Pada kehamilan kembar karena pengurangan janin atau reduced twin secara
bermakna mempunyai risiko yang lebih tinggi kejadian kelahiran preterm, berat
badan lahir rendah, dan sindroma gawat nafas dibandingkan dengan hamil kembar
biasa. Delapan puluh persen zigositas dapat ditentukan pada saat lahir atau segera
setelah lahir yaitu: 1. Dua puluh tiga persen hamil kembar 1 amnion, ini berarti
monozigotik, 2. Tiga puluh persen hamil kembar dengan 2 korion karena
mempunyai jenis kelamin berbeda, ini berarti dizigotik, 3. dua puluh tujuh persen
mempunyai jenis kelamin yang sama tetapi dengan golongan darah yang berbeda,
ini berarti dizigotik.
Sisanya 20% dengan jenis kelamin sama tetapi golongan darahnya sama
yang berarti kembar monozigotik dengan 2 korion (plasenta terpisah atau berfusi)
atau kembar dizigotik dengan jenis kelamin sama (plasenta terpisah atau berfusi).
Untuk memastikan maka diperlukan pemeriksaan lebih lanjut yaitu dengan kultur
jaringan, analisa enzim, DNA mapping. Terminologi selanjutnya ialah
quadruplet=kembar 4, quintuplet=kembar 5, sextuplet=kembar 6, dan
octuplet=kembar 7.
2) Klasifikasi Kehamilan Kembar
a. Kembar Dizigotik
Pengaruh faktor genetik terhadap kejadian hamil kembar juga berbeda pada
setiap suku bangsa. Misalnya wanita kulit putih melahirkan kembar 1:100, wanita
kulit hitam 1:80, di Jepang 1:55, bahkan ada daerah tertentu di Afrika yang angka
kejadian hamil kembar 1 : 20.
b. Kembar Monozigotik
Anastomosis pembuluh darah ini lebih sering arteri dengan arteri daripada
vena dengan vena, sering terjadi gabungan keduanya. Anastomosis pembuluh darah
besar tersebut mempunyai arti klinis yang sangat penting terutama pada saat
antepartum dan intrapartum. Pada intrapartum janin kembar kedua mungkin akan
kehilangan darah yang banyak apabila pembuluh darah janin kembar pertama pecah
atau apabila tali pusat janin kembar pertama tidak dijepit dengan baik.
Pada hamil kembar 1 korion 99% terjadi anastomosis, sedangkan pada hamil
17
kembar dengan 2 korion, anastomosis terjadi hanya 1%. Hubungan pembuluh
darah feto-fetal yang paling penting ialah adanya shunt antara arteri dan vena. Shunt
ini mungkin satu atau lebih dan mungkin ada juga dengan arah yang berlawanan.
Apabila mereka tidak diikuti oleh anastomosis arteri – arteri atau vena– ke vena ini,
maka 1 janin akan memberikan darahnya terus menerus ke janin yang lain dan hal
ini merupakan dasar sindroma transfusi janin. Apabila dibandingkan anastomosis
anatara hamil kembar dengan sindroma transfusi janin dengan tanpa sindroma
transfusi janin adalah sebagai berikut: pada hamil kembar dengan sindroma transfusi
janin, anastomosis lebih sedikit, sering tunggal, dan lebih banyak anastomosis yang
lebih dalam (deep anastomosis) daripada yang superfisial, aliran dari tiap jenis
anastomosis selalu dari donor ke resipien. (Gambar 3 dan 4).
Secara teoritis hanya shunt arteri vena saja yang aliran darahnya 1 arah.
Pada resipien akan terjadi hipervolemia dan plethora, dan pada donor akan terjadi
anemia. Adanya perbedaan pertumbuhan dari kedua janin atau adanya gagal jantung
dapat diamati. Hidramnion timbul pada kehamilan 20-30 minggu dan sering
berakhir dengan lahir preterm. Kematian perinatal pada kembar 1 korion, 2
amnion, 25 %-30% karena adanya sindroma transfusi janin. Apabila sindroma
transfusi janin terjadi pada kehamilan midtrimester maka kematian perinatal lebih
80% dan pada donor dan resipien akan didapatkan lesi otak.
Wanita hamil dengan perut yang lebih besar dari umur kehamilan biasa
perludipikirkan beberapa kemungkinan yaitu : 1. hamil kembar; 2. uterus tampak
lebih besar karena kandung kemih yang penuh; 3. lupa hari pertama haid terakhir; 4.
hidramnion; 5. hamil dengan mioma uteri; 6. mola hidatidosa; 7. hamil dengan
masa adneksa yang menempel ke uterus; 8. janin dengan makrosomia. Besarnya
uterus pada hamil kembar rata-rata 5 cm lebih tinggi daripada hamil tunggal.
