Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN PERSALINAN BERESIKO DISTOSIA

OLEH :
Selisa Legita A ( 1511020011 )
Iwan Maulanan ( 1511020018 )

Ari Astuti ( 1511020036 )

Nia Pramitasari ( 1511020045 )

KEPERAWATAN S1
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2017
A. Pengertian

Distosia adalah persalinan yang panjang, sulit atau abnormal yang timbul akibat

berbagai kondisi.(Bobak, 2004 : 784)

Distosia secara harfiah, berarti persalinan sulit, ditandai oleh kemajuan persalinan

yang terlalu lambat. Secara umum, persalinan abnormal sering terjadi jika terdapat

ketidakseimbangan ukuran antara bagian presentasi janin dan jalan lahir. Distosia

merupakan akibat dari beberapa kelainan berbeda yang dapat berdiri sendiri atau

kombinasi. (Leveno, 2009)

Defenisi Distosia adalah persalinan yang sulit yang ditandi dengan adanya hambatan

kemajuan dalam persalinan (tim obstetric.FKUNPAD, 2005)

B. Etiologi
Distosia dapat disebabkan oleh :

1. Persalinan disfungsional akibat kontraksi uterus yang tidak efektif atau akibat

upaya mengejan ibu (kekuatan atau power)

2. Perubahan struktur pelvis (jalan lahir/passage)

3. Sebab pada janin meliputi kelainan presentasi/kelainan posisi, bayi besar, dan

jumlah bayi (passengger)

4. Respons psikologis ibu terhadap persalinan yang berhubungan dengan

pengalaman, persiapan, budaya, serta sistem pendukung


C. Anatomi dan Fisiologi
Anatomi panggul

Fisiologi

Tulang-tulang ini satu dengan lainnya berhubungan. Di depan terdapat

hubungan antara kedua os pubis kanan dan kiri, disebut simfisis. Di belakang terdapat

artikulasio sakro-iliaka yang menghubungkan os sakrum dengan os ilium. Di bawah

terdapat artikulasio sakro-koksigea yang menghubungkan os sakrum dengan os

koksigis. Di luar kehamilan artikulasio ini hanya memungkinkan pergeseran sedikit,

tetapi pada kehamilan dan waktu persalinan dapat bergeser lebih jauh dan lebih

longgar, misalnya ujung os koksigis dapat bergerak ke belakang sampai sejauh lebih

kurang 2,5 cm. Hal ini dapat dilakukan bila ujung os koksigis menonjol ke depan pada

partus, dan pada pengeluaran kepala janin dengan cunam ujung os koksigis itu dapat

ditekan ke belakang.

Pada seorang wanita hamil yang bergerak terlampau cepat dari duduk

langsung berdiri, sering dijumpai pergeseran yang lebar pada artikulasio sakro-iliak.

Hal demikian dapat menimbulkan rasa sakit di daerah artikulasio tersebut. Juga pada
simfisis tidak jarang dijumpai simfisiolisis sesudah partus atau ketika tergelincir,

karena longgarnya hubungan di simfisis. Hal demikian dapat menimbulkan rasa sakit

atau gangguan jalan. Secara fungsional panggul terdiri dari 2 bagian yang

disebut pelvis mayor, dan pelvis minor.Pelvis mayor adalah bagian pelvis yang

terletak di atas linea terminalis, disebut pula false pelvis. Bagian yang terletak di

bawah linea terminalis disebut pelvis minor true pelvis . Bagian akhir ini adalah

bagian yang mempunyai peranan penting dalam obstetri dan harus dapat dikenal dan

dinilai sebaik-baiknya untuk dapat meramalkan dapat-tidaknya bayi melewatinya.

