Anda di halaman 1dari 25

1.

Proses pembakaran pada motor diesel


Tiga syarat minimal yang harus dipenuhi terjadinya proses pembakaran
pada motor diesel yaitu adanya bahan bakar, oksigen, dan panas. Bahan bakar
untuk motor diesel dapat berupa solar, bio diesel maupun pertamina dex.
Oksigen terdapat di dalam udara, sedang panas berasal dari udara yang
dimampatkan (dikompresikan). Tahapan (sequence) cara kerja motor diesel,
dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 1. Cara kerja motor diesel

Pada saat langkah isap atau pemasukan (intake), piston bergerak dari TMA
ke TMB, katup masuk membuka, katup buang menutup sehingga udara masuk
ke dalam silinder. Pada saat langkah kompresi atau pemampatan (compression),
piston bergerak dari TMB ke TMA, katup masuk dan katup buang keduanya
menutup, sehingga udara yang ada di dalam silinder dimampatkan oleh piston,
akibatnya tekanan dan suhunya naik. Beberapa derajat sebelum piston mencapai
TMA, bahan bakar disemprotkan oleh injektor maka terjadilah proses
pembakaran. Pada langkah ini disebut langkah usaha atau tenaga (power),
piston bergerak dari TMA ke TMB, sementara kedua katup masih menutup.
Langkah selanjutnya adalah langkah pembuangan atau pengeluaran (exhaust),
piston bergerak dari TMB ke TMA, katup masuk menutup, katup buang
membuka shingga gas buang keluar melalui saluran peembuangan (knalpot).
Proses pembakaran pada motor diesel yang ditunjukkan pada gambar
berikut ini adalah hubungan antara tekanan dan waktu.

1
Gambar 2. Proses pembakaran pada motor diesel

Proses pembakaran tersebut dapat dibagi atas beberapa periode:


a. Periode pertama: Periode Waktu Pembakaran Tertunda (A – B)
Periode ini merupakan phase persiapan pembakaran, dimana bahan
bakar yang berbentuk kabut bercampur dengan udara di dalam silinder agar
mudah terbakar. Penambahan tekanan di dalam silinder diakibatkan oleh
perubahan posisi poros engkol.

b. Periode kedua: Periode Perambatan Api (B – C)


Pada periode ini campuran udara dan bahan bakar akan terbakar di
beberapa tempat di dalam silinder, sehingga di beberapa tempat terjadi
pembakaran. Nyala api yang terjadi akan merambat dengan kecepatan
tinggi sehingga seolah-olah campuran udara dan bahan bakar terbakar
sekaligus. Keadaan tersebut mengakitkan tekanan dalam silinder naik,
sehingga periode ini sering disebut pembakaran letup. Kenaikan tekanan
pada periode ini tergantung jumlah campuran udara dan bahan bakar yang
masuk ke dalam silinder.
c. Periode ketiga: Periode Pembakaran Langsung (C – D)
Akibat nyala api di dalam silinder, maka campuran udara dan bahan
bakar yang diinjeksikan langsung terbakar sehingga periode ini disebut
pembakaran langsung. Pada periode ini, pembakaran dapat dikontrol dari

2
jumlah bahan bakar yang diinjeksikan, sehingga periode ini sering disebut
periode pembakaran dikontrol
d. Periode keempat: Periode Pembakaran Lanjut (D – E)
Pada periode ini proses pengijeksian berakhir di titik D, namun bahan
bakar belum terbakar seluruhnya, sehingga meskipun penyemprotan bahan
bakar telah berakhir, namun proses pembakaran masih tetap berlangsung.
Apabila periode pembakaran lanjut ini terlalu lama, maka temperatur gas
buang akan tinggi sehingga mengakibatkan efisiensi panas turun.

2. Pengabut motor diesel


Pengabut atau injektor pada motor diesel berfungsi untuk merubah
bentuk fisik bahan bakar yang sebelumnya berbentuk cair menjadi kabut
(butiran kecil). Tujuan dirubahnya bentuk fisik bahan bakar tersebut adalah
untuk memudahkan terjadinya proses pembakaran di dalam silinder.
Terdapat beberapa jenis pengabut antara lain jenis single hole dan multi
hole.
Komponen utama pengabut adalah body pengabut (nozzle body) dan
jarum pengabut (nozzle needle) seperti terlihat pada gambar berikut ini:

Gambar 3. Komponen utama pengabut

Jarum pengabut akan terangkat ke atas apabila ada tekanan bahan bakar
dari pompa injeksi sehingga lubang pada body pengabut akan terbuka. Pada
kondisi tersebut bahan bakar keluar dari pengabut dalam bentuk butiran-
butiran kecil (kabut) dengan tekanan tertentu. Kembalinya jarum pengabut
ke bawah dikarenakan adanya tegangan pegas pengembali yang terletak di

3
atas jarum pengabut. Secara rinci komponen nama-nama komponen
pengabut dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 4. Konstruksi pengabut

Adapun cara pengabut dapat diuraikan sebagai berikut:


a. Sebelum penginjeksian
Bahan bakar dari pompa
injeksi yang sudah
bertekanan tinggi mengalir
melalui saluran (oil
passage) yang ada pada
nozzle holder menuju ke oil
pool pada bagian bawah
nozzle body.
Gambar 5. Sebelum penginjeksian

4
b. Penginjeksian
Apabila tekanan bahan
bakar dari pompa injeksi
naik, maka tekanan
tersebut akan mendorong
nozzle needle ke atas
melawan tegangan pegas
sehingga lubang nozzle
body terbuka. Akibatnya
bahan bakar ke luar melalui
Gambar 6. Penginjeksian
lubang nozzle.

c. Akhir penginjeksian
Apabila tekanan bahan
bakar dari pompa injeksi
turun, maka tekanan pegas
akan mengembalikan posisi
nozzle needle ke bawah
menutup lubang nozzle
body. Akibatnya aliran
bahan bahan bakar dari
pengabut terhenti. Gambar 7. Akhir penginjeksian

Secara umum injektor motor diesel dibagi menjadi dua yaitu model lubang
dan model pin. Model lubang ada dua macam yaitu model lubang satu
(single hole) dan model lubang banyak (multiple hole). Model pin ada dua
macam yaitu tipe throttle dan tipe pintle.