Kadang-kadang ada kesulitan membuat diagnosis hamil kembar dengan cara
palpasi karena wanitanya gemuk, ada hidramnion, atau janin yang satu milintang
diatas yang lain.
6) Risiko Ibu
1. Gejala kehamilan muda meningkat. Kalau ada gejala hamil muda yang
meningkat, maka kemungkinan hamil kembar harus dipikirkan.
Meningkatnya gejala ini kemungkinan karena meningkatnya produksi
hormon dibandingkan dengan hamil tunggal.
7) Risiko Janin
7. Hidramnion.
Hidramnion biasanya terjadi dalam satu kantong kehamilan kembar
yang mengalami sindroma tranfusi janin dan stuck twin sign.
Hal ini mungkin disebabkan karena kelainan pada janin seperti atresia
gastrointestinal bagian atas, hidrops fetalis, kelainan jantung.
Hidramnion merupakan penyebab utama kematian perinatal.
11. Janin mati. Kematian janin kedua antara 0.5% - 6.8%. setelah
trimester 1. Setelah janin kedua mati maka kematian janin pertama 20%
karena kelahiran preterm.
8) Penatalaksanaan
1. Sebelum hamil
Risiko hamil kembar pada wanita yang menggunakan obat pemicu
ovulasi ialah 20% - 40%. Induksi ovulasi dengan klomifen sitrat,
kejadian hamil kembar 5% - 10%. Hal ini harus diberitahukan waktu
konseling. Angka kejadian hamil kembar pada penggunaan bayi tabung
sangat bergantung kepada jumlah embrio yang ditransfer kedalam
rahim. Untuk mengurangi resiko hamil kembar maka sebaiknya
mengurangi jumlah embrio yang ditransfer tersebut.
2. Waktu hamil
Pemeriksaan antenatal lebih sering, yaitu setiap 1 minggu setelah
kehamilan 20 minggu. Timbulnya hipertensi dapat dicegah dan gula darah
harus diperiksa Perdarahan antepartum tidak dapat dihindari dengan
pemeriksaan antenatal yang lebih sering. Fe dan asam folat diberikan
setelah trimester I. Diagnosis dini dapat menghindari komplikasi yang
sering timbul, adanya kelainan kongenital dan kembar siam dapat
ditegakan waktu hamil 19 –20 minggu minggu.
9) Kembar Siam
Diagnosis ditegakan antenal. Ditentukan letak dan bagian tubuh yang mana
yang dempet, dan diberitahukan kepada keluarga sebelum lahir tentang prognosis
dan risiko operasi. Tindakan operatif sebaiknya dilakukan pada kehamilan 38
minggu. Kelau dilakukan pada kehamilan preterm maka dianjurkan untuk
pemberian kortikosteroid untuk pematangan paru. Insisi klasik lebih
menguntungkan tetapi mempunyai risiko ruptur pada kehamilan berikutnya. Pada
saat kelahiran sebaiknya ada 2 tim dokter yaitu spesialis anak 2 orang, perawat
neonatus 2 orang dan 1 dokter spesialis bedah anak yang siap dipanggil.
35. Pertumbuhan Janin Terhambat
Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) kini merupakan suatu entitas penyakit
yang membutuhkan perhatian bagi kalangan luas, mengingat dampak yang
ditimbulkan jangka pendek berupa resiko kematian 6-10 kali lebih tinggi jika
dibandingkan dengan bayi normal. Dalam jangka panjang terdapat dampak berupa
hipertensi, arteriosklerosis, stroke, diabetes, obesitas, retensi insulin, kanker dan
sebagainya. Hal tersebut terkenal dengan barker hipotesis yaitu penyait pada orang
dewasa terprogram sejak dalam uterus.
Kini WHO menganjurkan agar kita memperhatikan masalah ini karena akan
memberikan beban ganda. Di Jakarta dalam suatu survey ditemukan bahwa pada
golongan ekonomi rendah, prevalensi PJT lebih tingi (14%) jika dibandingkan
dengan golongan ekonomi menengah atas (5%).
1) Definisi
Pertumbuhan janin terhambat ditentukan bila berat janin kurang dari 10% dari
berat yang harus dicapai pada usia kehamilan tertentu. Biasanya perkembangan yang
terhambat diketahui setelah 2 minggu tidak ada pertumbuhan. Dahulu PJT disebut
sebagai intrauterine growth retardation (IUGR), tetapi istilah retardation kiranya
tidak tepat. Tidak semua PJT adalah hipoksik atau patologik karena ada 25-60 %
yang berkaitan dengan konstitusi etnik dan besar orang tua.
2) Penyebab
Pada kehamilan 16-20 minggu sebaiknya dapat ditentukan apakah ada kelainan/cacat
janin. Apabila ada indikasi sebaiknya tentukan adanya kelainan genetik.
