Anda di halaman 1dari 6

Assalamualaikum wr.

wb

‫ سيدنا محمد‬,‫ والصالة والسالم على اشرف االنبياء والمرسلين‬,‫ وبه نستعين على امور الدنيا والدين‬,‫الحمد هلل رب العالمين‬
‫ االيه‬.‫لقد كان لكم في رسول هللا اسوة حسنه‬: ‫وعلى اله وصحبه اجمعين قال هللا تعاال في القران الكريم‬.......

Dewan hakim yang arif dan bijaksana….


serta Hadirin kaum muslimin sebangsa dan setanah air yang kami
banggakan….
Saat ini generasi muda kita sangat jauh dari apa yang kita har
apkan. Karakter-karakter bangsa saat ini telah luntur digilas waktu,
pondasi-pondasi yang dulu dibangun dengan kokoh kini telah dihanc
urkan oleh anak bangsa sendiri. Baru-baru ini kita telah dikejutkan
dengan rentetan kejadian yang menunjukkan lunturnya nasionalisme d
alam jiwa pemuda bangsa.
Nasionalisme telah diajarkan dan dianjurkan dalam Islam. Menur
ut salah satu ulama Pekalongan, Maulana Habib Luthfi bin Yahya, me
ngatakan “Walau hanya sebutir pasir, selama ada di atas tanah air
ini akan kita jaga mati-matian. Rasulullah Saw. bersabda yang berb
unyi

‫حبا الو طن من اال يمان‬

“Cinta tanah air adalah sebagian dari iman.”

Sungguh miris apabila kita melihat nasionalisme bangsa Indonesia saat ini

 Kita banyak di pertontonkan oleh ulah tikus-tikus berdasi yang


melakukan tindak korupsi.
 Jeritan rakyat yang semakin meronta-ronta karena permasalahan
bangsa.
 Dan stabilitas ekonomi yang semakin terhempas bebas. Sungguh
menyedihkan

Terkait pentingnya hal tersebut, perkenankanlah kami men


yampaikan syarah Al quran yang bertajuk “Nasionalisme Wujud Nyata
Pembangunan Karakter Bangsa”.

Dengan landasan Al Quran Surah Al Hujurat [49] ayat 13:

Artinya:” Wahai manusia! Sungguh, kami telah menciptakan kamu dari


seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian kami jadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang
paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang bertakwa. Sungguh,
Allah Maha Mengetahui,Maha Teliti.”

Ma’asyirol muslimin, Maasyirol Muslimat

Ayyuhal Hadirin Ayyuhal Hadirat, Wa Yaa Faadilatil Hukama Assu’ada

Didalam tafsir al-Mishbah karya Muhammad Quraish Shihab didalam ayat


(itu kalau diganti jadi “Dalam tafsir .... , gimana? ) ini terdapat kata ta’rafu
terambil (diganti kata ‘yang diambil) dari kata ‘arafa yang berarti mengenal.
Lebih dalam lagi kata ta’rafu dalam gramatika bahasa Arab mengikuti wazan
tafaa’ala, wazan ini memiliki arti saling. Saling yang dimaksud adalah saling kenal
mengenal, saling hormat menghormati dan saling tolong menolong. Jika hal ini
telah dilakukan, maka semakin terbuka peluang untuk saling memberi manfaat,
terbentuk suatu persatuan dan kesatuan, menetaskan segala permasalahan dan juga
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah swt.

Sudah menjadi fakta sejarah nasional bahwa kemerdekaan yang direbut dari
tangan penjajah, mayoritas diperjuangkan oleh umat Islam yang dipimpin oleh para
tokohnya dari berbagai kalangan, seperti para ulama, kiai, ustadz, dan tokoh-tokoh
masyarakat lainnya. Mereka tampil sebagai garda terdepan dalam mengusir
penjajah. Karena hal itu (diganti kata ‘yang demikian itu’) bagi kaum muslim,
bukanlah panggilan semata-mata ibu pertiwi, maupun tanah air, tetapi merupakan
panggilan suci yang bersumberkan dari ketauhidan dan keimanan.

