Anda di halaman 1dari 5

EGOISME

ANCAM PERSATUAN UMAT


Disampaikan oleh: Ir. Gatot Sudjono
Idul Adha 1427 H/2006 di Masjid Al-Muhajirin
Jatikramat Indah I-Bekasi

Allahu Akbar 3X Allahu Akbar 3X Allahu Akbar 3X Allahu Akbar wa lillahilhamdu


Hadirin jama’ah Idul Adha rahimakumullah
Segala puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah yang Maha Rahman, yang
Maha kasih terhadap seluruh makhluknya tanpa pilih kasih. Allah yang Maha Rahim,
yang Maha penyayang kepada hamba-Nya yang beriman dan beribadah kepada-Nya.
Kita bersyukur kepada Allah SWT, hanya Berkah, Rahmat, Karunia, Taufiq dan
Hidayah-Nya semata kita dapat berkumpul di pagi hari yang sangat mulia dan berbahagia
ini. Saat ini, lebih dua juta kaum muslimin tengah beribadah haji di Tanah suci. Mereka
datang dari seluruh penjuru dunia, dari bangsa, bahasa, golongan, suku, warna kulit, dan
status sosial yang beraneka ragam. Namun dari lidah mereka meluncur satu kalimat :
“Labbaika, Allahumma labbaik, Labbaika la syarika laka labbaik. Inna alhamda wa al
ni’mata laka wa al-mulk, la syarika laka”
(“Aku penuhi panggilan-Mu…Ya Allah aku penuhi panggilan-Mu, aku penuhi
panggilan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu, aku penuhi panggilan-Mu Sesungguhnya segala
puji, ni’mat dan kekuasaan, milik-Mu. Tidak ada sekutu bagi-Mu”)

Kalimat itu melambangkan persatuan, kesatuan dan keikhlasan mengabdi semata-


mata demi memenuhi panggilan Illahi. Berjuta-juta hewan ternak disembelih. Dagingnya
dibagikan kepada mereka yang jarang menikmatinya. Sementara darahnya dibiarkan
bercucuran di muka bumi, sebagai tamsil dari pengabdian dan pengorbanan makhluk
kepada penciptanya.

Hadirin kaum Muslimin Rahimakumullah


Kemarin umat Islam berkumpul dipadang Arafah. Ditengah tengah padang pasir
yang gersang, di bawah terik panas matahari yang menyengat. Pakaian mereka serba
putih melambangkan kesucian hati mereka. Kaum pria hanya mengenakan dua helai kain
tanpa jahitan. Tak bisa dibedakan antara yang kaya dengan yang miskin., antara pejabat
dan rakyat biasa. Dari balik tenda, terdengar suara dzikir mereka. Diiringi derai airmata
yang berjatuhan membasahi pipi yang gersang, teringat akan dosa dan kesalahan yang
telah begitu banyak dilakukan.
Dan pada hari ini, mereka kumpul di Mina. Di tempat inilah pengorbanan hakiki
pernah diproklamirkan. Ketika Nabiyullah Ibrahim AS merelakan putra tercintanya
Ismail untuk disembelih. Seruan ini disambut oleh putranya dengan penuh keikhlasan,
dengan menyatakan :

“Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu
akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". (QS. Ash-Shaffat: 102)
Demikianlah keduanya rela berkorban di jalan Allah, sebagai bentuk pengorbanan
termahal dalam sejarah manusia. Walaupun leher Ismail tidak terpenggal, dan digantikan
Allah dengan seekor qibas, namun peristiwa itu menyisakan makna yang terlukis
sepanjang masa. Betapa perjuangan menegakkan kebenaran dan keadilan selalu
mensyaratkan pengorbanan sebagai konsekuensi logis. Tanpa merelakan kepentingan
pribadi yang seringkali duniawi, tujuan perjuangan yang menyangkut maslahat umat tak
mungkin tercapai. Allah SWT berfirman :

“Sesungguhnya kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka


dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang
membenci kamu dialah yang terputus.” (QS. Al-Kautsar: 1-3).