3) Patologi
Penyebab PJT simetrik ialah faktor janin atau lingkungan uterus yang kronik
(diabetes, hipertensi). Faktor janin ialah kelainan genetik (aneuplodi), umumnya
trisomi 21, 13, dan 18. Secara keseluruhan PJT ternyata hanya 20% saja yang
asimetrik pada penelitian terhadap 8.722 di Amerika.
4) Diagnosis
5) Manajemen
Setelah ditetapkan tidak ada kelainan janin, perlu dipertimbangkan bila janin
akan dilahirkan. Bagi situasi di Indonesia, saat yang tepat ialah bergantung pada arus
darah arteri umbilikal dan usia gestasi. Arteri umbilikal yang tidak memiliki arus
diastolik (absent diastolic flow) bahkan adanya arus terbalik (reverse flow) akan
mempunyai prognosis buruk berupa kematian janin dalam <1 minggu. Usia optimal
untuk melahirkan bayi ialah 33-34 minggu dengan pertimbangan sudah dilakukan
pematangan paru. Pemeriksaan karditokografiakan membantu diagnosis adanya
hipoksia janinlanjut berupa deselerasi lambat denyut jantung. Skor fungsi dinamik
janin plasenta yaitu upaya mengukur peran PJT pada profil biofisik akan membantu
menentukan saatnya melakukan terminasi kehamilan.
Skor 2 0
Hasil NST Reaktif Non-reaktif
NST + Stimulasi akustik Akselerasi Tanpa Akselerasi
Gerak napas (+) (-)
SD A. Umbilikal <=3 >3
Indeks Cairan Amnion >=10 <10
Kurangi dengan 2 pada PJT; Deselerasi (+) NST= Non Stress Test
(Kurangi dengan nilai 2 pada PJT dan deselerasi lambat)
1) Sirenomalia
2) Teratoma sarkokokgeal
Merupakan penyakit sejenis tumor yang terletak pada tulang ekor. Tumor ini
diyakini berasal dari sel multipotensial embrio dari Hensen’s node yang terletak di
dalam tulang ekor. Hensen’s node adalah suatu agregasi dari sel totipotensial yang
merupakan pengatur utama pada perkembangan embrionik. Semula terletak di bagian
posterior embrio yang bermigrasi secara caudal pada minggu pertama kehidupan
didalam ekor embrio, akhirnya berhenti di anterior tulang ekor.
3) Oligohidramnion
Penyebabnya diduga karena matinya salah satu dari bayi kembar, kehilangan
cairan ketuban atau adanya reabsorpsi dan kompresi pada janin yang meninggal oleh
janin yang tumbuh dengan baik.
5) Amelia Unilateral
Sindrom Tetra-amelia ( tetra- + amelia ), juga disebut autosom resesif
tetraamelia, adalah sangat jarang autosomal resesif kelainan bawaan yang ditandai
dengan tidak adanya keempat anggota badan.
Karakteristik
a. Para peneliti telah menemukan mutasi pada WNT3 gen pada orang dengan
sindrom tetra-amelia dari satu keluarga besar.
Kelainan bawaan amelia dengan mudah dapat dikenal apabila seluruh anggota
gerak hilang, bagi anggota gerak atas yang tertinggal hanya bahu, sehingga sendi
bahu tidak ada atau untuk anggota gerak bawah yang hilang adalah sendi paha yang
tertinggal hanya pantat saja. Dengan demikian seluruh fungsi anggota gerak hilang.
Suatu keadaan yang terjadi pada janin saat berada dalam kandungan, dimana
ibunya mengkonsumsi minuman beralkohol.
Penyebab
a. Alkohol yang diminum oleh ibu hamil dengan mudah akan melewati plasenta
dan sampai ke janin. Karena janin metabolisme alkohol dengan lebih lambat,
maka konsetrasi alkohol di dalam darah bayi lebih tinggi dibandingkan pada
ibu.
Gejala
f. Hambatan perkembangan dan gangguan pada tiga atau lebih area utama, yaitu
berpikir, berbicara, pergerakan, atau kemampuan sosial
h. Retardasi mental
j. Gangguan perilaku
k. Kelainan jantung
m. Tremor
Diagnosa
Pengobatan
Pencegahan
a. Wanita yang berencana untuk hamil atau wanita yang sedang hamil tidak
boleh mengkonsumsi alkohol.
8) Sindrome Down
a. Keterbelakangan mental
Penyebab
a. Trisomi 21 Bebas: di mana semua sel dalam tubuh memiliki materi ekstra
kromosom 21. Sekitar 94% dari orang dengan sindrom Down memiliki tipe
ini.
c. Trisomi Mosaik : di mana hanya beberapa sel memiliki ekstra kromosom 21.
Jenis ini biasanya kurang menunjukkan tanda-tanda sindrom Down,
tergantung pada seberapa banyak jumlah sel trisomi yang dimiliki. Sekitar 2%
dari orang dengan sindrom Down memiliki jenis ini.
