Anda di halaman 1dari 30

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Umum Parkir

Parkir adalah keadaan tidak bergerak dari suatu kendaraan yang bersifat

sementara (Direktorat Jendral Perhubungan Darat, 1996). Selain Pengertian di atas

beberapa ahli memberikan definisinya tentang parkir, yaitu :

1. Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat

sementara.

2. Berhenti adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan untuk sementara dengan

pengemudi tidak meninggalkan kendaraan.

3. Fasilitas parkir adalah lokasi yang ditentukan sebagai tempat pemberhentian

kendaraan yang tidak bersifat sementara untuk melakukan kegiatan pada suatu

kurun waktu.

4. Tempat parkir di badan jalan, (on street parking) adalah fasilitas parkir yang

menggunakan tepi jalan.

5. Fasilitas parkir di luar badan jalan (off street parking) adalah fasilitas parkir

kendaraan di luar tepi jalan umum yang dibuat khusus atau penunjang kegiatan

yang dapat berupa tempat parkir dan/atau gedung parkir.

6. Jalan adalah tempat jalan yang diperuntukan bagi lalu lintas umum.

7. Satuan ruang parkir (SRP) adalah ukuran luas efektif untuk meletakkan

kendaraan (mobil penumpang, bus/truk, atau sepeda motor), termasuk ruang bebas

dan lebar buka pintu. Untuk hal-hal tertentu bila tanpa penjelasan, SRP adalah

SRP untuk mobil penumpang.

6
8. Jalur sirkulasi adalah tempat, yang digunakan untuk pergerakan kendaraan yang

masuk dan keluar dari fasilitas parkir.

9. Jalur gang merupakan jalur antara dua deretan ruang parkir yang berdekatan.

10.Kawasan parkir adalah kawasan atau areal yang memanfaatkan badan jalan

sebagai fasilitas parkir dan terdapat pengendalian parkir melalui pintu masuk.

Berdasarkan dari definisi-definisi di atas maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa parkir adalah suatu keadaan tidak bergerak sutau kendaraan bermotor atau

tidak bermotor yang dapat merupakan awal dari perjalanan dengan jangka waktu

tertentu sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya yang membutuhkan suatu areal

sebagai tempat pemberhentian yang diselenggarakan baik oleh pemerintah maupun

pihak lain yang dapat berupa perorangan maupun badan usaha.

2.1.1 Penentuan Kebutuhan Parkir

1. Jenis peruntukan kebutuhan parkir sebagai berikut

a. Kegiatan parkir yang tetap

1) Pusat pedagangan

2) Pusat perkantoran swasta atau pemerintahan

3) Pusat pedagangan eceran atau pasar swalayan

4) Pasar

5) Sekolah

6) Tempat rekreasi

7) Hotel dan tempat penginapan

8) Rumah sakit

7
b. Kegiatan parkir yang bersifat sementara

1) Bioskop

2) Tempat pertunjukan

3) Tempat pertandingan olahraga

4) Rumah ibadah.

2. Ukuran kebutuhan ruang parkir pada pusat kegiatan ditentukan sebagai


berikut.

Berdasarkan hasil studi Direktorat Jenderal Perhubungan Darat

1) Kegiatan parkir yang tetap

Tabel 2.1. Pusat perdagangan

Luas Areal Total


10 20 50 100 500 1000 1500 2000
(100m²)
Kebutuhan (SRP) 59 67 88 125 415 777 1140 1502

Table 2.2. Pusat perkantoran

jumlah karyawan 1000 1250 1500 1750 2000 2500 3000 4000 5000
administrasi 235 236 237 238 239 240 242 246 249
kebutuhan
(SRP) pelayanan
288 289 290 291 291 293 293 298 302
umum

Table 2.3 Pasar swalayan

Luas Areal Total


50 75 100 150 200 300 400 500 1000
(100m²)
Kebutuhan (SRP) 225 250 270 310 350 440 520 600 1050

