Anda di halaman 1dari 47

1.

Pantun Jenaka

Bunga mawar tangkai berduri


Laris manis pedang cendol
Aku tersenyum malu sekali
Ingat dulu suka mengompol

Layangan putus nyangkut di paku


Pakunya nempel di jemuran baju
Cinta mu tulus hanya untuk ku
Tapi sayang mama ku ngga setuju

Burung perkutut
Burung kutilang
Kamu kentut
Nggak bilang bilang

Buah pisang buah tomat


Disimpan didalam lumbung padi
Pantas tercium bau menyengat
Rupanya kau belum mandi

Memasak ikan di dalam peti


Paling enak di campur terasi
Gayanya aja kayak selebriti
Tapi dompetnya kagak berisi

Paling seger minum limau


Campur madu tambah nikmat
Ayam berani sama harimau
Itu ayam super nekat

Lebih baik warna kuning


daripada warna ungu
Lebih baik gigi kuning
daripada putih tapi palsu

Jalan-jalan ke rawa-rawa
Capek duduk di pohon palm
Geli hati menahan tawa
Melihat katak memakai helm

Ke cimanggis membeli kopiah


Kopiah indah kan kau dapati
Begitu banyak gadis yang singgah
Hanya dinda yang memikat hati

Di pinggir kolam makan bubur


Jangan lupa pakai keripik
Dari semalem aye ga bisa tidur
Selalu teringat wajah mu yang cantik

Rumahmu dari kayu


Atapnya dari jerami
Rupamu sungguh ayu
Tapi sayang jarang mandi

2. Pantun Cinta
Hari jumat hujan lebat,
awan mendung hitam pekat,
rayuanmu sungguh hebat,
mampu membuatku terpikat.

Ada burung cendrawasih,


makan duku sampe modar,
percayalah kasih,
kasih sayangku takkan pernah pudar.

Ada orang Maluku di jitak,


dijitak sama orang Ba...tak,
selama jantungku masih berdetak,
cintaku tak akan luluh lantak.

Sungguh bahaya ular berbisa,


bila tergigit akan koma,
sungguh bahagia kurasa,
bila kita slalu bersama.

Jangan pernah ke selokan,


nanti kotor ditertawakan,
jangan pernah ragukan,
janji setia yg ku ikrarkan.

Ke kota ngajar sihir,


meski belum mahir,
cinta ini takan berakhir,
meski hidup telah berakhir.

Kamar kos-kosan bentuknya persegi,


disewa tukang roti,
takan bosan kuucapkan slamat pagi,
untukmu sang pemilik hati .

Single bukanlah takdir;


tapi tangga menuju kedewasaan.
bukalah cinta dari semua tabir;
biar hidupmu dalam lingkup kebahagiaan.

Manchester City dua;


Arsenal kosong.
terlepas dari tipu-daya cintanya;
kini hatiku terasa plong.

Kemacetan jalan Jakarta;


bukan karena si Komo lewat.
sejak kita menjalin cinta;
ngelakuin apapun aku jadi makin semangat.

3. Pantun Nasehat

Kalau keladi sudah ditanam


Janganlah lagi meminta talas
Kalau budi sudah ditanam
Janganlah lagi meminta balas

Kalau ada jarum yang patah


Jangan simpan dalam peti
Kalau ada kata yang salah
Jangan simpan dalam hati

Hari panas jangan ke laut


Kalau ke laut kapal tergalang
Hati panas jangan diturut
Kalau diturut akal pun hilang

Jangan mengipas-ngipas arang


Kalau dikipas banyak baranya
Jangan memanas-manaskan orang
Kalau panas banyak maraknya

Kalau memagar rumpun bawang


Pagar dahulu lapis berlapis
Kalau mendengar pengaduan orang
Dengarkan dulu habis-habis

Kalau ranting sudah bertangkai


Janganlah dililit-lilit juga
Kalau berunding sudah selesai
Jangan diungkit-ungkit juga

Jangan patahkan atap mengkuang


Atap patah kumbangpun lalu
Jangan patahkan cakap orang
Cakap patah orangnya malu

Jangan suka mencabut padi


Kalau dicabut hilang buahnya
Jangan suka menyebut budi
Kalau disebut hilang tuahnya

Jangan suka makan mentimun


Mentimun itu banyak getah nya
Jangan suka banyak melamun
Melamun itu tiada gunanya

Kalau berkitab sambil menulis


Jangan sampai dawat terbuang
Kalau bercakap di dalam majelis
Jangan sampai mengumpat orang

4. Pantun Lucu

Jalan-jalan ke kota paris.,


Banyak rumah berbaris-baris.,
Biar mati diujung keris.,
Asal dapat dinda yang manis¡.

Gagang golok,,gagang cangkul..,


Gagang cangkul juga gagang celurit..,
Ga bisa nyolok katanya tumpul..,
Biarpun tumpul tetep hasilnya buncit.?

Pohon ara dibuat gubuk..,


Pasang pasak biar tegak..,
Resiko asmara dunia facebook.. ,
Cinta ditolak blokir bertindak..
Beli kentang dibuat rujak.. ,
Biar mantap ditambah sambal..,
Tidur terlentang tiada nyenyak..,
Tidur tengkurap ada yang mengganjal..

Rintik rintik turun hujan..,


Masuk kamar sama teman..,
Gadis cantik jadi pujaan..,
Mau dilamar kok hamil duluan...

Makan bubur diatas meja...,


Minumnya jus diatas rak...,
Hari libur tetap bekerja..,
Dapat bonus ambilnya di irak...

Ke jakarta naiklah pesawat..,


Pesawat terbang, landingnya susah..,
Kalau cinta sudah melekat..,
Siang terbayang, malam mimpi basah..

Kalau ada sumur diladang..,


Bolehlah kita menggosok gigi..,
Kalau anda diwarung padang..,
Bolehkah kita ditraktir lagi..

Langit mendung diatas lautan...


Lebat hujannya tiada terbendung...
Gadis berkerudung cantik menawan...
Kedip matanya rontokan bulu hidung...

Hari minggu sudahlah siang..


Setelah siang menuju petang...
Ditunggu tunggu gak jua datang...
Sekali datang kok nagih utang...

5. Pantun Teka Teki

Terbang tinggi si burung helang


Hinggap di atas pohon meranti
Anak ramai ibunya seorang,
Bila bergesel berapi-rapi?
(mancis)

Pisau lipat dimainnya kera


Tangannya luka lalu terjun
Makan kuat tidak terkira
Kenyangnya tidak tahi bertimbun?
(api)

Cik Limah bersama anak lelaki


Duduk makan keropok lekor
Yang mengejar tidak berkaki,
Yang dikejar tiada berekor?
(ular dan katak)

Tuan puteri belajar menari


Tari diajar oleh Pak Harun
Kalau Tuan bijak bestari
Apa yang naik tak pernah turun?
(umur)

Ada tubuh ada tangan,


Tiada kepala tiada kaki;
Sangat berguna waktu hujan,
Apakah dia yang dimaksudkan ini.
(baju hujan)

Burung nuri burung dara


Terbang ke sisi taman kayangan
Cubalah teka wahai saudara
Semakin diisi makin ringan?
(belon)

Budak-budak ramai di pekan


Hari raya membakar petas
Kalau adik pandai kiasan
Apakah buah gugur ke atas?
(buah Melaka)

Minah ketawa terjerit-jerit


Melihat koyak pada seluar
Orang putih duduk sederet
Pagar didalam tebing diluar?
(gigi)

Buah budi bidara mengkal


Masak sebiji di tepi pantai
Hilang budi bicara akal
Buah apa tidak bertangkai?
(buah hati)

Hidup aman di dalam kota,


Ada pemimpin bernama raja;
Buruh-buruh rajin bekerja,
Askar bertugas setiap masa.
(anai-anai/semut)

6. Pantun Agama

Bila todak melanda Singapura


Habis dikerat dicincang lumat
Bila khianat pada manusia
Dunia akhirat takkan selamat

Habis dikerat dicincang lumat


Patinya diaduk dijadikan obat
Dunia akhirat takkan selamat
Kecuali minta ampun nasuha tobat

Surat ditulis dalam gelap


Salah huruf banyak tak kena
Jagalah diri jangan silap
Jika silap dapat bencana

Kemuning daunnya lampai


Tubuh dijirat paduka tuan
Diatas dunia kaul tak sampai
Didalam surga ada penantian

Tubuh dijirat paduka tuan


Tidak cacat tidak selia
Didalam surga ada penantian
Hanya untuk yang beramal mulia

Sungguhlah besar taman Seri Mahkota


Tempat bermain bidadari Lela Utama
Sungguhlah benar bagi orang yang takwa
Ada tempat yang aman dan bahagia

Kain basurek kain bertulis


Pakaian raja Bugis - Makassar
Di Luh Mahfuz sudah tertulis
Janji sudah tak dapat ditukar

Cari lebah bersarang besar


Jangan tersengat racun berbisa
Janji Allah adalah benar
Jangan tertipu kehidupan dunia

Harban Dewa anaknya Zanggi


Manis rupanya elok bercahaya
Jika perempuan taatkan laki
Beroleh surga Jannatul Mahwa

Menantunya pula Lela Sari


Semua melihat jatuh berahi
Selagi ugama tidak diingkari
Sebarang perintah wajib dipatuhi

7. Pantun Pendidikan

Dua Mei hari pendidikan


Hari lahir Ki Hajar Dewantara
Jika orang tidak berpendidikan
Seumur hidup bakal sengsara

Hayam Wuruk raja termahsyur


Gajah Mada pemersatu Bangsa
Cinta ilmu sepanjang umur
Cinta bangsa sepanjang masa

Ucapkan kata dengan suara


Kata jelas suara pun jernih
Jika bicara lihatlah suasana
Gunakan kata secara terpilih