Hadirin, Para pejuang yang notabene-nya orang-orang Islam itu selalu


meneriakkan kalimat takbir ketika menggerakkan massa untuk menghadapi
serangan musuh. Sebagaimana yang telah dilakukan oleh Bung Tomo dalam
pertempuran 10 November di Surabaya. Di bagian akhir pidatonya guna membakar
semangat arek-arek Surabaya, Bung Tomo dengan lantang meneriakkan kalimat
takbir sebanyak tiga kali. (Allahu Akbar)

Walaupun hanya dengan bersenjatakan bambu runcing, sementara penjajah


dengan senjata api yang lebih kuat dan modern. Ternyata mereka dianugerahi
kemenangan oleh Allah Swt., dan sebagai bukti rasa syukur kepada-Nya, diukirlah
kalimat Allah Swt. Pada pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 pada alinea
ketiga, yang berbunyi: “atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa.........”

Fakta-fakta di atas menunjukkan bahwa umat Islam yang memiliki akidah


yang benar itu sesungguhnya memiliki jiwa nasionalisme. Oleh karena itu, marilah
kita aplikasikan (Kalau diganti kata ‘implementasikan’ gimana? Biar
kesannya lebih mantep gitu) nilai-nilai nasionalisme yang telah disyariatkan
dalam Islam diantaranya:
1. Membudayakan Syura (musyawarah)

Dengan bermusyawarah dalam menyelesaikan segala sesuatu permasalahan,


akan timbul suatu keputusan bersama.

Maasyiral muslimin maasyiral muslimat

Ayyuhal hadirin, Ayyuhal hadirat Wayafadiltil hukama Al izza

2. Memperjuangkan keadilan.

Keadilan adalah pengakuan dan perlakuan yang seimbang antara hak dan
kewajiban. Dalam islam, konsep tentang nilai-nilai keadilan telah diterangkan
dalam QS. An-Nisa ayat 58,sebagaimana berikut:

Artinya : “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada


yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di
antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah
memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Seungguhnya Allah adalah
Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS.An-Nisa:58).
Didalam tafsir Al-Mukhtashar karya Imam Hasan Al-Jaizy dijelaskan bahwa di
dalam ayat ini terdapat kata biladl yang berarti ‘dengan adil atau keadilan’.
Keadilan yang dimaksud adalah memberi putusan bagi yang berhak sesuai dengan
yang dijelaskan dalam alquran dan sunnah. Perlu kita ketahui bersama bahwa
bangsa Indonesia terdiri atas berbagai keberagaman. Untuk itu pemersatu yang bisa
menjembatani antar generasi adalah keadilan, keadilan sosial, hukum, dan
pendidikan bagi semua ( kalau diganti kata ‘seluruh’ nyambung ga ya
nadanya? ) warga negara. Dengan demikian, tujuan untuk menyejahterakan
seluruh warga negara seperti yang tercantum dalam UUD 1945 tidak hanya
semata-mata menjadi sebuah ilusi.
Hadirin, penerapan nilai nasionalisme dalam diri generasi muda bangsa
Indonesia diharapkan dapat meningkatkan jati diri dan moral bangsa. Dan apabila
hal ini telah melekat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, maka akan akan
menjadikan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang berkarakter dan menjadi
baldatun thoyyibatun wa robbun ghofur.

Kita kita semua anak Indonesia


Jadi satu garis dalam khatulistiwa
Beda beda tapi kita tetap satu jua
Bersatu padu dalam membangun nusantara

Kita kita smua anak Indonesia


Berbahasa satu bahasa Indonesia
Dari sabang sampai merauke itulah kita
Jadi satu padu itulah Indonesia.

Oh tanah airku Indonesia raya… 4x


Sekian syarahan yang dapat kami sampaikan apabila ada banyak kesalahan
mohon dimaafkan. Dengan demikian, mulai detik ini mari kita rapatkan
barisan, kita bersatu, genggam erat persudaraan, jangan goyahkan persatuan
demi Indonesia kuat dan jaya.

Ihdinasyirotol mustaqim. Wassalammualaikum wr.wb.

Anda mungkin juga menyukai