Pencegahan
Sindrom Patau, atau dikenal sebagai Trisomy 13 adalah salah satu penyakit
yang melibatkan kromosom, yaitu stuktur yang membawa informasi genetik
seseorang dalam gen.Trisomi 13 atau sindroma Patau disebabkan oleh adanya 3 untai
kromosom 13 pada tiap sel penderita, sehingga jumlah total kromosom pada tiap
selnya adalah 47. Kelainan ini dapat menyebabkan gangguan berat pada
perkembangan otak, jantung, ginjal, bibir dan rongga mulut (bibir sumbing) juga
pertumbuhan jari tangan dan kaki.
Abnormaliti yang biasa terjadi pada bayi yang mengalami Sindrom Patau
termasuk:
1. Bibir sumbing
2. Memiliki lebih jari tangan atau kaki
3. Kepala kecil
4. Mata kecil
5. Abnormaliti pada tulang rangka, jantung dan ginjal
6. Pertumbuhan terbantut
10) Sindrom Turner
Ciri – ciri :
1. Memiliki kelenjar kelamin (gonad) yang tidak berfungsi dengan baik dan
dilahirkan tanpa ovari atau uterus.
Ciri-ciri:
a. Anak dengan Prader Willi Syndrome diawali dengan adanya failure to thrive
(gagal tumbuh) dan kemudian menjadi obesitas.
b. Hypotonia,
c. perawakan pendek,
d. polifagia,
Penyebab :
b. penataan ulang kromosom disebut translokasi, atau oleh mutasi atau cacat lain
yang abnormal (menginaktivasi) pada gen kromosom 15 paternal.
12) Anensefalus
Anensefalus adalah suatu kelainan tabung saraf (suatu kelainan yang terjadi
pada awal perkembangan janin yang menyebabkan kerusakan pada jaringan
pembentuk otak dan korda spinalis).
Faktor risiko:
- Riwayat anensefalus pada kehamilan sebelumnya
- Kadar asam folat yang rendah
Gejala anensefalus :
13) Meningokel
Gejala:
2) Etiologi
Janin yang besar ialah janin yang beratnya lebih dari 4000 gram. Menurut
kepustakaan lain, anak yang besar dapat menimbulkan kesulitan dalam
persalinan jika beratnya lebih dari 4500 gram.
Penyebab anak besar yaitu:
a. Diabetes mellitus
b. Herediter
c. Multiparitas
Kesukaran yang ditimbulkan dalam persalinan karena besarnya kepala atau
besarnya bahu. Karena regangan dinding rahim oleh anak yang sangat besar,
dapat timbul inersia uteri dan kemungkinan perdarahan postpartum akibat
atonia uteri juga lebih besar.
Jika panggul normal biasanya diusahakan persalinan pervaginam karena
penentuan besarnya anak dengan palpasi Leopold sangat sulit. Pemeriksaan
USG dapat membantu diagnosis bila anak letak kepala dan kepala belum
masuk pintu atas panggul.
b. Presentasi Dahi
c. Letak Lintang
Pada letak lintang, sumbu panjang anak tegak lurus atau hampir tegak
lurus pada sumbu panjang ibu. Pada letak lintang, bahu menjadi bagian
terendah, yang disebut presentasi bahu, atau presentasi akromion. Jika
pungung terdapat di depan disebut dorsoanterior, jika di belakang disebut
dorsoposterior.
Penyebab letak lintang ialah:
- Dinding perut yang kendur, seperti pada multiparitas
- Kesempitan panggul
- Plasenta previa
- Prematuritas
- Kelainan bentuk rahim
- Mioma uteri
- Kehamilan ganda
d. Kelainan Posisi
Panggul Sempit
Batasan panggul sempit menurut Pedoman diagnosis dan Terapi Obstetri dan
Ginekologi RSHS yaitu setiap kelainan pada diameter panggul yang mengurangi
kapasitas panggul, sehingga dapat menimbulkan distosia pada persalinan.
Kriteria diagnosis :
a. Kesempitan pintu atas pangul
Panggul sempit relatif : Jika konjugata vera > 8,5-10 cm
Panggul sempit absolut : Jika konjugata vera < 8,5 cm
b. Kesempitan panggul tengah
Bidang tengah panggul terbentang antara pinggir bawah simfisis dan
spina os ischii dan memotong sacrum kira-kira pada pertemuan ruas sacral ke-
4 dan ke-5.
1) Definisi
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya
kurang dari 12 gr% .Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan
kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar < 10,5 gr%
pada trimester II.
2) Etiologi
Gejala anemia pada kehamilan yaitu ibu mengeluh cepat lelah ,sering
pusing,mata berkunang- kunang,malaise, lidah luka, nafsu makan turun
(anoreksia),konsentrasi hilang, nafas pendek (pada anemia parah) dan keluhan mual
muntah lebih hebat pada hamil muda.
