Anda di halaman 1dari 21

REFERAT

ANATOMI, FISIOLOGI DAN PEMERIKSAAN SISTEM


SENSORIK

Oleh :
DESSY PURNAMASARI, S.Ked
18360048

Pembimbing :
dr. Fitriyani, Sp. S., M.Kes

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU PENYAKIT SYARAF


RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN BANDAR LAMPUNG
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
2018
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Referat

ANATOMI DAN FISIOLOGI DAN PEMERIKSAAN SARAF SENSORIK

Bandar Lampung, Agustus 2018

Mengerahui,

Penyaji, Pembimbing,

Dessy Purnamasari, S.Ked dr. Fitriyani, Sp.S, M.Kes

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU PENYAKIT SYARAF


RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN BANDAR LAMPUNG
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
2018
BAB 1

PENDAHULUAN

Sistem syaraf adalah serangkaian organ yang kompleks dan berhubungan

serta terdiri dari jaringan syaraf. Dalam mekanisme sistem syaraf, lingkungan

internal dan stimulus eksternal dipantau dan diatur.

Sistem sensoris merupakan salah satu sistem yang penting bagi manusia,

karena dengan sistem ini kita dapat merasakan hal-hal yang ada di dunia ini.

Semua rangsangan itu dapat kita rasakan melalui bermacam-macam reseptor yang

ada di dalam tubuh kita, lalu dari reseptor akan dikirim ke central nervous system

(syaraf pusat) kita sebagai sinyal ataupun informasi. Proses penerimaan sinyal

inilah yang termasuk ke dalam sistem sensoris. Sistem sensoris sendiri adalah

gabungan dari sistem syaraf dan sistem penginderaan pada manusia. Dimana

diawali dengan adanya sensasi yang dideteksi oleh organ-organ lalu berkembang

menjadi persepsi yang diproses di syaraf pusat (enchepalon dan medulla

spinalis).
BAB II

PEMBAHASAN

SISTEM SYARAF

1. Definisi

Sistem syaraf terdiri dari sekumpulan sel, disebut dengan neuron, yang

khusus untuk mengolah dan menghantarkan informasi. Neuron berkontak satu

dengan yang lain melalui taut yang disebut dengan sinaps; tempat informasi

dihantarkan dari suatu neuron ke neuron berikutnya melalui zat kimia

penghantar yang disebut dengan neurotransmiter. Secara umum, neuron dapat

dibagi menjadi dua kelas; eksitatorik (neuron yang menimbulkan aliran listrik)

dan inhibitorik (neuron yang diam saja). Dalam mekanisme sistem syaraf,

lingkungan internal dan stimulus eksternal dipantau dan diatur.

Pengaturan dasar proses pengolahan informasi (alur informasi) pada

sistem syaraf terdiri dari tiga tahap :

a. Impuls aferen : terjadi proses pengolahan yang kompleks pada Sistem

Syaraf Pusat (SSP).

b. Proses pengolahan informasi : proses pengolahan yang komplek pada SSP.

c. Impuls eferen : Sebagian hasil pengolahan, SSP membentuk impuls yang

berjalan ke arah perifer dan mempengaruhi respon (motor) organisme

terhadap stimulus, sehingga dapat terjadi respon motorik.


2. Neuron

Neuron adalah unit fungsional sistem syaraf yang terdiri dari badan sel dan

perpanjangan sitoplasma.

Gambar 1. struktur neuron

a. Dendrit (Struktur reseptif)

Adalah penonjolan yang bercabang dan melekat pada badan sel.

b. Akson (Struktur konduksi lanjut)

Akson adalah suatu prosesus tunggal, yang lebih tipis dan lebih panjang

dari dendrit. Akson pada manusia panjangnya dapat mencapai beberapa meter.

Kebalikan dari jumlah dendrit yang bervariasi, setiap neuron hanya memiliki

sebuah akson. Pada ujung distal, akson terpecah menjadi beberapa cabang

terminal, yang masing-masing berkontak dengan neuron berikutnya melalui

neurotransmiter.

