Tujuan Pembelajaran
1. Melakukan perawatan sistem utama engine dan mekanisme katup
2. Menentukan cara perawatan sistem utama engine dan mekanisme katup SOP
3. Menentukan macam - macam kerusakan sistem utama engine dan mekanisme katup
4. Mengontrol hasil perawatan sistem utama engine dan mekanisme katup
2. Mekanisme Katup
a. Macam-macam Mekanisme Katup
Poros nok digerakkan oleh rantai dan roda gigi sprocket yang
dilumasi dengan oli. Tegangan rantai diatur oleh penegang rantai, sedang
getaran rantai dicegah oleh chain vibration damper. Model timing chain
ini sedikit menimbulkan bunyi dibanding dengan roda gigi.
Konstruksi katup terdiri atas kepala katup (head) dan batang katup
(valve stem). Bentuk kepala katup disesuaikan dengan kebutuhan agar gas
baru maupun bekas dapat mengalir dengan lancar. Bagian kepala katup
yang bersinggungan dengan dudukan katup disebut muka katup (face).
Pada umumnya muka katup dibuat miring dengan sudut kemiringan 45˚.
Diameter kepala katup masuk dibuat lebih lebar dibanding katup
buang dengan tujuan agar campuran udara dan bahan bakar yang masuk
ke dalam silinder sebanyak-banyaknya. Masuknya campuran udara dan
bahan bakar ke dalam silinder semata-mata hanya mengandalkan
perbedaan tekanan udara dalam silinder dengan udara luar akibat gerakan
torak pada saat langkah isap. Sementara keluarnya gas buang karena
adanya dorongan torak dan sisa tekanan pembakaran campuran udara dan
bahan bakar. Dengan demikian diameter kepala katup buang tidak perlu
sama lebarnya dengan katup masuk.
Di sisi lain kepala katup buang lebih tebal dibanding katup masuk
dengan tujuan agar tidak mudah berubah bentuk, karena temperatur katup
buang lebih tinggi dibanding katup masuk. Temperatur katup masuk
antara 250˚ C sampai dengan 275˚ C , sedang temperatur katup buang
sekitar 700˚ C sampai dengan 760˚ C. Temperatur katup masuk lebih
rendah dibanding katup buang karena selalu mendapat pendinginan dari
bahan bakar yang masuk ke dalam silinder.
2) Pegas Katup
Pada saat membuka katup digerakkan oleh nok, sedang pada saat
menutup katup digerakkan oleh pegas katup. Dengan demikian pegas
katup berfungsi untuk mengembalikan katup agar tetap dalam keadaan
rapat pada dudukannya.
3) Dudukan Katup
Dudukan katup berfungsi sebagai tempat duduk kepala katup pada
saat katup menutup. Antara kepala katup dengan dudukan katup harus
membuat persinggungan yang baik sehingga tidak terjadi kebocoran
antara kepala katup dengan dudukan katup. Sudut kemiringan kepala
katup maupun dudukannya pada umumnya 45˚ untuk katup masuk
maupun buang, tetapi ada juga kemiringan kepala katup yang hanya 30˚
untuk katup masuk. Dua hal penting yang terkait dengan perencanaan
kemiringan kepala katup dan dudukannya yaitu kelancaran aliran dan
kerapatan gas baru maupun bekas.
Lebar dudukan katup juga tidak boleh terlalu lebar atau terlalu sempit.
Apabila terlalu lebar akan mengakibatkan menumpuknya kotoran sehingga
mengakibatkan kebocoran pada saat langkah kompresi. Sebaliknya apabila
terlalu sempit, maka proses pendingin tidak sempurna karena luas bidang
pendinginan kurang.
Diameter dalam lubang laluan katup juga tidak boleh terlalu longgar
atau terlalu sempit. Apabila terlalu longgar akan mengakibatkan
masuknya oli ke ruang bakar sehingga oli mesin cepat berkurang.
Sebaliknya apabila terlalu sempit akan mengakibatkan kemacetan pada
saat temperaturnya naik sehingga katup-katup tidak dapat bergerak.
5) Poros nok
Katup-katup dapat membuka dan menutup karena adanya poros nok.
Diatas nok ditempatkan sebuah pengangkat katup yang bergerak naik turun
yang selanjutnya menggerak-kan katup-katup melalui batang penekan (push
rod) dan pelatuk (rocker arm). Untuk mesin-mesin tertentu gerakan poros
nok langsung menggerakkan katup tanpa mekanisme penghubung.
6) Pengangkat Katup
Pengangkat katup (valve lifter) berfungsi untuk membuka katup dengan
cara memindahkan gerakan dari nok. Pada posisi ini terjadi gesekan yang
besar pada bagian yang saling bergesekan antara nok dengan pengangkat
katup sehingga akan mengakibatkan keausan. Untuk itu maka perlu
diupayakan agar gesekan yang terjadi antara nok dengan pengangkat katup
sekecil mungkin yaitu dengan cara: membuat agar pengangkat katup dapat
berputar atau dengan membuat roda pada pengangkat katup.
Dengan permukaan nok bentuk tirus atau dengan adanya offset antara
nok dengan pengangkat katup, maka pengangkat katup disamping bergerak
naik turun juga dapat berputar. Hal tersebut dapat terjadi karena bidang
singgung antara nok dengan pengangkat katup tidak pada titik pusat.
(a) (b)
Gambar 39. Pengangkat katup dengan roda (a) dan roller (b)
e. Celah Katup
Celah katup adalah celah antara ujung batang katup dengan pelatuk
pada saat katup menutup.
Gambar 41. Celah katup
Celah katup dapat distel pada saat katup sedang dalam keadaan
menutup. Untuk menentukan katup-katup mana yang boleh distel, dapat
ditentukan dengan cara menggambar diagram proses kerja motor dan
mengetahui urutan penyalaannya. Setelah diagram proses kerja motor
ditentukan, kemudian membayangkan proses kerja motor. Pada posisi mana
piston berada dan bagaimana posisi katup (sedang menutup atau membuka).
Setelah itu baru menentukan katup-katup yang sedang menutup pada top
kompresi silinder tertentu. Katup-katup yang dapat distel adalah katup katup
yang sedang menutup.
KATUP
SILINDER MASUK BUANG
1 √ √
2 √ 0
3 0 √
4 0 0