ASPEK TEKNIS
Dalam aspek teknis ini akan dibahas antara lain kondisi umum lingkungan studi,
jenis tanah dan penyebarannya kesesuaian lahan untuk tanaman kelapa sawit,
jadwal realisasi teknis pembangunan tanaman kelapa sawit dan non tanaman serta
estimasi produksi kelapa sawit (TBS) PT. Roempoen Enam Bersaudara.
Kebun Kelapa Sawit seluas 4.957 ha dibangun diatas lahan milik PT. Roempoen
Enam Bersaudara, terletak di Sungai Rotan, Sukamerindu dan Teluk Limau.
Kecamatan Sungai Rotan dan Gelumbang Kabupaten Muara Enim Provinsi
Sumatera Utara.
Curah Hujan
Tabel 3.1 Rekapitulasi Curah Hujan PT. Roempoen Enam Bersaudara 5 tahun terakhir
No. Bulan Curah Hujan
2012 2013 2014 2015 2016
1 Januari 303 580 140.5 311 114
2 Februari 351 461.5 180.5 232 219.5
3 Maret 238 345.5 422 239.5 347
4 April 334 362 513.5 579 90
5 Mei 156.5 160 482 267 160
6 Juni 64 259 134 70 180.5
7 Juli 111 45 98.5 65.5
8 Agustus 20.5 119.5 77
Septembe
9 r 32.5 263 81
10 Oktober 152.5 414.5 470.5 123 224
11 November 477.5 422 400.5 236 176
12 Desember 506.5 724 363.5 131
Total 1401 4.156 3.287 2.146 2/346
Sumber : PT. Roempoen Enam Bersaudara & Perusahaan sekitar
Berdasarkan informasi dari PT. Roempoen Enam Bersaudara bahwa lahan milik
PT. Roempoen Enam Bersaudara adalah 100% gambut. Berdasarkan peta yang
dikeluarkan Lembaga PPKS (Pusat Penelitian Kelapa Sawit) secara umum lahan
yang dikembangkan di wilayah Kabupaten Muara Enim memiliki kesesuaian kelas
S3. Dapat dilihat pada gambar berikut:
Hasil survey lapangan menunjukkan bahwa pada umumnya kondisi morfologi lahan
dan fisika tanah lokasi areal perkebunan kelapa sawit PT. Roempoen Enam
Bersaudara bentuk wilayah datar sampai dengan berbukit dengan kemiringan lahan
mencapai 0 – 25%, kedalaman efektif dalam (100 cm), tekstur lapang tergolong
dalam kelompok halus (liat dan lempung berliat), tipe struktur gumpal bersudut
sampai dengan perismaltik, warna tanah bervariasi dari mulai kuning coklat terang
dan merah kuning kecoklatan dengan nilai hue 7,5 YR serta nilai value dan chroma
yang bervariasi serta drainase permukaan tergolong dalam kriteria baik. Hasil survei
dan analisis tanah di laboratorium menunjukkan bahwa tanah dilokasi studi dapat
dikelompokkan ke dalam jenis tanah podsolik coklat dan podsolik merah kuning
pada sistem klasifikasi tanah Dudal Soepraptohardjo (1961), sedangkan dalam
PT. Roempoen Enam Bersaudara Professional Appraisers & Consultants Kebun
III - 4
sistem klasifikasi tanah FAO (1974) jenis tanah dilokasi studi dapat dikelompokkan
ke dalam jenis tanah Cambisol dan Acrisol, akan tetapi pada sistem klasifikasi tanah
USDA (1992) jenis tanah dilokasi studi dapat dikelompokkan ke dalam jenis tanah
Ordo Inceptisol dan Ultisol.
3.4.3. Hidrologi
Pada areal lokasi perkebunan kelapa sawit PT. Roempoen Enam Bersaudara
terdapat sungai kecil, dengan adanya sungai tersebut maka kebutuhan air untuk
perkebunan kelapa sawit PT. Roempoen Enam Bersaudara dapat terpenuhi.
Pada saat ini tersedia beberapa kriteria kesesuaian lahan bagi kelapa sawit. Dalam
studi ini digunakan kriteria penggabungan antara kriteria CSR/FAO (1983) dan
kriteria Tim Biro Perencanaan Departemen Transmigrasi (1984). Hasil
penggabungan ini disajikan pada Tabel 3-5.