Table 2.4. Pasar

8
Luas Areal Total
40 50 75 100 200 300 400 500 1000
(100m²)
Kebutuhan (SRP) 160 185 240 300 520 750 970 1200 2300

Table 2.5. Sekolah/perguruan tinggi

jumlah
mahasiswa 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000 11000 12000
(orang)
Kebutuhan
60 80 100 120 140 160 180 200 220 240
(SRP)

Table 2.6. Tempat rekreasi

Luas Areal Total


50 100 150 200 400 800 1600 3200 6400
(100m²)
Kebutuhan (SRP) 103 109 115 122 146 196 295 494 892

9
Table 2.7. Hotel dan tempat penginapan

Jumlah
Kamar 100 150 200 250 350 400 550 550 600
(buah)
<100 154 155 156 158 161 162 165 166 167
Tarip 100-150 300 450 476 477 480 491 484 495 487
standart 150-200 300 450 600 798 799 800 803 804 806
200-250 300 450 600 900 1050 1119 1122 1124 1425

Table 2.8. Rumah sakit

jumlah tempat tidur


50 75 100 150 200 300 400 500 1000
(buah)
Kebutuhan (SRP) 97 100 104 111 118 132 146 160 230

2) Kegiatan parkir yang bersifat sementara

Table 2.9. Bioskop

jumlah tempat duduk


300 400 500 600 700 800 900 1000 1000
(buah)
Kebutuhan (SRP) 198 202 206 210 214 218 222 227 230

Table 2.10. Tempat pertandingan olah raga

jumlah tempat tidur


4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000 15000 1000
(buah)
Kebutuhan (SRP) 235 290 340 390 440 490 540 790 230

2.1.2 Penentuan Satuan Ruang Parkir (SRP)

Penentuan satuan ruang parkir (SRP) didasarkan atas hal berikut.

10
a. Dimensi kendaraan standar untuk mobil penumpang, seperti pada Gambar

Gambar 2.1 Dimensi Kendaraan Standar untuk Mobil Penumpang

Keterangan :

a = jarak gandar

b = depan tergantung

c = belakang tergantung

d = lebar

h = tinggi total

B = lebar total

L = panjang total

2. Ruang bebas kendaraan parkir

Ruang bebas kendaraan parkir diberikan pada arah lateral dan longitudinal

kendaraan. Ruang bebas arah lateral ditetapkan pada saat posisi pintu kendaraan

dibuka, yang diukur dari ujung terluar pintu ke badan kendaraan parkir yang ada di

11
sampingnya. Ruang bebas ini diberikan agar tidak terjadi benturan antara pintu

kendaraan dan kendaraan yang parkir di sampingnya pada saat penumpang turun

dari kendaraan. Ruang bebas arah memanjang diberikan di depan kendaraan untuk

menghindari benturan dengan dinding atau kendaraan yang lewat jalur gang (aisle).

Jarak bebas arah lateral diambil sebesar 5 cm dan jarak bebas arah longitudinal

sebesar 30 cm.

3. Lebar bukaan pintu kendaraan

Ukuran lebar bukaan pintu merupakan fungsi karakteristik pemakai

kendaraan yang memanfaatkan fasilitas parkir. Sebagai contoh, lebar bukaan pintu

kendaraan karyawan kantor akan berbeda dengan lebar bukaan pintu kendaraan

pengunjung pusat kegiatan perbelanjaan. Dalam hal ini, karakteristik pengguna

kendaraan yang memanfaatkan fasilitas parkir dipilih menjadi tiga seperti Tabel

Tabel 2.11. Lebar bukaan pintu kendaraan

Pengguna dan/atau Peruntukan


Jenis Bukaan Pintu Gol
Fasilitas Parkir
Karyawan/pekerja kantor
Tamu/pengunjung pusat
Pintu depan/belakang
kegiatan perkantoran, I
terbuka
perdadagangan,pemerintahan,
universitas

12
Pengunjung tempat olahraga, pusat
Pintu depan/belakang hiburan/rekreasi, hotel, pusat II
terbuka penuh 75 cm perdagangan eceran/swalayan,
rumah sakit, bioskop

