, terdapat
lingkaran hitam di bawah mata
P : Tidak ada penekanan bola mata
3. Hidung
I : Simetris, tidak ada polip, tidak terdapat screet,
P : Tidak terdapat benjolan maupun lesi pada kedua lubang hidung, tidak ada nyeri
tekan
4. Telinga
I : Simetris, tidak ada serumen yang keluar, fungsi pendengaran baik
P : Tidak ada benjolan maupun lesi, tidak ada nyeri tekan
5. Mulut
I : Membran mukosa bibir kering, gigi berwarna agak kekuningan, tidak ada lesi dan
sariawan, sda lubang gigi, kebersihan gigi tidak terjaga dan tidak ada pembesaran
tonsil
6. Leher
I : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada keterbatasan gerak
P : Tidak ada nyeri tekan
7. Toraks
Paru-paru
I : Gerakan dada kanan dan kiri simetris
P : fremitus raba kanan dan kiri sama
P : Terdengar bunyi sonor
A : Tidak ada bunyi tambahan
Jantung
I : Ictus cordic tidak Nampak
P : Ictus cordic kuat angkat
P : Batas jantung tidak melebar
A : Bunyi jantung I dan II murni
8. Abdomen
I : tidak terdapat pembesaran abdomen, tidak terdapat lesi, warna kulit sawo matang
A: bising usus 10 x/menit
P : tympani
P : tidak terdapat nyeri tekan, tidaka ada tanda-tanda hepatomegaly
9. Genetalia : tidak terpasang DC kateter, tidak terdapat kelainan
10. Anus : tidak terdapat benjolan yang mencurigakan
11. Ekstermitas
Atas : Bentuk simetris, klien mampu menggerakkan ekstremitas kanan dan kiri, akral
hangat
Bawah : Bentuk simetris, klien mampu menggerakkan ekstremitas kanan dan kiri
N. Analisa Data
No Analisa Data Problem Etiologi
1. DS : Intoleransi aktivitas Kelemahan
1. Klien mengatakan tubuhnya
terasa lemah tidak bertenaga
2. Klien mengatakan aktivitas
masih dibantu keluarga
DO :
1. Klien terlihat terbaring lemah
di tempat tidur
2. Klien terlihat kesulitan untuk
melakukan aktivitas secara
mandiri
2. DS : Gangguan pola tidur Polyuria
1. Klien mengatakan tidur hanya 3-4
jam/hari
2. Klien mengatakan setiap tidur
selalu terbangun untuk BAK
DO :
1. TTV :
TD : 100/70 mmHg
N : 88x/menit
RR : 22x/menit
S : 37 C
BB : 60 kg
TB : 155 cm
2. Klien terlihat sering ijin untuk
BAK
3. DS : Resiko infeksi Hiperglikemia
1. Klien mengatakan takut jika
terjadi infeksi
DO :
1. Kadar gula darah klien 200mg/dl
2. Klien tampak gelisah

O. Diagnosa Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan (00092)
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan polyuria (00198)
3. Resiko infeksi berhubungan dengan hiperglikemia (Kode : 00004)

P. Rencana Tindakan Keperawatan


No Rencana Perawat
No Hari/Tgl TTD
Dx Tujuan dan KH Intervensi Rasional
1. Selasa, I Setelah di 1. Monitor 1. Untuk Jihan
14 juli lakukan tindakan sumber mengetah
2020 keperawatan kegiatan klien ui
09.00 3x7jam dengan 2. Bantu klien aktivitas
WIB kriteria hasil : melakukan apa saja
1. Klien tidak aktivitas fisik yang
lemah (misal : dilakkan
2. Klien dapat perawatan klien
memenuhi
diri) 2. Untuk
aktivitas secara
3. Beritahu membant
mandiri
klien/orang u klien
yang dekat agar
dengan klien terbiasa
mengenai melakuka
kelelahann(gej n aktivitas
ala yang 3. Untuk
mungkin memberit
muncul) ahu klien
4. Kolaborasi dan
dengan keluarga
keluarga untuk tentang
tetap gejala-
membantu gejala
aktivitas klien yang
jika klien mungkin
membutuhkan muncul
4. Untuk
memudah
kan klien
dalam
melakuka
n aktivitas
2. Selasa, II Setelah di 1. Monitor tanda 1. Untuk Jihan
14 juli lakukan tindakan tanda vital memberik
2020 keperawatan klien an
09.00 3x7jam dengan 2. Timbang berat gambaran
WIB kriteria hasil : badan setiap umum
1. Klien dapat hari keadaan
tidur 7-9 3. Informasikan klien
jam/hari kepada 2. Untuk
2. Klien tidak keluarga dan mengetah
kekurangan klien tentang ui
cairan tanda dan keadaan
3. Klien tidak gejala polyuria gizi klien
lagi terganggu 4. Kolaborasi 3. Untuk
tidurnya dengan menamba
karena BAK keluarga h
dalam pengetahu
memantau an klien
keadaan klien dan
dan untuk teru keluarga
memberikan mengenai
support polyuria
4. Agar
pasien
tetap
semangat
dalam
melakuka
n
pengobata
n
3. Selasa, III Setelah di 1. Monitor kadar Jihan
14 juli lakukan tindakan glukosa darah, 1. Untuk
2020 keperawatan sesuai indikasi memantau
2. Dorong asupan
09.00 3x7jam dengan kadar gula
cairan oral
WIB kriteria hasil : darah klien
3. Berikan
1. Klien tidak agar tetap
informasi pada
menunjukkan terkontrol
pasien dan
tanda-tanda keluarga
2. Agar
infeksi mengenai kebutuhan
2. Gula darah pencegahan, cairn klien
klien normal pengenalan terjaga
tanda-tanda 3. Memberik
hiperglikemi an
dan manajemen informasi
hiperglikemi
kepada
4. Kolaboorasi
keluarga
dengan
dan klien
keluarga untuk
tentang
memantau
penyakit
aktivitas klien yang
jika kadar diderita
glukosa darah klien
klien lebih dari
4. Untuk
250mg/dl,
mecegah
khususnya jika
terjadi hal
ketonurin
yang tidak
terjadi
diinginkan
dan agar
klien
merasa
aman