2. Ketersediaan Air
- Zone Agroklimat W1 B1,B2,B3 A2,C1,C2 A1,C3 Lainnya
Oldeman
- Curah hujan rata-rata W2 2000-3000 3000-4000 4000-6000 >6000
3. Kondisi Perakaran
- Kelas drainase tanah R1 agak baik buruk, agak agak sangat buruk
buruk berlebih berlebih
- Tekstur tanah R2 lempung pasir liat berdebu kerikil
(permukaan) berpasir berlempung
lempung, liat berpasir liat pasir liat
lempung
liat berpasir, masif
lempung
berdebu,
debu, lempung
ber-
liat, lempung
liat
berdebu
- Kedalaman Perakaran R3 >100 70 – 79 45 – 69 <45
(cm)
Berdasarkan Gambar Peta Kesesuaian Lahan dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit
(PPKS) tersebut (Gambar 3-2), menunjukkan bahwa secara umum lahan yang
direncanakan untuk pengembangan perkebunan kelapa sawit PT. Roempoen Enam
Bersaudara yang berada di wilayah Kabupaten Muara Enim mempunyai kelas
kesesuaian lahan mendekati lahan kelas S3, dan untuk memudahkan perhitungan
analisis kelayakan maka dipergunakan asumsi kelas lahan S3.
PT. Roempoen Enam Bersaudara sebagai salah satu perusahaan swasta yang
bergerak dibidang perkebunan kelapa sawit memiliki areal HGU seluas 4.957,16 ha
PT. Roempoen Enam Bersaudara Professional Appraisers & Consultants Kebun
III - 6
dimana telah dibangun perkebunan kelapa sawit berikut infrastruktur penunjangnya
dari tahun 2006 hingga tahun 2016 seluas 2.380,34 ha dan terdapat areal yang
belum dikelola seluas 2.576,82ha.
1. Untuk melakukan pembangunan pada tahun 2017 dan 2018 untuk areal yang
belum dikelola seluas 2.576,82 ha.
2. Melakukan rehabilitasi tanaman yang sudah menghasilkan seluas 1012,58 ha
3. Untuk tanaman belum menghasilkan yakni tanaman eksisting dilakukan program
refinancing dan pemeliharaan lanjutan sehingga menjadi tanaman
menghasilkan nantinya seluas 1032,36 ha.
Seperti direncanakan diatas pembangunan kebun kelapa sawit beserta sarana dan
prasarana untuk total luas lahan seluas ± 4.957 ha dilakukan beberapa tahap
sesuai dengan Tabel 3-6 yaitu :
Pembukaan Lahan
Pembukaan lahan merupakan kerja awal yang menentukan tingkat efisiensi dan
frekuensi pekerjaan selanjutnya. Pembukaan lahan mutlak dilakukan dengan
sempurna agar tanaman dapat tumbuh dengan baik dan mampu memberikan hasil
sesuai dengan harapan. Pembukaan lahan yang salah tidak saja berpengaruh
terhadap pertumbuhan tanaman, tetapi juga berpengaruh terhadap tingkat
serangan hama, penyakit, gulma dan kepekaan tanaman terhadap lingkungan,
yang pada akhirnya akan mengakibatkan peningkatan ongkos produksi. Direktorat
Jenderal Pemukiman dan Lingkungan, Departemen Transmigrasi dan Pemukiman
Perambah Hutan telah menetapkan suatu kegiatan dalam penyiapan lahan dengan
metode Penyiapan Lahan Tanpa Bakar (PLTB).
Mengimas
Menumbang
Mencincang
Merumpuk
Sesuai dengan pola yang telah dikembangkan di perkebunan kelapa sawit MMJ,
terdapat 2 jenis jalan, yaitu; jalan utama (main road) dan jalan koleksi (collection
road).
Jalan utama adalah jalan yang penghubung mulai dari jalan raya sampai
emplasemen kebun dan dari emplasemen ke pabrik dan pusat divisi. Jalan ini harus
dapat dilalui dalam segala cuaca sehingga sedapat mungkin harus dipilih jalur yang
tanahnya cukup keras. Jalan utama dibangun setiap jarak 1.000 meter dengan
lebar badan jalan 6 meter, badan jalan diperkeras dengan sirtu setebal 10 – 15 cm,
umumnya dibangun memanjang arah-utara selatan, searah barisan tanaman.
Jalan Koleksi
Jalan pengumpul merupakan cabang dari jalan utama yang berfungsi untuk
memudahkan dalam mencapai jalur pengumpulan TBS dan sekaligus berfungsi
sebagai jalan kontrol. Lebar badan jalan sekitar 4 meter tanpa pengerasan. Jalan
pengumpul dibangun arah timur barat tegak lurus terhadap barisan tanaman dan
pada umumnya dibangun setiap jarak 300 meter.