Setiap berkata gunakan otak


Otak berfikir demi pengetahuan
Sama-sama bibir bergerak
Pilihlah kata yang menyenagkan

Orang bijak cinta bahasa


Bahasa luas Bahasa masyarakat
Bahasa itu menunjukan Bangsa
Bangsa terhotmat punya martabat
Dua musim dalam setahun
Musim banjir air melimpah
Uang kertas bukanlah daun
Jangan dihambur seperti sampah

Musim kemarau kering kerontang


Musim penghujan segera datang
Bertani janganlah banyak hutang
Lintah darat selalu menghadang

Pergi tamsya kekota Bogor


Jangan lupa ke Kebun Raya
Meski engkau sudah tersohor
Janganlah lupa ayah ibunda

Kain tenun dari Sumbawa


Kain batik dari Pekalongan
Jika ingin jadi mahasiswa
Sekolah Dasar jangan diabaikan

Tinta hitam untuk menulis


Pensil warna untuk meluis
Ilmu itu tak kan pernah habis
Turun temurun keahli waris

8. Pantun Romantis

Di pinggir kolam makan bubur


Jangan lupa pakai keripik
Dari semalem aku ga bisa tidur
Selalu teringat wajah mu yg cantik

Beli kain warna nya merah


Dari kediri pake nya batik
Di godain jangan marah
Salah sendiri punya wajah cantik

Nasi uduk masih anget


Beli nye di pinggir jalan
Yang lagi duduk manis banget
Boleh ga kite kenalan

Beribu-ribu pohon beringin


hanya satu si pohon randu
saat malam terasa dingin
hanya wajahmu yang aku rindu

Pohon selasih tumbuh melata


Tumbuh perdu jauh di sana
Sepasang kasih mabuk bercinta
Siang merindu malam merana

Rumah di kota amatlah bersih


Tempat bermain si orang kaya
Berpantang mata berasa kasih
Jumpa yang lain lupakan saya

Anak itik mulailah terbang


Ambilkan dedak berilah makan
Janganlah adik merasa bimbang
Segala kehendak abang tunaikan

Ada budak membuang dedak


Penuh setimba di celah batu
Berdua tidak, bertiga pun tidak
Kekasih hamba hanyalah satu

Juragan pisau makan buah


Buah kotor kena tinta,
Jangan risau jangan gundah
Karena derita bumbu cinta

buah salak baru dipetik


buah dukuh buah delima
ada banyak wanita cantik
cuma kamu yg aku cinta

9. Pantun Bahasa Jawa

Mlaku-mlaku ning Malioboro


Menawi sayah numpak becak luwih sekeca
Sugeng riyadi kagem panjenengan sedaya
Sagung kalepatan nyuwun diparingi pangapura

Gunung Merapi rupane biru


dicedaki dadi ijo wit-witan cemara
Menawi kula gadhah keliru
nyuwun agenging samudra pangapura

Numpak andhong ning Kotagedhe,


tuku ali-ali kagem eyang putri.
Bilih aku nduwe luput gedhe,
nyuwun kawelasan sampean ampuni.

Gunung Merapi, Gunung Merbabu,


tansah jejer kaya sedulur kembar
Aku sing wis tau nglaraake atimu
njaluk samudra pangapuramu kang jembar

Nagara tentrem amarga para satria pinandhita,


bengi shalat tahajud, awan sregep makarya.
Sugeng riyadi, sedaya kalepatan kula nyuwun pangapura
Latihan pasa sewulan mugi kita dados manungsa takwa

Srengenge Idul Fitri anggawa pangarep-arep,


silaturahim kanggo lantaran rumakete ati.
Kita sedaya caos pangapura kanthi mantep
nglaleake kalepatan liyan gawe tentreme ati

Ning gunung ketur tuku bolah,


kanggo ndodomi sajadahe simbah
Dudu salahmu sing gawe susah,
nafsu amarahku sing gawe bubrah.

Menek wit pelem ora kudu ahli,


jalaran duwure ranganti rong meter
Sugeng riyadi Idul Fitri,
donga-dinonga kita satya ning dalan bener
Udan-udan ngeyup ngisor wit gedhang,
wegah sangu payung amarga ngrepoti
Pangapura sampeyan kulo gadang-gadang
kita raketke pasederekan ing dina riyadi.

Bayi lahir mestine nangis,


gawe gila nek ngguyu mringis.
Lebaran sungkem wongtuwo ojo lali
kang ngrumat awakmu wiwit bayi

10. Pantun Gombal

Ikan lohan,
di atas tungku.
Daripada duduk jauhan,
mendingan abang pangku.

Duduk anteng,
nungguin loyang.
Abang ganteng,
mau dong digoyang.

Kuda sembrani,
larinya kencang.
Kalau berani,
nyatain dong sekarang.

Mata belo,
ala komedian.
Gue sama elo?
maunya jadian.

Pergi jalan-jalan,
jam 11 harus balik.
Ga ada penyesalan,
kamulah yang terbaik.

Artis ngondek,
senyumannya membius.
Ga masalah pendek,
yang penting kamu religius.

Ke salon creambath,
biar aliran darah lancar.
Bosen ah jadi sahabat,
maunya jadi pacar!

Makan semangka,
makan kedondong.
Kalau suka,
nyatain dong.

Beli ketan,
beli kain songket.
Biar udah mantan,
kita tetep lengket.

Lagi galau
dihibur Upin Ipin.
Bagaimana kalau
kita tukeran Pin?

11. Pantun Adat

Lebat daun bunga tanjung


Berbau harum bunga cempaka
Adat dijaga pusaka dijunjung
Baru terpelihara adat pesaka

Gadis Aceh berhati gundah


Menanti teruna menghulur tepak
Gula manis sirih menyembah
Adat dijunjung dipinggir tidak

Manis sungguh gula Melaka


Jangan dibancuh dibuat serbat
Sungguh teguh adat pusaka
Biar mati anak jangan mati adat

Anak teruna tiba di darat


Dari Makasar langsung ke Deli
Hidup di dunia biar beradat
Bahasa tidak dijual beli

Menanam kelapa di Pulau Bukum


Tinggi sedepa sudah berbuah
Adat bermula dengan hukum
Hukum bersandar di Kitab Allah

Buah berangan di rumpun pinang


Limau kasturi berdaun muda
Kalau berkenan masuklah meminang
Tanda diri beradat budaya

Laksamana berbaju besi


Masuk ke hutan melanda-landa
Hidup berdiri dengan saksi
Adat berdiri dengan tanda

Berbuah lebat pohon mempelam


Rasanya manis dimakan sedap
Bersebarlah adat seluruh alam
Adat pusaka berpedoman kitab

Ikan berenang di dalam lubuk


Ikan belida dadanya panjang
Adat pinang pulang ke tampuk
Adat sirih pulang ke gagang

Pokok pinang ditanam rapat


Puyuh kini berlari-lari
Samalah kita menjunjung adat
Tunggak budaya semai dihati

12. Pantun Alam

Kalau ada air bersih


Bolehlah kita menggunakannya
Kalau kamu ingin lingkunganmu bersih
Buanglah sampah pada tempatnya

Sungguh indah bunga yang ditanam


Pergi melihat bersama teman
Mari kita menjaga kebersihan
Kebersihan itu sebagian iman

Makan buah jeruk rasanya asam


Sama rasa dengan buah mangga
Ayo kawan mari lestarikan alam
Agar bumi selalu terjaga

Jalan-jalan ke gunung salak


Jangan lupa membeli kemiri
Kalau bumi kita rusak
Pasti kita yang akan merugi

Burung pipt burung dara


Bagus rupanya berwarna warni
Agar alam tetap terjaga
Janganlah kita mengotori

Koar-koar masalah tunjangan


Sampai-sampai semua tidak sabar
Coba lihat masalah lingkungan
Yang rusak karena tercemar

Sungguh indah kerajinan rotan


Dibuat menarik oleh pengrajinnya
Mari kita menjaga hutan
Jangan sampai kita merusaknya

Buah mangga dipetik Ata


Mangga mantap itu punya Pak Ari
Ayo bersama jaga lingkungan kita
Agar tetap aman dan asri

Buat rumah di hutan belukar


Pohon rusak jadi tontonan
Hutan bukan untuk dibakar
Tapi untuk sumber kehidupan

Sarapan pagi sambil baca koran


Baca berita tentang batu apung
Bayangkan jika tidak ada hutan
Banyak air siapa yang menampung

13. Pantun Anak – Anak

Benih padi sedang ditebar


Burung mematuk sedang dikejar
Ayahku memang sangat penyabar
Jadilah aku suka belajar

Kancil melompat katak heran


Katak lompat pelan-pelan
Sebentar lagi kita liburan
Ingin aku jalan-jalan

Beli penggaris dari mika


Cicak menatap hati merenung
Kemana yang kamu suka
Liburan ke pantai atau gunung

Kain batik banyak sekodi


Perca banyak dalam goni
Turun ke sawah menanam padi
Bermain lumpur seperti petani

Terbang burung amat rendah


Terbangnya dia ke utara
Sawah itu amat indah
Terhampar bagai selendang sutra

Enak rasanya es campur


Ditemani dengan rujak
Bermain di tanam lumpur
Naik kerbau yang membajak

Jika petang suasana sepi


Hanya angin yang menderu
Ada juga karapan sapi
Sapi balapan tambah seru

Kancil lompat lewat kawat


Hendak lari membeli jajan
Sapi siapa yang paling kuat
Itulah sapi Mbah Marijan

Kalau ingin makan kelapa


Kupas kulit sampai tak tersisa
Kalau ingin dapat juara
Belajarlah dan jangan menyerah

Burung camar di tepi pantai


Pantai indah banyak ombaknya
Jadilah kamu anak yang pandai
Sudah pasti banyak temannya

