PENYELENGGARAAN
FASILITAS PARKIR
DEPARTEMEN PERHUBUNGAN
DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT
Jumlah parkir berdasarkan luasan di KAK 28-35 mobil dan 56-70 motor
UKURAN KEBUTUHAN RUANG PARKIR
Pusat Perkantoran
2
Pelayanan bukan umum SRP / 100 m luas lantai 1,5 - 3,5
2
Pelayanan umum SRP / 100 m luas lantai
Besar satuan ruang parkir untuk tiap jenis kendaraan adalah sebagai berikut.
Gambar II.2
Satuan Ruang Parkir (SRP) untuk Mobil Penumpang (dalam cm)
Keterangan :
B = lebar total kendaraan L = panjang total kendaraan
O = lebar bukaan pintu a1, a2 = jarak bebas arah longitudinal
Gambar II.3
Satuan Ruang Parkir (SRP) untuk Bus/Truk (dalam cm)
30 30
1200
I
S S R P
1200
BUS BUSIS 1250
20 20
250 80 10
250 80 10 340
--8
3. Satuan Ruang Parkir untuk Sepeda Motor
Gambar II.4
Satuan Ruang Parkir (SRP) untuk Sepeda Motor (dalam cm)
20
55
70 70. 70
70 70
J
W
D A
Garis Kurb
2. Pola Parkir
Akses
Gedung
6m 0.2 m 6m
2.3 m (min)
E 6m Pararel
Akhir Persimpangan
Gambar II.6
11--
2). pada daerah tanjakan
Untuk Tanjakan
Tanpa Kurb
Arah Roda
Kedepan Kiri
Untuk Tanjakan
Dengan Kurb
Arah Roda
Kedepan Kanan
Gambar II.7
Gambar II.8
12 m B 9m
30°
D A
E C
Gambar II.9
A B C D E
Golongan I 2,3 4,6 3,45 4,70 7,6
Golongan II 2,5 5,0 4,30 4,85 7,75
Golongan III 3,0 6,0 5,35 5,0 7,9
12 m B 9m
D 45°
A
E C
Gambar II.10
A B C D E
Golongan I 2,3 3,5 2,5 5,6 9,3
Golongan II 2,5 3,7 2,6 5,65 9,35
Golongan III 3,0 4,5 3,2 5,75 9,45
13--
c). Sudut = 600
12m B 9m
60°
D
A
E C
Gambar II.11
A B C D E
Golongan I 2,3 2,9 1,45 5,95 10,55
Golongan II 2,5 3,0 1,5 5,95 10,55
Golongan III 3,0 3,7 1,85 6,0 10,6
12 m B 9m
D 90°
A
Gambar II.12
A B C D E
Golongan I 2,3 2,3 - 5,4 11,2
Golongan II 2,5 2,5 - 5,4 11,2
Golongan III 3,0 3,0 - 5,4 11,2
Keterangan :
A = lebar ruang parkir (M)
B = lebar kaki ruang parkir (M)
C = selisih panjang ruang parkir (M)
D = ruang parkir efektif (M)
M = ruang manuver (M)
E = ruang parkir efektif ditambah ruang manuver (M)
14--
e). pada daerah tanjakan
Gambar II.13
Gambar II.14
15--
3. Larangan Parkir
6m
6m
Gambar II.15
2.5 m
> 500 m
2.5 m
Gambar II.16
50 m 50 m
Gambar II.17
16--
d.1. Sepanjang 100 meter sebelum dan sesudah perlintasan sebidang
100 m
100 m
Gambar II.18a
100 m
100 m
Gambar II.18b
17--
e. Sepanjang 25 meter sebelum dan sesudah persimpangan
25 m
25 m
25 m
25 m
Gambar II.19
GEDUNG
6m 6m
Gambar II.20
6m 6m
Gambar II. 21
18--
D. Disain Parkir di Luar Badan Jalan
1. Taman Parkir
Gambar II.22
19--
m
Gambar II.23
Gambar II.24
20--
b) membentuk sudut 30o, 45o, 60o
Gambar II. 25
Gambar II.26
21--
0
b) membentuk sudut 45
Gambar II.27
Gambar II.28
22--
(3) bentuk tulang ikan tipe C
Gambar II.29
Gambar II.30
23--
2) Pola Parkir Dua Sisi
Gambar II.31
Gambar II.32
Gambar II.33
24--
3) Pola Parkir Pulau
Pola ini diterapkan apabila ketersediaan ruang cukup luas.