Pintu depan terbuka


penuh dan
ditambah untuk Orang cacat III
pergerakan kursi
roda

Berdasarkan Butir 1 dan 2, penentuan satuan ruang parkir (SRP) dibagi atas

tiga jenis kendaraan dan berdasarkan butir 3, penentuan SRP untuk mobil

penumpang diklasifikasikan menjadi tiga golongan, seperti pada Tabel

Table 2.12. Penentuan Satuan Ruang Parkir (SRP)

Jenis Kendaraan Satuan Ruang Parkir (m2) Satuan Ruang Parkir (m2)

1. a. Mobil penumpang untuk golongan I 2,30 x 5,0

b. Mobil penumpang untuk golongan II 2,50 x 5,0

c. Mobil penumpang untuk golongan III 3,00 x 5,0

2. Bus/Truk 3,40 x 12,5

3. Sepeda motor 0,75 x 2,0

Besar satuan ruang parkir untuk tiap jenis kendaraan adalah sebagai berikut.

a. Satuan Ruang Parkir untuk Mobil Penumpang

13
Gambar 2.2 Satuan Ruang Parkir (SRP) untuk Mobil Penumpang

Keterangan :

B = lebar total kendaraan

L = panjang total kendaraan

O = lebar bukaan pintu

a1, a2 = jarak bebas arah longitudinal

b. Satuan Ruang Parkir untuk Sepeda Motor

14
Gambar 2.3 satuan ruang parkir untuk sepeda motor

2.1.3 Disain Parkir di Badan Jalan

1. Penentuan Sudut Parkir

Sudut parkir yang akan digunakan umumnya ditentukan oleh:

 lebar jalan;

 volume lalu lintas pada jalan bersangkutan;

 karakteristik kecepatan;

 dimensi kendaraan;

 sifat peruntukkan lahan sekitarnya dan peranan jalan yang bersangkutan.

15
2. Pola Parkir

Gambar 2.4 pola parkir pada daerah datar

Gambar 2.5 pola parkir pada daerah tanjakan

Gambar 2.6 pola parkir pada daerah turunan

b. Pola parkir menyudut :

16
1. Lebar ruang parkir, ruang parkir efektif, dan ruang manuver berlaku untuk jalan

kolektor dan lokal

2. Lebar ruang parkir, ruang parkir efektif, dan ruang manuver berbedam

berdasarkan besar sudut berikut ini.

Gambar 2.7 Pola sudut 30°

Gambar 2.7 Pola sudut 45°

Gambar 2.8 Pola sudut 60°

17
Gambar 2.9 Pola sudut 90°

Gambar 2.10 pada daerah tanjakan

Gambar 2.11 pada daerah turunan

3. Larangan Parkir

18
a. Sepanjang 6 meter sebelum dan sesudah tempat penyeberangan pejalan kaki

atau tempat penyeberangan sepeda yang telah ditentukan

Gambar 2.12 Larangan parkir sepanjang 6 m

19
b. Sepanjang 25 meter sebelum dan sesudah tikungan tajam dengan radius kurang

dari 500 m

Gambar 2.13 Larangan parkir sepanjang 25 m

c. Sepanjang 50 meter sebelum dan sesudah jembatan

Gambar 2.14 Larangan parkir sepanjang 50 m

d.Sepanjang 100 meter sebelum dan sesudah perlintasan sebidang

Gambar 2.15 Larangan parkir sepanjang 100 m sebelum dan sesudah perlintasan
sebidang

