Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH ISLAM INTERDISIPLINER

MANASIK HAJI DALAM DIMENSI SOSIAL

DAN HUBUNGANNYA DENGAN WABAH CORONA

Disusun Oleh :

MUHAMMAD IQBAL

1700018061

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

2020
PENDAHULUAN

Ibadah haji adalah merupakan Rukun Islam yang kelima dan dikatakan juga sebagai
rukun yang terakhir setelah syahadat, shalat, zakat dan puasa. Secara bahasa, haji artinya
berkunjung ketempat yang agung. Sedangkan secara istilah, haji berarti berziarah ke tempat
tertentu pada waktu-waktu tertentu untuk melakukan amalan-amalan tertentu dengan niat
ibadah yang dilaksanakan kaum muslimin sedunia yang mampu (material, fisik, dan keilmuan).
Hal ini berbeda dengan ibadah umrah yang biasa dilaksanakan sewaktu – waktu. Kegiatan inti
ibadah haji dimulai pada tanggal 8 dzulhijjah ketika umat islam bermalam di mina, wukuf
(berdiam diri) dipadang arafah pada tanggal 9 dzulhijjah, dan berakhir setelah melempar
jumrah (melempar batu simbolisasi setan) pada tanggal 10 dzulhijjah, masyarakat indonesia
biasa menyebut juga hari raya idul adha sebagai hari raya haji kerena bersamaan dengan
perayaan ibadah haji ini.

Manasik Haji merupakan tata cara atau tuntunan untuk mengerjakan hal-hal yang
berhubungan dengan rukun, wajib, dan sunnah haji dengan menggunakan miniatur Ka’bah dan
dilaksanakan sebelum calon jamaah berangkat ke tanah suci. Dengan kata lain, Manasik Haji
adalah sebuah pelatihan tentang pelaksanaan Ibadah Haji secara menyeluruh yang wajib
diikuti oleh calon jamaah. Pada proses Manasik Haji, calon jamaah akan mempelajari
bagaimana melakukan niat sebelum melaksanakan haji, apa saja aturan pelaksanaan haji, apa
saja yang tidak boleh dilanggar selama melakukan haji agar ketika pulang dapat menjadi haji
yang mabrur. Manasik haji bertujuan untuk melatih diri agar mengetahui dan terbiasa dengan
hal-hal yang harus dilakukan selama menunaikan ibadah di sana. Serta sebagai penyesuaian
dengan segala hal yang akan kita gunakan selama beribadah haji sehingga saat menunaikan
ibadah haji tidak lagi merasa kebingungan atas tata cara pelaksanaannya.

Meskipun ibadah haji pernah dilakukan di tengah wabah, termasuk meningitis, SARS,
dan MERS, tetapi baru tahun ini tercatat pelaksanaannya terancam batal lantaran pandemi
global dalam sejarah modern manusia. Untuk mencegah penyebaran pandemi virus corona
baru (COVID-19) yang semakin melonjak, beberapa negara di penjuru dunia sudah
memberlakukan kebijakan lockdown, salah satunya Arab Saudi. Tidak hanya 
lockdown, Arab Saudi juga sudah melarang ibadah haji ke Mekkah dan Madinah dalam 
upaya untuk membendung penyebaran COVID-19. Para calon Jemaah haji tahun 2020
terancam tidak dapat berangkat melaksanakan ibadah haji.
PEMBAHASAN

A. Makna Ibadah Haji

Ibadah haji merupakan ibadah yang sangat unik, biaya begitu besar dan resiko
tidak ringan, tenaga yang dikeluarkan juga memerlukan persiapan yang besar, walaupun
demikian jumlah yang menginginkan berangkat haji jauh melebihi kuota. Berapa banyak
orang yang menjual rumah maupun tanahnya untuk berangkat haji. Maka sudah
sewajarnya kalau diperkirakan bahwa faidah di balik ibadah haji lebih besar dari segala
pengorbanan tersebut. Hal ini dirasakan oleh ribuan bahkan jutaan manusia yang pernah
melakukan haji, hanya kuat dan lemahnya nilai yang mereka dapatkan berbeda antara satu
sama yang lainnya.

B. Nilai-Nilai Manasik Haji

1. Ihram
Ihram berasal dari kata ahrama-yuhrimu-ihrama;nyang berarti masuk pada wilayah
atau waktu yang dimuliakan atau masuk wilayah yang diharamkan yang tadinya halal
seperti minyak wangi, atau bercumbu pada istri. Ihram adalah rukun pertama yang
dilakukan oleh jamaah haji, yaitu niat memasuki ibadah haji dan umrah, yang dengan itu ia
memasuki ibadah yang mulia dan haram bagi dia melakukan beberapa hal yang merusak
ihramnya.