Q. Implementasi dan Intervensi


No Tgl/Jam No Implementasi Respon TTD
Dx
1. Selasa, I Memonitor sumber DS : Jihan
14 juli 2020 kegiatan klien Klien mengatakan selalu
09.00 WIB II Memonitor tanda tanda control rutin ke pus-
vital klien kesmas
II Menimbang berat badan DO :
setiap hari Sebagian aktivitas klien
III Memonitor kadar glukosa di bantu keluarga
darah, sesuai indikasi TTV :
TD : 100/70 mmHg
N : 88x/menit
RR : 22x/menit
S : 37 C
BB : 60 kg
TB : 155 cm
2. 10.30 WIB I Membantu klien DS : Jihan
melakukan aktivitas fisik Klien mengatakan ingin
(misal : perawatan diri) di bantu melakukan
III Mendorong asupan cairan aktivitas, karena belum
oral dapat melakukan secara
mandiri
DO :
- Klien tampak lemah
- Klien tampak
meminum setengah
gelas air
3. 11.30 WIB II Memberitahu DS : Jihan
klien/orang yang dekat - Klien dan keluarga
dengan klien mengenai klien mengatakan
kelelahann(gejala yang bersedia di beri
mungkin muncul) informasi
II Menginformasikan DO :
kepada keluarga dan Klien dan keluarga klien
klien tentang tanda dan tampak memperhatikan
gejala polyuria saat di beri informasi
III Memberikan informasi
pada pasien dan keluarga
mengenai pencegahan,
pengenalan tanda-tanda
hiperglikemi dan
manajemen hiperglikemi
4. 12.30WIB I Kolaborasi dengan DS : Jihan
keluarga untuk tetap Keluarga klien meng-
membantu aktivitas klien atakan akan membantu
jika klien membutuhkan aktivitas klien dan
II Kolaborasi dengan memantau setiap
keluarga dalam aktivitas klien
memantau keadaan klien DO :
dan untuk teru Kadar gula darah klien
memberikan support 200mg/dl
III Kolaboorasi dengan Keluarga klien tampak
keluarga untuk memantau begitu memperhatikan
aktivitas klien jika kadar kondisi klien
glukosa darah klien lebih
dari 250mg/dl, khususnya
jika ketonurin terjadi
7. Rabu I Memonitor sumber DS :
15 juli 2020 kegiatan klien Klien mengatakan selalu
07.00 WIB Memonitor tanda tanda control rutin ke pus-
vital klien kesmas
II Menimbang berat badan DO :
setiap hari Sebagian aktivitas klien
III Memonitor kadar glukosa di bantu keluarga
darah, sesuai indikasi TTV :
TD : 100/80 mmHg
N : 88x/menit
RR : 22x/menit
S : 36,5 C
BB : 60 kg
TB : 155 cm
8. 08.00 WIB I Membantu klien DS : Jihan
melakukan aktivitas fisik Klien mengatakan ingin
(misal : perawatan diri) belajar beraktivitas seca-
II Mendorong asupan cairan ra mandiri
oral DO :
Klien tampak meminum
satu gelas air
9. 12.30 WIB II Kolaborasi dengan DS : Jihan
keluarga untuk tetap Keluarga klien meng-
membantu aktivitas klien atakan akan membantu
jika klien membutuhkan aktivitas klien dan
Kolaborasi dengan memantau setiap
II keluarga dalam aktivitas klien
memantau keadaan klien DO :
dan untuk teru Kadar gula darah klien
III memberikan support 190mg/dl
Kolaboorasi dengan Keluarga klien tampak
keluarga untuk memantau begitu memperhatikan
aktivitas klien jika kadar kondisi klien
glukosa darah klien lebih
dari 250mg/dl, khususnya
jika ketonurin terjadi
10. Kamis I Memonitor sumber DS : Jihan
9 juli 2020 kegiatan klien Klien mengatakan selalu
07.00 WIB Memonitor tanda tanda control rutin ke pus-
vital klien kesmas
II Menimbang berat badan DO :
setiap hari Sebagian aktivitas klien
III Memonitor kadar glukosa di bantu keluarga
darah, sesuai indikasi TTV :
TD : 120/80 mmHg
N : 88x/menit
RR : 22x/menit
S : 36 C
BB : 60 kg
TB : 155 cm
11. 09.00 WIB I Membantu klien DS : Jihan
melakukan aktivitas fisik Klien mengatakan dapat`
(misal : perawatan diri) beraktivitas seca-ra
III Mendorong asupan cairan mandiri
oral DO :
Klien tampak meminum
satu gelas air
12. 11.00 WIB I Kolaborasi dengan DS : Jihan
keluarga untuk tetap Keluarga klien meng-
membantu aktivitas klien atakan kien dapat
jika klien membutuhkan beraktivitas secara
II Kolaborasi dengan mandiri
keluarga dalam DO :
memantau keadaan klien Kadar gula darah klien
dan untuk teru 180mg/dl
memberikan support Klien tampak melakukan
III Kolaboorasi dengan aktivitas secara mandiri
keluarga untuk memantau
aktivitas klien jika kadar
glukosa darah klien lebih
dari 250mg/dl, khususnya
jika ketonurin terjadi
R. Evaluasi Formatif
No Hari/Tanggal Diagnosa Evaluasi TTD