Akson dikelilingi oleh selubung mielin yang dibentuk oleh oligodendrosit

(sel glia khusus) di sistem saraf pusat dan oleh sel schawan di sistem saraf perifer,

selubung mielin dibentuk oleh dua sel yang berdekatan dan dipisahkan oleh area

yang tidak diselubungi oleh membran akson disebut nodus ranvier. Akibat dari

inulasi mielin, potensial aksi hanya menimbulkan depolarisasi di nodus ranvier,

sehingga eksitasi neural melompat dari satu nodus ranvier ke nodus ranvier
berikutnya, proses ini dikenal dengan konduksi saltatoris. Konduksi saraf terjadi

lebih cepat pada neuron yang memiliki selubung mielin lebih tebal dan dengan

nodus ranvier yang jauh terpisah. Dengan demikian akson terbagi menjadi tiga,

diantaranya :

a. Bermielin tebal (A)

Memiliki diameter 3-20 µm dengan kecepatan konduksi hingga 120

m/detik.

b. Bermielin tipis (B)

Memiliki ketebalan hingga 3 µm dan kecepatan konduksi hingga 15

m/detik.

c. Tidak bermielin (C)

Konduksi kecepatan tidak lebih dari 2 m/detik.

3. Sinaps

Gambar 2. Transmisi sinap

 Sinaps memiliki beberapa bagian, yaitu :

a. prasinaps (terminal akson atau terminal button),

b. celah sinaps (yang memisahkan membran prasinaps dan pascasinaps),

c. pascasinaps (membran yang menerima informasi yang dihantarkan).


 Ada 2 jenis sinaps, sinap asimetris dan sinap simetris :

a. Sinaps asimetrik diketahui sebagai sinaps eksitatorik .

b. Sinaps simetris sebagai sinaps inhibitorik.

4. Neurotransmiter

a. Neurotransmiter eksitatorik di SSP adalah Glutamat.

b. Neurotransmiter inhibitorik di SSP adalah asam γ-aminobutirat

(GABA).

c. Neurotransmiter inhibitorik di medula spinalis adalah glisin

d. Neurotransmiter yang lainnya terkhusus otonom dan SSP :

asetilkolin dan noreprinefrin, dopamin, serotonin, dan lain

sebagainya.

SISTEM SYARAF SENSORIS

Sel saraf sensoris disebut juga sel saraf indera, karena berfungsi membawa

rangsangan (impuls) dari indera ke saraf pusat (otak dan sumsum tulang

belakang). Jalannya proses sensori hingga di persepsikan :

Rangsangan→reseptor→saraf sensori→sumsum tulang belakang dan otak→saraf

motoris→efektor→persepsi.

 Reseptor

Reseptor adalah organ sensorik khusus yang merekam perubahan fisik dan

kimiawi di lingkungan eksternal dan internal organisme dan mengubahnya

menjadi impuls elektrik yang akan diproses oleh sistem syaraf. Reseptor syaraf

terletak di ujung perifer serabut syaraf aferen.


1. Eksteroreseptor (reseptor luar) yang sebagian besar berada di kulit,

berfungsi untuk menerima rangsangan dari luar tubuh yang mendukung

fungsi ini adalah alat indera; rasa raba,nyeri dan suhu.

2. Interoreseptor (reseptor dalam) berfungsi menerima rangsangan dari dalam

tubuh; rasa lapar, mual nyeri visceral, yang disalurkan melalui serat-serat

aferen otonomik.

3. Proprioseseptor, adalah reseptor yang berada di jaringan otot; rasa getar,

tekan gerak dan posisi sendi.

Eksteroreseptor merupakan reseptor luar yang sebagian besar berada di

kulit, terbagi menjadi beberapa kelas, ujung syaraf bebas dan ujung syaraf

berkapsul. Ujung syaraf bebas terdiri dari nosiseptor (nyeri) dan termoreseptor

(ruffini/panas dan krause/dingin). Ujung syaraf berkapsul antara lain

mekanoreseptor (meisner/raba dan paccini/tekan). Terdapat reseptor-reseptor

khusus ujung syaraf peritrikial di sekitar folikel rambut ditemukan diseluruh area

kulit yang berambut, korpuskel taktil meissner hanya ditemukan pada kulit yang

tidak berambut, terutama pada telapak tangan dan kaki, juga pada bibir, ujung

lidah dan genital yang memberikan respon baik terhadap raba dan tekanan ringan,

dan korpuskel vater paccini pada lapisan kulit lebih dalam antara kutis dan

subkutis. Proprioreseptor terdiri dari spindel otot, yang berespon terhadap

regangan muskular. Spindel otot terletak diantara serabut striata otot rangka dan

selubung mielin yang sangat tebal dan termasuk kelompok serabut saraf yang

paling cepat dalam penghantaran impuls. Organ tendon golgi merupakan reseptor
yang terletak di taut antara tendon dan otot yang berespon terhadap tegangan

muskular.