14. Pantun Ayah

Dua tiga kucing berlari


Mana nak sama si kucing belang
Dua tiga boleh ku cari
Manakan sama Ayahku Sorang

Pergi ke pasar membeli Kepah


Untuk dimasak sambal pedas
Terima Kasih buat Ayah
Kasih dicurah hanya Tuhan yang mampu membalas

Harga Ayam tiba-tiba melambung pula


Macam-macam alasan kononnya
Kenangan bersama Ayah sukar dilupa
Mendidik kami hingga berjaya
Kisah Ariel Peterpan semakin hebat diperkata
Edison Chen versi Indonesia
Ayah oh Ayah semoga cepat sembuh dan ceria
Kami sekeluarga merindui gelak dan tawa ayah semula

Hidup Ini Hanya Sementara


Peluang yang ada digunakan sebaiknya
I Love U Ayah Selama-Lamanya
Now I Know, bukan mudah menjadi seorang bapa

Dua tiga kucing berlari


Mana makin sama si kucing belang,,,
Dua tiga boleh ku cari
takkan sama hanya Ayahku S'orang,,,,

Pergi ke pasar membeli Kepah


Untuk dimasak sambal pedas,,,,,
Terima Kasih buat Ayah
Kasih dan sayangmu hanya Tuhan yg mampu membalas,,,

Harga Ayam tiba-tiba melambung pula


Macam-macam alasan kononnya,,,
Kenangan bersama Ayah sukar dilupa
Mendidik diri q hingga berjaya,,,,

Lupa Rabbi petanda tingkah


Bicara agama rangkulan taqwa...
Bapa, ayahanda dan abah
Semesra nama simpulan jiwa....

Burung merpati terbang ke bawa


Hinggap gembira di pohon mangga
Murung dihati terkenang ayah
Mengadap pusara ku mohon doa tiada terhingga

Sayang rindu terbiar sakitan


pipi basah melurut rintisan
Terbayang wajah sesegar ingatan¡
Rindu ayah bersalut tangisan¡..

15. Pantun Berbalas

Gulali manis dirasa


Dirasa sambil bersua ria
Teraturlah dalam berpuasa
Kau kan rasakan manfaatnya

Minum kopi bersama nana


Kopi susu begitu nikmatnya
Manfaat sehat kita bahagia
Bisa berhemat dikala muda

Buah nanas buah naga


Enak disantap dikala senja
Dikala muda sudah terbiasa
Saat menua merasakan hasilnya

Buah apel berwarna merah


Ketika digidit renyah sekali
Hasil kita bersusah payah
Menjaga kesehatan yang hakiki

Para petani menanam padi


Padi disemai benihpun jadi
Sehat sejati tak hanya jasmani
Tapi jiwa hati nurani

Jadi orang jangan pelupa


Kalau pelupa seperti nini-nini
Tak enak hati untuk menyapa
Karena orang baru di daerah sini

Tukang bakso berbaju biru


Sedang keliling kampung berjualan
Justru kamu sebagai orang baru
Mulai menyapa untuk berkenalan

Pasang bingkai ketok palu


Pasang bingkai di rumah Wulan
Untuk menyapa saya malu
Apalagi mengajak untuk bekenalan

Hari minggu pergi ke museum


Ke museum lewati hutan pohon cemara
Cobalah saja dari tersenyum
Sebelum mencoba untuk berbicara

Bulan depan musim pancaroba


Banyak hujan disertai badai
Baiklah akan saya mencoba
Tapi tak tau akan kapan dimulai

16. Pantun Bijak

Pergi ke pasar beli salak


Salaknya dimakan berdua
Hey kamu anak bapak
Patuhlah pada kedua orang tua

Buah manggis buah markisa


Buah nanas buah pepaya
Nak, menangislah di hadapan orang tua
Semoga doa terkabul olehnya

Pagi-pagi baca koran


Semoga saja kamu kurang
Jangan lupa baca Al-Quran
Semoga saja harimu terang

Kadang salah kadang benar


Kadang terang kadang bunar
Rajinlah belajar
Agar kamu menjadi pintar

Pagi hari ditemani sang surya


Hangat tubuh karna sinarnya
Belajarlah setinggi-tingginya
Lalu pulanglah berdakwah sesama
Hormatilah seorang guru
Agar ilmu menjadi bermanfaat
Ikhlaslah dalam mencari ilmu
Insyaallah kau kan bermartabat

Teman kamu apa kabar


Nyalakan api agar selalu berkobar
Wahai teman bertahanlah dan bersabar
Dunia tau mana yang benar

Siang-siang minum es
Minumnya sambil nonton upin ipin
Kamu tau siapa itu orang sukses
Sukses itu adalah orang-orang rajin

Pakai baju ukurannya pas


Baju biru pemberian mertua
Jangan lupa belajar dengan ikhlas
Agar kelak mendapat ridho_Nya

Baca mantra, mantra yang manjur


Moga saja bisa dapatkan dia
Jadilah orang yang jujur
Moga-moga besar pahalanya

17. Pantun Budi

Bulan rajab bulan syaaban


tanam padi berimbun daon
tinggal sekejap rasa sebulan
tinggal sehari rasa setahun.

Merantau ke sibu berjumpa kawan


pantun di padu terjawap sopan
walau bertemu hanya di awan
namun rindu tetap tersimpan

Setangkai bunga indah menyihir


terhirup baunya hati tertawan
andai kita sudah di takdir
hidup bersama jadi impian

Kenanga putih ada di batu


lalu di tuai dua pemuda
terima kasih jika begitu
baru damai rasa di dada

Pergi hutan cari herba dan rotan,


pergi bersama pak mahat.
Bangun pagi untuk kesihatan,
pacak sepadu waja tanda sihat.

Asam lakum,
batang tabu.
Assamualaikum
warormatunggalh hiwabarkatu.

Pergi ke pasar membeli buka


coba lh pilih warna baru
jika kamu bilang i love you
aku bilang i love you too

Kota bintan banyak perunggu


kota ciamis membangun tugu....
Janji kenan di malam minggu..
Tapi gerimiz udah menunggu,,

Duduk d dalam kamar


lama duduk sakit kaki
macam mana aku mw melamar
aq sudah ke lain hati

Sakit kaki merah mamar


pagie berobat k urang paloh
mcm mne gtok e nk melamar
sigek padi pun daan betaroh

Apa guna pergi mengaji


kalau tidak pakai peci
apa guna anda berjanji
kalau tidak ditepati

18. Pantun Guru

Hari Minggu cuacanya indah


Berlibur yang tepat di hari Minggu
Bapak guru yang terlihat gagah
Salam hormat kami untukmu

Di Indonesia ada Pulau Jawa


Tak lupa juga ada Pulau Sumatera
Guru, ajari kami dengan sukacita
Agar kami mampu meraih cita-cita

Habis mandi pergi ke Mushola


Mushola tempat tuk mengaji
Guru ikhlas ajari kita
Bertubi-tubi sampai kita pandai

Nahkoda bekerja di hari Minggu


Kapal besar siap berlayar
Pergi sekolah untuk menuntut ilmu
Hormati guru dengan tekun belajar

Monyet berlari mengejar kamu


Berlari menabrak pintu
Kutuntut ilmi dari guruku
Untuk meraih cita-citaku

Warna putih bunga melati


Tumbuh di kebun buah
Usahamu disiplin setiap hari
Ajari kami tanpa lelah

Liburan sekolah telah menanti


Berlibur bersama kawan
Ilmu dunia & akhirat harus dicari
Guru, jasamu takkan terlupakan

Pensil baru penghapus baru


Untuk sambut hari sekolah baru
Bapak guru dan Ibu guru
Terima kasih atas semua ilmumu

Burung terbang menggunakan sayap


Terbang tinggi tak ada yang melampaui
Guru, jangan pernah lelah dan lelap
Didik kami hingga menjadi orang besar nanti

Bu Dinda membeli tomat


Beli tomat di Pasar Minggu
Untukmu guru yang terhormat
Semoga engkau sehat selalu

19. Pantun Ibu

Tanam ubi tanam tebu


Tanam pula di tepi paya
Terima kasih kepada ibu
Membesarkan kita hingga berjaya

Tanam pula di tepi paya


Mudah pula mengail ikan
Membesarkan kita hingga berjaya
Dengan ilmu terus diamalkan

Mudah pula mengail ikan


Ada haruan dan sepat
Dengan ilmu terus diamalkan
Betul aqidah pahalapun dapat

Ada haruan dan sepat


Boleh masak gulai lemak
Betul aqidah pahalapun dapat
Kesan tarbiyah oleh ulama

Boleh masak gulai lemak


Makan lepas solat zohor
Kesan tarbiyah oleh ulamak
Nama Shafie kekal masyhur

Makan lepas solat zohor


Minum air dari labu
Nama Shafie kekal masyhur
Bimbingan awal dari ibu

Minum air dari labu


Boleh dibawa bila berjalan
Bimbingan awal dari ibu
Serta kasih yang berkekalan

Boleh dibawa bila berjalan


Kitab Shafie berjudul Risalah
Serta kasih yang berkekalan
Kuat hubungan dengan Allah
Kitab Shafie berjudul Risalah
Ada terjemahan ke bahasa Melayu
Kuat hubungan dengan Allah
Ibu yang ikut wahyu

Ada terjemahan ke bahasa Melayu


Mudah faham isi kandungannya
Ibu yang ikut wahyu
Jadilah anak didiknya berjaya

20. Pantun Kemerdekaan

Sang saka merah putih berkibar bebas


Karena pahlawan-pahlawan yang ikhlas
Memperjuangkan Indonesea agar terlepas
Dari penjajah yang sadis dan pemeras

Kini kita dapat tertawa puas


Menggapai mimpi dengan bebas
Asal rajin dan tak malas
Melanjutkan kemerdekaan dengan tegas

Banyak semut diatas papan,


Sedang makan gula-gula,
Selamat menyambut hari kemerdekaan,
Merdeka Merdeka Merdeka

