Anda di halaman 1dari 22

BAB II

KEADAAN UMUM

2.1. Sejarah Singkat Perusahaan


PT. Bara Anugrah Sejahtera merupakan salah satu perusahaan
yang bergerak di bidang pertambangan batubara. Perusahaan ini
mempunyai komitmen dalam menjalankan proses bisnis pertambangan
yang berwawasan lingkungan. Hal ini dilakukan untuk menjaga kelestarian
fungsi lingkungan hidup dan ekosistemnya guna kelangsungan hidup
generasi sekarang dan mendatang.
PT. Bara Anugrah Sejahtera awalnya memiliki dua Izin Usaha
Pertambangan Operasi Produksi (IUP OP) di Kabupaten Muara Enim. Izin
tersebut masing-masing diterbitkan melalui surat keputusan Bupati Muara
Enim. Berikut penjelasan secara garis besar dari surat keputusan Bupati
Muara Enim tersebut :
1. Nomor 363/KPTS/TAMBEN/2009 tanggal 8 mei 2009 tentang
persetujuan peningkatan Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi menjadi
Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi kepada PT. Bara Anugrah
Sejahtera dengan kode wilayah KW.ME.01.ET.008 dengan luas wilayah
197 hektar.
2. 939/KPTS/TAMBEN/2012 tanggal 13 november 2012 tentang
persetujuan peningkatan Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi
Batubara menjadi izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi
Batubara kepada PT. Bara Anugrah Sejahtera dengan kode wilayah
KW.ME.01.ET.022 dengan luas wilayah 1.967 hektar.
Dalam rangka penerbitan sertifikat Clear and Clean oleh Direktur
Jendral Mineral dan Batubara kemudian Ketentuan dari UU No.4 tahun
2009 serta Permen No.23 tahun 2010 tentang pertambangan mineral
batubara dan pelaksananya, setiap perusahaan atau badan usaha
pertambangan hanya diberikan satu Wilayah Izin Usaha Pertambangan
(WIUP) saja.

4
Oleh sebab itu pada tanggal 23 mei 2014 PT. Bara Anugrah
Sejahtera melakukan penggabungan dua Izin Usaha Pertambangan
Operasi Produksi (IUP OP) batubara miliknya. Penggabungan dua surat
izin tersebut disetujui melalui surat keputusan Bupati Muara Enim Nomor
1035/KPTS/TAMBEN/2014 tentang persetujuan penggabungan wilayah
Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi (IUP OP) batubara atas nama
PT. Bara Anugrah Sejahtera.
Saat ini PT. Bara Anugrah Sejahtera berencana melakukan
kegiatan operasi penambangan selama 20 tahun. Selama kurun waktu
tersebut kegiatan operasi penambangan dilakukan di lahan seluas 2.164
hektar. Dari luas lahan tersebut untuk penyebaran cadangan batubaranya
adalah sebesar ± 39.124.234,8 ton. Pada periode pertama tahun 2010
sampai dengan 2014, PT. Bara Anugrah Sejahtera telah melakukan
penambangan akan tetapi belum efektif. Sedangkan untuk periode lima
tahun kedua 2015 sampai 2019, PT. Bara Anugrah Sejahtera berencana
akan membuka lahan untuk bukaan tambang seluas 55 hektar, yang
setiap tahunnya akan dibuka lahan tambang dengan luas 11 hektar.
Berdasarkan cadangan rata-rata per hektar untuk periode tersebut adalah
sebesar 140.000 ton. Sedangkan untuk kapasitas produksi nya sebesar
1.460.000 ton per tahun, dengan sisa umur tambang selama 15 tahun
(Dokumen studi kelayakan PT. Bara Anugrah Sejahtera, 2009).
2.2. Lokasi dan Kesampaian Daerah
Lokasi penelitian secara administratif berlokasi di Desa Pulau
Panggung, Tanjung Enim, Kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten Muara
Enim, Provinsi Sumatera Selatan. Secara geografis terletak pada
kedudukan 03°46’41,20” LS - 03°48’14,80” LS dan 103°45’24,50” BT -
103°45’24,50” BT.
Lokasi tersebut terletak ± 185 km dari kota Palembang. Jika
menggunakan kendaraan roda empat membutuhkan waktu tempuh
perjalanan ± 6 jam untuk ke Kabupaten Muara Enim. Sedangkan untuk
mencapai lokasi yang dimaksud, jika dari Kota Prabumulih menuju

5
Kabupaten Muara Enim membutuhkan waktu tempuh perjalanan ± 2 jam,
dengan menggunakan kendaraan roda dua. Kemudian dilanjutkan
perjalanan ke arah kota Tanjung Enim dengan jarak tempuh ± 20 km atau
30 menit perjalanan melalui jalan lintas tengah Sumatera. Desa Pulau
Panggung atau Desa Keban Agung karena merupakan desa terdekat
yang dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan roda empat maupun
roda dua.