4) Klasifikasi
a. Pengobatan oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu fero
sulfat, fero glukonat atau Na-fero bisirat. Pemberian preparat 60mg/hari
dapat menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr%/bulan.saat ini program
nasional menganjurkan kombinasi 60mg besi dan 50 nanogram asam
folat untuk profilaksis anemia.
Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekati 800
mg. Kebutuhan ini terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan
plasenta 500 mg lagi digunakan untuk meningkatkan masa haemoglobin
maternal. Kurang lebih 200 mg lebih akan diekskresikan lewat usus, urin dan
kulit. Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan menghasilkan sekitar 8- 10
mg zat besi. Perhitungan makan 3 kali dengan 2500 kalori akan menghasilkan
sekitar 20-25 mg zat besi perhari. Selama kehamilan dengan perhitungan 288
hari, ibu hamil akan menghasilkan zat besi sebanyak 100 mg sehingga
kebutuhan zat besi masih kekurangan untuk wanita hamil.
Anemia Megaloblastik
Anemia Hipoplastik
Anemia Hemolitik
Anemia dapat terjadi pada ibu hamil,karena itulah kejadian ini harus selalu
diwaspadai.anemia yang terjadi saat ibu hamil Trimester I akan dapat
mengakibatkan Abortus ( keguguran) dan kelainan kongenital. Anemia pada
kehamilan trimester II dapat menyebabkan : persalinan premature,perdarahan
antepartum,gangguan pertumbuhan janin dalam rahim,asfiksia intrauterin sampai
kematian, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR),gestosis dan mudah terkena infeksi,
IQ rendah dan bahkan bisa mengakibatkan kematian. Saat inpartu, anemia dapat
menimbulkan gangguan his baik primer maupun sekunder, janin akan lahir
dengan anemia,dan persalinan dengan tindakan yang disebabkan karena ibu cepat
lelah. Saat pasca melahirkan anemia dapat menyebabkan : atonia uteri ,retensio
plasenta,perlukaan sukar sembuh,mudah terjadinya febris puerpuralis dan
gangguan involusi uteri.
Sumber : https://med.unhas.ac.id/obgin/?p=102
Win Irwan Royadi.*
dr IMS Murah Manoe,SpOG (K)
39. Kematian Janin
(Intra Uterine Fetal Death/IUFD)
1) Definisi
2) Diagnosis
3) Etiologi
25-60% kasus penyebab kematian janin tidak jelas. Kematian janin dapat
disebabkan oleh factor maternal, fetal atau kelainan patologis plasenta.
Faktor maternal
Post term (>42 minggu), diabetes mellitus tidak terkontrol, SLE,, infeksi,
hipertensi, preeclampsia, eklampsia, hemoglobinopati, umur ibu tua, penyakit
rhesus, rupture uteri, antifosfolipid sindrom, hipotensi akut ibu, kematian ibu.
Faktor Fetal
Hamil kembar, hamil tumbuh terhambat, kelainan kongenital, kelainan
genetik, infeksi.
Faktor Plasenta
Kelainan tali pusat, lepasnya plasenta, ketuban pecah dini, vasa previa.
Sedangkan factor terjadinya kematian janin intrauterine meningkat pad
Usia ibu >40 tahun, pada ibu infertile, kemokonsentrasi pada ibu, riwayat bayi
dengan berat badan lahir rendah, infeksi ibu (ureplasma urealitikum),
kegemukan, ayah berusia lanjut.
Kelainan pada uterus atau serviks
4) Pengelolaan
Setelah bayi lahir dilakukan ritual keagamaan merawat mayat bayi bersama
keluarga. Idealnya pemeriksaan otopsi atau patologi plasenta akan membantu
mengungkapkan penyebab kematian janin.
5) Pencegahan
Upaya mencegah kematian janin, khususnya yang sudah atau mendekati aterm
adalah bila ibu merasa gerakan bayi menurun, tidak bergerak, atau janin terlalu keras,
perlu dilakukan pemeriksaan ultrasonogrfi. Perhatikan adaya solusio plasenta. Pada
gemeli dengan T+T (twin to twin transfusion) pencegahan dilakukan dengan
koagulasi pembuluh anastomosis.
