Anda di halaman 1dari 12

KEMENTERIAN RISET,TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS HALU OLEO

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN

JURUSAN GEOFISIKA

TUGAS FINAL PENGANTAR TEKTONOFISIK

CEKUNGAN SEDIMEN BENUA

IRWAN WAHYUDDIN L

F1H1 14 009

KENDARI

2016
ISI
CEKUNGAN SEDIMEN BENUA

 Pengertian Cekungan Sedimen

Cekungan sedimen adalah semacam depresi yang memiliki kapabilitas


untuk menjadi tempat terakumulasinya endapan sedimen. Subsidens dari kerak
bumi bagian atas harus terjadi sehingga depresi yang sedemikian rupa bisa
terbentuk. Mekanisme yang dapat menghasilkan subsidens yang cukup untuk
membentuk cekungan antara lain mencakup proses penipisan kerak,
pembebanan tektonik, pembebanan subkrustal, aliran astenosferik, dan
densifikasi krustasl(Dickinson, 1993).
Cekungan sedimen adalah sebuah tempat di kerak Bumi yang relatif lebih
cekung dibandingkan sekitarnya tempat sungai-sungai mengalir/bermuara, danau
atau laut berlokasi, tempat sedimen-sedimen diendapkan. Setelah mengalami
proses geologi selama jutaan tahun, maka cekungan sedimen itu bisa berisi
batuan sedimen yang ketebalannya bisa beragam dari beberapa ratus meter
sampai beberapa puluh ribu meter.

 Klasifikasi Cekungan Sedimen

Pembentukan cekungan sedimen erat hubungannya dengan gerakan kerak dan proses
tektonik yang dialami lempeng. Ingersol dan Busby (1995) menunjukkan bahwa cekungan
sedimen dapat terbentuk dalam 4 (empat) tataan tektonik: divergen, intraplate, konvergen
dan transform). Menurut Dickinson, 1974 dan Miall, 1999; klasifikasi cekungan sedimen
dapat berdasarkan pada:

1. tipe dari kerak dimana cekungan berada,


2. posisi cekungan terhadap tepi lempeng,
3. untuk cekungan yang berada dekat dengan tepi lempeng, tipe interaksi lempeng
yang terjadi selama sedimentasi,
4. Waktu pembentukan dan basin fill terhadap tektonik yang berlangsung,
5. Bentuk cekungan.

Selley (1988) memberikan klasifikasi cekungan sedimen secara sederhana seperti dalam
Tabel. , sedang Boggs (2001) membagi cekungan sedimen lebih rinci dan lebih komplit.
Mekanisme penendatan disariakan dari Dickinson (1993 dan Ingersol dan Busby (1995)

Penipisan kerak (crustal Perenggangan, erosi selama pengangkatan,


thinning): dan penarikan akibat magmatisme

Penebalan mantel Pendinginan litosper yang diikuti penghentian


litosper (mantle- perenggangan atau pemanasan akibat
lithospheric thickening): peleburan adiabatik atau naiknya lelehan
astenosper

Pembebanan batuan Kompensasi isostatik lokal dari kerak dan


sedimen dan perenggangan litosper regional, tergantung
gunungapi(sedimentary kegetasan litosper,  selama sedimentasi dan
and volcanic loading): kegiatan gunungapi

Pembenan Kompensasi isostatik lokal dari kerak dan


tektonik(tectonic loading): perenggangan litosper regional, tergantung
kegetasan dibawah litosper,  selama
pensesaran naik (overthrusting) dan/atau
tarikan (underpulling)

Pembenan subkerak kelenturan litosper selama underthrusting dari


(subcrustal loading): litosper padat

Aliran pengaruh dinamik aliran astenosper, umumnya


astenosper(asthenospheri karena penunjaman litosper
c flow):

Penambahan berat Peningkatan berat jenis kerak akibat perubahan


kerak(crustal tekanan/ temperatur dan/atau pengalihan
densification): tempat kerak berberat-jenis tinggi ke kerak
berberat-jenis rendah

 
Klasifikasi cekungan sedimen (Selley, 1988)