e.Sepanjang 100 meter sebelum dan sesudah perlintasan sebidang

20
Gambar 2.16 Larangan parkir sepanjang 100 m sebelum dan sesudah perlintasan
sebidang

f. Sepanjang 25 meter sebelum dan sesudah persimpangan

Gambar 2.17 Larangan parkir sepanjang 25 meter sebelum dan sesudah

persimpangan

g. Sepanjang 6 meter sebelum dan sesudah akses bangunan gedung

21
Gambar 2.18 Larangan parkir sepanjang 6 meter sebelum dan sesudah akses

bangunan gedung

h.Sepanjang 6 meter sebelum dan sesudah keran pemadam kebakaran atau

sumber air sejenis

Gambar 2.19 Larangan parkir sepanjang 6 meter sebelum dan sesudah keran

pemadam kebakaran

i. Sepanjang tidak menimbulkan kemacetan dan menimbulkan bahaya

(Sumber: Departemen Perhubungan Direktur Jenderal Perhubungan Darat ,


1993.Rancangan Pedoman Teknis Pembangunan dan Penyelenggaraan Angkutan
Penumpang dan Barang )

2.2 Pengoperasian Parkir

22
Pengopersian parkir harus berjalan secara sistematis supaya fasilitas parkir

dapat berjalan dengan tertib. Pengoperasian parkir terdiri dari

pengorganisasian,penetapan tiap tarip dan tata cara parkir.

2.2.1 pengorganisasian

Sesuai dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 1993

tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Dinas Lalu-Lintas dan Angkutan Jalan

Daerah Tingkat I dan Dinas Lalu-Lintas dan Angkutan Jalan Daerah Tingkat II,

untuk menyelenggarakan fasilitas parkir dibentuk Unit Pelaksana Teknis Daerah

(UPTD) Perparkiran pada Dinas Lalu-Lintas dan Angkutan Jalan Daerah Tingkat

II. Dalam struktur organisasi UPTD, perparkiran mencakupi aspek kegiatan sebagai

berikut :

1. aspek administratif, yang mengurus hal-hal nonteknis perparkiran, seperti

personalia, keuangan, dan umum ;

2. aspek teknis-operasional, yang mengurus hal-hal teknis perparkiran, seperti

perencanaan, pengoperasian, dan pemeliharaan.

2.2.2 Penetapan Tarip Parkir

Penetapan tarif parkir adalah salah satu cara pengendalian lalu-lintas,

Perhitungantarif parkir tidak didasarkan atas perhitungan pengembalian biaya

investasi danoperasional;. juga tidak semata -mata untuk memperoleh keuntungan

materialdan/atau finansial.Penetapan tarif parkir dilakukan untuk mengendakan

lalu-lintas melalui pengurangan pemakaian kendaraan pribadi sehingga

mengurangi kemacetan di jalan. Melalui penetapan tarif sedemikian rupa, untuk

besaran tarif tertentu diharapkan dapat mengurangi niat orang untuk menggunakan

23
kendaraan pribadi. Berdasarkan jenis fasilitas, pemberlakuan tarif parkir dapat

digolongkan seperti berikut.

1. Golongan A

a. Badan jalan tanpa untuk maksud pengendalian parkir

b. Daerah dengan frekuensi parkir relatif rendah (1,5 kendaraan/SRP/hari)

c. Parkir dengan waktu yang lama

d. Daerah perumahan, parkir dapat tanpa bembayaran atau dengan tarif yang rendah

e. Daerah dengan derajat pengendalian lalu lintas rendah

2. Golongan B

a. Badan jalan tanpa untuk maksud pengendalian parkir

b. Daerah dengan frekuensi parkir relatif tinggi (20 kendaraan/SRP/hari)

c. Daerah komersial atau pertokoan, tarif parkir dapat diberlakukan relative tinggi,

untuk mengendalikan lalu-lintas

d. Daerah dengan derajat pengendalian lalu lintas tinggi.

3. Golongan C

a. Kawasan parkir pada fasilitas parkir umum dengan maksud pengendalian parkir

b. Keluar masuk kendaraan yang dikendalikan melalui karcis dengan waktu

tercatat, dapat diberlakukan tarif parkir secara progresif, yang dapat, meningkat

sesuai dengan lamanya parkir

c. Daerah dengan derajat pengendalian lalu lintas tinggi Perbandingan tarif parkir

yang wajar antara sepeda motor, kendaraan penumpang dan kendaraan truk/bus

adalah sebagai berikut. Tarif parkir sepeda motor lebih rendah dari pada tarif parkir

kendaraan penumpang dan tarif kendaraan penumpang lebih rendah daripada tarif

24
truk/bus. Penetapan besar tarif parkir dicantumkan pada peraturan Daerah Tingkat

II yang bersangkutan.