Paman sedang menebang bambu,


Untuk tiang bendera,
Dirgahayu Indonesia ku,
Salam Merdekaaaaaa

Para hadirin tegap dan hormat,


Karena telah dimulai upacara,
Karena pejuang-pejuang hebat,
17-8-1945 Indonesia raih merdeka

Sang saka merah putih berkibar,


Tampak indah melambai-lambai,
Semangat juang kami terus berkobar,
Agar indonesia makmur Tergapai

Ulang tahun nenek tanggal 2,


Dirayakan di hari minggu,
Selamat HUT RI yang ke 72,
Semoga Indonesia tetap bersatu

Marilah bersama bersatu dihati,


Bersama membina bangsa Indonesia,
Impian merdeka belum dikecapi,
Bangun rakyat Indonesia, bangun bersama

Masih banyak perjuangan kita,


Ingatlah semangat ketika merdeka,
Satukan hati dan kerahkan usaha,
Agar tercapai jua impian merdeka

Terkenang kembali saat gemilang,


Sahutan Merdeka !! berulang kali,
Impian seluruh rakyat terjulang,
Senyum di muka, Gembira di hati

Berkobar kobar semangat membara,


Membela rakyat, membina negara,
Menjulang impian rakyat jelata,
Membina martabat sebuah bangsa

Pantun Sindiran

Jalan-jalan naik delman


Keliling kota hingga senja
Teman mengaku teman
Kalau ada maunya saja

Kunang-kunang berlaksa-laksa
Di waktu hujan badannya basah
Pinjam uang setengah memaksa
Bayar hutangnya sangat susah

Pagi hari tanam bawang


Ada ular berkelat kelit
Seringkali minjam uang
Giliran dipinjam sangat pelit

Sindiran Teman Berkhianat

Hidup bahagia karena iman


Nafsu maksiat akan terkekang
Bagaimana disebut teman
Dia menusuk dari belakang

Raja membangun satu dinasti


Jangan ada yang mencelakai
Lain di mulut lain di hati
Berteman hanya melukai

Obat tabib sangat manjut


Badan sakit ditutup selimut
Kusangka teman yang jujur
Rupanya musuh dalam selimut

Cari baju pergi ke pekan


Berjalan kaki perlahan-lahan
Berkali-kali sudah dimaafkan
Jangan lagi ulang kesalahan

Dahulu elok si gandaria


Indah bagaikan bunga taman
Daripada kehilangan bahagia
Lebih baik kehilangan teman

Bagus hati bila tabah


ketika membaca surat biru
Jika dinasehati tak juga berubah
Baiknya kucari sahabat baru
Leher sakit suaranya serak
Hendaklah harus segera diobati
Jika kamu ingin berak
Jangan lupa di kamar mandi

Berenang-renang dipinggir kali


Kali deras sangatlah garang
Jangan mudah berkecil hati
Jika kamu ditolak orang

Habis nangis ingin makan


Terlebih lagi saat pagi
Bau mulut tak tertahankan
Karena tidak menggosok gigi

Ingin sehat minum jamu


Baru dibeli di pasar tadi
Terasa bau disebelah mu
Ternyata ada yang tidak mandi

Tai ayam pastilah menjijikan


Tapi tidak setelah membeku
Kurasakan bau yang mengerikan
Keluar dari celana temanku

Di sawah banyak belalang


Ada satu yang menempel di mata
Rasa malu yang tak akan hilang
Kalau terpeleset di depan wanita

Habis makan, makan mangga


Lalu cuci bekas loyangnya
Kalau kamu rajin olahraga
Wajar saja dadamu bisa bergaya

Tak bosan ku pandangi dirimu


Sambil kuingat semua janji
Kadas kurap menutupi kulit mu
Mungkin karna jarang mandi

Dua tiga makan sagu


Empat lima makan wajik
Kalau ada orang begu
Belum tentu kita lebih baik

Pak polisi badannya tegap


Tapi mereka juga manusia
Meski dia orang gagap
Jangan remehkan kemampuannya

Terbang tinggi diatas awan


Terbang bersama bidadari
Sok-sokan tampang rupawan
Tapi tidak mengukur diri

Pulpen hilang diatas meja


Hilang saat menikmati rujak
Orang kaya di puja-puja
Orang miskin di injak-injak
Orang india memakai sari
Jangan lupa pakai peniti
Banyak orang menjual diri
Jadi apa Bangsa ini nanti

Beli makan gak punya uang


Gak taunya ketemu pak menteri
Sungguh merugi menghina orang
Akan berbalik ke arah sendiri

Punya harta lalu dipendam


Harta dipendam didalam peti
Untuk apa balas dendam
Malah tambah gelisah hati

Kita jalani masa kini


Kita lupakan masa lalu
Buat apa sih hidup ini
Kalau shalat saja tidak mau

Di Borneo ada batubara


Ada juga di sungai Musi
Susah-susah jadi perwira
Jangan sampai terhimpit ekstasi

Kalau lapar harus mangan


Kalau sakit bisa mimisan
Orang putih bahan perbincangan
Orang gelap bahan pelampiasan

Kasur nyaman diberi pegas


Tapi harus diberi celah
Jangan langsung tancap gas
Periksa dulu apa yang salah

Hati ini sekuat baja


Tapi pasti bisa termakan
Si kaya sakit seperti raja
Si miskin sakit dipermainkan

Si Uis gemar menari


Gerakannya cukup lumayan
Kuat bergadang di malam hari
Sampai ngiler di sekolahan

Sore-sore makan tape


Tape manis baru dibeli
Pandang terus layar hape
Biar bisa nyebur ke kali

Pak Yose jadi kuli


Biasa pulang gerimisan
Jangan suka kamu menuli
Nanti jadi tuli beneran

Gendong tas diatas bahu


Asal jangan sampai roboh
Kalau ingin serba tahu
Tinggalkan jiwa masa bodoh

Dalam kolam ada kura-kura


Hebat bergeming di air pekat
Kalau kamu suka sandiwara
Jadi aktris mudahlah sangat

Ada paku jatuh di taman


Ada wanita memakai tasbih
Ada orang ngakunya teman
Tapi rupanya pengen yang lebih
[Ini pasti orang yang lagi pdkt...]

Memang asyik membaca roman


Sayang lampu sangat redup
Awalnya sih ngaku teman
Pengen hati jadi teman hidup
[Nah, ini pasti kamu ya...?]

Kuda berlari di arena pacu


Semakin semangat dengar teriakan
Kekasihku ini agak lucu
Setiap yang cantik diaku keponakan
[Padahal sih keponakan orang..]

KOLEKSI PANTUN NASIHAT


Angin teluk menyisir pantai
Hanyut rumpai di bawah titi
Biarlah buruk kain dipakai
Asal pandai mengambil hati

Pergi mendaki Gunung Daik


Hendak menjerat kancil dan rusa
Bergotong-royong amalan yang baik
Elok diamalkan setiap masa

Air melurut ke tepian mandi


Kembang berseri bunga senduduk
Elok diturut resmi padi
Semakin berisi semakin tunduk

Daun sirih ulam Cik Da


Makan sekapur lalu mati
Walaupun banyak ilmu di dada
Biar merunduk resmi padi

Buah pelaga makan dikikir


Dibawa orang dari hulu
Sebarang kerja hendak difikir
Supaya jangan mendapat malu

Kemumu di tengah pekan


Dihembus angin jatuh ke bawah
Ilmu yang tidak diamalkan
Bagai pohon tidak berbuah
Tumbuh melata si pokok tebu
Pergi pasar membeli daging
Banyak harta tak ada ilmu
Bagai rumah tidak berdinding

Tulis surat di dalam gelap


Ayatnya banyak yang tidak kena
Jagalah diri jangan tersilap
Jikalau silap awak yang bencana

Hendak belayar ke Teluk Betong


Sambil mencuba labuhkan pukat
Bulat air kerana pembetung
Bulat manusia kerana muafakat

Pakai baju warna biru


Pergi ke sekolah pukul satu
Murid sentiasa hormatkan guru
Kerana guru pembekal ilmu

Lagu bernama serampang laut


Ditiup angin dari Selatan
Layar dikembang kemudi dipaut
Kalau tak laju binasa badan

Padi segemal kepuk di hulu


Sirih di hilir merekap junjungan
Kepalang duduk menuntut ilmu
Pasir sebutir jadikan intan.

