Anda di halaman 1dari 36

Analisa Simpang Empat tak Bersinyal

Pada Kawasan Industri Krakatau Kota Cilegon


(Studi Kasus Jalan Jenderal Sudirman -Jalan Asia Raya-Jalan
Akses Tol
Cilegon Barat)
Sulistiyono

KELOMPOK 1
- ARDI NOVIARDI
-MAROLOP JOSEPH R.
-RIZKI DARMAWAN
-TIJEN R. M. MALAU
-MUHAMMAD AFIFF ISNAINI

Data Geometrik
Denah wilayah

Data Geometrik
Data Geometri

Kapasitas Simpang
WA = 7,5 m
WB = 9,5 m
WC = 7,8 m
WD = 9,05 m
WAC = (WA + WC)/2 = (7,5+7,8)/2 = 7,65 m
WAC > 5,5 maka jumlah lajur adalah 4
WBD = (WB + WD)/2 = (9,5+9,05)/2 = 9,28 m
WBD > 5,5 maka jumlah lajur adalah 4
W1 = (WA + WB + WC + WD)/jumlah lengan simpang

= (7,5+9,5+7,8+9,05)/4 = 8,463 m
Tipe simpang untuk lengan simpang 4 dengan jumlah lajur pda
pendekat jalan mayor dan minor = 4, maka tipe simpang (IT)
tersebut adalah 444. MKJI 1997 meberikan penjelasan bahwa untuk
analisa kapasitas tipe simpang ini dianggap sebagai 424.

Kapasitas Simpang
Kapasitas Dasar (C0)

Co =

Faktor Penyesuaian Lebar Pendekat (F w)

Fw = 0,61 + 0,074 WI
= 0,61 + 0,074 (8,643) = 1,24

Kapasitas Simpang
Faktor Penyesuaian Median Jalan Utama (FM)

FM =

Faktor Penyesuaian Ukuran Kota (FCS)

FCS =

Jumlah penduduk kota Cilegon = 373.440

Kapasitas Simpang
Faktor Penyesuaian Tipe Lingkungan, Hambatan

Samping, dan Kendaraan Tak Bermotor (FRSU)


((0,05-0,0004)/(0,89- FRSU)) = ((0,05-0)/(0,890,94))
FRSU = 0,9396
Daerah Simpang = Komersial
Kelas hambatan samping = sedang

Kapasitas Simpang
Faktor Penyesuaiana Belok Kiri (FLT)

FLT = 0,84 + 1,61 LT = 0,84 + 1,61 (0,16) = 1,0976


Faktor Penyesuaian Belok Kanan (FRT)

(RT) = 0,42. Nilai yang diberikan MKJI untuk


simpang empat lengan, FRT = 1.

Kapasitas Simpang
Faktor penyesuaian rasio arus jalan minor (FMI)

Rasio jalan minor (MI) = 0,504. Untuk tipe simpang


444 maka berdasarkan grafik 2.4 atau digunakan
rumus :
FMI = 1,11 x MI 2 1,11 x MI + 1,11
FMI = 1,11 x 0,504.2 1,11 x 0,504 + 1,11
FMI = 0,833

Kapasitas Simpang
C = Co x Fw x FM x Fcs x FRSU x FLT x FRT x FMI

= 3400 x 1,24 x 1,05 x 0,88 x 0,9396 x 1,096 x 1 x


0,833
C = 3329 smp/jam

Kinerja Simpang
Derajat kejenuhan (DS)

Pada pendekat minor B terdapat WLTOR > 2 m maka


untuk perhitungan arus lalu lintas belok kiri tidak
dimasukkan dalam arus lalu lintas total (Qtot).
Arus lalu lintas total (Qtot) = 5335 250 = 5085
smp/jam
DS = Qtot/C
DS = 5085/3329 = 1,527
DS > 0,75 mengindikasikan bahwa kinerja simpang
tersebut sekarang sudah jenuh.

Kinerja Simpang

Kinerja Simpang
Tundaan lalu lintas (D)

MKJI 1997 hanya memberikan grafik atau rumus


untuk menghitung tundaan dengan derajat
kejenuhan (DS) maksimal 1,2. Tundaan simpang
untuk nilai DS > 1,2 belum diketemukan untuk
referensi akademisnya. Apabila nilai tundaan untuk
DS > 1,2 dihitung dengan rumus MKJI 1997 maka
akan memberikan nilai yang tidak rasional.