Gambar 3. Macam-macam reseptor

JARAS SENSORIK

Gambar 4. Medulla spinalis

dengan Jaras Ascendens

(Traktus medulla spinalis) substansia alba bertindak sebagai penghantar

traktus-traktus yang panjang, baik yang berjalan naik atau turun. Melalui traktus-
traktus ini impuls aferen dari saraf spinal dapat mencapai otak dan impuls eferen

yang berasal dari pusat motorik dalam otak dapat diteruskan ke sel-sel kornu

vertebralis spinalis sehingga dapat memodifikasi getaran. Substansia alba dibagi

menjadi tiga yaitu kolumna dorsalis, ventralis dan lateralis. Dalam setiap kolumna

ini terdapat pita berbentuk serabut yang disebut dengan traktus. Traktus

merupakan seikat serabut dengan asal dan tujuan dan fungsi yang sama. Traktus

dapat berjalan naik (ascendens) dan turun (descendens).

Dalam bentuk yang paling sederhana, jaras ascendens merupakan jaras

sensoris yang menghantarkan impuls dari reseptor menuju korteks serebri. Pada

jalur ascend

ens terdapat 3 macam neuron. Neuron tingkat pertama, badan selnya

terdapat pada sistem saraf perifer di ganglion radix posterior. Akson dari neuron

tersebut nantinya akan masuk ke dalam sistem saraf pusat yang berhubungan

dengan ujung reseptor sensorik. Selanjutnya, neuron kedua processus sentral yang

badan selnya terletak sistem saraf pusat masuk ke medulla spinalis melalui radix

posterior dan bersinaps dengan neuron tingkat kedua. Neuron tingkat kedua

memiliki akson yang akan menuju thalamus yang menyilang garis tengah dan

naik ke tingkat susunan saraf yang lebih tinggi, yaitu tempat dimana akson

tersebut bersinaps dengan neuron ketiga. Kemudian, neuron yang akan terpoyeksi

ke korteks serebri dengan badan sel di thalamus disebut neuron ketiga.

Bagian terpenting traktus ascendens ini meliputi :

1. Traktus spinocerebellaris posterior


Traktus ini berfungsi untuk sensasi otot sendi tidak disadari. Serabut

aferen dari spindel otot dan organ tendon golgi masuk ke radiks posterior menuju

neuron tingkat pertama yaitu neuron pseudounipolar yang berada di ganglia radiks

posterior. Kemudian, aksonnya masuk ke medulla spinalis menuju nucleus

dorsalis kornu posterior substansia grisea (V C8 samapi V L3-4) dan bersinaps

dengan neuron kedua. Akson dari neuron kedua (traktus spinothalamikus

posterior) berjalan naik secara ipsilateral di posterolateral substansia alba di

posterior funikulus lateral menuju vermis cerebeli melalui pedunculus cerebellaris

inferior. Akhir daripada traktus tersebut ada nukleus interpossitus pada

cerebellum. Untuk yang setingkat V C1-7 neuron pertama berjalan di fasikulus

kuneatus kemudian bersinaps dengan neuron kedua di nukleus kuneatus asesorius

medullae yang aksonnya berlanjut menuju cerebellum. Sedangkan untuk yang

setingkat V L4 kebawah, neuron pertama yang masuk akan berjalan naik keatas

dalam kolumna posterior hingga nukleus dorsalis di V L3-4.