Budak-budak berkejar-kejar
Rasa gembira bermain di sana
Kalau kita rajin belajar
Tentu kita akan berjaya

Jangan pergi mandi di lombong


Emak dan kakak sedang mencuci
Jangan suka bercakap bohong
Semua kawan akan membenci

Buah cempedak bentuknya bujur


Sangat disukai oleh semua
Jika kita bersikap jujur
Hidup kita dipandang mulia

Jikalau tuan mengangkat peti


Tolong masukkan segala barang
Jikalau anak-anak bersatu hati
Kerja yang susah menjadi senang

Asam kandis mari dihiris


Manis sekali rasa isinya
Dilihat manis dipandang manis
Lebih manis hati budinya

Kayu bakar dibuat arang


Arang dibakar memanaskan diri
Jangan mudah menyalahkan orang
Cermin muka lihat sendiri

Selasih tumbuh di tepi telaga


Selasih dimakan si anak kuda
Kasih ibu membaa ke syurga
Kasih saudara masa berada

Masuk hutan pakai sepatu


Takut kena gigitan pacat
Kalau kita selalu bersatu
Apa kerja mudah dibuat

Bandar baru Seberang Perai


Gunung Daik bercabang tiga
Hancur badan tulang berkecai
Budi yang baik dikenang juga

Encik Dollah pergi ka Jambi


Pergi pagi kembali petang
Kalau Tuhan hendak membagi
Pintu berkancing rezeki datang

Orang haji dari Jeddah


Buah kurma berlambak-lambak
Pekerjaan guru bukanlah mudah
Bagai kerja menolak ombak

Pinang muda dibelah dua


Anak burung mati diranggah
Dari muda sampai ke tua
Ajaran baik jangan diubah

Terang bulan di malam sepi


Cahya memancar kepangkal kelapa
Hidup di dunia buatlah bakti
Kepada ibu dan juga bapa

Kapal kecil jangan dibelok


Kalau dibelok patah tiangnya
Budak kecil jangan di peluk
Kalau dipeluk patah tulangnya

Asal kapas menjadi benang


Dari benang dibuat kain
Barang yang lepas jangan dikenang
Sudah menjadi hak orang lain

Tengahari pergi mengail


Dapat seekor ikan tenggiri
Jangan amalkan sikap bakhil
Akan merosak diri sendiri

Kapal Anjiman disangka hantu


Nampak dari Kuala Acheh
Rosak iman kerana nafsu
Rosak hati kerana kasih

Tingkap papan kayu bersegi


Sampan sakat di Pulau Angsa
Indah tampan kerana budi
Tinggi darjat kerana bahasa

Anak Siti anak yang manja


Suka berjalan di atas titi
Orang yang malas hendak bekerja
Pasti menyesal satu hari nanti

Bintang tujuh sinar berseri


Bulan purnama datang menerpa
Ajaran guru hendak ditaati
Mana yang dapat jangan dilupa

Parang tajam tidak berhulu


Buat menetak si pokok Ru
Bila belajar tekun selalu
Jangan ingkar nasihat guru

Hari malam gelap-gelita


Pasang lilin jalan ke taman
Sopan santun budaya kita
Jadi kebanggaan zaman berzaman

Pergi berburu sampai ke sempadan


Dapat Kancil badan berjalur
Biar carik baju di badan
Asalkan hati bersih dan jujur

Pulau Pandan jauh ke tengah


Gunung Daik bercabang tiga
Hancur badan dikandung tanah
Budi yang baik di kenang juga

Ramai orang membeli jamu


Di bawah pokok cuaca redup
Bersungguh-sungguh mencari ilmu
Ilmu dicari penyuluh hidup

Apa guna berkain batik


Kalau tidak dengan sucinya?
Apa guna beristeri cantik
Kalau tidak dengan budinya

Berakit-rakit ke hulu
Berenang-renang ke tepian
Bersakit-sakit dahulu
Bersenang-senang kemudian

Buah cempedak diluar pagar


Ambil galah tolong jolokkan
Saya budak baru belajar
Kalau salah tolong tunjukkan

Pisang emas dibawa belayar


Masak sebiji di atas peti
Hutang emas boleh dibayar
Hutang budi dibawa mati

Dalam semak ada duri


Ayam kuning buat sarang
Orang tamak selalu rugi
Macam anjing dengan bayang
Baik-baik mengirai padi
Takut mercik ke muka orang
Biar pandai menjaga diri
Takut nanti diejek orang

Ke hulu membuat pagar


Jangan terpotong batang durian
Cari guru tempat belajar
Supaya jangan sesal kemudian

Mari kita tanam halia


Ambil sedikit buat juadah
Usia muda jangan disia
Nanti tua sesal tak sudah

Padi muda jangan dilurut


Kalau dilurut pecah batang
Hati muda jangan diturut
Kalau diturut salah datang

Cuaca gelap semakin redup


Masakan boleh kembali terang
Budi bahasa amalan hidup
Barulah kekal dihormati orang

Orang Daik memacu kuda


Kuda dipacu deras sekali
Buat baik berpada-pada
Buat jahat jangan sekali

Dayung perahu tuju haluan


Membawa rokok bersama rempah
Kalau ilmu tidak diamalkan
Ibarat pokok tidak berbuah

Kalau kita menebang jati


Biar serpih tumbangnya jangan
Kalau kita mencari ganti
Biar lebih kurang jangan

Pinang muda dibelah dua


Anak burung mati diranggah
Dari muda sampai ke tua
Ajaran baik jangan diubah

Pantai Mersing kuala Johor


Pantainya bersih sangat mashyur
Pohonkan doa kita bersyukur
Negara kita aman dan makmur

Orang tua patut disegani


Boleh mendapat ajarnasihat
Ular yang bisa tidak begini
Bisa lagi lidah yang jahat

Ramai orang menggali perigi


Ambil buluh lalu diikat
Ilmu dicari tak akan rugi
Buat bekalan dunia akhirat
Tuan Haji memakai jubah
Singgah sembahyang di tepi lorong
Kalau sudah kehendak Allah
Rezeki segenggam jadi sekarung

Patah gading serpih tanduk


Mari diletak di atas papan
Jika tahu ganja itu mabuk
Buat apakah ia dimakan

Anak rusa masuk ke taman


Puas sudah orang memburu
Kalau muda jadikan teman
Kalau tua jadikan guru

Berakit ke hulu dengan bergalah


Buluh pecah terbelahdua
Orang tua jangan dilangkah
Kelak biadap dituduhnya pula

Rusa betina berbelang kaki


Mati terkena jerat sembat
Orang yang muda kita sanjungi
Orang yang tua kita hormat

Sorong papan tarik papan


Buah keranji dalam perahu
Suruh makan awak makan
Suruh mengaji awak tak mahu

Adik ke kedai membeli halia


Emak memesan membeli laksa
Jadilah insan berhati mulia
Baik hati berbudi bahasa

KOLEKSI PANTUN MELAYU


PANTUN AYUH MEMBACA – UNTUK KEMPEN NILAM SEKOLAH

baca

Bunga melur dalam jambangan,


Di tepi kolam menjadi hiasan.
Kucipta pantun buat renungan,
Semarak Nilam empunya wawasan.

Mekar sejambak bunga gubahan,


Jatuh sekuntum di atas peti,
Membaca itu suruhan Tuhan,
Al-alaq diturun menjadi bukti.

Cerana kesumba indah melati,


Cantik tersemat dambaan puteri,
Ilmu ditimba sepenuh hati,
Kekuatan umat minda bestari.

Harum sungguh bunga kemboja,


Bunga karangan cantik tersemat,
Janganlah membaca kulit sahaja,
Telitilah kandungan sehingga tamat.

Mekar angsana pandang tak jemu,


Bunganya luruh ke dalam raga,
Buku laksana lautan ilmu,
Dasarnya penuh mutiara berharga.

Daun nipah kajangnya rapat,


Hidangan tetamu di Kuala Maran,
Buku menyimpan berjuta maklumat,
Fakta, ilmu, cereka hiburan.

Anak muda pulang ke desa,


Ibu dan ayah lama menanti,
Warga membaca tak buang masa,
Khutub khanah teman sejati.

Pohon pedada di dalam taman,


Jadi idaman si anak rusa,
Marilah anakanda marilah teman,
Kita membaca sepanjang masa.

Meniti senja biasan mentari,


Merkah setitis menjelang kabut,
Bacalah baca setiap hari,
Tak akan habis ilmu dituntut.

Cantik sungguh si bunga kejora,


Buat hiasan di hari raya,
Marilah sahut seruan negara,
Bangsa membaca bangsa berjaya.

BAHASA JIWA BANGSA

budi bahasa

Ikat jerami muat ke kandar,


Selepas makan mandi di telaga;
Ucap difahami wasangka terhindar,
Bahasa kebangsaan penyatu warga.

Batang halban dibawa ke huma,


Hendak dirikan sebuah taman;
Bahasa kebangsaan milik bersama,
Kita ungkapkan sepanjang zaman.

Terbang tempua ke semak berduri,


Singgah sekali di pohon rumbia;
Bahasa kita lambang jati diri,
Tidak rugi berbahasa Malaysia.

Berbanjar cemara di tanah rata,


Tempat teduhan sekumpulan murai;
Segar dan mesra bahasa kita,
Anugerah warisan usah terburai.

BAHASA JIWA BANGSA (2)

Riuh nelayan memunggah pelata,


Beli seraga dibawa pulang;
Bahasa kebangsaan jiwa kita,
Jati diri warga gampak cemerlang.

Busut di hutan sarang kelekatu,


Angsana tumbang terkejut tempua;
Berbahasa kebangsaan saban waktu,
Makin berkembang ke serata benua.

Dari Benta ke Kota Gelanggi,


Singgah di Jengka membeli toman;
Bahasa kita martabatnya tinggi,
Lingua franca zaman-berzaman.

Sepohon celagi lanjut usia,


Tempat istirahat ayam jantan;
Tidak rugi berbahasa Malaysia,
Warga erat sejahtera watan.

lampiran pantun 2,4,6,8 keratPantun Melayu Tradisional

PANTUN BUDI

Tegak rumah kerana sendi,


Runtuh sendi rumah binasa;
Tegak bangsa kerana budi,
Runtuh budi hilanglah bangsa.

Bunga melati bunga di darat,


Bunga seroja di tepi kali;
Hina besi kerana karat,
Hina manusia tidak berbudi.

Limau manis dimakan manis,


Manis sekali rasa isinya;
Dilihat manis dipandang manis,
Manis sekali hati budinya.

Di sana padi di sini padi,


Baru bernama sawah dan bendang;
Di sana budi di sini budi,
Baru sempurna bernama orang.

Awal pertama orang berbangsa,


Kedua banyak ribu dan laksa;
Ketiga majlis bermanis muka,
Keempat banyak berbudi bahasa.

PANTUN NASIHAT

nasihat

Orang Jawa mencari benang,


Mencari benang di atas bukit;
Orang jauh jangan dikenang,
Lama-lama jadi penyakit.

Orang berkain corak berbelang,


Mengayuh rakit mencari duku,
Jangan bermain kekasih orang,
Nyawa tersangkut di hujung kuku.

