Anda di halaman 1dari 12

TEORI AGENSI

Disusun oleh:

KELOMPOK 2

Dwi Lestari (371763017)

Indah Yuli Prastika (371763016)

Bagas Tri Nugroho (371763004)

Gin Gin Rohmatul Mustofa (371763014)

Mata Kuliah : Kapita Selekta Akuntansi

Dosen : Dr. Ivan A. Setiawan, M.M

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI STAN – INDONESIA MANDIRI

BANDUNG
Teori Agensi

Asal Mula Teori Keagenan


Dalam teori keagenan, manajemen dianggap sebagai agent dan pemilik dianggap sebagai
principal. Hubungan tersebut oleh banyak ahli disebut dengan hubungan keagenan (agency
relationship).
Mitnick (2019) mengemukakan bahwa teori keagenan (agency theory) pertama kali
diperkenalkan oleh Stephen Ross and Barry Mitnick sekitar tahun 1973, berkenaan dengan
masalah keagenan (agency problems) yang muncul dari hubungan keagenan (agency
relationship). Ross mengembangkan teori keagenan berdasarkan sisi teori ekonomi keagenan,
sementara Mitnick teori kelembagaan keagenan. Kedua ahli ini bekerja secara independen.
Meskipun keduanya menggunakan landasan teori yang berbeda, namun kedua pendekatan
tersebut nampaknya saling melengkapi. Ross mengkaji keagenan berkenaan dengan masalah
kontrakting kompensasi, sehingga keagenan dipandang sebagai masalah insentif. Mitnict
memandang bahwa kelembagaan yang terbentuk disekitar keagenan merupakan respon atas
ketidaksempurnaan hubungan keagenan, dimana perilaku agen tidak pernah secara sempurna
sesuai dengan keinginan prinsipal.
Ross dan Mitnick pertama kali mempresentasikan karya ilmiahnya pada American Political
Science Association Meeting tahun 1973. Kedua ahli ini kuliah di University of Pennsylvania.
Ross merupakan dosen muda pada disiplin ilmu ekonomi, sementara Mitnick merupakan
mahasiswa tingkat doktoral dalam ilmu politik dengan minat riset pada pilihan publik, birokrasi,
dan ekonomi politik.

Pengertian
Menurut Jensen dan Meckling (1976) dalam Kholmi (2010), hubungan keagenan adalah
sebagai kontrak, dimana satu atau beberapa orang (principal) mempekerjakan orang lain
(agent) untuk melaksanakan sejumlah jasa dan mendelegasikan wewenang untuk mengambil
keputusan kepada agen tersebut. Kholmi (2010) juga mengutip pandangan Baiman (1990) yang
menyatakan bahwa keberadaan hubungan agensi, satu atau lebih individu (disebut prinsipal)
menyewa yang lain (disebut agen) untuk mendelegasikan tanggung jawab pada mereka (agen).
Hak dan tanggung jawab dari prinsipal dan agen ditentukan dalam hubungan kerja yang
disetujui bersama. Syarat hubungan kerja meliputi susunan kompensasi, sistem informasi,
alokasi kewajiban, dan alokasi hak kepemilikan. Menurut Scott (2000), teori keagenan
memandang perusahaan sebagai nexus of contracts yaitu organisasi yang terikat kontrak
dengan beberapa pihak, seperti kontrak dengan pemegang saham, supplier, karyawan
(termasuk manajer) dan pihak-pihak lain yang terkait (Luayyi, 2010).
Dalam ekonomi keagenan, Ross menyatakan bahwa permasalah terletak pada pemilihan
sistem kompensasi yang akan mendorong perilaku agen yang konsisten engan keinginan
prinsipal. Dengan demikian, fokus teori keagenan terletak pada sistem insentif dan sistem
kontrakting yang memandu distribusi insentif, kondisi mengenai risiko yang akan dihadapi,
serta kondisi-kondisi yang mungkin terjadi sebagai hasil pemilihan sistem.

Masalah Keagenan (Agency Problem)