2.2.3 Tata Cara Parkir

Dalam melaksanakan parkir, baik pengemudi maupun juru parkir harus

memperhatikan hal-hal berikut:

1. batas parkir yang dinyatakan dengan marka jalan pembatas.

2. keamanan kendaraan, dengan mengunci pintu kendaraan dan memasang rem

parkir.

Sesuai dengan jenis fasilitasnya, tata cara parkir adalah sebagai berikut.

1. Fasilitas parkir tanpa pengendalian parkir :

a. dalam melakukan parkir, juru parkir dapat memandu pengemudi kendaraan;

b. juru parkir memberi karcis bukti pembayaran sebelum kendaraan meninggalkan

ruang parkir;

c. juru parkir harus menggenakan seragam dan identitas.

2. Fasilitas parkir dengan pengendalian parkir (menggunakan pintu masuk/ keluar)

a. pada pintu masuk, baik dengan petugas maupun dengan pintu otomatis ,

pengemudi harus mendapatkan karcis tanda parkir, yang mencantumkan jam masuk

(bila diperlukan, petugas mencatat nomor kendaraan);

b. dengan dan tanpa juru parkir, pengemudi memarkirkan kendaraan sesuai dengan

tata-cara parkir;

25
c. Pada pintu kelua r, petugas harus memeriksa kebenaran karcis tanda parkir,

mencatat lama parkir, menghitung tarif parkir sesuai dengan ketentuan, menerima

pembayaran parkir dengan menyerahkan karcis bukti pembayaran pada pengemudi.

A. Parkir menurut penempatannya

Parkir di jalan (on street parking)

Parkir di tepi jalan umum adalah jenis parkir yang penempatannya di

sepanjang tepi badan jalan dengan ataupun tidak melebarkan badan jalan itu

sendiri bagi fasilitas parkir. Parkir jenis ini sangat menguntungkan bagi

pengunjung yang menginginkan parkir dekat dengan tempat tujuan. Tempat

parkir seperti ini dapat ditemui dikawasan pemukiman berkepadatan cukup

tinggi serta pada kawasan pusat perdagangan dan perkantoran yang umumnya

tidak siap untuk menampung pertambahan dan perkembangan jumlah

kendaraan yang parkir. Kerugian parkir jenis ini dapat mengurangi kapasitas

jalur lalu lintas yaitu badan jalan yang digunakan sebagai tempat parkir.

Parkir ini terdiri dari (Direktorat Jendral Perhubungan Darat, 1996).

a) Parkir di daerah perumahan

Akibat dari terus meningkatnya volume kendaraan di jalan serta

hambatan yang diakibatkan oleh parkir kendaraan seperti terganggunya

kelancaran lalu lintas dan penurunan kelas jalan, hampir pada setiap pusat

kota kebijaksanaan mengenai perparkiran mutlak diperlukan. Dalam sistem

parkir di perumahan, sebenarnya terdapat disbenefit/kerugian dari berjejernya

parkir disepanjang trotoar jalan, namun hal tersebut tertutupi dengan

berkurangnya kecepatan kendaraan akibat keberadaan parkir di jalan tersebut

26
yang secara tidak langsung akan meningkatkan keselamatan bagi penghuni di

sekitar jalan tersebut. Terlebih lagi di perumahan di pinggiran kota dimana

masih tersedia ruang untuk parkir, dan parkir dijalanpun dapat dilakukan.

Namun pada daerah pemukiman yang berada dekat dengan pusat kota,

kontrol tersebut tetap diperlukan jika kondisi transportasi tetap efektif.