Patah jarum dalam peti,


Buat menjahit kain bertimbun;
Nasihat sepatah kurang dimengerti,
Rupanya penawar beribu tahun.

Padi muda jangan dilurut,


Kalau dilurut patah batangnya;
Hati muda jangan diturut,
Kalau diturut susah datangnya.

Bawa mari ke kedai Cina,


Kerana itu buah dagangan;
Hidup kita biar sempurna,
Kerana dunia ini adalah tumpangan.

Beras kisar mudik ke hulu,


Tanak pulut santan durian;
Tak ada orang menyesal dahulu,
Banyak orang menyesal kemudian.

Bukan tidak saya katakan,


Merbuk biasa makan di papan;
Bukan tidak saya katakan,
Buah mabuk jangan dimakan.

Bukit Jertih berhutan buluh,


Tempat raja pergi memburu;
Minta selisih malaikat empat puluh,
Janganlah saya diberi malu.

Orang hulu memalu nobat,


Nobat dipalu kayu berangan;
Fikir dahulu sebelum buat,
Kalau dibuat menyesal jangan.

Angin teluk menyisir pantai,


Hanyut rumpai di bawah titi;
Biarlah buruk kain dipakai,
Asal pandai mengambil hati.

Buah pelaga makan dikikir,


Dibawa orang dari hulu;
Sebarang kerja hendak difikir,
Supaya jangan mendapat malu.

Hendak belayar ke Teluk Betong,


Sambil mencuba labuhkan pukat;
Bulat air kerana pembetung,
Bulat manusia kerana muafakat.

Pakai baju warna biru,


Pergi ke sekolah pukul satu;
Murid sentiasa hormatkan guru ,
Kerana guru pembekal ilmu.

Jangan pergi mandi di lombong,


Emak dan kakak sedang mencuci;
Jangan suka bercakap bohong,
Semua kawan akan membenci.

Jikalau tuan mengangkat peti ,


Tolong masukkan segala barang;
Jikalau anak-anak bersatu hati .
Kerja yang susah menjadi senang .

Asam kandis mari dihiris ,


Manis sekali rasa isinya ;
Dilihat manis dipandang manis ,
Lebih manis hati budinya .

Selasih tumbuh di tepi telaga ,


Selasih dimakan si anak kuda;
Kasih ibu membaa ke syurga,
Kasih saudara masa berada.

Masuk hutan pakai sepatu,


Takut kena gigitan pacat;
Kalau kita selalu bersatu,
Apa kerja mudah dibuat.

Orang haji dari Jeddah


Buah kurma berlambak-lambak
Pekerjaan guru bukanlah mudah
Bagai kerja menolak ombak

Pinang muda dibelah dua


Anak burung mati diranggah
Dari muda sampai ke tua
Ajaran baik jangan diubah

Asal kapas menjadi benang


Dari benang dibuat kain
Barang yang lepas jangan dikenang
Sudah menjadi hak orang lain

Kapal Anjiman disangka hantu


Nampak dari Kuala Acheh
Rosak iman kerana nafsu
Rosak hati kerana kasih

Tingkap papan kayu bersegi


Sampan sakat di Pulau Angsa
Indah tampan kerana budi
Tinggi darjat kerana bahasa

Bintang tujuh sinar berseri


Bulan purnama datang menerpa
Ajaran guru hendak ditaati
Mana yang dapat jangan dilupa

Parang tajam tidak berhulu


Buat menetak si pokok Ru
Bila belajar tekun selalu
Jangan ingkar nasihat guru
Hari malam gelap-gelita
Pasang lilin jalan ke taman
Sopan santun budaya kita
Jadi kebanggaan zaman berzaman

Pergi berburu sampai ke sempadan


Dapat Kancil badan berjalur
Biar carik baju di badan
Asalkan hati bersih dan jujur

Dalam semak ada duri


Ayam kuning buat sarang
Orang tamak selalu rugi
Macam anjing dengan bayang

Baik-baik mengirai padi


Takut mercik ke muka orang
Biar pandai menjaga diri
Takut nanti diejek orang

Ke hulu membuat pagar


Jangan terpotong batang durian
Cari guru tempat belajar
Supaya jangan sesal kemudian

Orang Daik memacu kuda


Kuda dipacu deras sekali
Buat baik berpada-pada
Buat jahat jangan sekali

Dayung perahu tuju haluan


Membawa rokok bersama rempah
Kalau ilmu tidak diamalkan
Ibarat pokok tidak berbuah

Kalau kita menebang jati


Biar serpih tumbangnya jangan
Kalau kita mencari ganti
Biar lebih kurang jangan

Adik ke kedai membeli halia


Emak memesan membeli laksa
Jadilah insan berhati mulia
Baik hati berbudi bahasa

Pantai Mersing kuala Johor


Pantainya bersih sangat mashyur
Pohonkan doa kita bersyukur
Negara kita aman dan makmur

Tuan Mahmud bermain tombak,


Dang Kasuma menangkap tupai;
Kalau takut dilambung ombak,
Jangan berumah di tepi pantai.

Sayang Musalmah memakai tudung,


Tudung dipakai sebelah kiri;
Apa dikenang kepada untung,
Untung tak untung diri sendiri.
Ambil bertih dari hulu,
Isi mari di dalam balang;
Bersihkan laman kita dahulu,
Baru bersihkan halaman orang.

Anak tiung anak ketitir,


Anak balau terlompat-lompat;
Barang dikendong habis tercicir,
Barang dikejar haram tak dapat.

PERTANDINGAN BERBALAS PANTUN RANCANGAN PANJANG AKAL TV3

Selangor menjual :

Dihujung selat bertiup bayu,


Teratai di kolam tampak serinya;
Dikandung adat budaya Melayu,
Dicemar susila mana manisnya?

Melaka membeli :

Sinis surya di persada meriah,


Tatkala camar memainkan rebab;
Manis budaya pada maruah,
Susila yang cemar dipulihkan adap.

Melaka menjual :

Rejang menuding belukar nan kelam,


Pelepah bidara bergalang malap;
Bijak berunding luar dan dalam,
Indah bicara di mana silap?

Selangor membeli :

Buah bidara di dalam kaca,


Serai seikat di pangkal bertemu;
Salah bicara bukanlah punca,
Hanya mufakat belum ditemu.

Pantun Agama – Kanak-kanak

UMPAT

Anak katak terlompat-lompat,


Terlompat-lompat di tepi paya,
Janganlah kita suka mengumpat,
Kelak hilang semua pahala.

Enak rasanya ikan gelama,


Jika dimasak secukup rasa,
Solat itu tiang agama,
Perlu dijaga setiap masa.

Lemak kubis santan kelapa,


Ikan haruan dimasak cuka,
Taatlah kepada ibu dan bapa,
Jangan menjadi anak derhaka.
Pohon sena tumbuh menjulang,
Pandan semerbak tepian mempelas,
Bila Ramadhan mulai menjelang,
Puasalah dengan hati yang ikhlas.

Pak tani membeli baja,


Baja ditabur di sawah padi,
Hidup ini sementara sahaja,
Akhirat di sana kekal abadi.

PANTUN UNTUK MAJLIS RASMI

pengacara

PANTUN PEMBUKA ACARA

Melati kuntum tumbuh melata,


Sayang merbah di pohon cemara;
Assalamualaikum mulanya kata,
Saya sembah pembuka bicara.

Ingin rasa memakan kari,


Kari cendawan batang keladi;
Girang rasa tidak terperi,
Bertemu tuan yang baik budi.

Mencari timba si anak dara,


Di bawah sarang burung tempua;
Salam sembah pembuka bicara,
Selamat datang untuk semua.

Sayang kumbang mencari makan,


Terbang seiring di tepi kali;
Selamat datang kami ucapkan,
Moga diiring restu Ilahi.

Ke Pekan Kuala membeli bingka,


Sayang pesanan terlupa sudah;
Majlis bermula tirai dibuka,
Dengan alunan madah yang indah.

Indah berbalam si awan petang,


Berarak di celah pepohon ara;
Pemanis kalam selamat datang,
Awal bismillah pembuka bicara.

Mega berarak indah berbalam,


Dipuput bayu ke pohon ara;
Pemanis kalam selamat malam,
Awal bismillah pembuka bicara.

PANTUN BACAAN DOA

Kalau pergi Tanjung Keramat,


Anak manis jangan diangkat;
Bersama kita memohon rahmat,
Moga majlis mendapat berkat.
Tetak buluh kajang sepuluh,
Laksana dititing kias ibarat;
Angkat tangan jemari sepuluh,
Doa di pohon biar selamat.

Garam ada kicap pun ada,


Sayang lada terlupa bagi;
Pantun ada ucapan ada,
Sayang tiada berdoa lagi.

Lebat kemiri pohonnya rendah,


Dahan terikat tali perkasa;
Sepuluh jari kami menadah,
Mohon berkat yang Maha Esa.

Tetak buluh kajang sepuluh,


Mari jolok sarang penyengat;
Angkat tangan jemari sepuluh,
Doa di pohon biar selamat.

PANTUN JEMPUT MAKAN

Lebat rumbia di Sungai Kedah,


Sayang senduduk di tepi muara;
Penganan mulia terletak sudah,
Samalah duduk menjamu selera.

Terbang sekawan si burung merbuk,


Batang selasih di Tanjung Dara;
Padamu tuan kami persembah,
Santapan kasih juadah mesra.

Kalau tuan pikat cemara,


Buatlah bara bakar selasih;
Sudilah tuan jamu selera,
Hidangan mesra pengikat kasih.

Sungguh indah bunga kemboja,


Di bawah atap tepi halaman;
Juadah sudah letak di meja,
Sudilah santap tuan budiman.

PANTUN UCAPAN ALU-ALUAN

Bukan rumput sebarang rumpun,


Rumput penghias tepi halaman;
Bukan jemput sebarang jemput,
Jemput memohon kata aluan.