1) Definisi
Pada kehamilan umur 32 minggu dengan berat bayi >1.500 gram keberhasilan
hidup sekitar 85%, sedang pada umur kehamilan sama dengan berat janin <1.500
gram angka keberhasilan sebesar 80%. Pada umur kehamilan <32 minggu dengan
berat lahir <1.500 gram angka keberhasilan hanya sekita 59%. Hal ini menunjukkan
bahwa keberhasilan persalian preterm tidak hanya tergantung umur kehamilan, tetapi
juga berat bayi lahir.
d. Ibu
Penyakit berat pada ibu
Diabetes mellitus
Preeklampsi/hipertensi
Infeksi saluran kemih/genital/intrauterine
Penyakit infeksi dengandemam
Stres psikologik
Kelainan bentuk uterus/serviks
Riwayat persalian preterm/abortus berulang
Inkompetensi serviks (panjang serviks <1cm)
Pemakaian obat narkotik
Trauma
Perokok berat
Kelainan imunologi/kelainan resus
4) Diagnosis
Kontraksi yang berulang sedikitnya setiap 7-8 menit sekali atau 2-3 kali
dalam waktu 10 menit
Adanya nyeri pada punggung bawah (low back pain)
Perdarahan bercak
Perasaan menekan daerah serviks
Pemeriksaan serviks menunjukkan telah terjadi pembukaan sedikitnya 2 cm
dan penipisan 50-80%.
Presentasi janin rendah sampai mencapai spina ischiadica
Terjadi pada usia kehamilan 22-37 minggu
5) Manajemen
Cara utama untuk mengurangi resiko persalian preterm dapat dilakukan sejak
awal, sebelum tanda-tanda persalinan muncul. Beberapa indicator dapat dipakai untuk
meramalkan terjadi persalinan preterm, sebagai berikut:
Indikator klinik
Indikator klinik yang dapat dijumpai seperti timbulnya kontraksi dan
pemendekan serviks (Secara manual maupun ultrasonografi)
Indikator biokimia
-Fibronektin janin: peningkatan kadar fibronektin janin pada vagina, serviks
dan air ketuban memberikan indikasi adanya gangguan pada hubungan antara
korion dan desidua. Pada kehamilan 24 minggu atau lebih, kadar fibronektin
janin 50 ng/ml atau lebih mengindikasikan risiko persalian preterm.
-Corticotropin Releasing Hormone (CRH): peningktan CRH dini atau pada
trimester 2 merupakan indicator yang kuat
-Sitokin inflamasi: IL-1β, IL-6, IL-8 dan TNF-α mungkin berperan dalam
sintesis prostaglandin.
-Isoferitin plasenta: Pa=penurunan kadar serum beriksiko terjadinya persalian
preterm. Normal (tidak hamil) 10 U/ml.
-Feritin
Indikator Laboratorik
Jumlah leukosit dalam air ketuban (20/ml atau lebih), pemeriksaan CRP (>0,7
mg/ml) dan pemeriksaan leukosit dalam serum ibu (>13.000/ml).
6) Tatalaksana
Tokolisis
Alasan pemberian obat tokolisis adalah :
- Mencegah mortalitas dan morbiditas pada bayi premature
- Memberi kesempatan bagi terapi kortikosteroid untuk menstimulii
surfaktan paru janin
- Memberi kesempatan transfer intrauterine pada fasilitas yang lebih
lengkap
- Optimalisasi personel
Antibiotik
Hanya diberikan bilaman kehamilan risiko terjadinya infeksi seperti kasus
KPD.
- Eritromisin: 3x500 mg selama 3 hari
- Ampisilin: 3x500 mg selama 3 hari
Perawatan Neonatus
Perlu perhatikan:
- Keadaan Umum - Kelainan Fisik
- Biometri - Kemampuan minum
- Kemampuan Bernapas - Tetap jaga suhu agar tetap hangat
ASI diberikan lebih sering, bila tidak mungkin, diberikan sonde atau dipasang
infus.
Ruptur uteri komplit ialah keadaan robekan pada rahim di mana telah terjadi
hubungan langsung antara rongga amnion dan rongga peritneum. Peritoneum viserale
dan kantong ketuban keduanya ikut ruptur dengan demikian janin sebagian atau
seluruh tubuhnya telah keluar oleh kontraksi terakhir Rahim dan berada dalam kavum
peritonei atau rongga abdomen.
4) Gambaran Klinik
Bila telah terjadi ruptur komplit sudah pasti ada perdarahan yang bisa
dipantau pada Hb dan tekanan darah yang menurun, nadi yang cepat dan
kelihatan anemis dan tanda-tanda lain dari hipovolemia serta pernapasan yang
sulit berhubung nyeri abdomen akibat robekan rahim yang mengikutsertakan
peritoneum viserale robek dan merangsang ujung saraf sensoris.
PadaPalpasi
ibu merasa sangat nyeri, bagian tubuh janin mudah teraba dibawah dinding
abdomen ibu, kekuatan his sudah sangat menurun seolah his telah hilang.
Pada Auskultasi
Sering tidak terdengar denyut jantung janin, tetapi jika janin belum meninggal
bisa terdeteksi deselerasi patologik (deselarasi variabel yang berat) pada
pemantauan dengan KTG.