Sumber : Dokumen Studi Kelayakan PT.Bara Anugrah Sejahtera, 2009


Gambar 1. Peta Lokasi Kesampaian Daerah

6
2.3. Iklim dan Curah Hujan
Secara Umum kondisi iklim di wilayah penambangan PT. Bara
Anugrah Sejahtera, Pulau Panggung, Tanjung Enim adalah tropis basah.
Diketahui suhu atau temperatur udara rata-rata 27°C, suhu udara
terendah 24°C dan tertinggi 33°C. Sedangkan kelembaban udara berkisar
antara 78% sampai 88%, kecepatan angin antara 2 sampai 4 knot/jam
dengan arah dominan ke tenggara (South East).
Berdasarkan data curah hujan bulanan daerah pulau panggung dan
sekitarnya dari tahun 2010 sampai 2016 diketahui curah hujan bulanan
rata-rata berkisar antara 9,0 sampai 1.350 mm. Curah hujan rata-rata
tertinggi adalah sebesar 1.350 mm pada bulan januari tahun 2014 dan
rata-rata terendahnya sebesar 9,0 mm pada bulan juli dan agustus tahun
2015. Jadi jika dilihat dari grafik curah hujan yang ada, musim kemarau
terjadi pada bulan juni sampai September sedangkan musim hujan bulan
oktober sampai dengan april disetiap tahunnya.

Tabel 1. Data curah hujan di wilayah studi selama 6 tahun (mm/bulan)


Bulan
Tahu
n
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ag Okt Sep Nov Des
s
2010 - - - - 465 119 208 515 459 391 496 383

2011 482 360 319 497 245 187 82 10 56 223 303 554

2012 580 441 173 306 278 181 61 29 42 205 459 635

2013 413 511 365 216 337 39 365 107 257 185 310 442

2014 136 649, 598 559, 559, 178, 120 180 153 48 517 964,
0 5 5 7 8 5
2015 - - 393, 81,7 54,7 90,5 21,1 28, 32, 342, 309, 339,
5 8 8 5 5 5
2016 689 334, 689 644 259, 103, 60 - - - - -
1 5 5
Sumber : Dokumen Studi kelayakan PT.Bara Anugrah Sejahtera, 2009

7
1350.0
1275.0
2010
1200.0
1125.0
1050.0 2011
975.0
900.0 2012
825.0
750.0
675.0 2013
600.0
525.0 2014
450.0
375.0
2015
300.0
225.0
150.0 2016
75.0
0.0

v
ay

g
ar

l
Jan

c
Ju
Ap

Oc
Au

No

De
Ju
Fe

Se
M

Sumber : Dokumen Studi Kelayakan PT. Bara Anugrah Sejahtera, 2009


Gambar 2. Grafik Curah Hujan di PT. Bara Anugrah Sejahtera

2.4. Flora dan Fauna


Secara umum keadaan flora di daerah penelitian terdiri dari hutan
sedang dan semak belukar yang berupa tanaman keras hutan, tanaman
perkebunan karet dan kopi milik rakyat. Kecamatan Lawang Kidul dan
Tanjung Agung memiliki jenis tanaman perkebunan berupa karet dan kopi.
Sebagian kecil masyarakatnya mencoba menanam palawija, sayur-
sayuran, khususnya pada daerah yang akan ditambang banyak dijumpai
tanaman karet rakyat yang masih produktif.
Untuk keadaan fauna yang dijumpai dalam area studi terdiri dari
berbagai jenis unggas, ular, kera, dan tupai. Di Sungai Enim yang
mengalir persis di tepi Desa Pulau Panggung dan Desa Keban Agung
masih dijumpai berbagai jenis ikan, seperti ikan beringit, gabus, lele,
toman dan lain-lain (Dokumen studi kelayakan PT. BAS, 2009).