25--
Lebar
Gang Modul
Panjang
Gambar II.35
Panjang
Lebar
Gang Modul
Gambar II.36
TABEL II.7
LEMBAR JALUR GANG
26--
f. Jalan Masuk dan Keluar
Ukuran lebar pintu keluar-masuk dapat ditentukan, yaitu lebar 3 meter dan
panjangnya harus dapat menampung tiga mobil berurutan dengan jarak
antarmobil (spacing) sekitar 1,5 meter, Oleh karena itu, panjang-lebar
pintu keluar masuk minimum 15 meter.
LOKASI PARKIR
R2
R1
t1
R2 R1
b d b
Gambar II.37
27--
2) Pintu Masuk d an Keluar Menjadi Satu
Lo
Bo
R1 R1 Lp
r2
LOKASI PARKIR
R2
R2
b
d
d
Gambar II.38
Pada kondisi tertentu kadang ditentukan modul parsial, yaitu sebuah jalur
gang hanya menampung sebuah deretan ruang parkir di salah satu sisinya.
a). Pintu masuk dan keluar terpisah dan terletak pada satu ruas jalan.
Gambar II.39
(b) Pintu masuk dan keluar terpisah dan tidak terletak pada satu ruas.
Gambar II.40
c) Pintu masuk dan keluar menjadi satu dan terletak pada satu ruas jalan.
Gambar II.41
d) Pintu masuk dan keluar yang menjadi satu terletak pada satu ruas berbeda.
Gambar II.42
30--
2. Gedung Parkir
Pada Gambar II.43g letak jalan keluar dan masuk bersamaan. Jenis
lantai ber-ramp biasanya di buat dalam dua bagian dan tidak selalu
sesuai dengan lokasi yang tersedia. Ramp dapat berbentuk oval atau
persegi, dengan gradien tidak terlalu curam, agar tidak menyulitkan
membuka dan menutup pintu kendaraan.
4). Tinggi minimal ruang bebas lantai gedung parkir adalah 2,50 m.
31--
Gambar. II. 43
PEMADAM KEBAKARAN
Lapis Perkerasan (hard standing) dan Jalur Akses masuk (access way).
2.3.4.1. Di setiap bagian dari bangunan gedung hunian di mana ketinggian lantai hunian tertinggi diukur dari rata-rata tanah
tidak melebihi 10 meter, maka tidak dipersyaratkan adanya lapis perkerasan, kecuali diperlukan area operasional
dengan lebar 4 meter sepanjang sisi bangunan gedung tempat bukaan akses diletakkan, asalkan ruangan
operasional tersebut dapat dicapai pada jarak 45 meter dari jalur masuk mobil pemadam kebakaran.
2.3.4.2. Dalam tiap bagian dari bangunan gedung (selain bangunan gedung rumah tinggal satu atau dua keluarga),
perkerasan harus ditempatkan sedemikian rupa agar dapat langsung mencapai bukaan akses pemadam
kebakaran pada bangunan gedung.
Perkerasan tersebut harus dapat mengakomodasi jalan masuk dan manuver mobil pemadam, snorkel, mobil
pompa dan mobil tangga dan platform hidrolik serta mempunyai spesifikasi sebagai berikut :
(1) . Lebar minimum lapis perkerasan 6 meter dan panjang minimum 15 meter. Bagian-bagian lain dari jalur
masuk yang digunakan untuk lewat mobil pemadam kebakaran lebarnya tidak boleh kurang dari 4 meter.
(2). Lapis perkerasan harus ditempatkan sedemikian agar tepi terdekat tidak boleh kurang dari 2 meter atau lebih
dari 10 meter dari pusat posisi akses pemadam kebakaran diukur secara horizontal.