 Mandi ihram
Sebelum memasuki ibadah umrah jamaah haji disunahkan memotong kuku,
membersihkan bulu kemaluan, dan mandi besar, sebagai persiapan membersihkan fisik
maupun rohani sebelum menghadap Allah. Disunahkan pula memakai minyak wangi pada
tubuh, bukan pada kain ihram. Hal itu mengingatkan akan perintah memandikan jenazah,
sebelum dishalatkan, dikafani, dan dikuburkan.

 Makna ihram dan kain ihram


Ihram memiliki maknatajarrud yang artinya totalitas, melepaskan semua pakaian
dan atribut duniawi dan mengganti dengan pakaian takwa. Ihram berarti melepaskan
segala kebanggaan terhadap atribut duniawi yang sering melupakan diri dari Allah SWT
dan akhirat, menjadikan sombong diri dari makhluknya, dan meyakini sebagai tanda cinta
dan ridha Allah kepadanya. Padahal, pakaian dan atribut duniawi tidak ada artinya apa-apa
jika tidak membawa kepada keridhaan Al- lah, sedangkan jika untuk mencari ridha Allah
tidak boleh dijadikan kebanggaan.

Dengan pakaian putih juga seseorang akan merasakan kelemahan dan


keterbatasannya serta pertenggungjawaban kelak di hadapannya, karena pakaian putih
juga menggambarkan "latihan meninggal dunia"

2. Talbiyah
Memasuki ibadah haji dimulai dengan niat ihram kemudian membaca
'labbaikallahumma umratan' atau 'labbaika hajjan', dan mengucapkan talbiyah:

Labbaik Allahumma labbaik. Labbaika laa syariika laka labbaik. Innal hamda,
wanni'mata, laka wal mulka laa syariikalak.

Talbiyah merupakan satu dari inti ibadah haji, talbiyah dengan lisan, hati maupun
perbuatan. Talbiyah disunahkan untuk diulang-ulangi terus selama ibadah haji dan umrah
dalam keadaan ihram. Rasulullah mengatakan bahwa ibadah haji yang terbaik adalah yang
banyak mengucapkan talbiyah dan menyembelih qurban. Kata talbiyah, diambil dari labba-
yulabbi, artinya merespon panggilan. Kata labbaik adalah sebuah jawaban seorang yang
diundang, diajak, atau diperintah dalam kondisi siap siaga menjalankan perintah, dengan
pakaian yang siap menyambut undangan. Labbaika berarti siap menyambut perintah dan
menjalankannya tanpa diskusi dan penentangan. Labbaika hanya diberikan jika diyakini
bahwa perintah dan panggilan datang dari Dzat yang pantas memanggil, apalagi Allah SWT
yang tidak membutuhkan kita dan kitalah yang tergantung kepada-Nya. Dzat yang tidak ada
kepentingan-Nya kepada kita. Maka jawaban seorang mukmin jika dipanggil Allah adalah
sami'na wa atha'na, aku dengar dan aku taat. Bukan sami'na wa 'ashaina, kami dengar dan
kami maksiat, dan bukan sami'na dan pikirpikir dulu.

3. Thawaf
Thawaf adalah rukun yang sangat penting dalam umrah dan haji, sangat
disunnahkan untuk dilakukan berulang-ulang, terutama setiap kali masuk masjid. Thawaf
dari akar kata thafa-yathufu, yang berarti mengitari atau mengelilingi. Yang dimaksudkan
thawaf adalah mengelilingi kakbah dimulai dari hajar aswad sampai tujuh kali dengan niat
ibadah kepada Allah. Thawaf memberikan pelajaran bahwa hendaklah seorang beriman
berthawaf dengan hati mengikuti orbit ridha Allah, sebagaimana seluruh alam berkeliling
mengelilingi orbit yang telah ditentukan Allah. Thawaf mengajarkan bahwa Allahlah sebagai
tujuan hidup, ridha, dan cinta-Nya. Dambaan hamba dalam segala langkahnya dengan
menyerahkan jiwa dan raga di jalan dakwah dan jihad,

4. Sa'i
Sa'i berasal dari kata sa'a-yas'a yang berarti usaha atau lari. Yang dimaksudkan
adalah berjalan atau lari dari Shafa menuju Marwa tujuh kali putaran. Sa'i dilakukan
setelah melakukan thawaf. Sa'i memiliki pelajaran yang sangat banyak, di antaranya
keyakinan bahwa sebuah orientasi hidup harus direalisasikan dengan usaha keras. Kalau
dalam masalah duniawi semua memahami bahwa segala keberhasilan dicapai dengan
usaha keras maka demikian pula dengan idealis iman. Perjuangan untuk melakukan
islamisasi kehidupan, untuk keberhasilan dunia dan kebahagiaan akhirat sangat
memerlukan usaha keras pula. Sa'i menggambarkan bahwa usaha merupakan ibadah itu
sendiri maka harus dilakukan secara terus-menerus dan prima. Adapun hasil adalah bonus
dari Allah SWT. Adapun apa yang diusahakan di balik sa'i adalah nilai-nilai tauhid dalam
kehidupan, sebagaimana diisyaratkan dengan kuat apa yang dibaca berulang-ulang dalam
sa'i, baik ketika di atas Shafa maupun Marwa.