8
2.5. Kondisi Geologi
Daerah penelitian termasuk di dalam Cekungan Sumatera Selatan.
Merupakan cekungan belakang busur tersier yang terbentuk sebagai
akibat adanya interaksi antara Paparan Sunda (sebagai bagian dari
lempeng Kontinen Asia) dan lempeng Oseanik Hindia. Daerah cekungan
ini meliputi daerah seluas 330 x 510 km². Di sebelah barat daya dibatasi
oleh daerah singkapan pra-Tersier Bukit Barisan, di sebelah timur laut
dibatasi oleh paparan Sunda, sedangkan ke arah barat laut di batasi oleh
pegunungan Tiga Puluh dan ke arah tenggara dibatasi oleh Tinggian
Lampung (Dokumen studi kelayakan PT. BAS, 2009).
2.5.1. Litologi
Litologi daerah penelitian tersusun oleh batuan-batuan yang
merupakan ciri dari Formasi Kasai, Formasi Muara Enim dan sebagian
kecil endapan alluivium yang membentuk alur Sungai Enim. Di bagian
atas (permukaan) sebagian besar tertutup oleh lapisan tanah pucuk (top
soil) dengan ketebalan berkisar antara satu sampai belasan meter yang
merupakan tanah humus dan material hasil dari pelapukan batuan (Studi
kelayakan PT. BAS, 2009).
Pada Formasi Muara Enim di area Izin Usaha Pertambangan (IUP) yang
ditemukan antara lain :
a. Batupasir : warna coklat putih, strukturnya masif, laminasi, silang siur
kecil, silang siur besar, ukuran butir pasir halus, pasir kasar membundar
tanggung. Fragmen dan matrik berupa mineral batuan beku yang
tersusun oleh mineral kuarsa, ortoclas, biotit dan batuan sedimen.
b. Konglomerat : Coklat, struktur sedimen yg berubah semakin halus atau
semakin mengkasar, membundar menyudut tanggung. Fragmen matrik
tersusun mineral batuan beku dan batuan sedimen (polymik).
c. Batulempung : warna abu-abu kehijaun, masif, pemilahan baik,
sebagian karbonan.
d. Batulanau : coklat terang masif, pemilahan baik.

9
e. Batubara pada umumnya secara fisik mempunyai kenampakan : warna
hitam kecoklatan, kusam mengkilap, gores coklat, pecahan tidak
beraturan, kekerasan sedang keras. Ditemukan juga adanya rekahan
pada body batubara (cleat) sebagian terisi soil dan lempung jika dekat
permukaan, pirit dan damar dijumpai dibeberapa tempat.
2.5.2. Hidrologi
Kondisi hidrologi suatu daerah dipengaruhi 3 aspek, yakni posisi
geografi, iklim, curah hujan dan geologi. Posisi suatu daerah yang berada
di tengah benua akan sangat berbeda dengan pulau yang dikelilingi laut.
Iklim menentukan kelembaban, curah hujan dan tekanan udara (angin).
Berdasarkan pengamatan di lapangan fluktuasi air di daerah penelitian
cukup tinggi. Pada saat terjadi hujan muka air sangat cepat naik,
terkadang sampai terjadi banjir bila hujan sangat deras dan bila tidak
hujan, muka air juga sama cepatnya akan segera turun.
Tingginya fluktuasi permukaan air ini kemungkinan karena sifat
batuan penyusun di permukaan yang mempunyai porositas tinggi dan juga
daerahnya mempunyai gradien yang tinggi. Dengan gradien yang cukup
tinggi ini memungkinkan air akan mengalir dengan cepat dan mengerosi
batuan permukaan dengan kuat dan hal ini terlihat pada sungai yang
berkembang mempunyai tebing yang cukup curam.
Sungai enim merupakan sungai tertua dan terletak di daerah
rendah bagian tengah. Di lapangan terlihat seluruh sungai yang ada di
daerah penelitian terdapat sungai yang berbelok teratur, dengan arah
belokan setengah lingkaran (meandering). Hal ini dimungkinkan karna
daerahnya cukup landai dan mempunyai kekerasan batuan yang relatif
sama (Dokumen studi kelayakan PT. BAS, 2009).
2.5.3. Topografi dan Morfologi
Berdasarkan hasil interpretasi Peta Tofografi Lembar Muara Enim
skala 1 : 100.000, wilayah kabupaten Muara Enim terdapat 5 macam
bentuk wilayah, yaitu datar (flat), berombak (undulating), bergelombang
(volling), berbukit (hilly) dan bergunung (mountainous).