Bentuk pelvis minor ini menyerupai saluran yang mempunyai sumbu

melengkung ke depan (sumbu Carus) Sumbu ini secara klasik adalah garis yang

menghubungkan titik persekutuan antara diameter transversa dan konjugata vera pada

pintu atas panggul dengan titik-titik sejenis di Hodge II, III, dan IV. Sampai dekat

Hodge III sumbu itu lurus, sejajar dengan sakrum, untuk seterusnya melengkung ke

depan, sesuai dengan lengkungan sakrum. Hal ini penting untuk diketahui bila kelak

mengakhiri persalinan dengan cunam agar supaya arah penarikan cunam itu

disesuaikan dengan jalannya sumbu jalan-lahir tersebut.

1. RONGGA PANGGUL

Rongga panggul dibagi atas dan bawah oleh bidang apertura pelvis superior

(dalam obstetri sering disebut sebagai pintu atas panggul, PAP).

Apertura pelvis superior dibentuk oleh:

- promontorium os sacrum di bagian posterior

- linea iliopectinea (linea terminalis dan pecten ossis pubis) di bagian

lateral

- symphisis os pubis di bagian anterior


Inklinasi panggul adalah sudut yang terbentuk antara bidang yang melalui

apertura pelvis superior dengan bidang horisontal (pada keadaan normal sebesar

60 derajat).

Bagian di atas / kranial terhadap apertura pelvis superior disebut sebagai pelvis

spurium (pelvis major), merupakan bagian bawah / kaudal daripada rongga

abdomen.

Makna obstetriknya adalah untuk menahan alat-alat dalam rongga perut dan

menahan uterus yang berisi fetus yang terus bertambah besar secara bermakna

mulai usia kehamilan bulan ketiga.Bagian di bawah / kaudal terhadap apertura

pelvis superior disebut sebagai pelvis verum (pelvis minor), merupakan rongga

panggul yang sangat menentukan kapasitas untuk jalan lahir bayi pada waktu

persalinan (verum=sebenarnya, disebut juga true pelvis).

Dinding-dinding rongga panggul

1. Dinding anterior : pendek, dibentuk oleh corpus, rami dan symphisis ossium

pubis

2. Dinding posterior : dibentuk oleh permukaan ventral os sacrum dan os

coccygis serta muskulus pyriformis yang membentang pada permukaan

ventral os sacrum dan diliputi oleh fascie pelvis.

3. Dinding lateral : dibentuk oleh bagian os coxae di bawah apertura pelvis

superior, membrana obturatoria, ligamentum sacrotuberosum, ligamentum

sacrospinosum, dan muskulus obturator internus dengan fascia obturatoria.

4. Dinding inferior / dasar panggul : dibentuk oleh diaphragma pelvis

(mm.levator ani, mm coccygei, fascia diaphragmatis pelvis, trigonum

urogenitale) yang berfungsi menahan alat-alat rongga panggul. Diaphragma

pelvis membagi lagi rongga panggul bagian bawah menjadi bagian rongga
panggul utama (bagian atas diaphragma pelvis) dan bagian perineum

(bagian bawah diaphragma pelvis).

2. Pelvis Verum

Mempunyai pintu masuk yaitu apertura pelvis superior, dan pintu keluar

apertura pelvis inferior (dalam obstetri disebut sebagai pintu bawah

panggul, PBP).

Ada 4 tipe panggul dasar / karakteristik, menurut klasifikasi Caldwell-

Moloy :

a. tipe gynaecoid : bentuk pintu atas panggul seperti ellips melintang

kiri-kanan, hampir mirip lingkaran. Diameter transversal terbesar

terletak di tengah. Dinding samping panggul lurus. Merupakan jenis

panggul tipikal wanita (female type).

b. tipe anthropoid : bentuk pintu atas panggul seperti ellips membujur

anteroposterior. Diameter transversal terbesar juga terletak di tengah.

Dinding samping panggul juga lurus. Merupakan jenis panggul tipikal

golongan kera (ape type).

c. tipe android : bentuk pintu atas panggul seperti segitiga. Diameter

transversal terbesar terletak di posterior dekat sakrum. Dinding

samping panggul membentuk sudut yang makin sempit ke arah bawah.

