Landai maksimum yang dijinkan pada kondisi normal tercantum dalam tabel 6-3 untuk jalan perkotaan dan tabel 6-1 untuk jalan antar kota (lihat Bab 6). Tabel 6-3 Landai Maksimum (Jalan Perkotaan) Kecepatan Rencana 100 80 60 50 40 30 20 Landai maksimum 3 4 5 6 7 8 9
VR (km/jam)
120
110
100
80
60
50
40
< 40
10
10
(2).
Kelandaian yang lebih besar dari kemiringan maksimum yang disebutkan dalam tabel diatas, dapat digunakan apabila panjang kelandaian lebih kecil dari panjang kritis yang ditetapkan dalam tabel 62 dan tabel 6-4 sesuai dengan kecepatan rencana. Tabel 6-4 Panjang Landai Kritis Jalan Perkotaan Kecepatan Rencana (Km/Jam) 100 Kelandaian ( % ) 4 5 6 5 6 7 6 7 8 7 Panjang Landai Kritis (m) 700 500 400 600 500 400 500 400 300 500
10 - 1
80
60 50
Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan Maret 2010.
40
8 9 8 9 10
Catatan : Apabila disediakan jalur tanjakan panjang kelandaian dapat melebihi panjang kelandaian kritis diatas.
Kelandaian (%)
10
80
630
460
360
270
230
230
200
60
320
210
160
120
110
90
80
(3).
JALUR PENDAKIAN
Persyaratan dari jalur pendakian Pada setiap perubahan kelandaian dapat diberikan lengkung vertikal. Lengkung vertikal hendaknya merupakan lengkung parabola sederhana. Standar minimum jari-jari lengkung vertikal Standar jari-jari lengkung vertikal pada lengkung cembung dan lengkung cekung yang ditetapkan dalam Tabel 6-8 sesuai dengan kecepatan rencana. Jari-jari lengkung vertikal Untuk kenyamanan dan keselamatan pengemudi, pemakaian standar jari-jari minimum dalam merencanakan dibatasi oleh masalah-masalah pelik. Sebagai ganti standar jari-jari minimum, besar nilai-nilai pada kolom 4 tabel 6-8 (lihat Bab 6) dapat digunakan dalam perencanaan pada kondisi normal.
Tabel 6-8 Jari-jari Rencana Lengkung Vertikal Kecepatan Rencana (Km/jam) 100 80 60 Lengkung Cembung dan Cekung Cembung Cekung Cembung Cekung Cembung Cekung Standar minimum (m) 6.500 3.000 3.000 2.000 1.400 1.000 Rencana Radius minimum lengkung vertikal (m) 10.000 4.000 4.500 3.000 2.000 1.500
10 - 2
Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan Maret 2010.
50 40 30 20
Standar panjang minimum Lengkung Vertikal Standar panjang minimum lengkung vertikal tertera pada tabel 6-7 (lihat Bab 6) di bawah ini :
Tabel 6-7. Panjang Lengkung Vertikal Kecepatan Rencana (km/jam) 100 80 60 50 40 30 20 Standar Panjang minimum Lengkung Vertikal (m) 85 70 50 40 35 25 20
(4).
JARAK PANDANG
Jarak Pandang Henti Jarak pandang henti minimum harus selalu diberikan pada setiap bagian jalan. Jarak pandang henti minimum dinyatakan pada tabel 3-10 (Lihat Buku 3). Tabel 3-10 Jarak pandang henti minimum Kecepatan Rencana (km/jam) 100 80 60 50 40 30 20 Jarak Pandang Menyiap Ketentuan jarak pandang menyiap harus ditentukan pada bagian jalan yang dipilih pada jalan dua jalur dua arah. Jarak pandang menyiap standar dan minimum dinyatakan dalam tabel berikut (Lihat Bab 3) : Standar Jarak Pandang Henti Minimum Vertikal (m) 165 110 75 55 40 30 20
Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan Maret 2010.