10
Morfologi daerah penyelidikan dibedakan atas dua bagian besar
yaitu morfologi dataran bergelombang dan dataran rendah berlembah
dengan ketinggian rata-rata antara 30 sampai 50 mdpl. Dimana luas
wilayah morfologi dataran menempati sekitar 40% yang terletak di bagian
Selatan wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) PT. Bara Anugrah
Sejahtera.
2.5.3.1. Satuan Morfologi Dataran Bergelombang Sedang
Satuan morfologi ini menempati 70% dari luas daerah penyelidikan
dengan ketinggian berkisar 20 mdpl. Terdapat di bagian barat dan timur
pada satuan morfologi ini, sebagian besar permukaan tertutup oleh
lapisan tanah yang cukup tebal antara 0,5 sampai 2,5 meter.
2.5.3.2. Satuan Morfologi Dataran Bergelombang Lemah
Satuan Morfologi ini terletak di daerah bagian tengah antara utara,
selatan dan timur wilayah Izin Usaha Pertambangan PT. Bara Anugrah
Sejahtera. Satuan morfologi ini menempati daerah dataran rendah yang
berupa daerah tangkapan air permukaan (catchment area). Selebihnya
morfologi daerah penyelidikan relatif datar dengan kemiringan lereng
antara 30° sampai 50°.

Sumber : Dokumen Studi kelayakan PT. Bara Anugrah Sejahtera, 2009


Gambar 3. Morfologi Daerah Penyelidikan

11
2.6. Stratigrafi Daerah
Stratigrafi regional cekungan sumatera selatan menurut para
peneliti terdahulu, dibagi atas beberapa formasi dan satuan batuan dari
tua sampai muda. Berikut beberapa formasi dan satuan batuan yang
terdapat di daerah penelitian :
1. Batuan Pra-Tersier
Terdiri dari andesit, filit, kuarsit, batugamping, granit, dan granodiorit.
2. Formasi Lahat
Diendapkan secara tidak selaras di atas batuan PraTersier pada kala
Paleosen sampai Oligosen Awal di lingkungan darat. Formasi ini
tersusun dari tufa, aglomerat, breksi tufaan, andesit, serpih, batulanau,
batupasir, dan batubara.
3. Formasi Talang Akar
Terdiri dari batu pasir berbutir kasar sampai sangat halus, batu lanau
dan batubara. Formasi ini diendapkan secara tidak selaras di atas
Formasi Lahat pada kala Oligosen Akhir sampai Miosen Awal di
lingkungan fluviatil sampai laut dangkal.
4. Formasi Baturaja
Terdiri dari batugamping terumbu, serpih gampingan dan napal.
Formasi ini diendapkan secara selaras diatas Formasi Talang Akar
pada kala Miosen Awal di lingkungan litoral sampai dengan neritik.
5. Formasi Gumai
Terdri dari serpih gampingan dan serpih lempungan. Formasi ini
diendapkan secara selaras di atas Formasi Baturaja pada kala Miosen
Awal sampai Miosen tengah di lingkungan laut dalam.
6. Formasi Air Benakat
Terdiri batupasir, diendapkan secara selaras di atas Formasi Gumai
pada kala Miosen Tengah sampai Miosen Akhir, di lingkungan neritik
sampai laut dangkal.

12
7. Formasi Muara Enim
Terdiri batupasir, batulanau, batulempung, dan Batubara. Formasi ini di
endapkan secara selaras di atas Formasi Air Benakat pada kala Miosen
di lingkungan paludal, delta dan bukan laut.
8. Formasi Kasai
Terdiri dari batupasir tufaan dan tufa, terletak selaras di atas Formasi
Muara Enim, diendapkan di lingkungan darat pada kala Pliosen Akhir
sampai Plistosen Awal.
9. Endapan Kuarter
Terdiri dari hasil rombakan batuan yang lebih tua, berukuran kerakal,
kerikil, pasir, lanau, dan lempung, diendapkan secara tidak selaras di
atas Formasi Kasai.