PROSES PENYEBAB TIPE CEKUNGAN TATAAN TEKTONIK


LEMPENG
TERBENTUKNYA

Crustal sag Cekungan intrakraton Intra-plate collapse

Puntir (tension) Epicratonic downward Tepian lempeng pasif


(passive plate margin)
Rift
Sea-floor spreading

Tekanan Palung (trench) Subduksi  (tepian lempeng


(compression) aktif)
Busur depan (fore-arc)

Busur belakang (back-


arc)

Wrenching Strike-slip Gerakan mendatar lempeng

Klasifikasi cekungan menurut Boggs (2001)

TATAAN TIPE CEKUNGAN


TECTONIK

Divergen             Rift: terrestrial rift valleys; proto-oceanic rift valleys

Antar- Cekungan beralaskan kerak


lempeng benua/peralihan: cekungan intrakraton,       paparan
benua, sembulan benua (continental rises) dan undak,
pematang benua.

Cekungan beralaskan kerak samodra: cekungan


samodra aktif, kepulauan samodra, dataran tinggi dan bukit
aseismik (aseismic rigde and plateau)
Konvergen Cekungan akibat subduksi: palung, cekungan lereng
palung, cekungan busur depan, cekungan intra-busur,
cekungan busur belakang.

Cekungan akibat tabrakan: cekungan retroac


forels, peripheral foreland basin, cekungan punggung babi
(piggyback basin), broken forland

Tranform Cekungan akibat sesar


mendatar: cekungan transextensional, transpressional,
transrotaional

Hybrid Cekungan akibat berbagai sebab: cekungan-


cekungan intracontinental wrench, aulacogen, impactogen,
successor

Cekungan Intrakraton (Intracratonic Basin)


Cekungan intrakraton umumnya cukup besar terletak di tengah suatu benua yang jauh dari
tepian lempeng. Subsiden pada cekungan jenis ini umumnya disebabkan oleh penebalan
mantel-litosfir dan bembebanan oleh batuan sedimen atau gunungapi (Boggs, 2001).
Beberapa cekungan intrakraton ini diisi oleh endapan klastika laut, karbonat, atau sedimen
evaporit yang diendapkan mulai dari laut epikontinental sampai darat. Cekungan tua jenis ini
di antaranya adalah Cekungan Amadeus dan Carpentaria di Australia, Cekungan Parana di
Amerika Latin, dan Cekungan Paris di Perancis. Sedangkan contoh cekungan modern jenis
ini adalah Cekungan Chad di Afrika.

Renggang (Rift)
Cekungan akibat perenggangan ini umumnya sempit tetapi memanjang, dibatasi oleh
lembah patahan. Ukuran berkisar dari beberapa km sampai sangat lebar seperti pada Sistem
Renggangan Afrika Timur, dimana mempunyai lebar 30-40 km dan panjang hampir 300 km.
Cekungan ini dapat terbentuk oleh berbagai tataan tektonik, namun yang paling umum oleh
divergen. Perenggangan lempeng benua seperti antara Amerika Utara dan Eropa terjadi
pada Trias menghasilkan Punggungan Tengah Atlantik (Mid-Atlantic Ridge). Sistem
renggangan pada Afrika Timur merupakan contoh sistem renggangan modern.
Aulakogen (Aulacogen)

Aulakogen adalah jenis khusus dari renggangan yang menyudut besar terhadap tepian
benua, dimana umumnya dianggap sebagai renggangan tetapi gagal dan kemudian
diaktifkan kembali selama tektonik konvergen. Palung yang sempit tapi panjang dapat
menggapai sampai kraton benua dengan sudut besar dari lajur sesar. Sedimen yang mengisi
cekungan jenis ini dapat berupa sedimen darat (misalnya kipas aluvium), endapan paparan,
dan endapan yang lebih dalam seperti endapan turbit. Contoh aulakogen di antaranya
Renggangan Reelfoot yang berumur Paleozoik dimana Sungai Misisipi mengalir dan Palung
Benue yang berumur Kapur dimana Sungai Niger membelahnya.