10 - 3
Tabel 3-12 Jarak Pandang Menyiap Kecepatan Rencana (km/jam) 80 60 50 40 30 20 Penerapan Disarankan untuk senantiasa menyediakan jarak pandang menyiap yang cukup dalam merencanakan jalan 2 jalur. Tetapi oleh karena adanya kendala-kendala dalam memenuhi kondisi tersebut, menimbang besar biaya penggunaannya, hanya bagian-bagian jalan tertentu yang disebut berikut ini yang harus mempunyai jarak pandang yang cukup.
q q q
Jarak Pandang Menyiap Standar (m) 550 350 250 200 150 100
Jarak Pandang Menyiap Minimum (m) 350 250 200 150 100 70
Untuk jalan Tipe I kelas 2, prosentasi panjang jarak pandang henti sebaiknya lebih besar daripada jarak pandang menyiap standar yaitu lebih besar dari 30 %. Untuk jalan Tipe II kelas 2, prosentasi panjang jarak pandang henti sebaiknya lebih besar daripada jarak pandang menyiap minimum yaitu lebih besar dari 30 %. Untuk Tipe II kelas 3, prosentasi panjang jarak pandang henti sebaiknya lebih besar daripada jarak menyiap minimum yaitu lebih besar dari 10 %.
10.2.
Lv = 50 X Y = 0,00
EV
PLV
Station Landai Tangen Tinggi Tangen = = =
ST
PPV
ST
PTV
Kedudukan titik diskontinue pada umumnya terletak pada LV kebelakang dan kemuka Dilukis diantara (PLV PTV) Tinggi dari PPV (Hasil Pengukuran Visual)
10 - 4
Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan Maret 2010.
Lengkung vertikal = Tinggi ordinat pada jarak 25.00 dan 12.50 m dari PPV (depan belakang) dan dicari ordinatnya
X x Y = . EV 1 / 2 Lv
LV
A + A% Lv
-B
+ C%
EV
A = ( + A) ( - B ) Rumus Ev =
y = Ex =
Ev
X L Lv
. Ev
x = Lv Ex = Ev
Rumus Ev =
Contoh Perhitungan Dari Suatu alinyemen Vertikal diketahui data-data sebagai berikut : g1 g2 = 2% = - 3% = = = = 80 km/jam 150 m 50 25
Kecepatan Rencana Ketinggian titik PPV Titik awal lekuk PLV pada Station Jarak antar Station
Dari desain tersebut hitunglah Panjang lengkung Vertikal tiap Station berdasarkan jarak pandang henti, dan hitung elevasi beserta gambarnya pada station 0 + 100 Penyelesaian Lengkung Vertikal ini adalah CEMBUNG karena potongan antara kedua tangen yang bersangkutan (PPV) ada diatas permukaan jalan.
Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan Maret 2010.
10 - 5
PPV EV y -3%
PTV
y +2 %
PLV
y
Sta 0+50
y
0+75
y
0+100
y
0+125
y
0+150
y
0+175
y
0+ 210
X
q1 = 2 % A = q2-q1 = - 5 % q2 = -3 %
A = - 5 % Berdasarkan lampiran 2 modul 3 Panjang lengkung Vertikal Cembung (m) berdasarkan jarak pandangan Henti didapat nilai panjang lengkung vertikal LV = 160 m. Jarak horizontal antara PLV dan PTV = 160 m (0+50 0+210) Ditentukan panjang lekuk setiap station : A YLV
. x2 atau y =
x Lv
. Ev ; Ev
2
2 x x y = 802 . 1 = 6400 2
Untuk sta
y = 0 y =
5 200.160
(25) = 0,098
y = 4 . 0,098 = 0,391 m y = 9 . 0,098 = 0,879 m y = y = y = 5 (60) = 0,563 m 200.160 (35) = 0,191 m 5 200.160 (10) = 0,016 m 5 200.160
Menentukan Elevasi Sta 0 + 100 Perhatikan gambar alinyemen Vertikalnya, maka di dapat :
Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan Maret 2010.
10 - 6
Elevasi Sta 0+100 = elevasi PPV y sta 0+100 Elevasi Sta 0+100 = 150 0,391 = 149,609 m
Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan Maret 2010.
10 - 7