5. Wukuf di Arafah
Wukuf berasal dari kata waqafa-yaqifu-wuquufan yang berarti berhenti. Adapun
'arafah dari kata 'arafa yang berarti mengetahui. Wukuf adalah keberadaan jamaah haji di
padang Arafah untuk ibadah haji. Wukuf dari sisi ibadah dhahir adalah berhentinya jamaah
haji, atau menahan diri di padang Arafah mulai dari tergelincir matahari sampai terbenam,
untuk berdoa, berdzikir kepada Allah SWT. Wukuf merupakan klimaks ibadah haji
sebagaimana hadits Nabi: "Alhaj 'arafah." Yang artinya 'haji itu Arafah.'

Ada dua pelajaran yang besar dari ibadah wukuf. Pertama, kata wukuf sendiri yang
berarti berhenti, mengisyaratkan berhentinya manusia pada waktu kiamat di padang
Mahsyar dengan tidak membawa apa-apa, dan tidak berguna harta dan anak kecuali yang
datang kepada Allah dengan hati yang bersih. Pada waktu wukuf di padang Arafah, jamaah
haji hanya memakai pakaian ihram seperti ketika meninggal dengan dikafani dua lembar
kain. Harapan ketika wukuf hanya satu, yaitu diterima hajinya, diampuni dosanya,
dikabulkan doanya di sisi Allah. Pada waktu wukuf, tingginya jabatan dan pangkat,
banyaknya harta dan anak, dan semua kesuksesan dunia tidak menjamin dan tidak
berpengaruh sama sekali akan diterimanya amal.

Tempat wukuf adalah padang Arafah. Arafah derivasi dari kata 'arafaya'rifu-
ma'rifah yang berarti: mengetahui. Dan dari mengetahui ada tuntutan untuk mengakui
dan menyadari akan hakekat dirinya sebagai hamba Allah, kelemahan di hadapan-Nya,
banyaknya dosanya kepada-Nya, mengakui akan kefakiran kepada-Nya, mengakui bahwa
harta benda, kedudukan, jabatan, popularitas, ilmu atau segala atribut keduniaan tidak
ada manfaatnya apa-apa di hadapan Allah, kalau tidak mendukung ketaatan kepada-Nya.
Selama wukuf disunahkan banyak berdoa, dan berdoa yang baik adalah tekad untuk
mentauhidkan Allah dalam ibadah, pujian, ketaatan, hukum, dan kekuasaan.

6. Penyembelihan Qurban
Qurban berasal dari bahasa Arab, “Qurban” yang berarti dekat (‫)قرب ان‬. Kurban
dalam Islam juga disebut dengan al-udhhiyyah dan adh-dhahiyyah yang berarti binatang
sembelihan, seperti unta, sapi (kerbau), dan kambing yang disembelih pada hari raya Idul
Adha dan hari-hari tasyriq sebagai bentuk taqarrub atau mendekatkan diri kepada Allah.
Ibadah kurban hukumnya sunnah muakkadah (sunnah yang sangat dianjurkan). Bagi orang
yang mampu melakukannya lalu ia meninggalkan hal itu, maka ia dihukumi makruh. Hal ini
berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim bahwa Nabi saw pernah
berkurban dengan dua kambing kibasy yang sama-sama berwarna putih kehitam-hitaman
dan bertanduk. Beliau sendiri yang menyembelih kurban tersebut, dan membacakan nama
Allah serta bertakbir (waktu memotongnya).

Setiap tanggal 10 Dzul Hijjah, semua umat Islam yang tidak melaksanakan haji,
merayakan hari raya Idul Adha. Pada hari itu, umat Islam sangat disunnahkan untuk
berqurban dimana mereka menyembelih hewan qurban untuk kemudian dibagi-bagikan
kepada seluruh umat Islam di suatu daerah. Idul Adha dinamai juga “Idul Nahr” artinya hari
raya penyembelihan. Hal ini untuk memperingati ujian paling berat yang menimpa Nabi
Ibrahim. Akibat dari kesabaran dan ketabahan Ibrahim dalam menghadapi berbagai ujian
dan cobaan, Allah memberinya sebuah anugerah, sebuah kehormatan “Khalilullah”
(kekasih Allah).
DAFTAR PUSTAKA

1. https://nabawimulia.co.id/pengertian-dan-manfaat-manasik-haji/
2. https://islami.co/manasik-haji-makna-dan-kegunaannya/
3. https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/4269/Filosofi%20haji.pdf?
sequence=1&isAllowed=y
4. https://www.lapakumroh.com/id/haji
5. https://www.amalqurban.com/pengertian-qurban-secara-lengkap-dengan-
penjelasannya/

Anda mungkin juga menyukai