Seorang mukmin dituntut untuk rela berkorban apa saja. Tak peduli harta,
pangkat, jabatan, bahkan nyawa sekalipun jika dimaksudkan sebagai pengabdian
terhadap Allah SWT dapat terwujud dan umat manusia dapat terhindar dari kekufuran
dan kemusyrikan. Setiap Mukmin harus ikhlas berkorban. Pengorbanan dalam bentuk
apapun, sepanjang didasari keikhlasan niat semata mencari ridho Allah pasti tidak akan
sia-sia disisi-Nya. Ia yakin betul akan janji Allah SWT :

“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang mukmin, diri dan harta mereka
dengan memberikan surga untuk mereka.” (QS. At-Taubah: 111).

Hadirin kaum Muslimin yang berbahagia


Perjuangan yang kita lakukan harus didasari atas niat semata mencari ridha Allah
SWT. Pengorbanan kita juga harus ikhlas karena-Nya, dengan menyerahkan sebagian
kemerdekaan pribadi untuk kepentingan dan kebahagiaan bersama. Sebagai suami/ istri,
sebagai orang tua/ anak. Kita berjuang dan berkorban agar seluruh keluarga kita terhindar
dari ancaman siksa neraka jahannam. Sebagai jawaban sikap kita terhadap peringatan
Allah SWT:

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka.” (QS. At-tahrim: 6).

Tekad untuk berjuang dan keikhlasan untuk berkorban saja tidaklah cukup.
Nabiyullah Ibrahim AS dan putranya Ismail masih diuji dengan keteguhan iman melalui
bisikan iblis. Setahap demi setahap mereka melewati godaan tersebut. Satu demi satu
batu dilemparkan sbg tamsil dari pernyataan “perang” melawan iblis dengan segala
bentuknya yang selalu akan muncul menggoda dikala seorang hamba Allah menelusuri
‘Shiratal Mustaqim” (jalan lurus yang diridhoi Allah SWT).

“Iblis menjawab: “Karena engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-
benar akan menghalang-halangi mereka dari jalan engkau yang lurus, kemudian saya
akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan kiri
mereka. Dan engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur Taat.”
(QS. Al-a’raaf: 16-17).

Hamba-hamba Allah yang mulia.


Kini, iblis dalam bentuk manusia makin menunjukan eksistensinya. Hal itu
ditampilkan oleh para pengikut sekularisme dan liberalisme. Mereka telah “menuhankan”
akal dan hawa nafsu mereka. Gejala semacam ini sebenarnya sudah timbul sejak akhir
abad ke-19, ketika secara gegabah FW Nietzsche seorang filosof Jerman (1844-1900)
menyatakan : Tuhan sudah mati. Sebelumnya Fir’aun abad 18 yang bernama Imanuel
Kant (1724- 1804) yang lahir di Jerman telah pula memproklamirkan dirinya sebagai
tuhan. Ia menyatakan : beri saya material, niscaya akan saya perhatikan kepada kalian
bagaimana caranya menciptakan alam semesta.

Hadirin, hamba-hamba yang dimuliakan Allah.


Dinegeri kita, keberadaan kaum sekularisme dan Liberalisme kini lebih
terorganisir lagi dengan lahirnya kelompok yang menamakan dirinya Jaringan Islam
Liberal (JIL) , lewat artikel berjudul : Menyegarkan kembali Pemahaman Islam. Yang
pernah dimuat Kompas (edisi 18 Nopember 2002 halaman 4-5) telah mempublikasikan
penghinaan terhadap Islam dan kaum muslimin secara terbuka, koodinator JIL itu
melakukan penghinaan yang sangat lengkap terhadap Allah SWT dan hukum hukumNya
yang telah ditetapkan secara ekplisif, baik dalam Al-Qur’an maupun Sunah. Dia
menyetakan “Tiada hukum tuhan yang ada adalah hukum manusia.”
Rasulullah SAW juga dihina dengan pernyataannya bahwa Rasulullah SAW
hanyalah sekedar “ tokoh historis yang harus dikaji dengan kritis”. Menurutnya
Rasulullah yang disucikan Allah SWT hanyalah manusia biasa yang banyak
kesalahannya. Ini jelas merupakan penghinaan yang nyata terhadap Rasulullah yang
memperoleh gelar ma’shum ( terjaga dari kekeliruan menyampaikan risalah) dari Allah
SWT. Gelar ini meyakinkan setiap mukmin bahwa beliau telah dilindungi Allah SWT
dari kemungkinan kekeliruan dan kekilafan dalam menyampaikan risalah.