5) Diagnosis
Ruptura uteri iminens mudah dikenal pada ring van Bandl yang semakin
tinggi dan segmen bawah rahim yang tipis dan keadaan ibu yang gelisah takut karena
nyeri abdomen atau his kuat yang berkelanjutan disertai tanda-tanda gawat janin.
- Jari-jari tangan dalam bisa meraba permukaan rahim dan dinding perut
yang licin
- Dapat meraba pinggir robekan, biasanya terdapat pada bagian depan di
segmen bawah rahim
- Dapat memegang usus halus atau oemntum melalui robekan
- Dinding perut ibu dapat ditekan menonjol ke atas oleh ujung jari-jari
tangan dalam sehingga ujung jari-jari tangan luar saling mudah meraba
ujung jari-jari tangan dalam.
6) Komplikasi
7) Penanganan
8) Prognosis
Prognosisi bergantung pada apakah rupture uteri terjadi pada uterus yang
masih utuh atau pada bekas seksio sesarea atau suatu dehidens.
Kelainan tenaga (kelainan his). His yang tidak normal dalam kekuatan atau
sifatnya menyebabkan kerintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada
persalian, tidak dapat diatasi sehingga persalian mengalami hambatan atau
kemacetan.
Kelainan janin. Persalinandapat mengalami gangguan atau kemacetan karena
kelainan dalam letak atau dalam bentuk janin.
Kelainan jalan lahir. Kelainan dalam ukuran atau bentuk jalan lahir bisa
menghalangi kmajuan persalian atau menyebabkan kemacetan.
Perhatikan kontraksi uterus pada persalinan biasa. His normal mulai dari salah
satu sudut di fundus uteri yang kemudian menjalar merata simetris ke seluruh korpus
uteri dengan adanya dominasi kekuatan pada fundus uteri di mana lapisan otot uterus
paling dominan, kemudian mengadakan relaksasi secara merata dan menyeluruh,
hingga tekanan dalam ruang amnion balik ke asalnya ± 10 mmHg.
Inersia Uteri
Disini his bersifat biasa dalam arti bahwa fundus berkontraksi lebih kuat dan
lebih dahuludaripada bagian-bagian lain, peranan fundus tetap menonjol.
Kelainannya terletak dalam hal kontraksi uterus lebih aman, singkat dan
jarang daripada biasa.
Diagnosis inersia uteri paling sulit ditegakkan pada masa laten. Kontraksi
uterus yang disertai dengan rasa nyeri, tidak cukup untuk menjadi dasar utama
diagnosis bahwa persalinan sudah dimulai. Akibat dari kontraksi itu terjadi
perubahan pada serviks yakni pendataran dan/atau pembukaan, Kesalahan
yang sering dibuat ialah mengobati seorang penderita untuk inersia uteri
padahal persalinan belum mulai (false labour).
Penanganan :
Harus diperiksa keadaan serviks, presentasi serta posisi janin, turunnya kepala
janin dalam panggul, dan keadaan panggul. Apabila ada disproporsi
sefalopelvik yang berarti, sebaiknya diambil keputusan untuk melakukan
seksio sesarea. Apabila tidak atau disproporsi ringan dapat diambil sikap lain.
Pemberian oksitosin berguna untuk memperbaiki his sehingga serviks dapat
membuka. Oksitosin yang diberikan dengan cara suntikan intramuskular dapat
menimbulkan incoordinate uterine action.
Penanganan :
Pada partus presipitatus tidak banyak yang dapat dilakukan karena biasanya
bayi sudah lahir tanpa ada seorang yang menolong. Pada persalinan diawasi
dengan cermat, dan episiotomy dilakukan pada waktu yang tepat untuk
menghindari terjadinya ruptur perinei tingkat ke-3. His kuat dan ada rintangan
yang menghalangi lahirnya janin, dapat timbul lingkaran patologik, yang
merupakan tanda bahaya akan terjadi rupture uteri. Dalam keadaan demikian
janin harus dilahirkan dengan cara yang memberikan trauma minimal bagi ibu
dan anak.
Penanganan :
Kelainan ini hanya diobati secara simptomatis karena belum ada obat yang
dapat memperbaiki koordinasi fungsional antara baian-bagian uterus. Usaha
yang dapat dilakukan adlaah mengurangi tonus otot dan mengurangi ketakuta
penderita. Pada distosia servikalis primer diambil sikap seperti pada
incoordinate uterine action. Pada distosia servikalis sekunder, harusdilakukan
seksio sesarea sebelum jaringan parut serviks robek, yang dapat menjalar ke
atas sampai segmen bawah uterus.
Gambar 41-2. Incoordinate uterine contraction
3) Etiologi
Perdarahan bercak
Perasaan menekan daerah serviks
Pemeriksaan serviks menunjukkan telah terjadi pembukaan sedikitnya 2 cm
dan penipisan 50-80%.
