Anda di halaman 1dari 33

ASFIKSIA MEKANIK

Disusun oleh :

Alvia Nur Fiqih (18360188)


Dian Nisa Herawati (18360192)
Islamiah Nur Insani (18360260)
Karina Setiawan (18360208)
Ricky Pratama Putra (18360227)
Zaqia Hanum (19360041)

Dokter Pembimbing :
dr. Jims Ferdinan Possible, Sp.F., M.Ked For
ASFIKSIA

Asfiksia adalah suatu keadaan


terjadinya kekurangan
oksigen yang disebabkan
karena terganggunya saluran
pernapasan.
(Hoediyanto, 2012)
ASFIKSIA MEKANIK

Asfiksia mekanik  mati lemas yang terjadi


bila udara pernapasan terhalang memasuki
saluran pernapasan diakibatkan oleh berbagai
kekerasan (yang bersifat mekanik)
( Budiyanto, 1997).

KLASIFIKASI ASFIKSIA BERDASARKAN


ETIOLOGI DAN PENYEBABNYA

Alamiah Mekanik/
Racun
kekerasan
ANOKSIA

ANOKSIA/HIPOKSIA berkurangnya O2 di
dalam darah dan mengganggu
metabolisme sel dan jaringan.
(Idris, 1997)
KLASIFIKASI PERJALANAN KLINIS
ANOKSIA BERDASARKAN ETIOLOGI

Anoksia/
Anoksia/hipoksia Anoksia /hipoksia
hipoksia anoxic
anemik stagnant
(unsur
(karena (karena penyakit)
kekerasan)
penyakit)

Ekstraseluler
Intraseluler
Anoksia/hipoksia
histotoksik Metabolik
(karena racun)
Substrat
4 STADIUM GEJALA/TANDA DARI ASFIKSIA

 Gerak Pernafasan terlihat cepat dan kuat


Fase  Nadi teraba cepat
Dispneu  Tekanan darah meningkat
 Sianosis terutama pada wajah dan tangan
• Awalnya berupa kejang klonik lalu kejang tonik
Fase kemudian opistotonik
Konvulsi • Pupil dilatasi , denyut jantung lambat, tekanan darah
turun

• Depresi pusat pernafasan, nafas lemah, kesadaran


Fase Apneu menurun sampai hilang dan relaksasi sfingter

Fase Akhir • Paralisis pusat pernafasan lengkap


atau Final • Denyut jantung beberapa saat masih ada lalu nafas
terhenti kemudian mati
Primer

• Sianosis

• Tardie’u spot

• Busa halus sukar pecah


Sekunder
• Lebam mayat berwarna gelap
• cairan mani keluar
• wajah sembab
• Feses keluar
• Hiperemis di mata karna injeksi
pembuluh kapiler di mata
• Mata terbuka lebar
• Air ketuban pecah
• Cairan liur dan air mata keluar
• Darah hitam encer
KLASIFIKASI ASFIKSIA MEKANIK
BERDASARKAN PERISTIWA KEJADIAN
1 3
Penekanan dinding
Penekanan dinding
saluran pernafasan
dada dan perut
a. Gantung
5 dari luar (asfiksia
b. Jerat
Sufokasi traumatik)
c. Cekik
(asfiksia non
2
traumatik) 4

Penutupan jalan nafas:


a. - Pembekapan Saluran pernafasan
(smoothering) terisi air
b. - Penyumbatan (drowning)
(gagging dan choking)
1. PENEKANAN JALAN NAPAS LEHER

1a. Gantung (Hanging)

Gantung adalah penekanan


benda asing berupa tali yang
melingkari atau mengikat
leher yang makin lama makin
kuat akibat berat badan korban
sendiri, sehingga saluran udara
tertutup.
(Hoediyanto, 2012)
Mekanisme Gantung pada Asfiksia
Penekanan benda asing (tali) pada leher