Merupakan jenis panggul tipikal pria (male type).

d. tipe platypelloid : bentuk pintu atas panggul seperti "kacang" atau

"ginjal". Diameter transversal terbesar juga terletak di tengah. Dinding

samping panggul membentuk sudut yang makin lebar ke arah bawah.

Pada banyak kasus, bentuk panggul merupakan tipe campuran.


D. Klasifikasi

1. Kelainan His

His yang tidak normal baik kekuatan atau sifatnya sehingga menghambat

kelancaran persalinan.

Jenis kelainan :

a. Inersia uteri

Insersia uteri adalah his yang sifatnya lebih lama, singkat dan jarang

dibandingkan his normal.

- Inersia uteri pimer

Kelemahan his timbul sejak permulaan persalinan

- Inersia uteri sekunder


 

- Kelemahan timbul sesudah adanya his yang kuat, teratur dalam waktu

yang lama

b. Tetania uteri (hypertonic uterin contraction)

His yang terlalu kuat dan terlalu sering sehingga tidak ada relaksasi Rahim

c. Incoordinate uterin action

Sifat his yang berubah dimana tidak ada koordinasi dan sikronisasi antara

kontraksi dan bagian-bagiannya

Faktor-faktor yang mempengaruhi his  :

- Kehamilan primi gravida tua atau multi gravida

-   Herediter

- Emosi dan kekuatan

- Kelainan uterus

- Kesalahan pemberian obat

- Kesalahan pimpinan persalinan


- Kehamilan kembar dan post matur

- Letak lintang

2. Jenis kelainan jalan lahir

a. Kelainan bentuk panggul

Perubahan bentuk karena kelainan pertumbuhan intra uteri

- Panggul naegele

- Panggul Robert

- Split pelvis

- Panggul asimilasi

Perubahan bentuk karena penyakit pada tulang panggul/ sendi panggul

- Rakhitis

- Osteomalasia

- Neoplasma

- Atrofi, karies, nekrosis

- Penyakit pada sendi sakroiliaca dan sendi sakrokoksigea

Perubahan bentuk karena penyakit tulang belakang

- Kiposis

- Skoliosis

- Spondilolitesis

- Perubahan bentuk karena penyakit kaki

b. Kelainan traktus genitalia

- Pada vulva terdapat edem, stenosis dan tumor yang dipengaruhi oleh

ganggua gizi, radang atau perlukaan dan infeksi

- Pada vagina yang mengalami sektrum dan dapat memisahkan vagina

atau beberapa tumor


- Pada serviks karena disfungsi uterin action atau karena parut/

karsinoma

- Pada uterus terdapatnya mioma atau adanya kelainan bawaan seperti

letak uterus abnormal

- Pada ovarium terdapat beberapa tumor


 

3. Jenis Kelainan Janin

Kelainan letak kepala/ mal presentasi/ mal posisi diantaranya

- Letak sunsang

- Letak lintang

Kelainan bentuk dan ukuran janin diklasifikasikan :

- Distosia kepala pada hidrocepalus, kepala besar, higronoma koli (tumor

dileher)

- Distosia bahu pada janin dengan bahu besar

- Distosia perut pada hidropsfetalis, asites

- Distosia bokong pada spina bifida dan tumor pada bokong janin

- Kembar siam

E. Patofisiologi

His yang normal dimulai dari salah satu sudut di fundus uteri yang kemudian

menjalar merata simetris ke seluruh korpus uteri dengan adanya dominasi kekuatan

pada fundus uteri di mana lapisan otot uterus paling dominan, kemudian mengadakan

relaksasi secara merata dan menyeluruh hingga tekanan dalam ruang amnion balik ke

asalnya ± 10 mmHg.