Terdapat dua cara kontrol terhadap sistem parkir ini yaitu parkir gratis bagi

penghuni (dengan menempelkan tanda tertentu yang dapat berupa stiker dan

ditempelkan di kendaraan) dan bayaran dengan kartu yang dicap harian.

b) Parkir di pusat kota, tidak dikontrol (uncontrolled)

Pada parkir jenis ini terdapat 4 macam alternatif cara parkir kendaraan yaitu:

1. Paralel terhadap jalan

2. Tegak lurus terhadap jalan

3. Diagonal atau membentuk sudut terhadap jalan

4. Di tengah jalan yang cukup lebar, baik secara diagonal maupun tegak lurus

terhadap jalan.

Untuk jalan yang tidak terlalu lebar, dapat digunakan sistem paralel. Sistem

diagonal sebenarnya dapat menampung lebih banyak mobil tetapi untuk itu

disepanjang pinggiran jalan harus diperkeras. Parkir diagonal memang tidak

umum, namun sebenarnya dapat menampung lebih banyak kendaraan. Di sisi

lain, cara ini juga akan banyak mengurangi lebar jalan. Kesulitan lainnya

27
adalah waktu untuk keluar dari areal parkir (manuver) yang akan memakan

waktu lebih lama jika dibandingkan dengan sistem parkir paralel.

Sampai dengan saat ini nampaknya parkir paralel dirasakan paling tepat

karena selain tidak terlalu banyak memakan tempat untuk manuver juga jauh

lebih sedikit mengambil lebar jalan dan kecil kemungkinan menyebabkan

kecelakaan (Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1996).

c) Parkir di pusat kota, terkontrol (controlled)

Ada tiga jenis metode kontrol yang dapat dipergunakan oleh perencana

transportasi :

1. Pembatasan waktu parkir

Petunjuk umum yang dapat digunakan untuk pembatasan waktu (lamanya)

parkir adalah:

a. 1 (satu) jam untuk daerah perkotaan.

b. 2 (dua) jam untuk daerah pinggiran dan sekitarnya.

c. 10-20 menit di daerah tertentu misalnya seperti Bank dan kantor pos

B.Disc parking

Dengan sistem ini pemilik kendaraan diminta untuk memperagakan kartu

atau disc yang memperlihatkan waktu kedatangan kendaraan pada ruang parkir.

C. Parkir meter

28
Terdiri atas jam pengukur waktu, dimana jam berfungsi untuk mengukur

lamanya parkir tersebut berputar sesuai dengan jumlah uang yang dimasukkan. Jadi

seolah-olah si pemarkir membeli waktu pada ruang parkir tersebut. Alat pengukur

tersebut disamping memperlihatkan pembatasan waktu.

Kriteria dalam desain parkir di luar badan jalan untuk lahan/kawasan parkir adalah

 Rencana umum Tata Ruang Kota (RUTRK)

 Keselamatan dan kelancaran lalu lintas

 Kelestarian lingkungan

 Kemudahan bagi pengguna jasa

 Tersedianya tata guna lahan

 Letak antara jalan akses utama dan daerah yang dilayani

2.3 Parkir Dalam Sistem Transportasi

Pada dasarnya sistem transportasi terbagi atas tiga elemen utama yaitu

kendaraan, prasarana lintasan dan terminal. Lalu-lintas berjalan menuju suatu

tempat tujuan dan setelah mencapai tempat tersebut kendaraan membutuhkan suatu

tempat pemberhentiaan. Tempat pemberhentian tersebut kemudian disebut sebagai

ruang parkir. Agar sistem transportasi kendaraan menjadi lebih efisien maka pada

tempat-tempat yang dianggap dapat membangkitkan pergerakan perjalanan harus

menyediakan fasilitas pelayanan yang memadai.

Bertambahnya jumlah penduduk dan semakin meningkatnya kepemilikan

kendaraan akan meningkatkan permintaaan jalan untuk menampung kegiatan lalu

29
lintas. Penyediaan tempat-tempat parkir di pinggir jalan pada lokasi jalan tertentu

baik di badan jalan maupun dengan menggunakan sebagian dari perkerasan jalan

mengakibatkan turunnya kapasitas jalan, terhambatnya arus lalu lintas dan

penggunaan jalan menjadi tidak efektif (Pusdiklat Direktorat Jendral Perhubungan

Darat, 1996).