Hadirin kaum muslimin rahimakumullah


Sebagai umat islam kita dituntut bersatu dalam satu barisan dan perjuangan. tidak
ada sedikitpun alasan untuk menempuh jalan yang terpecah belah diantara kita. Bahaya
komunisme masih merupakan ancaman terberat. Dari masa kemasa, mereka selalu
bangkit, berusaha memecah belah umat islam dan mendorong setiap muslim untuk
melakukan penyelewengan pemikiran dan moral. Sekularisme adalah ancaman kedua
yang menghampakan makna ideologis islam. Egoisme merupakan ancaman ketiga yang
akan membawa manusia berlomba mengejar kepuasan pribadi tanpa menghiraukan
kepentingan dan hak orang lain.
Kita membutuhkan persatuan dan kesatuan untuk menghadapi dan mengatasi tantangan
ini. Persatuan seperti yang Allah SWT gambarkan dalam firmanNya :

“Dan berpegang teguhlah kamu semuanya kepada tali( dien ) Allah, dan
janganlah kamu bercerai berai,”(QS Al-Imran :103)
Persatuan umat harus didasari pada dua pilar : pertama, Persatuan yang didasari
atas adanya titik tujuan yang sama, yaitu semata mencari ridha Allah SWT dalam segala
langkah dan perjuangan. Rasul SAW bersabda :

“Orang mukmin dengan orang mukmin lainnya bagaikan suatu bangunan,


dimana masing-masing saling menguatkan yang lain.”(HR.Bukhori M)
Kedua, Persatuan harus didasarkan pada derap langkah yang sama dalam perjuangan.
Makna kata jami’an dalam ayat tersebut tidak membedakan antara individu satu dengan
yang lain. Allah SWT Berfirman :

“ Sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang
satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku”.( QS Al-An biyaa :92)

Hadirin kaum muslim yang berbahagia


Namun sangat disayangkan, diantara kita masih ada yang bermental resepsionis,
ingin terpampang semua mereknya. Mulai dari agama, partai, golongan, suku, sampai
pribadinya. Padahal Rasulnya pernah menyatakan bahwa apa yang diberikan tangan
kanan hendaknya tidak diketahui tangan kirinya. Sebuah gambaran tentang keikhlasan
dan anti egoisme.
Betul, kita datang dari berbagai kabilah, suku, bangsa, bahasa dan warna kulit yang
berbeda, kedudukan dan status sosial yang tidak sama. Namun jika kita telah sama
memekikkan kalimat Allahu Akbar dan bersujud dihadapan Illahi, maka tidak ada lagi
perbedaan diantara kita. Kita adalah umat yang satu, umat Muhammad yang senantiasa
berpegang teguh kepada panji “Allahu Akbar, Laillaha Illallah, Wallahu Akbar, Allahu
Akbar Walillahilhamd.”

Hadirin kaum muslimin yang dirahmati Allah


Hari-hari belakangan ini, ikatan ukhuwah dan keimanan kita tengah diuji oleh
Allah SWT. Gempa dan gelombang Tsunami yang meluluhlantakan negri saudara-
saudara kita di Aceh dan Sumatra Utara, dua tahun yang lalu dengan korban ratusan ribu
orang gugur menjadi syuhada, insya Allah. Serta ratusan ribu lainnya cidera, kehilangan
harta benda, tempat tinggal, mata pencaharian dan sanak saudara, rasanya baru kemarin
musibah itu terjadi bahkan sampai saat ini Allah SWT masih memberikan ujian bagi kita
dengan angin puting beliung yang memporakporandakan pemukiman di Pulau jawa,
Tanah longsor di Solok, gempa di Medan, banjir bandang di Nanggroe Aceh Darussalam
dan Lumpur Lapindo yang masih menyisakan masalah, seolah olah tiada berhenti.
Astaghfirullah... Dengan musibah itu, ada keluarga yang kehilangan istri, suami, orang
tua ataupun anak yang dicintainya. Tak terhitung jumlah anak-anak yatim piatu yang tak
lagi merasakan hangatnya dekapan ayah-bundanya.