Presentasi janin rendah sampai mencapai spina ischiadica
Terjadi pada usia kehamilan 22-37 minggu
5) Manajemen
Cara utama untuk mengurangi resiko persalian preterm dapat dilakukan sejak
awal, sebelum tanda-tanda persalinan muncul. Beberapa indicator dapat dipakai untuk
meramalkan terjadi persalinan preterm, sebagai berikut:
Indikator klinik
Indikator klinik yang dapat dijumpai seperti timbulnya kontraksi dan
pemendekan serviks (Secara manual maupun ultrasonografi)
Indikator biokimia
-Fibronektin janin: peningkatan kadar fibronektin janin pada vagina, serviks
dan air ketuban memberikan indikasi adanya gangguan pada hubungan antara
korion dan desidua. Pada kehamilan 24 minggu atau lebih, kadar fibronektin
janin 50 ng/ml atau lebih mengindikasikan risiko persalian preterm.
-Corticotropin Releasing Hormone (CRH): peningktan CRH dini atau pada
trimester 2 merupakan indicator yang kuat
-Sitokin inflamasi: IL-1β, IL-6, IL-8 dan TNF-α mungkin berperan dalam
sintesis prostaglandin.
-Isoferitin plasenta: Pa=penurunan kadar serum beriksiko terjadinya persalian
preterm. Normal (tidak hamil) 10 U/ml.
-Feritin
Indikator Laboratorik
Jumlah leukosit dalam air ketuban (20/ml atau lebih), pemeriksaan CRP (>0,7
mg/ml) dan pemeriksaan leukosit dalam serum ibu (>13.000/ml).
6) Tatalaksana
Tokolisis
Alasan pemberian obat tokolisis adalah :
- Mencegah mortalitas dan morbiditas pada bayi prematur
- Memberi kesempatan bagi terapi kortikosteroid untuk menstimulii
surfaktan paru janin
- Memberi kesempatan transfer intrauterine pada fasilitas yang lebih
lengkap
- Optimalisasi personel
Kortikosteroid
Kortikosteroid perlu diberikan pada usia kehamilan kurang dari 35 minggu.
Pemberian tidak dulang akan mengakibatkan resiko terjadinya pertumbuhan
janin terhambat.
- Betametason: 2x12 mg i.m dengan jarak pemberian 24 jam
- Deksametason: 4x6 mg i.m dengan jarak pemberian 12 jam
Antibiotik
Hanya diberikan bilaman kehamilan risiko terjadinya infeksi seperti kasus
KPD.
- Eritromisin: 3x500 mg selama 3 hari
- Ampisilin: 3x500 mg selama 3 hari
Perawatan Neonatus
Perlu perhatikan:
- Keadaan Umum - Kelainan Fisik
- Biometri - Kemampuan minum
- Kemampuan Bernapas - Tetap jaga suhu agar tetap hangat
ASI diberikan lebih sering, bila tidak mungkin, diberikan sonde atau dipasang
infus.
7) Kelainan Kala Dua
Infeksi Intrapartum
Infeksi adalah bahaya yang serius yang mengancam ibu dan janinnya pada
partus lama, terutama bia disertai pecahnya ketuban. Bakteri di dalam cairan
amnion menembus amnion dan menginvasi desidua serta pembuluh korion
sehingga terjadi bakteremia dan sepsis pada ibu dan janin.
Pneumonia pada janin akibat aspirasi cairan amnion yang terinfeksi, adalah
konsekuensi serius lainnya.
Ruptura Uteri
Penipisan abnormal segmen bawah uterus menimbulkan bahaya serius selama
partus lama, terutama pada ibu dengan paritas tinggi dan pada mereka dengan
riwayat seksio sesarea. Apabila disproporsi antara kepala janin dan panggul
sedemikian besar sehingga kepala tidak cakap (engaged) dan tidak terjadi
penurunan, segmen bawah uterus menjadi sangat teregang kemudian
menyebabkan rupture. Pada kasus ini mungkin terbentuk cincin retraksi
patologis yang dapat diraba sebagai sebuah krista transversal atau oblik yang
berjalan melintang di uterus antara sinfisis dan umbilikus.
Pembentukan Fistula
Apabila bagian terbawah janin menekan kuat ke pintu atas panggul, tetapi
tidak maju untuk jangka waktu cukup lama, bagian jalan lahir yang terletak di
antaranya dan dinding panggul dapat mengalami tekanan yang berlebihan.
Karena gangguan sirkulasi, dapat terjadi nekrosis yang akan jelas dalam
beberapa hari setelah melahirkan dengan meunculnya fistula vesikovaginal,
vesikoservikal, atau rektovaginal.
Kaput Suksedaneum
Apabila panggul sempit, sewaktu persalian sering terjadi kaput suksedaneum
yang besar di bagian terbawah kepala janin. Kaput ini dapat berukuran cukup
besar dan mnyebabkan kesalahan diagnostik yang serius.