Kinerja Simpang
Peluang antrian (QP)
Peluang antrian ditentukan oleh grafik 2.7 atau dengan

menggunakan rumus berikut :


QP% atas
QP% = 47,71 x DS 24,68 x DS2 + 56,47 x DS3
QP% = 47,71 x 1,526 24,68 x 1,5262 + 56,47 x 1,5263
QP% = 216
QP% bawah

QP% = 9,02 x DS + 20,66 x DS2 + 10,49DS3


QP% = 9,02 x 1,526 + 20,66 x 1,5262 + 10,49 x 1,5263
QP% = 99,32
Jadi peluang antrian (QP) pada simpang tersebut sebesar 99,32%
216%

Kinerja Simpang

Kinerja Simpang
Hasil analisa pada kondisi simpang menghasilkan

derajat kejenuhan (DS) sebesar 1,527. Nilai ini jauh


dari nilai derajat kejenuhan yang disarankan oleh
MKJI 1997 sebesar 0,75.

Kinerja Simpang

Perbaikan Kinerja Simpang Jangka


Pendek
Alternatif 1 : Simpang tidak Bersinyal
Pemasangan

rambu larangan berhenti untuk


mengurangi kendaraan yang sering berhenti untuk
menaikkan atau menurunkan penumpang di sekitar
simpang.
Pengurangan ini akan berdampak pada berkurangnya
hambatan samping yang asalnya sedang menjadi
rendah

Alternatif I
1)

Kapasitas Simpang
a) Lebar pendekat dan tipe simpang
WA = 7,5 m
WB = 9,5 m
WC = 7,8 m
WD = 9,05 m
WAC = (WA + WC)/2 = (7,5+7,8)/2 = 7,65 m
WAC > 5,5 maka jumlah lajur adalah 4
WBD = (WB + WD)/2 = (9,5+9,05)/2 = 9,28 m
WBD > 5,5 maka jumlah lajur adalah 4
W1 = (WA + WB + WC + WD)/jumlah lengan simpang
= (7,5+9,5+7,8+9,05)/4 = 8,463 m

Alternatif I
Tipe simpang untuk lengan simpang 4 dengan

jumlah lajur pada pendekat jalan mayor dan minor


= 4, maka tipe simpang (IT) tersebut adalah 444.
MKJI 1997 meberikan penjelasan bahwa untuk
analisa kapasitas tipe simpang ini dianggap sebagai
424

Alternatif I
b) Kapasitas dasar (Co)
Kapasitas dasar (Co) untuk tipe simpang (IT) 444
adalah 3400
c) Faktor penyesuaian lebar pendekat (Fw)
Variabel masukan adalah lebar rata-rata semua
pendekat WI = 8,463 m dan tipe simpang IT = 444.
Batas nilai yang diberikan adalah Grafik 2.1 atau dapat
digunakan rumus untuk klasifikasi IT yaitu :
Untuk 444 : Fw = 0,61 + 0,074 WI
= 0,61 + 0,074 (8,463) = 1,24

Alternatif I
d) Faktor penyesuaian median jalan utama (FM)
Terdapat median jalan utama dengan lebar < 3 m,
maka faktor penyesuaian median jalan utama (FM)
adalah 1,05.
e) Faktor penyesuaian ukuran kota (FCS)
Jumlah penduduk kota Cilegon tahun 2010 adalah
373.440 jiwa. Berdasarkan MKJI, dengan jumlah
penduduk sebesar 373.440 jiwa, maka ukuran kota
Cilegon termasuk kategori kecil. Faktor penyesuaian
ukuran kota (FCS) adalah 0,88.

Alternatif I
f) Faktor penyesuaian tipe lingkungan, jalan hambatan
samping dan kendaraan tak bermotor (FRSU)
Hambatan samping yang dipakai untuk perhitungan
adalah aktivitas samping jalan di daerah simpang. Daerah
simpang ini adalah daerah industri dan komersial dengan
kelas hambatan samping rendah. Rasio kendaraan tak
bermotor (UM/MV) adalah 0,0004. FRSU dihitung
berdasarkan tabel MKJI dengan menggunakan tabel
interpolasi.
((0,05-0,0004)/(0,90- FRSU)) = ((0,05-0)/(0,90-0,95))
FRSU = 0,9496

Alternatif I
g) Faktor penyesuaian belok kiri (FLT)
Variabel masukan adalah rasio belok kiri (LT) =

0,16 (USIG-1, baris 20, kolom 11). Nilai yang diberikan


pada grafik 2.2 atau digunakan rumus :
FLT = 0,84 + 1,61 pLT = 0,84 + 1,61 (0,16) = 1,096
h) Faktor penyesuaian belok kanan (FRT)
Variabel masukan adalah rasio belok kanan (RT) =

0,42 (USIG-1, baris 22, kolom 11). Nilai yang diberikan


pada grafik 2.3 untuk simpang empat lengan, FRT = 1.