Cekungan tepian benua


Cekungan tepian benua dicirikan oleh kehadiran baji yang sangat besar dari sedimen yang
ke arah laut dibatasi oleh lereng landai dari benua dan sembulan. Ketidakterusan struktur
dijumpai di bawah sistem ini, antara kerak benua normal dan kerak peralihan. Sedimen
terendapkan pada sistem ini: pada paparan berupa pasir neritik dangkal, lumpur, kabonat
dan endapan evaporasi; pada lerengan terdiri atas lumpur hemipelagik; dan pada sembulan
benua berupa endapan turbit. Cekungan renggangan (rift basin) dapat berhubungan dengan
cekungan tepian benua. Contoh yang baik dari cekungan jenis ini adalah pantai Amerika dan
bagian selatan-timur Kanada (Cekungan Blake Plateau, Palung Lembah Baltimor, Cekungan
George Bank dan Cekungan Nova Scotian) yang terbentuk pada akhir Trias- awal Jura oleh
renggangan dan terpisahnya Pangea. Beberapa cekungan itu terpisahkan dari laut
membentuk lapisan tebal dari endapan klastik arkosik dan endapan lakustrin; berselingan
dengan batuan gunungapi basa. Cekungan yang lain berhubungan dengan laut, membentuk
sedimen yang berkisar dari endapan evaporit sampai delta, turbit, dan serpih hitam.
Cekungan berhubungan dengan subduksi

Subduksi ditunjukkan dengan aktifnya tepian benus yang mana umumnya dicirikan oleh
adanya palung laut dalam, busur gunungapi aktif, rumpang parit-busur (arc-trench gap)
yang memisahkan ke duanya. Tataan subduksi terjadi lebih banyak pada tepian benua
dibandingkan pada besur samodra.

Sedimen terendapkan pada sistem subduksi ini lebih dikuasai oleh endapan silisiklastik yang
umumnya berupa batuan gunungapi berasal dari busur gunungapi. Endapan ini dapat
berupa pasir dan lumpur yang terendapkan pada paparan, lumpur dan endapan turbit
terendapkan dalam air yang lebih dapam pada lereng, cekungan, dan parit. Sedimen pada
parit dapat berupa endapan terigen yang terangkut oleh arus turbit dari daratan, bersamaan
dengan sedimen dari lempeng samodra yang tersubduksikan. Ini umumnya membentuk
kompleks akrasi. Batuan campuraduk (melange) dapat terbentuk pada daerah akrasi ini,
yang dicirikan oleh percampuran dari batuan berbagai jenis yang tertanam pada masa dasar
yang mengkilap (sheared matrix).

Contoh yang baik dari sistem subduksi ini adalah subduksi Sumatra, Jepang, Peru, Chili dan
Amerika Tengah. Contoh cekungan busur muka purba di antaranya adalah cekungan busur
muka Great Valley, Kalifornia; Midland Valley, Inggris dan Coastal range, Taiwan. Contoh
cekungan busur belakang di antaranya terjadi pada Jura Akhir – Awal Kapur terbentuk di
belakang Busur Andean di Chili selatan.
Cekungan berhubungan patahan mendatar/transform

Patahan yang dapat membentuk cekungan ini adalah patahan mendatar yang menoreh
dalam kerak sampai membatasai dua lempeng yang berbeda (transform fault) dan patahan
yang terbatas dalam suatu lempeng dan hanya menoreh bagian atas kerak (Sylvester,
1988). Cekungan yang berhubungan dengan patahan mendatar regional terbentuk
sepanjang punggung pemekaran, sepanjang batas patahan antar lempeng, pada tepian
benua dan daratan dalam lempeng benua. Gerakan sepanjang patahan mendatar regional
dapat membentuk berbagai cekungan nendatar (pull-apart basin). Cekungan yang dibentuk
karena patahan mendatar umumnya kecil, garis tengahnya hanya beberapa puluh kilometer,
walaupun ada beberapa yang sampai 50 km. Karena patahan mendatar terbentuk pada
berbagai tataan geologi, cekungan ini dapat diisi sedimen laut maupun darat. Ketebalan
sedimen cenderung sangat tebal, karena kecepatan sedimentasi yang tinggi yang dihasilkan
oleh erosi dari daerah sekitarnya yang berelevasi tinggi, dan boleh jadi ditandai dengan
banyaknya perubahan fasies secara lokal. Di Indonesia Cekungan jenis ini banyak terdapat
sepanjang Patahan Sumatra.