2. Traktus spinocerebellaris anterior

Sama halnya dengan spinocerebellaris posterior, untuk traktus ini

berfungsi untuk sensasi otot sendi tidak disadari. Serabut aferen yang masuk

bersinaps dengan neuron kedua di nukelus dorsalis kornu posterior substansia

grisea medulla spinalis. Akson dari neuron kedua (traktus spinocerebellaris

anterior) berjalan naik ke dalam medulla spinalis secara ipsilateral dan

kontralateral, dan berakhir di serebelum. Untuk yang ipsilateral, traktusnya

berjalan naik di posterolateral substansia alba ipsilateral menuju vermis cerebelli,

sedangkan yang kontralateral traktusnya menyilang di kolumna alba dan


anterolateral substansia alba lalu berjalan naik menuju vermis cerebeli. Keduanya

akan menyilang dibawah ventrikel ke 4 menuju vermis cerebelli melalui

peduncullus cerebellaris superior dan vermis medullae superior medulla

oblongata. Akhirr dari traktus ini adalah nukleus interpossitus di cerebellum.

3. Traktus spinothalamikus lateral

Traktus ini membawa senasi nyeri dan suhu. Reseptor perifer adalah

ujung-ujung saraf bebas dalam kulit. Implus nyeri di transmisikan ke arah medulla

spinalis, yaitu di dalam serabut-serabut penghantar cepat delta tipe A dan serabut-

serabut tipe lambat tipe C. Serabut penghantar cepat membuat individu menyadari

permulaan nyeri tajam, serta serabut penghantar lambat berfungsi untuk rasa nyeri

yang lama dan menyakitkan. Akson-akson yang masuk ke dalam medulla spinalis

dari ganglion radix posterior langsung menuju ujung columna grisea posterior dan

terbagi menjadi cabang asendens dan descendens. Cabang-cabang tersebut

berjalan dengan jarak satu atau dua segmen medulla spinalis dan membentuk

tractus posterolateral Lissauer. Serabut-serabut neuron tingkat pertama ini

berakhir dengan membentuk sinaps dengan sel-sel di dalam columna grisea

posterior, termasuk sel-sel di dalam substantia gelatinosa. Substansi P, yaitu suatu

peptida yang diduga merupakan neurotransmiter pada sinaps-sinaps ini.

Selanjutnya, akson-akson neuron tingkat kedua menyilang secara oblik

menuju sisi kontralateral di substantia grisea anerior dan commissura alba dalam

satu segmen medulla spinalis, naik di dalam columna alba kontralateral sebagai

tractus spinothalamicus lateralis. Tractus spinothalamicus terletak di medial

tractus spinocerebellaris anterior. Saat tractus spinothalamicus lateralis naik


melalui medulla spinalis, terjadi penambahan serabut-serabut baru di aspek

anteromedialo tractus ini sehingga di dalam segmen cervicalis atas medulla

spinalis serabut-serabut sacralis terletak di lateral dan segmen cervicalis di medial.

Serabut-serabut yang membawa sensasi nyeri terletak sedikit anterior dari serabut-

serabut yang membawa sensasi suhu.

Ketika tractus spinothalamicus lateralis naik melalui medulla oblongata,

tractus ini terletak dekat permukaan lateral serta serta di antara nucleus olivarius

inferior dan nucleus tractus spinalis nervus trigeminus. Disini, tractus

spinothalamicus lateralis disertai oleh tractus spnothalamicus anterior, dan tractus

spinotectalis membentuk lemniscus spinalis.

Lemniscus spinalis terus berjalan ke atas melalui bagian posterior pons.

Banyak serabut tractus spinothalamicus lateralis berakhir dan bersinaps dengan

neuron tingkat ketiga di dalam necleus ventroposterolateralis thalami. Hal ini du

diga bahwa disini terjadi apresiasi sensasi nyeri dan suhu serta dimulainya reaksi

emosional.

Akson-akson neuron ketiga berjalan melalui tractus posteriopr capsula

interna dan corona radiata untuk mencapai area somesthesia di gyrus paracentralis

posterior cortex cerebri. Setengah bagian kolateral tubuh diwakili secara terbalik,

yaitu dengan tangan dan mulut terletak di inferior serta tungkai terlertak di

superior, serta kaki dan regio anorectalis pada permukaan medial hemispherium.

Dari sini, informasi diteruskan ke area-area lain di cortex cerebri untuk digunakan

oleh area motorik dan asosiasi parietalis. Peran cortex cerebri adalah

menginterpretasikan kualitas informasi sensorik pada tingkat kesadaran.