Penyediaan fasilitas parkir juga dapat berfungsi sebagai salah satu alat

pengendali lalu lintas. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka pada kawasan-

kawasan tertentu dapat disediakan fasilitas parkir untuk umum yang diusahakan

sebagai suatu kegiaatan usaha yang berdiri sendiri dengan memungut bayaran.

Fasilitas tersebut dapat berupa gedung parkir dan taman parkir. Penyediaan fasilitas

parkir ini dapat pula merupakan penunjang kegiatan ataupun bagian yang tidak

terpisahkan dari kegiatan pokok misalnya gedung pertokoan ataupun perkantoran.

2.4 Kebijakan Parkir

Kebijakan perpakiran dilakukan untuk meningkatkan kapasitas jalan yang

sudah ada. Penggunaan badan jalan sebagai tempat parkir jelas memperkecil

kapasitas jalan tersebut karena sebagian besar lebar jalan digunakan sebagai tempat

parkir. Lebih jauh lagi, pengelolaan parkir yang tidak baik cenderung merupakan

penyebab kemacetan karena antrian kendaraan yang menunggu tempat kosong

justru menghambat pergerakan arus lalu lintas.

Kebijakan parkir bukan di badan jalan seperti pembangunan bangunan tempat

parkir atau membatasi tempat parkir jelas merupakan jawaban yang sangat tepat

karena sejalan dengan usaha mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dengan

30
mengalihkan penumpang dari kendaraan pribadi ke angkutan umum. Pengalihan

badan jalan yang pada mulanya digunakan sebagai tempat parkir menjadi lajur

khusus bus juga merupakan jawaban yang sangat tepat. Kebijakan parkir juga

menentukan metode pengontrolan dan pengaturannya. Pelaksanaan pengaturan dan

pengontrolan parkir telah sering dilakukan sejak tahun 1960-an, yang biasanya

meliputi (Direktorat Jendral Perhubungan Darat, 1996) :

a. Pembatasan tempat parkir di badan jalan;

b. Merencanakan fasilitas tempat parkir di luar daerah, seperti park-and-ride;

c. Pengaturan biaya parkir; dan

d. Denda yang tinggi terhadap pelanggar parkir.

2.5 Karakteristik Parkir

F.D. Hobbs (1995) mendefinisikan karakeristik parkir dalam beberapa hal

berikut

a. Akumulasi parkir

Akumulasi parkir merupakan jumlah kendaraan yang diparkir di suatu tempat

perjalanan. Integrasi dari kurva akumulasi parkir selama periode tertentu

menunjukkan beban parkir (jumlah kendaraan parkir) dalam satuan jam kendaraan

(vehicle hours) per periode tertentu. Sehingga dapat dikatakan bahwa akumulasi

parkir adalah jumlah kendaraan yang diparkir disuatu area pada waktu tertentu.

31
Persamaan untuk menghitung akumulasi parkir yang terjadi dapat dirumuskan

sebagai berikut :

Ac = EI – Ex ……………………………………………………... (2.1)

Dengan :

Ac = Akumulasi parker

EI = Jumlah kendaraan yang masuk ke lokasi parkir

Ex = Jumlah kendaraan yang keluar ke lokasi parkir

Data-data yang diperhitungkan dalam perhitungan akumulasi parkir adalah

data banyaknya kendaraan yang diparkir pada periode waktu tertentu dan kendaraan

yang meninggalkan ruang parkir dalam periode yang sama. Perbandingan

akumulasi rata-rata menunjukkan efisiensi fasilitas yang terpakai. Berdasarkan

hasil yang diperoleh dibuat grafik yang menunjukkan persentase kendaraan dalam

waktu tertentu dengan demikian didapat kurva akumulasi karakteristik.