Sumber : Dokumen Studi Kelayakan PT. Bara Anugrah Sejahtera, 2009


Gambar 4. Stratigrafi Regional Cekungan Sumatera Selatan

13
2.7. Peralatan Penambangan
Untuk operasi penambangan di PT. Bara Anugrah Sejahtera
digunakan bermacam-macam alat berat. Alat berat yang digunakan
dikelompokkan menjadi dua, yakni Alat Tambang Utama (ATU) dan Alat
Penunjang Tambang (APT). Kepemilikan alat-alat tersebut adalah milik
perusahaan rental mitra kerja dan milik PT. Bara Anugrah Sejahtera
sendiri.
1. Alat Tambang Utama (ATU)
Alat Tambang Utama adalah alat yang dipakai untuk operasi
produksi yang pengawasannya dibawah unit kerja penambangan. Adapun
yang termasuk Alat Tambang Utama adalah :
a. Excavator
Berfungsi menggali dan memuat. Pada kegiatan pertambangan alat
ini berfungsi untuk pembebasan lahan (land clearing), pembuatan
saluran, pembuatan jenjang (slope) dan lain lain.

Sumber : Penulis, 28 juli 2016


Gambar 7. Excavator

b. Dump Truck (HD)

14
Berfungsi untuk mengangkut atau memindahkan material tanah
penutup (overburden), tanah pucuk (top soil) dan batubara.

Sumber : Penulis, 28 juli 2016


Gambar 8. Dump Truck
c. Bulldozer
Merupakan alat dorong dan gali yang dapat membantu pekerjaan
perataan lahan, perataan tanah serta membantu pekerjaan alat
muat.

Sumber : Penulis, 28 juli 2016


Gambar 9. Bulldozer
d. Wheel Loader

15
Merupakan alat yang digunakan untuk mengangkat material yang
akan dimuat kedalam dump truck atau memindahkan material ke
tempat lain.

Sumber : Penulis, 28 juli 2016


Gambar 10. Wheel Loader
2. Alat Penunjang Tambang (APT)
Alat penunjang tambang merupakan alat yang dipakai untuk menunjang
kegiatan operasi penambangan. Pengawasannya dibawah unit kerja
perawatan. Adapun yang termasuk Alat Penunjang Tambang adalah
sebagai berikut :
a. Motor Grader
Merupakan alat perata yang digunakan dalam perawatan jalan,
menyebarkan material ringan dan membentuk permukaan.

Sumber : Penulis, 12 Agustus 2016


Gambar 11. Motor Grader
b. Pompa

16
Merupakan peralatan yang digunakan untuk memindahkan zat cair
atau fluida yang berada di kolam areal penambangan (sump)
menuju kolam pengendapan lumpur (KPL).

Sumber : Penulis, 12 Agustus 2016


Gambar 12. Pompa
c. Compactor
Digunakan untuk pemadatan dan perawatan jalan tambang.

Sumber : Penulis, 12 Agustus 2016


Gambar 13. Compactor
d. Water Tank Truck

17
Digunakan untuk penyiraman jalan tambang dan ROM stockpile
agar tak berdebu.

Sumber : Penulis, 12 Agustus 2016


Gambar 14. Water Tank Truck
e. Generating Set
Penghasil daya listrik di lokasi penambangan.

Sumber : Penulis, 12 Agustus 2016


Gambar 15. Generating Set (Genset)

f. Lubrication Truck
Unit servis, pengisian oli, pelumas, dll untuk alat berat.

18
Sumber : Penulis, 12 Agustus 2016
Gambar 16. Lube Truck
g. Tangki BBM dan Fuel Truck
Digunakan untuk pengisian bahan bakar alat berat.

Sumber : Penulis, 12 Agustus 2016


Gambar 17. Tangki BBM dan Fuel Truck

h. Workshop
Berfungsi untuk perbaikan alat berat yang rusak (Maintenance).

19
Sumber : Penulis, 12 Agustus 2016
Gambar 18. Workshop

2.8. Tahap Pelaksanaan Penambangan


Secara umum tahap kegiatan penambangan di PT. Bara Anugrah
Sejahtera ada beberapa tahap, yaitu :
1. Pembersihan lahan (Land Clearing)
2. Penanganan tanah pucuk (Top Soil Removal)
3. Penanganan tanah penutup (Overburden Removal)
4. Penambangan dan pengangkutan Batubara
5. Penempatan Batubara di Stockpile

2.8.1. Pembebasan Lahan (Land Clearing)


Pembebasan lahan (Land Clearing) adalah kegiatan pembersihan
atau pembebasan lahan dari tumbuhan semak belukar dan tunggul pohon.

20
Kegiatan ini bertujuan untuk membuka lahan yang akan di tambang,
pembangunan infrastruktur dan mempermudah pekerjaan pengupasan
tanah pucuk (Top Soil) nantinya.. Alat mekanis yang digunakan dalam
kegiatan ini adalah Bulldozer Komatsu D85E-SS dan Excavator Hitachi
Zaxis 870 H.

Sumber : Penulis, 30 juli 2016


Gambar 19. Kegiatan Land Clearing

2.8.2. Penanganan Tanah Pucuk (Top Soil)


Setelah kegiatan pembersihan lahan (Land Clearing) rampung,
kegiatan selanjutnya adalah pengupasan lapisan tanah pucuk (top soil).
Setelah disingkap keluar, tanah pucuk akan dimanfaatkan untuk kegiatan
reklamasi sebagai media penanaman. Jika belum ada pemanfaatannya,
tanah pucuk ditempatkan pada area khusus penyimpanannya, yaitu area
bank soil.

Alat yang digunakan dalam kegiatan ini adalah dump truck Hitachi
EH-1100 sebagai alat angkut dan excavator Hitachi Zaxis 870 H sebagai
alat gali muat. Kedua alat tersebut di dukung juga oleh bulldozer Komatsu

21
D85E-SS sebagai pendorong lapisan tanah pucuk secara bertahap, agar
memudahkan kegiatan pengangkutan.

Sumber : Penulis, 30 Juli 2016


Gambar 20. Kegiatan Penanganan Tanah Pucuk (Top Soil)

2.8.3. PenangananTanah Penutup (overburden)


Kegiatan pengupasan tanah penutup (overburden) ini dilakukan
agar tersingkapnya lapisan batubara. Untuk penanganan tanah penutup
(overburden) sama halnya dengan pengupasan tanah pucuk (top soil)

22
sebelumnya. Hanya saja area yang digunakan untuk penempatannya
berbeda. Untuk tempat penempatan tanah penutup ditempatkan di
disposal area. Kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan alat gali muat
excavator Catterpillar 3200z dan dump truck Komatsu HD-465 dan Hitachi
EH-1100 sebagai alat angkutnya.

Sumber : Penulis, 30 juli 2016


Gambar 21. Kegiatan Penanganan Tanah Penutup (Overburden)

2.8.4. Penggalian dan Pemuatan Batubara (Coal Getting)


Setelah bahan galian batubaranya tersingkap atau terbuka keluar,
maka dilakukanlah kegiatan penggalian batubara (coal getting). Alat yang
digunakan untuk kegiatan penggalian dan pemuatan batubara di area

23
penambangan adalah excavator Hitachi Zaxis 870 H dan dump truck
Mitsubishi Fuso 220 ps. Batubara yang telah di angkut akan di tempatkan
ke penampungan khusus penyimpanan batubara itu sendiri, yaitu area
Rom Stockpile.

Sumber : Penulis, 30 juli 2016


Gambar 22. Kegiatan Penggalian dan Pemuatan Batubara

2.8.5. Penempatan batubara di Rom Stockpile


Rom stockpile adalah Lokasi atau wadah penempatan batubara
yang sudah digali untuk keperluan pemasarannya nanti. Sebelum
digunakan, area stockpile terlebih dahulu harus di bersihkan dari tanaman

24
tumbuh dan tanah pucuk. Lantai dasar stockpile yang sudah bersih lalu
ditimbun, permukannya dipadatkan dan dibuat datar. Tujuannya agar tim
surveyor PT. Bara Anugrah Sejahtera dapat memantau perkembangan
volume batubara yang terdapat pada area stockpile.

Sumber : Penulis, 1 Agustus 2016


Gambar 23. Rom Stockpile

25

Anda mungkin juga menyukai