Saudara-saudaraku seiman yang dirahmati Allah SWT


Mereka yang sedang menangis, meratap, merintih, menjerit dan memekik dari
himpitan musibah ini adalah saudara-saudara kita, mereka merupakan bagian dari tubuh
kita sebagaimana dipesankan Rasulullah SAW. Kita harus mencintai mereka seperti
mencintai diri kita sendiri. Bukan dalam slogan dan kata-kata, tetapi dalam wujud nyata!
Dalam sebuah sabdanya Rasulullah SAW mengancam keimanan seseorang dengan
menafikan kesempurnaan iman seseorang yang belum mampu mencintai saudaranya
sesama Mukmin seperti cintanya terhadap dirinya sendiri (HR.Ahmad, Bukhori, Muslim,
Turmudzi, Nasa’i danIbnu Majah).

Marilah kita sejenak menundukkan kepala, dengan penuh keikhlasan kita berdo’a
memohon bimbingan dan pertolonganNya. Marilah kita menengadahkan kedua telapak
tangan kita sambil meluluhkan perasaan dan menjernihkan pikiran.
Allahumma ya Allah.... Kami berkumpul di tempat yang mulia ini, memuji
kebesaranMu, dan dengan segala kesadaran yang utuh, kami semua adalah milikMu Ya
Allah...pengorbanan para nabi, syuhada dan waliyullah telah mengetarkan hati kami,
betapa terasa kecilnya diri-diri kami. Karena itu ya Allah tumbuhkanlah ruhul jihad
dalam diri kami, hidupkanlah semangat berkorban dalam jiwa kami, suburkanlah
semangat pengabdian dalam segala tingkah langkah kami agar negri ini makmur di
bawah naungan ridhoMu, agar Islam menjadi berkah dan rahmat bagi alam semesta.
Rabbana Ya Allah, yang Maha pengampun terlalu banyak dosa dan kesalahan
yang telah kami perbuat selama ini, pada hari ini yang suci dan mulia ini kami mohon
ampunanmu ya Allah sungguh ampunanMu adalah lebih luas daripada dosa-dosa yang
kami lakukan, bersihkanlah jiwa raga kami dari dosa dan kesalahan ketika ajal nanti
mengantaarkan kami menuju kehadiratmu.

Allahumma Ya Allah ampunilah dosa-dosa kami, dosa ibu bapak kami kasihanilah
mereka berdua seperti mereka pernah mengasihi dan menyayangi kami sejak kecil dan
ampuni dosa saudara-saudara kami kaum muslimin dan muslimat berilah kami taufik dan
hidayah berkah serta rahmat dan keridhoanMu kepada para pemimpin kami kuatkanlah
ketika mereka lemah, luruskanlah ketika mereka keliru, berilah bimbingan agar dapat
membawa kami kepada jalan meraih keridhoanMu.

Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim... hari ini kami berdoa untuk saudara-saudara


kami seiman yang sedang melaksanakan ibadah haji berikanlah kemudahan dalam
melaksanakan rukun dan wajib hajinya jadikannlah sepulangnya menjadi haji yang
mabrur. Bagi saudara kami yang sedang tertimpa musibah berilah kesabaran dan
ketabahan, berilah jalan keluar untuk mendapatkan keridhoanMu. Bagi saudara kami
yang telah meninggal dunia terimalah arwah saudara-saudara kami tempatkanlah mereka
di tempat yang mulia disisiMu bersama para nabi dan Rasul para waliyullah dan para
syuhada. Jadikanlah musibah ini kifarat bagi dosa-dosa dan kekhilafan mereka dan
jadikanlah musibah ini ladang bagi saudara-saudara kami untuk memperoleh pahala tanpa
hisab sesuai janjiMu. Ya Allah. Tumbuhkanlah terus dalam sanubari kami semangat
untuk menolong saudara-saudara kami agar mereka kembali dapat hidup layak seperti
sedia kala.
Allahumma Ya Allah cucurkanlah rahmat berkah karunia taufiq dan hidayahMu
serta inayahMu bimbinglah kami semua dengan cahaya hidayahmu agar kami senantiasa
mampu menempatkan diri di jalan yang engkau ridhoi. Berilah kami kesempatan untuk
menikmati kebahagiaan hidup di dunia ini yang hakiki dan abadi dalam ridhoMu
diakhirat nanti. Amin ya Rabbal Alamin.

Anda mungkin juga menyukai