4. Traktus spinothalamikus anterior

Akson-akson memasuki medulla spinalis melalui ganglion radix posterior

dan menuju ujung columna grisea posterior, kemudian terbagi dua menjadi

cabang ascendens dan descendens. Serabut neuron tingkat pertama ini diduga

berakhir dengan bersinaps pada sel-sel di dalam kelompok substantia gelatinosa

columna grisea posterior. Selanjutnya, akson-akson neuron tingkat kedua

menyilang dengan sangat oblik ke sisi kontralateral disubstantia grisea anterior

dan commisura alba dalam beberapa segmen medulla spinalis, dan naik di dalam

columna alba anterolateral sisi kontralateral sebagai tractus spinothalamicus

anterior. Saat tractus spinothalamicus anterior naik melalui medulla spinalis

terjadi penambahan serabut-serabut pada sisi aspek medial tractus ini sehingga

pada segmen cervicalis atas medulla spinalis serabut sacralis terletak paling lateral

dan segmen cervicalis paling medial. Ketika tractus spinothalamicus anterior naik

melalui medulla oblongata, diikuti oleh tractus spinothalamicus lateralis dan

spinotectalis yang secara bersama-sama membentuk lemniscus spinalis.

Lemniscus spinalis terus naik ke bagian popsterior pons, serta tegmentum

medulla spinalis dan serabut-serabut tractus spinothalamicus anterior berakhir

dengan membentuk sinaps dengan neuron tingkat ketiga di nucleus

vntroposterolateral thalami. Rasa raba dan tekan diyakini dapat diapresiasikan di

sini. Selanjutnya, akson-akson neuron tingkat ketiga pada nucleus

ventroposterolateral thalami berjalan melalui crus posterius capsula interna dan

corona radiata untuk mencapai area somatostesia di gyrus postcentralis cortex


cerebri. Setengah bagian kontralateral tubuh diwakili secara terbalik, yaitu dengan

tangan dan mulut terletak pada bagian inferior.

5. Columna alba posterior : fasciculus gracilis dan fasciculus cuneatus

Akson-akson masuk ke medulla spinalis dari ganglion radix posterior dan

langsung berjalan ke columna alba posterior di sisi yang sama. Disini serabut

bercabang menjadi cabang panjang ascendens dan cabang pendek descendens.

Serabut-serabut panjang ascendens dan serabut pendek descendens ini terlibat

dalam refleks-refleks intersegmental.

Banyak serabut-serabut panjang ascendendens berjalan ke atas di columna

alba posterior sebagai fasciculus gracilis dan fasciculus cuneatus. Fasciculus

gracilis terdapat di sepanjang medulla spinalis dan berisi serabut panjang

ascendens dari nervi spinalis sacralis, lumbalis dan enam thoracicae bagian

bawah. Fasciculus cuneatus terletak di sebelah lateral segmen thoracicae atas dan

cervicalis medulla spinalis dan dipisahkan dari fasciculus gracilis oleh sebuah

septum. Fasciculus cuneatus berisi serabut panjang ascendens dari enam nervi

spinales thoracicae bagian atas dan semua nervi spinales cervicalis.

Serabut fasciculus gracilis dan cuneatus berjalan ke atas pada sisi

ipsilateral serta berakhir dan membentuk sinaps dengan neuron tingkat kedua di

dalam nucleus gracilis dan nucleus cuneatus pada medulla oblongata. Akson-

akson tingkat kedua berjalan ke anteromedial di sekitar substantioa grisea cenralis

dan menyilang bidang median, serta saling bersilang dengan serabut-serabut yang

sama dari sisi kontralateral di decussatio sensorik. Selanjutnya, serabut berjalan ke


atas sebagai sebuah berkas padat melalui medulla moblongata, berakhir dan

bersinaps dengan neuron tingkat ketiga di nucleus ventroposterolateralis thalami.

Akson-akson neuron tingkat ketiga berjalan melalui crus posterius capsula

interna dan corona radiata untuk mencapai area somestesia di gyrus postcentralis

cortex cerebri.

Setengah bagian kontralateral tubuh diwakili secara terbalik, yaitu dengan

tangan dan mulut terletak inferior.