Menurut teori agensi, prinsipal selaku pemegang saham atau owner mempekerjakan
agent atau manajer untuk mengelola resource yang dimiliki secara efisien dan efektif untuk
memberikan profit dan sustainability perusahaan. Permasalahan yang sering terjadi yaitu
adanya conflict of interest antar principal dan agent yang dapat menimbulkan masalah agensi
atau agency problem, dimana agen tidak bertindak sesuai dengan kepentingan prinsipal dan hal
ini akan berpengaruh kepada kinerja perusahaan. Pemisahan kepemilikan dan manajemen yang
melebar dapat menyebabkan adanya kepentingan tertentu dari manajemen untuk membuat
keputusan yang tidak sesuai dengan kepentingan shareholder (Jensen dan Meckling, 1976).
Agency problem timbul karena adanya asimetri informasi (information asymmetry).
Asimetri informasi merupakan suatu kondisi dimana pihak manajemen lebih banyak
mengetahui kondisi internal perusahaan dibandingkan prinsipal yang dalam hal ini adalah
shareholder. Akibat adanya informasi yang tidak seimbang ini, dapat menimbulkan 2 (dua)
permasalahan yang disebabkan adanya kesulitan prinsipal untuk memonitor dan melakukan
kontrol terhadap tindakan-tindakan agen (Jensen dan Meckling, 1976). Eisenhardt (1989: 61)
menyatakan permasalahan tersebut adalah: (a) Moral hazard, yaitu permasalahan yang muncul
jika agen tidak melaksanakan hal-hal yang telah disepakati bersama dalam kontrak kerja, (b)
Adverse selection, yaitu suatu keadaan di mana prinsipal tidak dapat mengetahui apakah suatu
keputusan yang diambil oleh agen benar-benar didasarkan atas informasi yang telah
diperolehnya atau terjadi sebagai sebuah kelalaian dalam tugas Untuk mengatasi hal tersebut
shareholder melakukan sistem pengawasan atas kinerja manajemen dengan menerapkan teori
kontrak antara principal dengan agent.
Kontrak dirancang agar dapat mengakomodasi kepentingan pihak-pihak yang terlibat
dalam kontrak keagenan. Kontrak yang efisien adalah kontrak yang memenuhi dua faktor,
yaitu:
1. Agen dan pinsipal memiliki informasi yang simetris artinya baik agen maupun majikan
memiliki kualitas dan jumlah informasi yang sama sehingga tidak terdapat informasi
tersembunyi yang dapat digunakan untuk keuntungan dirinya sendiri
2. Risiko yang dipikul agen berkaitan dengan imbal jasanya adalah kecil yang berarti agen
mempunyai kepastian yang tinggi mengenai imbalan yang diterimanya.

Teori Agensi dalam Akuntansi


Eisenhard (1989) menyatakan bahwa teori keagenan didasarkan pada 3 asumsi yaitu:
a. Asumsi tentang sifat manusia, bahwa manusia memiliki sifat untuk mementingkan diri
sendiri (self interest), memiliki keterbatasan rasionalitas (bounded rationality), dan tidak
memyukai risiko (risk aversion).
b. Asumsi tentang keorganisasian, adalah adanya konflik antara anggota organisasi, efisiensi
sebagai kriteria produktivitasnya.
c. Asumsi tentang informasi adalah adanya Asymmetric Information (AI) antara prinsipal dan
agen.
Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut manajer akan cenderung bertindak
oportunis, yaitu mengutamakan kepentingan pribadi dan hal ini memicu terjadinya konflik
keagenan. Untuk mencegah terjadinya hal tersebut, diperlukan pemeriksaan yang dilakukan
oleh pihak ketiga yang independen, yaitu auditor. Dengan demikian, laporan keuangan yang
dibuat oleh agen dapat lebih reliable (dapat lebih dipercaya).
Auditor bertugas memberikan opini atas kewajaran laporan keuangan perusahaan, dan
mengevaluasi apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan perusahaan dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya serta mengungkapkannya dalam laporan audit
(SPAP, 2011). Laporan audit tersebut akan memberikan peringatan awal mengenai kondisi
keuangan perusahaan bagi prinsipal.
Pendapat auditor mengenai laporan keuangan tersebut akan dipertimbangkan sebelum
hal-hal yang berhubungan dengan masa depan perusahaan diputuskan. Prinsipal atau
pengguna informasi laporan keuangan lainnya akan memilih auditor yang memiliki kredibilitas
dalam menjalankan tugasnya dikarenakan, auditor yang kredibel akan lebih baik dalam
memberikan informasi yang terdapat dalam laporan keuangan yang berarti auditor tersebut
menghasilkan kualitas audit yang baik. Hal tersebut akan mengurangi asimetris informasi yang
terjadi antara pihak agen dengan prinsipal.
Teori keagenan menjelaskan bahwa seorang auditor dengan kualitas audit yang tinggi
akan memiliki kemampuan dalam mendeteksi adanya praktik manajemen laba yang dilakukan
oleh manajemen perusahaan (Becker et al., 2010). Laporan keuangan yang telah diaudit oleh
auditor diharapkan dapat dipercaya dan digunakan oleh pihak prinsipal.
Daftar Pustaka

Barry M. Mitnick. 2019. Origin of the Theory of Agency: An Account by One of the Theory’s
Originators. Amerika : University of Pittsburgh.
Eisenhardt, K.M. 1989. ”Agency theory; an assessment and review”. Academy of Management Review,
14: 57- 74.
Jensen, Michael. C., & W, H. Meckling. (1976). Theory of The Firm: Managerial Behavior,
Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial Economics, 3, 305-360.
Kholmi, Masiyah. 2010. Akuntabilitas dalam Perspektif Teori Agensi. Ekonomika Bisnis, Vol. 02
No. 2.
Luayyi, Sri. Teori Keagenan dan Manajemen Laba dari Sudut Pandang Etika Manajer. Malang :
Universitas Brawijaya.
Scott, William. R. (2000). Financial Accounting Theory. Second Edition. Canada: Prentice-Hall Canada Inc

Anda mungkin juga menyukai