 Mekanisme Penurunan / Pembentukan Cekungan Sedimen


Crustal thinning: gaya ektensional atau tarikan, erosi selama terjadi pengangkatan,
dan magmatic withdrawal
Mantle-lithosperic thickening: pendinginan dari litosfer baik dikarenakan proses tarikan atau
pemanasan oleh peleburan adiabatic dari pencairan astenosferik
Sedimentary and volcanic loading : Kompensasi isostatik local dari suatu kerak
danflexure litosfer regional, tergantung dari kerapatan flexural dari litosfer bagian bawah,
selama terjadi overthrusting  dan underpulling.
Subcrustal loading: Flexure  pada litosfer selama terjadi proses underthrusting pada suatu
litosfer yang padat.
Astenosferik flow: efek dinamik dari aliran astenosferik, pada umumnya dikarenakan proses
delaminasi dari litosfer yang mengalami subduksi.
Penebalan Krustal: Bertambahnya densitas dari suatu kerak dikarenakan perubahan tekanan
atau temperatur dan proses emplacement dari cairan dengan densitas lebih tinggi yang
menuju kerak dengan densitas lebih rendah.
Pembentukan Cekungan

cekungan Natuna Barat


Tektonik merupakan faktor utama yang mengontrol pembentukan dan penghancuran
akomodasi. Tanpa subsidensi tekton tidak akan ada cekungan sedimen. Tektonik juga
mempengaruhi laju pemasokan sedimen ke dalam cekungan. Subsidensi tektonik terjadi
melalui dua mekanisme utama: ekstensi dan pembebanan fleksur (flexural loading).

  Laju subsidensi itu menentkan volume sedimen yang terakumulasi dalam cekungan,
setelah dimodifikasi oleh efek pembebanan, kompaksi dan guntara. Extensional basin dapat
terbentuk pada berbagai tatanan tektonik lempeng, namun umumnya terbentuk pada tepi 
lempen konstruktif. Dalam  extensional basin,  laju perubahan  subsidensi  tektonik
berlangsung  secara  sistematis dari waktu  ke waktu. Subsidensi pada cekungan ini diawali
oleh perioda subsidensi awal yang berlangsung cepat akibat peneraan isostatis, kemudia
diikuti oleh perioda subsidensi termal yang berlangsung lambat dan berangsur (60-100 juta
tahun) akibat pendinginan astenosfer. Perubahan yang sistematis dari  laju subsidensi 
tektonik sangat mempengaruhi geometri endapan pengisi cekungan. Hubba (1988)
membagi endapan cekungan  ini ke dalam 3 paket: (1) megasekuen yang  terbentuk
sebelum  terjadinya retakan  (pre-rift megasequence);  (2)  megasekuen  yang  terbentuk 
selama  berlangsungnya  retakan  (syn-rift  megasequence);  dan  (3)  megasekuen  yang 
terbentuk  setelah  terjadinya  retakan  (post-rift megasequence).  Pada model  syn-rift
megasequence  sederhana sedimen diendapkan dalam deposenter-deposenter  yang 
keberadaannya dikontrol oleh  sesar-sesar aktif dalam  cekungan  itu. Subsidensi diferensial
di sepanjang sesar-sesar ekstensi mengontrol penyebaran fasies dalam deposenter-
deposenter tersebut. Dalam  post-rift megasequence,  setiap  topografi  yang  terbentuk 
selama  syn-rift  phase  sedikit  demi  sedikit  akan  tertutup  oleh sedimen yang diendapkan
pada post-rift phase. Sedimen-sedimen  itu akan memperlihatkan pola onlap  terhadap tepi
cekungan sehingga menghasilkan geometri  “streers head”  (McKenzie, 1978). Syn-rift
megasequence dan post-rift megasequence dalam cekungan bahari mengandung sekuen-
sekuen yang pembentukannya dikontrol oleh perubahan muka air laut frekuensi tinggi.
Foreland basin terbentuk sebagai hasil tanggapan litosfir terhadap beban pada sabuk
anjakan. Litosfir akan melengkung dan amblas akibat beban baru yang diletakkan di atas 
litosfir  itu melalui proses pensesaran naik. Subsidensi  tidak sama di setiap empat.
Subsidensi  paling  tinggi  terjadi  pada  pusat  beban. Sedimen  pengisi  cekungan  ini
memiliki  ciri  khas,  yaitu  bentuknya membaji, dimana ketebalan sedimen bertambah ke
arah sabuk anjakan. Lebar cekungan ini sebanding dengan ketegaran litosfir yang  ada  di 
bawah  sabuk  anjakan,  sedangkan  kedalamannya  sebanding  dengan  besarnya  beban. 
Foreland  basin  di  dekat sabuk  pegunungan  yang  sedang  tumbuh  umumnya  besar 
serta memperoleh  pasokan  sedimen  dalam  jumlah  dan  laju  yang tinggi. Penghentian
sementara pensesaran naik serta  tererosinya sabuk pegunungan menyebabkan
berkurangnya beban yang dipikul oleh litosfir dan, pada gilirannya, menyebabkan cekungan
terangkat. 