DERMATOM

Adalah area kulit yang dipersarafi oleh satu saraf spinalis. Ada 8 saraf servikal, 12

saraf torakal, 5 saraf lumbal dan 5 saraf sakral. Masing masing saraf

menyampaikan rangsangan dari kulit yang dipersarafinya ke otak. Dermatom

sangat bermanfaat dalam bidang neurologi untuk menemukan tempat kerusakan

saraf saraf spinalis.

Gambar 5. Dermatom tubuh manusia


PEMERIKSAAN SISTEM SENSORIK

1. Ekteroseptif : Yang berespons terhadap stimulus dari lingkungan

eksternal, termasuk visual,auditor dan taktil.

 Raba : Sebagai perangsang menggunakan sepotong kapas, kertas

atau kain adan ujungnya diusahakan sekecil mungkin. Tanyakan

pada pasien apakah pasien merasakannya atau tidak.

 Nyeri : Dengan menggunakan jarum atau peniti. Tusukan dan

tanyakan pada pasien apakah merasakannya atau tidak.

 Suhu : Rangsangan dingin menggunakan air es dan panas

menggunakan air panas dan pasien diminta untuk menuebutkan

“panas atau dingin”

2. Interoseptif : Mendeteksi kejadian internal seperti perubahan tekanan

darah. Atau sensasi yang berasal dari organ yang berupa rasa nyeri,mulas,

kembung, lapar.

3. Proprioseptor : Misalnya menerima informasi mengenai posisi bagian

tubuh atau tubuh lainnya di ruangan.

 Rasa gerak : Pasien dapat mengetahui bagian dari tubuh yang

digerakkan.

 Rasa sikap : Pasien mengetahui bagaimana sikap tubuh.

Pemeriksaan rasa gerak dan sikap biasanya dilakukan secara

bersamaan, yaitu : menggerak-gerakan jari secara pasif dan

menyelidiki apakah pasien dapat merasakan gerakan tersebut serta

mengetahui arahnya.
 Rasa getar : Biasanya pemeriksa menggunakan garputala. Yaitu

dengan cara, garputala kita ketok dan ditempatkan pada ibu jari

kaki atau tulang maleolus. Pasien ditanya apakah merasakan

getarannya, bila mulai tidak dirasakan garputala dipindahkan

kepergelangan atau sternum atau clavikula atau kita bandingkan

dengan jari kita sendiri sebagai pemeriksa.

 Rasa tekan : Diperiksa dengan menggunakan jari atau benda yang

tumpul pada kulit. Kemudian tanyakan kepada pasien apakah

merasakan tekanan tersebut atau tidak, dan sebutkan lokasinya.

 Nyeri dalam : Diperiksa dengan memencet otot atau tendon,

biasanya memencet tendon achiles, otot lengan atas bawah, paha

dan betis. Perhatikan apakah pasien merasakan nyeri dalam atau

tidak.

4. Khusus

Kemampuan menghidu,mendengar,mengecap, dan keseimbangan

semuanya di atur oleh nn.cranialis.

5. Somatostesia luhur

Ialah perasaan yang mempunyai sifat diskriminatif dan sifat tiga dimensi.

 Diskriminasi : Dua titik, merupakan kemampuan mengetahui

bahwa kita ditusuk dengan dua jarum,atau dengan satu jarum pada

saat yang sama. Dan tanyakan kepada pasien jumalah jarumnya.


 Bargonosia : Kemampuan untuk mengenal berat benda yang

dipegang. Mengetahui bentuk,ukuran,bahan,berat. Dan tanyakan

pada pasien mana yang lebih berat.

 Stereognosia : kemampuan mengenal bentuk dengan cara meraba.

Caranya, meminta pasien tutup mata, lalu tempatkan benda

sederhana seperti kunci, gelas, arloji, lalu suruh pasien untuk

menyebutkan bendanya.

 Topstesia : kemampuan untuk melokalisasi tempat dan rasa raba.

 Grafestesia : kemampuan untuk mengenali huruf-huruf atau angka

yang ditulis pada kulit, sedangkan mata tertutup.


DAFTAR PUSTAKA

Dimanti A, penyunting. (2012). Diagnosis Topik Neurologi DUUS. Jakarta: EGC

Lumbantobing SM: Neurologi Klinik: Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta:

Balai Penerbitan FK UI;2016.

Anda mungkin juga menyukai