1 Rabu S: Jihan
Intoleransi
15 Juli 2020
aktivitas Klien mengatakan kelemahan pada tubuh
berhubungan klien sudah meningkat
dengan
Klien mengatakan aktivitas masih dibantu
kelemahan
keluarga

O:
Klien terlihat kesulitan untuk melakukan
aktivitas secara mandiri

A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan Intervensi

1. Monitor sumber kegiatan klien


2. Bantu klien melakukan aktivitas fisik
(misal : perawatan diri)
3. Kolaborasi dengan keluarga untuk tetap
membantu aktivitas klien jika klien
membutuhkan

2. Rabu S: Jihan
Gangguan pola
15 Juli 2020
tidur Klien mengatakan tidur hanya 5-6 jam/hari
berhubungan
Klien mengatakan setiap tidur selalu
dengan
terbangun untuk BAK
polyuria
O:

TTV :

TD : 100/80 mmHg

N : 88x/menit

RR : 22x/menit

S : 36,5 C

BB : 60 kg

TB : 155 cm

A : Masalah teratasi sebagian


P : Lanjutkan Intervensi

1. Monitor tanda tanda vital klien


2. Timbang berat badan setiap hari
3. Kolaborasi dengan keluarga dalam
memantau keadaan klien dan untuk teru
memberikan support

3. Rabu S: Jihan
Resiko infeksi
15 juli 2020 berhubungan Klien mengatakan takut jika terjadi infeksi
dengan
O:
hiperglikemia
Kadar gula darah klien 190mg/dl

Klien tampak gelisah

A: Masalah teratasi sebagian

P: Lanjutkan Intervensi

1. Monitor kadar glukosa darah, sesuai


indikasi
2. Dorong asupan cairan oral
3. Kolaboorasi dengan keluarga untuk
memantau aktivitas klien jika kadar
glukosa darah klien lebih dari 250mg/dl,
khususnya jika ketonurin terjadi

S. Evaluasi Sumatif
No Hari/Tanggal Diagnosa Evaluasi TTD

1 Kamis S: Jihan
Intoleransi
16 Juli 2020
aktivitas Klien mengatakan sudah tidak lemah
berhubungan Klien mengatakan mampu melakukan
dengan aktivitas secara mandiri
kelemahan
O:

Klien terlihat sudah mampu melakukan


aktivitas secara mandiri

A : Masalah teratasi

P : Hentikan Intervensi

2. Kamis S: Jihan
Gangguan pola
16 Juli 2020
tidur Klien mengatakan tidur hanya 8 jam/hari
berhubungan
O:
dengan polyuria
TTV :

TD : 120/80 mmHg

N : 88x/menit

RR : 22x/menit

S : 36 C

BB : 60 kg

TB : 155 cm

A : Masalah teratasi

P : Hentikan Intervensi

3. Kamis S: Jihan
Resiko infeksi
9 juli 2020
berhubungan Klien mengatakan lebih nyaman setelah
dengan di obati
hiperglikemia O:

Kadar gula darah klien 180mg/dl

A: Masalah teratasi

P: Hentikan Intervensi

Anda mungkin juga menyukai