Alternatif I
i) Faktor penyesuaian rasio arus jalan minor (FMI)
Rasio jalan minor (MI) = 0,504 (USIG-1, baris 24,

kolom 10), Untuk tipe simpang 444 maka berdasarkan


grafik 2.4 atau digunakan rumus :
FMI = 1,11 x MI^2 1,11 x MI + 1,11
FMI = 1,11 x 0,504^2 1,11 x 0,504 + 1,11
FMI = 0,833

Alternatif I
j) Kapasitas (C)
Berdasarkan rumus 2.1 diperoleh :
C = CO FW FM FCS FRSU FLT FRT FMI
C = 3400 x 1,24 x 1,05 x 0,88 x 0,9496 x 1,096 x 1 x
0,833
C = 3365 smp/jam

Alternatif I
2) Kinerja Simpang
a) Derajat kejenuhan (DS)
Arus lalu lintas total (Qtot) = 5085 smp/jam
DS = Qtot/C
DS = 5085/3365 = 1,51
DS > 0,75 mengindikasikan bahwa kinerja simpang
tersebut sekarang sudah jenuh.

Alternatif I
b) Tundaan lalu lintas (D)
MKJI 1997 hanya memberikan grafik atau rumus
untuk menghitung tundaan dengan derajat kejenuhan
(DS) maksimal 1,2. Tundaan simpang untuk nilai DS >
1,2 belum diketemukan untuk referensi akademisnya.
Apabila nilai tundaan untuk DS > 1,2 dihitung dengan
rumus MKJI 1997 maka akan memberikan nilai yang
tidak rasional.

Alternatif I
c) Peluang antrian (QP)
Peluang antrian ditentukan oleh grafik 2.7 atau dengan
menggunakan rumus
berikut :
QP% atas
QP% = 47,71DS 24,68DS2 + 56,47DS3
QP% = 47,71*1,51 24,68*1,512 + 56,47*1,513
QP% = 211
QP% bawah
QP% = 9,02DS + 20,66DS2 + 10,49DS3
QP% = 9,02*1,51 + 20,66*1,512 + 10,49*1,513
QP% = 97
Jadi peluang antrian (QP) pada simpang tersebut sebesar 97%
211%

Alternatif I

Alternatif I
Hasil analisa pada kondisi simpang untuk alternatif I

menghasilkan derajat kejenuhan (DS) sebesar 1,51.


Nilai ini jauh dari nilai derajat kejenuhan yang
disarankan oleh MKJI 1997 sebesar 0,75.

Alternatif I

Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah :

1. Kinerja simpang Damkar untuk kondisi simpang tak bersinyal


pada keadaan eksisting menghasilkan derajat kejenuhan (DS)
= 1,527 dan peluang antrian antara 99%-216%.
2. Perbaikan kinerja simpang alternatif I berupa pemasangan
rambu larangan berhenti menghasilkan nilai DS = 1,51.
Alternatif II simpang tak bersinyal berupa pengurangan
hambatan samping, perbaikan median, pembuatan lajur belok
kiri langsung dan pelebaran geometri jalan menghasilkan DS =
0,75 dan tundaan sebesar 12,21 det/smp. Alternatif III berupa
perencanaan simpang bersinyal menghasilkan nilai DS = 2,09.
Alternatif IV berupa perencanaan simpang bersinyal dan
dikombinasikan dengan pembuatan lajur belok kiri langsung
serta pelebaran geometri jalan menghasilkan DS = 0,73 dan
tundaan rata-rata 45 det/smp. Alternatif V berupa pembuatan
simpang tidak sebidang menghasilkan nilai DS < 0,747 dan
tundaan 8,84 det/smp.

Kesimpulan
3. Alternatif yang terbaik adalah alternatif V karena
memiliki nilai DS dan antrian paling rendah tetapi
untuk aplikasinya membutuhkan biaya yang tinggi.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai