Anda di halaman 1dari 3

Hari Perjuangan dan Hari Pengorbanan

Tanggal 17 Agustus Hari Kemerdekaan RI

Jama’ah Jum’ah yang dirahmati Allah,

Pada bulan ini kehidupan kita sebagai umat muslim Indonesia sungguh berada
dalam hari-hari bersejarah. Setelah bersama-sama kita melalui hari raya qurban,
kita berjumpa dengan hari Kemerdekaan. Keduanya adalah momen yang sarat
dengan nilai sejarah. Ketahuilah bahwa kedua momentum itu menuntun adanya
pengorbanan. Karena pengorbanan merupakan syarat wajib sebuah keberhasilan.

Jama’ah Jum’ah yang dimuliakan Allah


Kesuksesan Nabi Ibrahim as. sebagai hamba yang paling dicintai Allah –
khalilullah- telah terbukti dengan ketaatan beliau melaksanakan segala perintah-
Nya. Bahkan demi menemukan petunjuk ke-tuhanan dan ke-tauhidan, Nabi
Ibrahim as harus melawan arus. Melawan penguasa dan kehendak orang tua.
Dalam ruang pemujaan, nabi Ibrahim beraksi, beliau hancurkan semua berhala,
kemudian ia kalungkan kapak dipundak berhala yang tersisa. Maka merekapun
bertanya siapa yang melakukan pengrusakan ini? siapa yang berani
menghancurkan tuhan-tuhan kami? Ibrahimpun berargumen “bahwa pelaku itu
meninggalkan bukti, lihat saja kapak alat pengrusak itu masih ada dipundak,
berarti ialah yang melakukannya”. Dengan berkata demikian, Nabi Ibrahim as
dianggap menghina. “Bukankah itu berhala yang tak kuasa berbuat apa-apa?
bagaimana kamu bisa menuduhnya menghancurkan segalanya?” Nabi Ibrahim pun
menjawabnya “jika memang ia tak punya kuasa mengapa engkau mengabdikan
diri dan menyembah pada-nya?” Singkat cerita, disiapkanlah untuk Nabi Ibrahim
kayu bakar dan tungku perapian, sebagai ganjaran dari sebuah pembangkangan.
Tapi Allah yang Maha Kuasa berkehendak lain, energi panas yang terkandung
dalam api diganti dengan dingin yang menyelimuti. Sehingga Ibrahim bisa
menyelamatkan diri.

Ini adalah pengorbanan pertama kali yang dilakukan Nabi Ibrahim. Ia harus rela
kehilangan orang tua yang selama ini menyayanginya. Ia juga kehilangan
komunitas masyarakatnya. Kemana kira-kira Ibrahim ketika itu pergi setelah
pembakaran terhadap dirinya gagal? Itulah pengorbanan.

Hadirin Jama’ah Jum’ah yang Berbahagia


Andai manusia tahu, bahwa pengorbanan itu sebuah ujian dari Allah Yang Maha
Kuasa yang harus dijalani dan dilewati semua hambanya. Begitu beratnya
pengorbanan Nabi Ibrahim as yang dilakukannya demi kebahagiaan anak cucu dan
umat manusia setelahnya. Ia harus rela mengorbankan Ismail sang anak
kesayangan, untuk disembelih oleh tangannya sendiri. Ini adalah cobaan terbesar
sepanjang sejarah manusia. Dan Nabi Ibrahimpun menta’atinya. Karena ini adalah
perintah dari Yang Maha Kuasa. Begitu tulusnya hati Nabi Ibrahim merelakan
Ismail sehingga Allah swt menyiapkan seekor kambing sebagai gantinya.
Kepasrahan dan keikhlasan Nabi Ibrahim itu dilakukannya sebagai cara
mendekatkan diri pada Yang Maha Kuasa. Mendekat dalam bahasa arab adalah
qaruba karena itu usaha mendekatkan diri disebut dengan qurban. Sungguh hidup
adalah pengorbanan. Semakin besar pengorbanan, semakin besar pula anugrahnya.
Semakin tulus berkorban semakin besar nilainya.

Jama’ah Jum’ah yang dimuliakan Allah


Pengorbanan Nabi Ibrahim as itulah yang menjadi teladan para pejuang. Mereka
tidak punya motif dan kepentingan. Dengan tulus ikhlas berjuang mengusir
penjajahan lillahi ta’ala. Niatnya adalah menegakkan hak-hak adami yang harus
dipenuhi, demi terselenggaranya hak-hak Allah dalam menjalankan ibadah.
Kemerdekaan yang telah diplokamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 wajib
dipertahankan. Apapun yang terjadi. Oleh karenanya ketika, sekutu dan bala
tentaranya berniat menguasai kembali Indonesia, maka pada saat itu pula tanggal
22 Oktober 1945 Hadratusy Syaikh Hasyim Asy’ari beserta segenap ulama lainnya
mewajibkan jihad melawan sekutu. Inilah yang kemudian terkenal dengan sebutan
resolusi Jihad.

Selang beberapa minggu, ternyata sekutu dan Belanda benar-benar tidak


merelakan Indonesia merdeka. Karena itu pada tanggal 10 Nopember 1945, ia
menggempur Surabaya sebagai salah satu kota besar di Indonesia. Dengan adanya
maklumat yang telah tersebar sebelumnya tentang wajibnya membela tanah air dan
mempertahankan kemerdekaan, maka segenap bangsa Indoneisa, santri dan kyia
tukang becak dan para kuli dari berbagai pelosok daerah bergabung datang
berhamburan mempertahankan kemerdekaan di Surabaya. Dengan berkoordinasi
dengan para kyai, Bung Tomo dan segenap elemen bangsa bahu membahu
mengangkat senjata mempertahankan kemerdekaan bangsa. Meskipun senjata
yang digunakan oleh bangsa Indonesia, tidaklah secanggih senjata tentara Belanda.
Hanya saja semangat juang yang tinggi, dan motifasi yang luhur disertai tulusnya
niat dan ikhlas, merubah senjata sederhana itu menjadi sangat luar biasa. Bambu
Runcing, Menjalin, Keris, Golok, Pedang, Celurit, Kelewang, dan apapun jenisnya
menjadi sangat berbahaya bila disertai keikhlasan.
Spirit melawan penindasan inilah yang telah diajarkan oleh Al-Qur’an kepada
umat manusia. Dalam al-Baqarah ayat 190 diterangkan

    


      
  
Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi)
janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang melampaui batas

Pejuangan ini bukanlah tanpa pengorbanan. Banyak sahabat, saudara, anak, kakak,
adik, paman, bapak dan kakek yang kehilangan nyawa, gugur sebagai bunga
bangsa. mengorbankan diri demi kemerdekaan negeri.

Pengorbanan menjadi syarat wajib sebuah keberhasilan. Semoga saja tulus-


ikhlasnya niat mereka mendapatkan keistimewaan dari Yang Maha Kuasa. Seperti
janji Allah kepada para Mujahidin. Dan semoga kita yang ditinggalkan dan
menikmati kemerdekaan ini tidak mengecewakan pengorbanan mereka.

Dengan semangat kemerdekaan ini, mari kita pertahankan keutuhan jati diri dan
bangsa ini dengan nilai-nilai akhlak yang luhur dan nilai-nilai Islam Yang tinggi,
hanya dengan itu, kita bisa meraih kejayaan dimasa yang akan datang.

Mudah-mudahan Allah swt berkenan meneruskan sejarah bangsa ini sehingga


bangsa ini akan menjadi sebuah “ baldatun thayyibatun warabbun ghaafur “
sebuah negara dan bangsa yang meraih maghfirah Allah swt dalam waktu yang
bersamaan juga meraih kesejahteraan dan kedamaian selama-lamanya.

Anda mungkin juga menyukai