b. Volume Parkir

Volume parkir merupakan jumlah kendaraan yang termasuk dalam beban

parkir (yaitu jumlah kendaraan per periode waktu tertentu biasanya per hari). Waktu

yang digunakan untuk parkir dihitung dalam menit atau jam menyatakan lama

parkir. Perhitungan volume parkir dapat digunakan sebagai petunjuk apakah ruang

32
parkir yang tersedia dapat memenuhi kebutuhan parkir kendaraan atau tidak dan

berdasarkan volume tersebut dapat direncanakan besarnya ruang parker yang

diperlukan apabila diperlukan pembangunan ruang baru. Volume parkir dalam

penelitian ini adalah jumlah kendaraan yang masuk areal parkir selama jam-jam

pengamatan (dianggap satu hari dan mengunakan fasilitas parkir). Volume parkir

dihitung dengan menjumlahkan kendaraan yang menggunakan areal parkir pada

jam pengamatan. Persamaan yang digunakan untuk menghitung besarnya volume

yang terjadi adalah sebagai berikut :

Vp = Ei ……………………………………………………... (2.2)

Dengan : Vp = Volume parkir

Ei = Entry (kendaraan yang masuk lokasi parkir)

Berdasarkan perhitungan volume parkir maka dapat diketahui jumlah kendaraan

yang menggunakan fasilitas parkir.

c. Waktu Pergantian (Parking Turn Over)

Pergantian parkir menunjukkan tingkat penggunaan ruang parkir dan

diperoleh dengan membagi volume parkir dengan jumlah ruang parkir untuk

periode waktu tertentu.

Pergantian parkir dirumuskan sebagai berikut :

Pp = (Vp : Rp) ……………………………………………………... (2.3)

Dengan :

Pp = Pergantian parkir (kendaraan/hari/SRP)

Vp = Volume parkir (kendaraanhari)

33
Rp = Ruang parkir (SRP)

d. Indeks Parkir

Indeks parkir adalah prosentase jumlah parkir yang terjadi dengan jumlah

ruang yang tersedia. Indeks parkir dirumuskan sebagai berikut :

Ip = (Ac : Rp) x 100 % ……………………………………………... (2.4)

Dengan :

Ip = Indeks parkir (%)

Ac = Akumulasi parkir

Rp = Ruang parkir (SRP)

e. Durasi Parkir (Parking Duration)

Durasi adalah rata-rata lama waktu yang dihabiskan oleh pemarkir pada

ruang parkir. Berdasarkan hasil perhitungan durasi dapat diketahui rata-rata lama

penggunaan ruang parkir oleh pemarkir. Durasi ini mengindikasikan apakah

diperlukan suatu pembatasan waktu parkir (dilihat dari rata-rata durasi parkirnya).

Perhitungan durasi parkir di dalam terminal dibedakan berdasar areal parker dan

kegiatan yang bersangkutan.

Persamaan untuk menghitung besarnya durasi parkir adalah :

DP = Ex - En ……………………………………………………... (2.5)

Dengan :

Dp = Durasi parkir (menit)

34
Ex = Waktu saat kendaraan keluar dari ruang parkir (menit).

En = Waktu saat kendaraan masuk ke ruang parkir (menit)

Berdasarkan karakteristik parkir yang terjadi maka dapat diketahui tingkat

kepadatan parkir yang terjadi di kawasan parkir tersebut sehingga apabila terjadi

ketidakteraturan dalam parkir, dapat diketahui penyebabnya dan diadakan

pemecahan yang menyangkut beberapa karakteristik parkir yang terjadi.

f. Perhitungan Kebutuhan Ruang Parkir

Setelah nilai PTO dan Durasi, serta jumlah akumulasi kendaraan diketahui,

maka nilai keseluruhan kebutuhan ruang parkir pada kawasan penelitian dapat

diketahui, yaitu dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Z = Vp x Pp x D ……………………………………………... (2.4)

Dengan :

Z = kebutuhan parkir

Vp = Volume parkir

Pp = Pergantian parktr

D = Durasi parkir

35

Anda mungkin juga menyukai