Strike-slip basin tidak memiliki pola subsidensi yang khas. Walau demikian, secara umum
laju subsidensi dan pengangkatan pada cekungan itu sangat tinggi. Di Lanos Basin, pasokan
sedimen lebih tinggi daripada subsidensi. Karena itu, cekungan  tersebut  terisi penuh oleh 
sedimen.  Sedimen  lain  yang masuk  ke dalam  cekungan  tersebut di-bypass menuju  laut
yang lebih dalam. Kurva subsidensi cekungan itu menunjukkan bahwa subsidensi Jaman
Kapur dan Tersier berlangsung lambat dan ditafsirkan sebagai subsidensi  termal dalam
cekungan belakang busur. Dua kali penambahan  laju subsidensi yang  terjadi pada Eosen
Tengah-Akhir dan Miosen Tengah ditafsirkan terjadi pada dua fasa pembentukan
Pegunungan Andes.

Di South Viking Graben, sebuah rift basin, sedimentasi tidak selalu sejalan dengan
subsidensi tektonik. Pada Jaman Kapur, cekungan  ini  kekurangan  sedimen  sehingga  laju 
subsidensi  lebih  lambat  daripada  yang  sewajarnya.  Pada  Jaman  Tersier, sewaktu
daratan Skotlandia dan North Sea Basin terangkat, sedimen banyak diangkut ke dalam
cekungan ini sehingga kembali mengalami subsidensi (Milton dkk, 1990). Bagian-bagian lain
dari cekungan ini kemudian terisi oleh sedimen sehingga akhirnya terbentuk laut dangkal
seperti keadaannya sekarang. Pemisahan fasa subsidensi syn-rift dan post-rift dalam
cekungan ini sukar dilakukan karena adanya perioda kekurangan sedimen yang menjadi
perioda transisi dari kedua fasa tersebut (Milton, 1993).  
Sewaktu subsidensi berlangsung cepat, batas-batas sekuen yang  terbentuk akibat
penurunan muka air  laut akan  terhapus sehingga  sukar  dikenal.  Di  lain  pihak, 
batas-/batas  sekuen  yang  terbentuk  pada  waktu  subsidensi  atau  pengangkatan  yang
lambat akan tampak jelas. 

 Contoh Cekungan Sedimen


Contoh Cekungan tua adalah Cekungan Amadeus dan Carpentaria di Australia, Cekungan
Parana di Amerika Latin, dan Cekungan Paris di Perancis. Sedangkan contoh cekungan
modern jenis ini adalah Cekungan Chad di Afrika. cekungan busur muka Great Valley,
Kalifornia; Midland Valley, Inggris dan Coastal range, Taiwan. Contoh cekungan busur
belakang di antaranya terjadi pada Jura Akhir – Awal Kapur terbentuk di belakang Busur
Andean di Chili selatan.
REFERENSI

http://geophysicsgeologys.blogspot.co.id/2015/03/cekungan-sedimen.html

http://seageost.blogspot.co.id/2014_10_01_archive.html

https://gprgindonesia.wordpress.com/2014/04/18/ringkasan-cekungan-sedimen-based-on-
sam-boggs-jr/

https://smiatmiundip.wordpress.com/2012/09/18/pembentukan-cekungan/

Anda mungkin juga menyukai