Incoordinate uterine action yaitu sifat His yang berubah. Tonus otot uterus

meningkat, juga di luar His dan kontraksinya tidak berlangsung seperti biasa karena
tidak ada sinkronasi kontraksi bagian-bagiannya. Tidak adanya koordinasi antara

kontraksi bagian atas, tengah dan bawah menyebabkan His tidak efisien dalam

mengadakan pembukaan.

Disamping itu, tonus otot uterus yang menaik menyebabkan rasa nyeri yang

lebih keras dan lama bagi ibu dapat pula menyebabkan hipoksia pada janin. His ini

juga di sebut sebagai Incoordinate hypertonic uterine contraction. Kadang-kadang

pada persalinan lama dengan ketuban yang sudah lama pecah, kelainan His ini

menyebabkan spasmus sirkuler setempat, sehingga terjadi penyempitan kavum uteri

pada tempat itu. Ini dinamakan lingkaran kontraksi atau lingkaran kontriksi. Secara

teoritis lingkaran ini dapat terjadi dimana-mana, tetapi biasanya ditemukan pada batas

antara bagian atas dengan segmen bawah uterus. Lingkaran kontriksi tidak dapat

diketahui dengan pemeriksaan dalam, kecuali kalau pembukaan sudah lengkap

sehingga tangan dapat dimasukkan ke dalam kavum uteri.

F. Manifestasi Klinik

Gejala pada ibu :

- Gelisah

- Letih

- Suhu tubuh meningkat

- Nadi dan pernafasan cepat

- Edem pada vulva dan serviks

- Bisa jadi ketuban berbau janin

            Gejala lain :

- Dapat dilihat dan diraba,perut terasa membesar kesamping.

- Pergerakan janin pada bagian kiri lebih dominan.


- Nyeri hebat dan janin sulit dikeluarkan.

- Terjadi distensi berlebihan pada uterus.

- Dada teraba seperti punggung ,belakang kepala terletak berlawanan dengan

letak dada, teraba bagian-bagian kecil dan denyut jantung janin terdengar leih

jelas pada dada.

G. Pemeriksaan Penunjang

1. Tes prenatal: dapat memastikan polihidramnion, janin besar atau gestasi

mutipel.

2. Tes stress kontraksi/tes nonstres: mengkaji kesejahteraan janin.

3. Ultrasound atau pelvimetri sinar x: mengevaluasi arsitektur pelvis, presentasi

janin, posisi dan formasi.

4. Pengambilan sampel kulit kepala janin: mendeteksi atau mengesampingkan

asidosis.

H. Penatalaksanaan

1. Penanganan Umum

- Nilai dengan segera keadaan umum ibu dan janin

- Lakukan penilaian kondisi janin : DJJ

- Kolaborasi dalam pemberian :

Infus RL dan larutan NaCL isotanik (IV)

Berikan analgesiaberupa tramandol/ peptidin 25 mg (IM) atau morvin 10 mg

(IM)

Perbaiki keadaan umum

Dukungan emosional dan perubahan posisi

Berikan cairan

2. Penanganan Khusus
a. Kelainan His

- TD diukur tiap 4 jam

- DJJ tiap 1/2 jam pada kala I dan tingkatkan pada kala II

- Pemeriksaan dalam :

Infus RL 5% dan larutan NaCL isotonic (IV)

Berikan analgetik seperti petidin, morfin

Pemberian oksitosin untuk memperbaiki his

b. Kelainan janin

- Pemeriksaan dalam

- Pemeriksaan luar

- MRI

- Jika sampai kala II tidak ada kemajuan dapat dilakukan seksiosesaria

baik primer pada awal persalinan maupun sekunder pada akhir

persalinan

c. Kelainan jalan lahir

Kalau konjungata vera <8 (pada VT terba promontorium) persalinan

dengan SC

I. Komplikasi

1. Umum komplikasi distosia kematian janin.

2. Depresi pernapasan.

3. Hipoksia iskemik ensefalopati (HIE)

4. Kerusakan saraf brakialis.

Anda mungkin juga menyukai