Kekuatan tarikan tali di pengaruhi oleh berat badan korban dan gravitasi

Lumen laring tertekan dan menyempit

Saluran udara tertutup


GAMBARAN POST MORTEM PADA GANTUNG

1. Jejas berupa luka lecet


2. Jejas yang melingkar pada leher
berbentuk huruf U/ huruf V terletak
diatas jakun
3. Jejas melingkar tidak sempurna
4. Terdapat permukaan kulit berwarna
coklat yang teraba kasar seperti
kertas perkamen
5. Terdapat ekimosis
6. Lidah terjulur
7. Leher tidak simetris
8. Lebam mayat terletak pada bagian
bawah kaki dan tangan apabila
gantung sempurna
KLASIFIKASI GANTUNG BERDASARKAN SIMPUL

Typical Hanging Atypical Hanging


KLASIFIKASI GANTUNG BERDASARKAN POSISI KORBAN

Partial
hanging

Complete
hanging
1b. Jerat (Strangulation)

Peristiwa dimana terjadi akibat penekanan benda asing yang


melingkari atau mengikat leher makin lama makin kuat
sehingga saluran pernafasan tertutup.
(Beodianto, 1997)
MEKANISME JERAT
Tekanan pada leher

Kekuatan tarikan tali di


pengaruhi oleh penarikan ujung
tali yang membentuk simpul

Lumen trakea tertekan


dan menyempit

Saluran udara
tertutup
Gambaran post mortem pada
jerat
1. Jejas melingkar sempurna
2. Gambaran luka lecet tekan
3. Jejas berbentuk huruf O
4. Jejas terletak dibawah jakun
5. Patah tulang trakea
6. Kedalaman jejas yang dekat dengan simpul dan
jauh dari simpul relatif sama
7. Tidak terdapat ekimosis
8. Lidah tidak terjulur
9. Lebam mayat tergantung pada posisi korban
10. Terdapat tanda-tanda asfiksia (jika kematian
disebabkan oleh asfiksia)
1c. Cekik (Manual Strangulation)

Adalah penekanan leher dengan tangan, yang menyebabkan


dinding saluran nafas bagian atas tertekan dan terjadi
penyempitan saluran nafas sehingga udara pernafasan tidak
dapat lewat.
(Budiyanto ,1997)
MEKANISME CEKIK
Tekanan pada leher dengan satu atau 2
tangan

Menekan pada lumen laring

Saluran udara tertutup


Gambaran post mortem cekik

• Luka lecet cetak/tekan pada kulit


berbentuk (bulan sabit akibat
penekanan kuku jari)
• Letak bisa dimana saja
• Tidak terdapat ekimosis
• Dapat terjadi patah tulang jakun
• Terdapat tanda-tanda asfiksia (jika
kematian disebabkan oleh asfiksia)
2. PENUTUPAN JALAN NAPAS
2a. Pembekapan (Smothering)

Keadaan dimana terjadi penutupan dan penekanan lubang


hidung dan mulut secara serentak/bersamaan yang
menghambat pemasukan udara ke paru-paru.
(Budiyanto,1997)
Gambaran post mortem pembekapan

1. Jejas memar pada hidung dan rongga


mulut
2. Bentuk luka seperti gambaran
cetakan gusi dan gigi geligi akibat
tekanan
3. Goresan kuku dan luka memar dan
lecet pada ujung hidung, bibir, pipi,
dan dagu  bila korban melawan
4. Permukaan kulit pucat atau iskemik
5. Terdapat tanda-tanda asfiksia (jika
kematian disebabkan oleh asfiksia)
2b. Sumbat/sumpal/Gagging & sendak/chocking

• Suatu keadaan dimana terjadi sumbatan jalan nafas oleh


benda asing yang mengakibatkan hambatan udara yang
masuk ke paru-paru (Budiyanto,1997)
• Gagging : sumbatan terdapat dalam orofaring
• Chocking : sumbatan dalam laringofaring
Gambaran post mortem sumpal dan sendak
• Ditemukan benda asing yang
lengkap/sisa benda asing pada
rongga mulut (gagging) dan pada
kerongkongan (chocking)
• Ditemukan jejas memar pada daerah
kerongkongan atau tenggorokan
 kasus sendak
• Ditemukan jejas (memar) pada daerah
rongga mulut yaitu  pada kasus
sumpal
• Terdapat tanda-tanda asfiksia (jika
kematian disebabkan oleh asfiksia)
3. PENEKANAN OTOT PERNAPASAN
Burking/Crush Asfiksia/Himpit/Asfiksia Traumatik