(3). Lapis perkerasan harus dibuat dari metal, paving blok, atau lapisan yang diperkuat agar dapat menyangga
beban peralatan pemadam kebakaran. Persyaratan perkerasan untuk melayani bangunan gedung yang
ketinggian lantai huniannya melebihi 24 meter harus dikonstruksi untuk menahan beban statis mobil
pemadam kebakaran seberat 44 ton dengan beban plat kaki (jack) seperti terlihat pada contoh gambar
2.3.4.2.(3)
(4). Lapis perkerasan harus dibuat sedatar mungkin dengan kemiringan tidak boleh lebih dari 1 : 8,3.
(5). Lapis perkerasan dan jalur akses tidak boleh melebihi 46 m dan bila melebihi 46 harus diberi fasilitas
belokan.
20
- BAB II AKSES DAN PASOKAN AIR UNTUK PEMADAM KEBAKARAN-
21
- BAB II AKSES DAN PASOKAN AIR UNTUK PEMADAM KEBAKARAN-
(6). Radius terluar dari belokan pada jalur masuk tidak boleh kurang dari
10,5 m dan harus memenuhi persyaratan seperti terlihat pada gambar
2.3.4.2.(7).
22
- BAB II AKSES DAN PASOKAN AIR UNTUK PEMADAM KEBAKARAN-
Gambar 2.3.4.2.(7) - Radius terluar untuk belokaan yang dapat dilalui.
(7). Tinggi ruang bebas di atas lapis perkerasan atau jalur masuk mobil
pemadam minimum 4,5 m untuk dapat dilalui peralatan pemadam
tersebut.
(8). Jalan umum boleh digunakan sebagai lapisan perkerasan (hard-
standing) asalkan lokasi jalan tersebut sesuai dengan persyaratan
jarak dari bukaan akses pemadam kebakaran (access openings).
(9). Lapis perkerasan harus selalu dalam keadaan bebas rintangan dari
bagian lain bangunan gedung, pepohonan, tanaman atau lain tidak
boleh menghambat jalur antara perkerasan dengan bukaan akses
pemadam kebakaran.
2.3.4.3. Pada pembangunan bangunan gedung bukan hunian seperti pabrik dan
gudang, harus disediakan jalur akses dan ruang lapis perkerasan yang
berdekatan dengan bangunan gedung untuk peralatan pemadam
kebakaran. Jalur akses tersebut harus mempunyai lebar minimal 6 m dan
posisinya minimal 2 m dari bangunan gedung dan dibuat minimal pada 2
sisi bangunan gedung. Ketentuan jalur masuk harus diperhitungkan
berdasarkan volume kubikasi bangunan gedung sebagai berikut :
Tabel 2.3.4.3 - Volume bangunan gedung untuk penentuan jalur akses
Volume bangunan
3
No gedung (m ) Keterangan
1 > 7.100 Minimal 1/6 keliling bangunan gedung
2 >28.000 Minimal ¼ keliling bangunan gedung.
3 > 56.800 Minimal ½ keliling bangunan gedung.
4 > 85.200 Minimal ¾ keliling bangunan gedung
5 > 113.600 Harus sekeliling bangunan gedung
2.3.4.4. Penandaan jalur.
(1). Pada ke-4 sudut area lapis perkerasan untuk mobil pemadam harus
diberi tanda.
(2). Penandaan sudut-sudut pada permukaan lapis perkerasan harus dari
warna yang kontras dengan warna permukaan tanah atau lapisan
penutup permukaan tanah.
(3). Area jalur masuk pada kedua sisinya harus ditandai dengan bahan
yang kontras dan bersifat reflektif sehingga jalur masuk dan lapis
perkerasan dapat terlihat pada malam hari.
Penandaan tersebut diberi jarak antara tidak melebihi 3 m satu sama
lain dan harus diberikan pada kedua sisi jalur. Tulisan
“JALUR PEMADAM KEBAKARAN – JANGAN DIHALANGI”
harus dibuat dengan tinggi huruf tidak kurang dari 50 mm.
Gambar 2.3.5.2 - Posisi akses bebas mobil pemadam terhadap hidran kota.