Duduk sekawan gadis jelita,


Buat santapan untuk pahlawan;
Tampillah tuan kami meminta,
Madah ucapan kata aluan.

Sudilah tuan jalan berlapan,


Jalan berlapan di malam kelam;
Sudilah tuan beri ucapan,
Kata aluan pemanis kalam.
Emas tempawan buatmu puteri,
Busana indah buat rupawan;
Sudilah tuan tampilkan diri,
Bersama madah kata aluan.

PANTUN JEMPUTAN UCAPAN

Terbang di awan burung jentayu,


Di atas papan batang selisih;
Tampillah tuan kami merayu,
Bersama ucapan pengikat kasih.

Besar langit di tepi busut,


Besar tak muat di dalam peti;
Besar hajat kami menjemput,
Besar niat di dalam hati.

Duduk sekawan si burung unta,


Tepi keramat di waktu malam;
Pada mu tuan kami meminta,
Kata azimat penutup kalam.

Terbang di awan burung jentayu,


Kerana penat gugur ke bumi;
Tampillah tuan kami merayu,
Bersama amanat bekalan kami.

Pergi ke kota beli selasih,


Sayang si dara buat halwa;
Berilah kata simpulan kasih,
Sulamkan mesra satukan jiwa.

PANTUN UCAPAN PERASMIAN

Terbang di awan burung jentayu,


Di atas papan batang jerami;
Tampillah tuan kami merayu,
Bersama ucapan kata perasmi.

Daun semulur di pekan sari,


Batang jerami rebah ke bumi;
Madah dihulur sembah diberi,
Kata perasmi hajatnya kami.

Jangan tertawan alpa duniawi,


Hanya indah serupa mimpi;
Duhai pahlawan ksatria pertiwi,
Hulurkan madah kata perasmi.

Kalau tuan pikat kenari,


Jangan patahkan batang jerami;
Kepada tuan sembah diberi,
Mohon rasmikan majlis kami.

PANTUN AKHIR MAJLIS

Banyak keluk ke penarik,


Keluk tumbuh pohon kuini;
Nan elok bawalah balik,
Nan tak elok tinggallah di sini.

Bunga dedap di atas para,


Anak dusun pasang pelita;
Kalau tersilap tutur bicara,
Jemari disusun maaf dipinta.

Pohon berangan tempat bertemu,


Girangnya rasa si anak dara;
Baliklah tuan membawa ilmu,
Binalah bangsa bangunkan negara.

Di atas dahan burung tempua,


Melihat rusa tepi perigi;
Salam perpisahan untuk semua,
Lain masa bersua lagi.

Bunga seroja di atas para,


Jatuh ditimpa buah berangan;
Andai kata tersilap bicara,
Kemaafan jua kami pohonkan.

Dari Rokan ke Indragiri,


Membawa tinta ke Kuala Linggi;
Baliklah tuan rehatkan diri,
Esok kita bersua lagi.

Dari Kedah ke pekan sari,


Beli suasa di Kota Tinggi;
Selesai sudah tugas diberi,
Di lain masa bersua lagi.

PANTUN BUAT WARGA EMAS

Bulan purnama ke pekan Kuah,


Di tengah hari membeli ragi;
Dirimu umpama nyiur bertuah,
Padat sari harum mewangi.

Curah serbat di atas lantai,


Basah tikar lupa disidai;
Dikau ibarat karang di pantai,
Tak pernah gentar dipukul badai.

Pohon sena tepi perigi,


Tepi paya si pohon jambu;
Hadirmu laksana suria pagi,
Menyinar maya tak pernah jemu.

Anak dara ke Tanjung Batu,


Janji bertemu di Teluk Bayu;
Walau usia dimamah waktu,
Cekal hatimu tak pernah layu.

Bukan gua sebarang gua,


Gua penuh pusaka bonda;
Bukan tua sebarang tua,
Tua penuh ilmu di dada.
Pergi ke Nilai membeli jamu,
Jamu rasa dari tenggara;
Tidak ternilai jasa baktimu,
Kepada bangsa juga negara.

Tidak goyah pancang seribu,


Tika masih badai menderu;
Engkau ayah engkaulah ibu,
Menumpang kasih mengubat rindu.

Pohon beringin tepi keramat,


Dengar siulan diufuk barat;
Kalau ingin hidup selamat,
Buat bekalan untuk akhirat.

Beli keladi di Pekan Lidup,


Sayang rasa lemaknya kurang;
Taburlah budi ketika hidup,
Kelak jasa dikenang orang.

Pintal kapas menjadi benang,


Tenun benang menjadi sari;
Barang yang lepas jangan dikenang,
Kalau dikenang meracun diri.

Pohon senduduk baru di tanam,


Sayang mati di pijak pak tani;
Dari duduk baik bersenam,
Senang hati sihat jasmani.

Apa guna siparang panjang,


Kalau tidak dengan tujuan;
Apa guna berumur panjang,
Kalau tidak dengan amalan.

Timba suasa ditepi kali,


Buat menyimbah si tuan puteri;
Berputus asa jangan sekali,
Jadikan tabah pakaian diri.

Betik muda buat halwa,


Kelapa muda santan dirasa;
Biar muda di dalam jiwa,
Dari tua sebelum masa.

Sirih berlipat sirih pinang


Sirih dari Pulau Mutiara
Pemanis kata selamat datang
Awal Bismillah pembuka bicara

Tetak buluh panjang suluh


Mari jolok sarang penyengat
Angkat doa jari sepuluh
Doa minta biar selamat

Tuailah padi antara masak


Esok jangan layu-layuan
Intailah kami antara nampak
Esok jangan rindu-rinduan

Hendak dulang diberi dulang


Dulang berisi sagu mentah
Hendak pulang ku beri pulang
Tinggalkan pantun barang sepatah

Lancang kuning lancang pusaka


Nampak dari Tanjung Puan
Kalau kering laut Melaka
Barulah saya lupakan tuan

Asam kandis mari dihiris


Manis sekali rasa isinya
Dilihat manis dipandang manis
Lebih manis hati budinya

Ayam hutan terbang ke hutan


Tali tersangkut pagar berduri
Adik bukan saudara bukan
Hati tersangkut kerana budi

Ayam rintik di pinggir hutan


Nampak dari tepi telaga
Nama yang baik jadi ingatan
Seribu tahun terkenang juga

Bila memandang ke muka laut


Nampak sampan mudik ke hulu
Bila terkenang mulut menyebut
Budi yang baik ingat selalu

Burung Serindit terbang melayang


Mari hinggap di ranting mati
Bukan ringgit dipandang orang
Budi bahasa rangkaian hati

Bukan lebah sebarang lebah


Lebah bersarang di pohon kayu
Bukan sembah sebarang sembah
Sembah adat pusaka Melayu

Bukan lebah sebarang lebah


Lebah bersarang di rumpun buluh
Bukan sembah sebarang sembah
Sembah menyusun jari sepuluh

Laksamana berempat di atas pentas


Cukup berlima dengan gurunya
Bagaikan dakwat dengan kertas
Sudah berjumpa dengan jodohnya

Membeli papan di tengah pekan


Papan kecil dibuat tangkal
Mengapa umpan ikan tak makan
Adakah kail panjang sejengkal

Rumah limas anjung Selatan


Bunga kemuning tumbuh di laman
Tangkainya emas bunganya intan
Bolehkah ranting hamba patahkan

Tumbuh betik di tepi laman


Pokok berangan pokok teruntum
Sungguh cantik bunga di taman
Bolehkah gerangan petik sekuntum

Asam kandis asam gelugur


Ketiga asam si riang-riang
Menangis mayat di pintu kubur
Teringat badan tidak sembahyang

Baik-baik menanam selasih


Jangan menimpa sipohon sena
Baik-baik memilih kekasih
Jangan sampai badan merana

Baik-baik mengail tenggiri


Takut terkena siikan parang
Baik-baik merendah diri
Jangan menjadi hamba orang

Bintang tujuh sinar berseri


Bulan purnama datang menerpa
Ajaran guru hendak dicari
Mana yang dapat janganlah lupa

Buah mangga melendur tinggi


Buah kuini berangkai tiga
Hidup kita tidur dan mati
Sudah mati baru terjaga

Buat bangsal di Pulau Daik


Menahan taut sambil mengilau
Kalau asal benih yang baik
Jatuh ke laut menjadi pulau

Budak-budak bermain tombak


Tombak diikat dengan rantai
Kalau takut dilambung ombak
Jangan berumah di tepi pantai

Halia ini tanam-tanaman


Ke barat juga akan condongnya
Dunia ini pinjam-pinjaman
Akhirat juga akan sungguhnya

Hari panas mencucuk benang


Benang menjahit baju kebaya
Air jernih lubuknya tenang
Jangan disangka tiada buaya

Kalau tahu peria tu pahit


Tidak ku gulai dengan petola
Kalau tahu bercinta tu sakit
Tidak ku mulai dari semula

Kalau tuan pergi ke Kelang


Belikan saya semangkuk rojak
Jangan diturut resmi kiambang
Sungguhpun hijau akar tak jejak

Pisang kelat digonggong helang


Jatuh ke lubuk di Indragiri
Jika berdagang di rantau orang
Baik-baik menjaga diri

Asap api embun berderai


Patah galah haluan perahu
Niat hati tak mahu bercerai
Kehendak Allah siapa yang tahu

Air dalam bertambah dalam


Hujan di hulu belumlah teduh
Hati dendam bertambah dendam
Dendam dahulu belumlah sembuh
**********
Anak punai anak merbah
Hinggap ditonggak mencari sarang
Anak sungai lagikan berubah
Inikan pula hati orang

Apa guna pasang pelita


Jika tidak dengan sumbunya
Apa guna bermain kata
Kalau tidak dengan sungguhnya

Buah kuini jatuh tercampak


Jatuh menimpa bunga selasih
Biar bertahun dilambung ombak
Tidak ku lupa pada yang kasih

Kajang tuan kajang berlipat


Kajang hamba mengkuang layu
Dagang tuan dagang bertempat
Dagang hamba terbuang lalu

Buah jambu disangka kandis


Kandis ada di dalam cawan
Gula madu disangka manis
manis lagi senyuman tuan

Dari Arab turun ke Aceh


Naik ke Jawa berkebun serai
Apa diharap pada yang kasih
Badan dan nyawa lagi bercerai

Bunga Melati terapung-apung


Bunga rampai di dalam puan
Rindu hati tidak tertanggung
Bilakah dapat berjumpa tuan

Burung Merak terbang ke laut


Sampai ke laut mengangkut sarang
Sedangkan bah kapal tak hanyut
Inikan pula kemarau panjang
Bunga Melur kembang sekaki
Mari dibungkus dengan kertas
Di dalam telur lagi dinanti
Inikan pula sudah menetas

Dalam perlak ada kebun


Dalam kebun ada tanaman
Dalam gelak ada pantun
Dalam pantun ada mainan

Dari Jawa ke Bengkahulu


Membeli keris di Inderagiri
Kawan ketawa ramai selalu
Kawan menangis seorang diri

Dari teluk pergi pangkalan


Bermain di bawah pohon kepayang
Saya umpama habuk di papan
Ditiup angin terbang melayang

Daun selalsih di Teluk Dalam


Batang kapas Lubuk Tempurung
Saya umpama si burung balam
Mata terlepas badan terkurung

Orang Melayu naik perahu


Sedang berdayung hujan gerimis
Hancur hatiku abang tak tahu
Mulut tertawa hati menangis

Orang tani mengambil nipah


Hendak dibawa ke Indragiri
Seluruh alam ku cari sudah
Belum bersua pilihan hati

Pasir putih di pinggir kali


Pekan menyabung ayam berlaga
Kasih tak boleh dijual beli
Bukannya benda buat berniaga

Ribu-ribu pokok mengkudu


Cincin permata jatuh ke ruang
Kalau rindu sebut namaku
Airmata mu jangan dibuang

Kalau roboh kota Melaka


Sayang selasih di dalam puan
Kalau sungguh bagai dikata
Rasa nak mati di pangkuan tuan

Limau purut lebat di pangkal


Batang mengkudu condong uratnya
Hujan ribut dapat ditangkal
Hati yang rindu apa ubatnya

Kalau menyanyi perlahan-lahan


Dibawa angin terdengar jauh
Rindu di hati tidak tertahan
Di dalam air badan berpeluh
Ku sangka nanas atas permatang
Rupanya durian tajam berduri
Ku sangka panas hingga ke petang
Rupanya hujan di tengahari

Kayuh perahu sampai seberang


Singgah bermalam di kampung hulu
Bukan tak tahu dunia sekarang
Gaharu dibakar kemenyan berbau

lembing atas tangga


perisai atas busut
kening atas mata
misai atas mulut

anak ikan dipanggang sahaja


hendak dipindang tidak berkunyit
anak orang dipandang sahaja
hendak dipinang tiada berduit

saya tak hendak berlesung pauh


lesung pauh membuang padi
saya tak hendak bersahabat jauh
sahabat jauh merisau hati

burung serindit terbang melayang


singgah dihinggap di ranting mati
duit ringgit dipandang orang
jarang dipandang bahasa budi

batu sangkar batu berpahat


terpahat nama raja bestari
makanan arif, kias ibarat
pantun seloka, ulam jauhari

daun durian jatuh tercampak


lopak-lopak isi selasih
tujuh tahun dilambung ombak
tiada kulupa hati yang kasih

Anak Cik Siti mencari tuba


Tuba dicari di Tanjung Jati
Di dalam hati tidakkan lupa
Bagai rambut tersimpul mati

Limau purut di luar pagar


Rimbun putik dengan bunganya
Hujan ribut padang terbakar
Embun setitik padam apinya

Puas saya bertanam ubi


Nanas jugak dipandang orang
Puas saya menabur budi
Emas juga dipandang orang

Tenang-tenang air di laut


Sampan kolek mudik ke tanjung
Hati terkenang mulut menyebut
rindu kini tiada penghujung

Tinggi-tinggi pohon jati


Tempat bermain simanja sayang
Sungguh tinggi harga budi
Budi dibalas kasih dan sayang

Bunga Tanjung kembang semalam


Pohon tinggi tidak berduri
Gelombang besar di laut dalam
Kerana Tuan saya kemari
**********
Burung merpati terbang seribu
Hinggap seekor di tengah laman
Hendak mati di hujung kuku
Hendak berkubur di tapak tangan
**********
Dari mana hendak ke mana
Tinggi rumput dari padi
Hari mana bulan mana
Dapat kita berjumpa lagi
**********
Padi ini semumba-mumba
Daun kurma daun cempedak
Macam mana hati tak hiba
Entah bertemu entah tidak
**********
Permata jatuh ke rumput
Jatuh ke rumput berbilang-bilang
Dari mata tidakkan luput
Dalam hati tidakkan hilang
**********
Akar keladi melilit selasih
Selasih tumbuh di hujung taman
Kalungan budi jujungan kasih
Mesra kenangan sepanjang zaman
**********
Ayam rintik di pinggir hutan
Nampak dari tepi telaga
Nama yang baik jadi ingatan
Seribu tahun terkenang juga
**********
Anak beruk di tepi pantai
Pandai melompat pandai berlari
Biar buruk kain dipakai
Asal hidup pandai berbudi
**********
Kiri jalan kanan pun jalan
Tengah-tengah pohon mengkudu
Kirim jangan pesan pun jangan
Sama-sama menanggung rindu
**********
Mendung si mega mendung
Mendung datang dari utara
Jangan selalu duduk termenung
Kalau termenung badan merana
**********
Pohon mengkudu tumbuhnya rapat
Rapat lagi pohon jati
Kawan beribu mudah didapat
Sahabat setia payah dicari
**********
Pokok terap tumbuh di bukit
Belat berbanjar panjang ke hulu
Jangan diharap guruh di langit
Kilat memancar hujan tak lalu
**********
Sampan kotak hilir mudik
Dayung patah galah sebatang
Ikhtiar tidak datang menggolek
Akal tidak datang melayang
**********
Siti Wan Kembang perintah Kelantan
Nama termasyhur zaman dahulu
Baik-baik memilih intan
Takut terkena kaca dan batu
**********
Buah langsat kuning mencelah
Senduduk tidak berbunga lagi
Sudah dapat gading bertuah
Tanduk tidak berguna lagi
**********
Dua paya satu perigi
Seekor bujuk anak haruan
Tuan di sana saya di sini
Bagai pungguk rindukan bulan
**********
Gesek rebab petik kecapi
Burung tempua membuat sarang
Apa sebab jadi begini
Karam berdua basah seorang ?
**********
Hendak gugur gugurlah nangka
Jangan menimpa putik pauh
Hendak tidur tidurlah mata
Jangan mengenang si dia yang jauh
**********
Kain batik negeri seberang
Dipakai anak Tanah Melayu
Apa ertinya kasih dan sayang
Kalaulah abang berjanji palsu
**********
Pantai Cendering pasirnya putih
Anak dagang berulang mandi
Apa disesal orang tak kasih
Sudah suratan diri sendiri
**********
Disana pauh di sini pun pauh
Daun mengkudu ditandungkan
Adinda jauh kekanda jauh
Kalau rindu sama tanggungkan
**********
Pulau Tinggi terendak Cina
Nampak dari Pulau Sibu
Abang pergi janganlah lama
Tidak kuasa menanggung rindu
**********
Putik pauh delima batu
Anak sembilang di tapak tangan
Tuan jauh di negri satu
Hilang di mata di hati jangan

Awan membeku timbul airsalju


bertepek digunung menggegel badanku
cuaca sejuk nikmat terkedu
Ya Allah nikmatmu hingga iman membeku

Fikiran merawang ilham tangis sendu


islam berjuang pahlawan sodok sudu
ilmu terbuang ibadah terkubur
bilakah ayat Al-Quran terpahat subur

Anak padi semakin tumbuh


bumi tersadai tanaman menjalur
insan dibumi semakin jauh
sunnatullah semakin keliru diatur

===========================

Pulau Pandan jauh ketengah,


Gunung Daik bercabang tiga,
Hancur badan dikandung tanah,
Budi baik dikenang jua.

Pisang Emas bawa belayar,


masak sebiji di atas peti,
Hutan emas boleh ku bayar
Hutang budi ku bawa mati.

Kalau ada sumur di ladang,


Boleh saya menumpang mandi.
jika ada umur yang panjang,
Boleh kita berjumpa lagi.

===============

semua orang bergelang tangan,


saya seorang bergelang kaki,
semua orang berkata jangan,
saya seorang mengikut hati.

=============

GURINDAM JIWA
Tuai padi antara masak
Esok jangan layu-layuan
Intai kami antara nampak
Esok jangan rindu-rinduan

Anak cina pasang lukah


Lukah dipasang di Tanjung Jati
Di dalam hati tidak ku lupa
Sebagai rambut bersimpul mati

Batang selasih permainan budak


Daun selasih dimakan kuda
Bercerai kasih talak tiada
Seribu tahun kembali juga

Burung merpati terbang seribu


Hinggap seekor di tengah laman
Hendak mati di hujung kuku
Hendak berkubur di tapak tangan

Kalau tuan mudik ke hulu


Carikan saya bunga kemboja
Kalau tuan mati dahulu
Nantikan saya di pintu syurga

780107115626
MUSLIHAH BINTI HASBULLAH @ ABDULLAH
No 48 Jln TPS 2/8 Tmn Pelangi Semenyih 2, 43500 Semenyih Selangor

Anda mungkin juga menyukai