Dengan demikian jarak pikul TBS ketika panen nantinya maksimum 250 meter.
Jaringan jalan yang dibangun akan berfungsi sekaligus sebagai batas blok, dan
setiap blok terdiri dari 1.000 m x 300 m = 30 hektar.
Salah satu kunci utama pemanfaatan lahan lokasi proyek adalah pengelolaan tata
air secara tepat melalui pembangunan jaringan drainase secara tepat. Mengikuti
pola pengelolaan tata air yang telah dilakukan oleh perusahaan maka jaringan
drainase kebun terdiri dari sebagai berikut :
300 m
300 m
300 m
Bahan Tanam
Bahan tanam yang dipakai pada saat ini adalah DxP (Tenera). Di Indonesia pada
saat ini Tenera diperoleh dari hasil perkawinan antara Dura Deli dengan jenis
Pisifera, yaitu Pisifera BPPM dan Pisifera Marihat yang berasal dari Afrika.
Jenis ini memiliki inti lebih kecil, cangkang lebih tipis, daging buah lebih tebal serta
kandungan minyak lebih tinggi. Potensi produksi dari bahan tanaman ini ialah 30 -
34 ton TBS/hektar/tahun (tandan buah segar) atau setara dengan minyak kelapa
sawit 6 - 7 ton/hektar /tahun.
3.6.6 PEMBIBITAN
Pembibitan dilakukan dua tahap, yaitu pre nursery dan main nursery. Tahap pre
nursery bibit disusun rapat sedangkan tahap main nursery bibit disusun dengan
jarak 90 x 90 x 90 cm segitiga sama sisi atau dengan populasi rata-rata berkisar
16.000 pohon per ha. Persentase bibit afkir umumnya berkisar 30 persen dari
jumlah kecambah tertanam, yaitu 12,5 persen di pembibitan pendahuluan dan 17,5
persen di pembibitan utama. Diperhitungkan jumlah tanaman per hektar 136 pokok
ditambah dengan sisipan 5-10 persen.
Seleksi bibit umumnya dilakukan 4 kali, yaitu pada umur 3 bulan (pada waktu
dipindahkan dari polybag kecil ke polybag besar), pada umur 4 bulan, 8 bulan dan
32 bln 1 1 0,75 -
-
Jumlah 5 3,75 4,55 2,95 0,1
Hama
Pada umumnya hama yang terdapat pada perkebunan kelapa sawit terdiri atas 2
kelompok hama, yaitu :
Verteberata pest : Tikus, landak, tupai, babi hutan, gajah.
Inverteberata pest: : Nematoda, semut, belalang, kumbang.
Penanggulangan Verteberate pest
Tikus dengan racun tikus yang diletakkan ditempat-tempat yang sering mendapat
gangguan, dan mengusahakan agar areal bebas dari tempat yang memungkinkan
persembunyiannya. Landak dengan memasang perangkap yang diletakkan di ping-
gir hutan yang berbatasan dengan kebun. Tupai dengan umpan yang diberi racun,
misalnya pisang yang didalamnya dibubuhi Endrin. Babi hutan dihadang dengan
memberi pagar dipinggir kebun dengan hutan diletakkan ubi yang dibubuhi racun.
Gajah umumnya dihadang dengan memasang pagar kawat beraliran listrik dan
PT. Roempoen Enam Bersaudara Professional Appraisers & Consultants Kebun
III - 12
membuat parit sedalam 1,5 - 2 meter sepanjang batas areal perkebunan. Namun
menurut pengamatan tidak ada tanda-tanda bahwa hama ini ada daerah lokasi
proyek.
Penyakit
Penyakit pucuk yang disebabkan Fusarium, dapat dibasmi dengan fungisida.
Penyakit yang menyerang buah, antara lain marasmius, juga dapat dibasmi dengan
fungisida. Penyakit batang dapat disebabkan oleh Phillinus noxius dan penyakit
akar dapat disebabkan oleh Armillaria. Kesemuannya dapat dibasmi dengan
fungisida.
Menyiang
Penyiangan (Weeding) terdiri dari penyiangan kacangan dan penyiangan piringan.
Sistem penyiangan terdiri atas kelas weeding dan rotasi, yaitu:
Kelas Weeding
W0 : Tidak boleh ada rumput maupun kacangan, bisa dipakai di pembibitan.