Suatu keadaan udara terhalang untuk masuk


dan keluar paru-paru akibat gerakan napas
terhenti oleh karena tekanan dari luar (pada
dada/perut) yang menyebabkan rongga dada
& paru-paru tidak mengembang.
(Hoediyanto, 2012)
PEMERIKSAAN LUAR BURKING

• Terdapat jejas memar dan lecet


pada permukaan dada dan perut
• Sering ditandai tanda-tanda
patah tulang dada
• Terdapat tanda-tanda asfiksia
(jika kematian disebabkan oleh
asfiksia)
4. HALANGAN JALAN PERNAPASAN OLEH CAIRAN

Tenggelam (Drowning)
Merupakan kematian akibat mati lemas
(asfiksia) disebabkan masuknya cairan ke
dalam saluran pernafasan
(budiyanto,1997)

Klasifikasi :
1. Dry drowning  cairan tidak masuk
kedalam saluran pernafasan, akibat
spasme laring
2. Wet drowning  cairan masuk kedalam
saluran pernafasan setelah korban
tenggelam
PEMERIKSAAN LUAR KORBAN TENGGELAM

• Mayat dalam keadaan basah


mungkin berlumuran pasir,
lumpur, dan benda-benda
asing lain yang terdapat
dalam air, kalau seluruh
tubuh terbenam dalam air.
• Cadaveric spasme  akibat
menggenggam ranting,
rumput, dll
• Cutis anserine (bulu kulit
berdiri)  kontraksi
M.erector pili sebagai respon
dari air dingin
• Washer woman hand kulit
telapak tangan dan kaki
keriput dan putih
5. SUFOKASI (HAMPA UDARA)

SUFOKASI Adalah obstruksi jalan nafas sehingga


menghalangi masuknya udara kedalam paru-
paru yang mengakibatkan terjadinya asfiksia.
(Hoediyanto, 2012)
PEMERIKSAAN LUAR SUFOKASI

• Sering dijumpai mulut menganga


• Sering tidak ditemukan jejas/luka
• Cadaveric spasme
• Wajah trismus
• Tampak iskemik
KESIMPULAN

Asfiksia mekanik
merupakan asfiksia yang
disebabkan oleh
kekerasan, yang meliputi :
gantung, jerat, cekik,
bekap, himpit, sufokasi,
penyumbatan dan
tenggelam serta dapat
menyebabkan kematian.
DAFTAR PUSTAKA
• Budiyanto arif, wibisana widiatmaka, siswandi sudiono, et al.
thanatology dalam ilmu kedokteran forensic FK UI Jakarta. 1997
• Aflanie Iwan,dr, ilmu kedokteran forensic dan medikolegal.
Rajawali press Jakarta, 2017
• G.Husni. Catatan materi kuliah ilmu kedokteran forensic. Fakultas
kedokteran universita andalas. Padang, 2001
• Hoediyanto. Ilmu kedokteran forensic dan medikolegal edisi ke
VIII. FK. Airlangga Surabaya, 2012
• Idris, A. M. (1997). Pedoman ilmu kedokteran forensic
• Amir A. Sebab kematian. Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik.
Edisi 2. Medan : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara;
2007.
• https://dokumen.tips/documents/refrat-asfiksia-fixed.html
• Silbernagl, S. Teks & Atlas Berwarna Patofisiologi. Edisi 3. EGC.
Jakarta, 2016.
• Kamus kedokteran Dorland. 2016. EGC
• Dahlan S, asfiksia, ilmu kedokteran forensic, badan penerbit
universitas dipenogoro, semarang : 2000.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai