Laporan Praktikum Distribusi Solut PDF

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 7

ACC NILAI

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK


DISTRIBUSI SOLUT DIANTARA DUA PELARUT
Tujuan Percobaan : 1. Mempelajari distribusi senyawa organik diantara dua pelarut yang tidak
 bercampur.
2. Mempelajari cara mengidentifikasi lapisan organik diantara dua pelarut
yang tidak bercampur.
Pendahuluan
Proses ekstraksi merupakan suatu metode pemisahan campuran yang didasarkan perbedaan
kelarutan suatu solut dalam pelarut. Salah satu jenis ekstraksi adalah ekstraksi solvent atau ekstraksi
cair – 
cair –  cair.
 cair. Ekstraksi solvent atau yang dikenal dengan ekstraksi cair-cair merupakan proses pemisahan
fase cair yang memanfaatkan perbedaan kelarutan zat yang akan dipisahkan antara larutan asal dan
 pelarut pengekstrak, biAsanya menggunakan senyawa organik (Khopkar, 1990).
Ekstraksi merupakan proses pemisahan yang banyak digunakan dalam industri kimia. Teknik
ekstraksi berguna untuk pemisahan secara cepat dan tepat diantara zat organik maupun zat anorganik.
Teknik ini juga digunakan untuk menganalisis makro maupun mikro. Ekstraksi banyak digunakan
dalam pekerjaan-pekerjaan di bidang kimia organik, biokimia dan anorganik dilaboratorium. Corong
 pemisaha merupakan alat
a lat ekraksi yang paling sederhanaa sedangkan alat ekstraksi soxhlet yang paling
rumit berupa alat “Counter
“Counter Current Craig ” (Alimin dkk, 2007).
Metode pemisahan terdiri dari berbagai jenis, salah satunya adalah ekstraksi pelarut atau biasa
disebut ekstraksi cair cair. Ekstraksi pelarut merupakan metode pemisahan yang paling baik dan
 popular dalam tingkat makro ataupun mikro karena metode ini didasarkan pada distribusi zat terlarut
dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur seperti benzena, karbon
tetraklorida atau kloroform. Batasan dari zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda dalam
kedua fase terlarut. Teknik ini dapat digunakan untuk preparatif, pemurnian, memperkaya, pemisahan
serta analisis pada semua skala kerja. Metode ekstraksi pelarut mula - mula dikenal dalam ilmu kimia
analisis, kemudian berkembang menjadi metode yang baik, sederhana, cepat dan dapat digunakan
untuk ion-ion logam yang bertindak sebagai pengotor (Khopkar, 1990).
Teknik di mana suatu larutan (biasanya dalam air) dibuat bersentuhan dengan suatu pelarut kedua
(biasanya pelarut organik) yang pada hakekatya tidak tercampur merupakaan ekstraksi cair cair.
Pemisahan yang dapat dilakukan, bersifat sederhana, bersih, cepat dan mudah. Pada metode ekstraksi
cair-cair ini, ekstraksi dapat dilakukan dengan cara bertahap (batch) atau dengan cara kontinyu.
menambahkan pelarut pengekstrak yang tidak bercampur dengan pelarut pertama melal ui corong pisah,
kemudian dilakukan pengocokan sampai terjadi kesetimbangan konsentrasi solut pada kedua pelarut,
kemudian setelah didiamkan beberapa saat maka akan terbentuk dua lapisan, dan lapisan yang berada
dibawah dengan kerapatan lebih besar dapat dipisahkan untuk dilakukan analisa selanjutnya. Teknik
ekstraksi cair cair dapat diterapkan untuk bahan-bahan dari tingkat jumlah maupun yang berjumlah
 banyak (Basset dkk, 1994).
Pelarut ekstraksi yang meninggalkan kontaktor cair  –   cair disebut ekstrak. Rafinat merupakan
fase cair yang tersisa dari umpan setelah proses ekstraksi pada kedua fase. Pelarut pencuci adalah
cairan yang ditambahkan proses fraksinasi cair –   cair untuk mencuci atau memperkaya kemurnian zat
terlarut dalam fase ekstrak. Pemisahan antara ekstrak dan rafinat terjadi apabila kedua fase tersebut
dalam keadaan keseimbangan sehingga secara fisik pemisahan kedua fase dalam lapisan yang jelas
(Perry, 1997). Kemungkinan yang terjadi pada partisi zat-zat terlarut antara dua cairan yang tidak dapat
 bercampur terjadi pemisahan analitis dimana tujuan primernya bukanlah analitis namun preparatif,
ekstraksi pelarut yang merupakan suatu langkah penting dalam urutan yang menuju ke suatu produk
murninya dalam laboratorium organik, anorganik atau biokimia (Underwood, 2001).
Metode ekstraksi didasarkan pada perbedaan koefisien distribusi zat terlarut dalam dua
larutan yang berbeda fasa dan tidak saling bercampur dapat dilakukan dengan pertimbangan
 beberapa faktor yaitu:
1. Kemudahan dan kecepatan proses
2. Kemurnian produk yang tinggi
3. Rendah polusi
4. Kebutuhan me-recovery logam dari larutannya
5. Efektivitas dan selektivitas yang tinggi.
(Gozan, 2006).
Ekstraksi dapat dibagi menjadi dua berdasarkan proses pelaksanaanya, diantaranya :
1. Ekstraksi kontinyu (Continues Extraction)
Ekstraksi kontinyu menggunakan pelarut yang digunakan secara berulang-ulang sampai proses
ekstraksi selesai. Alat yang tersedia dari jenis ekstraksi ini misalnya alat soxhlet atau Craig
Countercurent .
2. Ekstraksi bertahap (batch)
Ekstraksi dengan metode ini, selalu digunakan pelarut yang baru sampai proses ekstraksi selesai.
Alat yang biasa digunakan adalah berupa corong pisah
(Yazid, 2005).
Ekstraksi cair-cair selalu terdiri atas sedikitnya dua tahapan, yaitu pencampuran secara intensif
Pencampuran terjadi ketika ekstrak meninggalkan pelarut media pembawa dan masuk ke dalam pelarut
media ekstraksi. Ekstraksi akan terjadi apabila pelarut tidak saling melarut. Performansi ekstraksi yang
 besar harus diusahakan agar terjadi bidang kontak yang seluas mungkin di antara kedua cairan tersebut,
oleh karena itu dengan bantuan alat pengaduk maka cairan aka didistribusikan menjadi tetes  –   tetes
kecil (Basset dkk, 1994).
Tahap yang terpenting dalam mekanisme ekstraksi adalah proses distribusi dari zat yang
terekstraksi ke fase organik. Distribusi solut bergantung pada bermacam factor, antara lain: kebasaan
ligan, faktor stereokimia dan adanya garam pada sistem ekstraksi. Kelarutan kompleks logam selain
ditetapkan oleh perbandingan koefisien distribusinya juga ditentukan oleh perubahan koefisien
aktivitas zat terlarut pada masing-masing fase (Khopkar, 1990).
Pendistribusian saat ekstraksi cair-cair tidak boleh terlalu jauh karena mengakibatkan terbentuknya
emulsi yang tidak dapat lagi atau sulit untuk dipisahkan. Turbulensi pada saat mencampur tidak perlu
terlalu besar. Gaya penggerak pada bidang batas tetap ada sehingga bahan yang telah larut segera
mungkin dipisahkan dari bidang batas adalah perbedaan konsentrasi. Pemisahan, cairan yang telah
terdistribusi menjadi tetes-tetes kecil menyatu kembali menjadi sebuah fasa homogen dan berdasarkan
 perbedaan kerapatan yang cukup besar dapat dipisahkan dari cairan yang lainnya (Yazid, 2005).

 Materi al Safety Data Sheet (MSDS)


1. Akuades (H2O)
Akuades merupakan senyawa dengan rumus molekul H 2O yang berbentuk cair, tidak berbau dan
tidak berwarna. Senyawa ini memiliki berat molekul 18,02 g/mol dengan titik didih 100 °C, tekanan
uap 2,3, kPa dan densitas uap sebesar 0,62. Akuades merupakan senyawa yang tidak berbahaya dan
tidak menyebabkan iritasi apabila terkena kulit sehingga tidak perlu tindakan dan penanganan khusus
apabila bahan ini terkena pada anggota tubuh. Akuades yang tumpah dapat dibersihkan dengan kain
inert atau kain yang mudah menyerap air atau dapat langsung dibuang dalam pembuangan yang tepat
(ScienceLab, 2018).
2. Asam benzoat (C7H6O2)
Asam benzoat berbentuk padat, tidak berwarna dan merupakan asam karboksilat aromatik yang
sederhana. Asam benzoat memiliki titik leleh 122,4°C, titik didih 249,2°C dan berat jenis 1,321 g/cm 3.
Bahan ini berbahaya apabila tertelan, terhirup, mengiritasi kulit, mengiritasi mata, menyebabkan
gangguan mata berat. Asam benzoat beracun untuk paru-paru, sistem saraf, membran mukosa.
Pertolongan pertama apabila asam benzoat terkena mata yaitu cuci mata dengan air yang mengalir
selama 15 menit (Sciencelab, 2018).
3. Heksana (C6H14)
Heksana berbentuk cair, memiliki bau seperti bensin dan tidak berwarna. Heksana memiliki berat
molekul 86,18 g/mol, titik didih 68°C dan titik leleh -95°C. Bahan ini sangat berbahaya apabila terjadi
kontak langsung dengan mata atau kulit. Penanganan pada kecelakaan dengan kontak mata, segera
dibasuh dengan banyak air mengalir selama kurang lebih 15 menit. Penyimpanan heksana sebaiknya di
tempat khusus bahan korosif (Sciencelab, 2018).
4. Kafein (C8H10 N4O2)
Kafein (C8H10 N4O2) merupakan padatan yang apabila pada temperatur tinggi dapat mudah
meledak. Padatan ini tidak berbau dan berwarna putih tetapi memiiliki rasa yang pahit. Berat molekul
senyawa ini sebesar 194,2 g/mol, titik leleh sebesar 238oC, dan titik didih tidak tersedia. Padatan ini
dapat larut dalam air dan dietil eter.Bahan ini dapat menyebabkan iritasi ringan pada kulit, mata dan
saluran pernafasan. Tindakan yang harus dilakukan jika kloroform terkena kulit yaitu cuci tangan atau
 bagian kulit yang terkena kafein dengan banyak air selama 15 menit dan cuci dengan sabun desinfektan
(Sciencelab, 2018).
5. Kloroform
Kloroform memiliki rumus molekul CHCl 3. Kloroform berbentuk cair, memiliki aroma agak
manis, berasa manis dan tidak berwarna. Senyawa ini memiliki berat molekul 119,38 g/mol, titik didih
61 °C, titik leleh -63,5 °C dan tekanan uap sebesar 21.1 kPa. Kloroform sedikit larut dalam air dingin.
Bahan ini dapat menyebabkan iritasi ringan pada kulit, mata dan saluran pernafasan. Kloroform
 berkonsentrasi tinggi dapat digunakan sebagai obat bius dan menimbulkan ketidaksadaran bahkan
kematian. Tindakan yang harus dilakukan jika kloroform terkena kulit yaitu cuci tangan atau bagian
kulit yang terkena kloroform dengan banyak air selama 15 menit. Klorofom harus diletakkan menjauhi
oksidan kuat, basa kuat, logam dan aseton (ScienceLab, 2018).
6. Magnesium Sulfat Anhidrat (MgSO4)
Magnesium sulfat anhidrat adalah bahan kimia yang berbentuk padat, berwarna putih dan tidak
memiliki bau. Senyawa ini memiliki berat molekul 120.38 g/mol, densitas sebesar 2,66 gr/cm 3 dan titik
leleh sebesar 1124 °C. Magnesium sulfat anhidrat dapat larut dalam air dingin. Bahan ini dapat
menyebabkan iritasi pada mata yang ditandai dengan rasa perih dan gatal. Tindakan yang harus
dilakukan jika Magnesium sulfat anhidrat terkena mata yaitu dibasuh dengan air mengalir selama
kurang lebih 15 menit (Sciencelab, 2018).

Prinsip Kerja
Prinsip kerja yang dilakukan pada percobaan distribusi solut diantara dua pelarut adalah
mengidentifikasian dua lapisan pelarut dan distribusi solut diantara dua pelarut secara umum
 bersifat polar dan non polar, namun sebagian besar senyawa organik adalah non polar. Lapisan pelarut
organik dapat dibedakan dengan pelarut air karena pelarut organik tidak larut dalam air. Penentuan
koefisien distribusi asam benzoat dan kafein ditentukan oleh kemampuan melarut dari kedua senyawa
dalam pelarutnya.

Alat
Alat  –   alat yang digunakan dalam percobaan distribusi solut diantara dua pelarut adalah tabung
reaksi, pipet tetes, penangas air, pengaduk, alumunium foil, dan neraca analitik.

Bahan
Bahan  –   bahan yang dibutuhkan dalam praktikum distribusi solut diantara dua pelarut adalah
heksana, air, kloroform, kafein, MgSO4, dan asam benzoat.

Prosedur Kerja
A. Prosedur kerja untuk mengidentifikasi lapisan dua pelarut
Tiga tabung reaksi yang bersih disiapkan. Campuran dua pelarut A (kloroform) dan pelarut B
(heksana) ditambahkan kedalam tida tabung reaksi, sebelumnya dikocok terlebih dahulu. Campuran
dua pelarut kemudian diidentifikasi masing  –   masing lapisan pelarut dan diamatai mana lapisan
organik dan mana lapisan air. Hasil pengamatan dicatat dan dikonfirmasi dengan berat jenis masing  – 
masing pelarut yang digunakan.
B. Distribusi solut diantara dua pelarut
Asam benzoat sebanyak 0, 125 g dimasukkan kedalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 5
mL diklorometana dan 5 mL air. Tabung reaksi dikocok sampai asam benzoat larut dan terbentuk dua
lapisan pelarut. Lapisan bagian bawah dipindah ke dalam tabung reaksi lain. MgSO 4  anhidrat
ditambahkan sedikit ke dalam tabung reaksi berisi pelarut hasil pemindahan campuran pelarut. MgSO 4
anhidrat dipisahkan deng cara menuangkan cairannya ke dalam tabung reaksi yang baru. Pelarut
diuapkan menggunakan penangas air hingga padatan asam benzoat terbentuk. Padatan asam benzoat
dikerok dan ditimbang kemudian dihitung koefisien distribusi dari asam benzoat dalam air dan
diklorometana. Prosedur diulangi kembali menggunakan sampel kafein sebagai ganti asam benzoat.
Underwood, A.L.2001. Analisis Kimia Kuantitas. Jakarta : Erlangga.
Yazid, E. 2005. Kimia Fisika untuk Paramedis. Yogyakarta : Andi

Saran
Saran untuk praktikum selanjutnya yaitu agar memahami prosedur kerja dengan baik agar tidak
melakukan kesalahan saat melakukan percobaan. Praktikan seharusnya memberi label pada setiap
tabung reaksi agar tidak lupa larutan apa yang berada dalam tabung reaksi tersebut. Praktikan agar
selalu berhati-hati dalam menggunakan alat-alat laboratorium.

 Nama : Amalia Firdaus (171810301064)


 NIM : 171810301064
Kelompok / kelas : 6 / Praktikum Kimia Organik A
 Nama Asisten : Kholifatur Rizki Nurfitriani

Anda mungkin juga menyukai