W1 : Hanya boleh tumbuh kacangan, gulma lain harus di cabut/ dibasmi.
W2 : Kacangan + gulma batang lunak yang tidak mengganggu seperti wedusan.
W3 : W2 + jenis pakis-pakisan, gulma berbatang keras seperti Eupatorium dan
lain-lain harus dibasmi.
Rotasi
2 Minggu (2 Weeks = 2 W)
3 Minggu (3 Weeks = 3 W)
4 minggu (4 Weeks = 4 W)
8 Minggu (8 Weeks = 8 W)
PT. Roempoen Enam Bersaudara Professional Appraisers & Consultants Kebun
III - 13
Untuk membangun kacangan pada masa TBM-1, sistem penyiangan pada awalnya
dibuat W1/2W. Apabila pertumbuhan kacangan sudah merata di seluruh areal dan
permukaan tanah sudah tertutupi seluruhnya, rotasi dapat diperjarang menjadi
W1/3W. Apabila kacangan sudah tebal, rotasi dapat diperjarang lagi menjadi
W1/4W.
Penyiangan piringan adalah pembersihan disekitar pohon dengan radius 1 meter
pada masa TBM-1 dan 1,5 meter pada TBM-2 dan TBM-3. Rotasi penyiangan
piringan adalah 4 minggu.
Buru lalang
Pembasmian lalang secara tuntas sudah dilaksanakan sewaktu land clearing. Kalau
ada lalang yang masih tinggal sesudah kelapa sawit ditanam ini berarti bahwa land
clearing tidak benar. Buru lalang dimaksudkan adalah untuk pencegahan terhadap
infeksi baru dari lalang dan bukan terhadap sisa lalang yang ditinggalkan oleh land
clearing. Buru lalang dapat dikerjakan dengan cara wiping dengan Round Up atau
dengan mencangkul memakai garpu agar akar kacangan tidak putus.
Kastrasi
Kastrasi adalah membuang semua bunga jantan dan betina begitu muncul, yang
tujuannya untuk merangsang pertumbuhan vegetatif tanaman.
Panen awal pada tanaman yang masih rendah dilakukan dengan menggunakan
dodos dan apabila tanaman sudah meninggi tidak mungkin lagi menggunakan
dodos, digunakan galah bambu dilengkapi pisau egrek pada ujungnya.
Cara panen yang banyak diterapkan diperkebunan dewasa ini adalah sistim giring.
Pada sistim ini pemanen diberi ancak tertentu dari lahan yang akan dipanen dan
setiap pemanen mengerjakan beberapa gawang. Ancak merupakan ancak tidak
tetap sehingga setelah tanaman tersebut selesai dipanen lalu pemanen pindah ke
acak berikutnya.
3.10. PERKIRAAN PRODUKSI
Dari hasil interpretasi kelas kesesuaian proyek termasuk ke dalam kelas S3.
Dengan asumsi bahwa tanaman akan dikelola dengan baik sesuai kultur teknis
yang dibutuhkan, maka diperkirakan tanaman akan dapat mencapai produksi
sebagai berikut:
Kesesuaian Lahan
Umur (thn)
S-3 Proyeksi Kebun (0% S-2 ; 100% S-3)
3 6.80 6.80
4 12.00 12.00
5 14.50 14.50
6 17.00 17.00
7 22.00 22.00
8 24.50 24.50
9 26.00 26.00
10 26.00 26.00
11 26.00 26.00
12 26.00 26.00
13 26.00 26.00
14 25.00 25.00
15 24.50 24.50
16 23.50 23.50
17 22.00 22.00
18 21.00 21.00
19 20.00 20.00
20 19.00 19.00
21 18.00 18.00
22 17.00 17.00
23 16.00 16.00
24 15.00 15.00
25 14.00 14.00
Jumlah 461.80 461.80
Rata-Rata 20.08 20.08
Sumber : PPKS
Infrastuktur
Jaringan jalan kebun harus sudah dapat dibentuk bersamaan dengan pembukaan
lahan. Dalam masa produksi, jaringan jalan sangat berpengaruh terhadap hasil
yang ingin diperoleh. Semakin cepat pergerakan bahan baku dari kebun ke pabrik,
akan semakin besar hasil yang dapat diperoleh.Sesuai dengan standart yang ada,
volume pekerjaan jaringan jalan untuk penanaman kelapa sawit seluas 4 ha adalah
Pos Satpam