5
Gambar 8. Jenis-jenis injektor

Pada umumnya injektor model lubang banyak digunakan pada motor diesel
dengan injeksi langsung (direct injection), sedang model pin umumnya
digunakan pada motor diesel dengan ruang bakar muka atau ruang bakar
pusar.

3. Sistem Bahan Bakar Motor Diesel dengan Pompa Injeksi In Line


Pada gambar berikut ini adalah sistem bahan bakar motor diesel
konvensional menggunakan pompa injeksi in line yang aliran bahan bakarnya
dapat dilihat sebagai berikut: Bahan bakar yang ada di dalam tanki (fuel tank)
dihisap oleh feed pump, kemudian dialirkan ke water sedimenter – fuel filter –
unit elemen pompa – injektor (injection nozzle) sesuai F.O. (firing order)

6
Gambar 9. Sistem Bahan Bakar Motor Diesel dengan Pompa Injeksi In Line

Bahan bakar yang keluar dari elemen pompa injeksi sudah bertekanan
tinggi kemudian dialirkan ke pengabut untuk dimasukkan ke dalam ruang bakar.
Kebutuhan bahan bakar yang masuk ke dalam silinder tergantung putaran dan
beban mesin, sehingga ada sebagian bahan bakar yang tidak diperlukan. Untuk
itu diperluakan saluran pengembali (over flow/fuel return line) untuk memberi
kesempatan bahan bakar yang tidak diperlukan kembali ke tanki lagi. Dengan
demikian over flow (fuel return line) pada motor diesel fungsinya untuk
mengalirkan sisa bahan bakar dari pengabut menuju ke tanki bahan bakar.
Pada sistem bahan bakar tersebut juga dilengkapi dengan water
sedimenter yang berfungsi untuk memisahkan antara air dengan bahan bakar.
Apabila di dalam sistem terdapat air, maka air tersebut akan berada di bawah
karena berat jenis air lebih berat dari pada bahan bakar sehingga cairan yang
masuk ke dalam silinder tidak bercampur dengan air. Dengan demikian elemen
pompa injeksi akan terhindar dari kerusakan akibat masuknya air ke dalam
elemen pompa injeksi. Jumlah air yang ada di dalam water sedimenter dapat
dideteksi melalui indikator yang ada di dashboard. Apabila jumlah air dalam
water sedimenter sudah cukup banyak maka dapat dikeluarkan melalui baut
penguras.

7
a. Elemen pompa injeksi

Elemen pompa injeksi pada pompa injeksi in line terdiri atas: plunger
dan barrel (cylinder). Pada plunger terdapat control groove atau control
helix yang berfungsi untuk mengatur banyak sedikitnya bahan bakar yang
diinjeksikan. Pada cylinder terdapat feed hole sebagai saluran masuk bahan
bakar dan coakan untuk mengunci supaya barrel tidak bisa berputar.

Gambar 10. Elemen pompa injeksi

Langkah efektif (effevtive


stroke) adalah langkah yang
menimbulkan penekanan
bahan bakar, dihitung dari
permukaan feed hole bawah
sampai permukaan helix bagian
atas. Langkah efektif tersebut
mempengaruhi banyak
sedikitnya bahan bakar yang
Gambar 11. Langkah efektif
diinjeksikan ke dalam silinder.

8
Gambar 12. Cara kerja elemen pompa injeksi
1) Gambar (a) menunjukkan bahwa plunger sedang pada posisi di titik mati
bawah, bahan masuk melalui feed hole ke ruang penyalur (delivery
chamber) pada bagian atas plunger.
2) Pada saat camshaft berputar dan nok mulai menyentuh plunger, maka
plunger bergerak ke atas (gambar b), maka ketika lubang feed hole
tertutup oleh plunger terjadilah proses penekanan bahan bakar. Ketika
plunger bergerak ke atas lagi, bahan bakar yang ada di dalam delivery
chamber mendorong delivery valve (katup penyalur) dan keluar melalui
pipa tekanan tinggi menuju injektor.
3) Selama camshaft berputar, plunger tetap bergerak ke atas, tetapi ketika
bibir atas control groove bertemu dengan bibir bawah feed hole, maka
penyaluran bahan bakar akan terhenti.
4) Gerakan plunger ke atas selanjutnya akan mengakibatkan bahan bakar
yang ada di dalam delivery chamber masuk melalui lubang pada
permukaan atas plunger dan mengalir ke feed hole menuju ruang isap
(suction chamber), sehingga tidak ada bahan bakar yang disalurkan
(gambar d)

Gambar 13. Pengaturan jumlah bahan bakar

9
Bagian atas plunger (lead) terdapat suatu alur yang dinamakan
dengan helical groove atau control groove. Fungsi helical groove
tersebut untuk mengatur banyaknya jumlah bahan bakar yang akan
diinjeksikan ke dalam ruang bakar. Pada motor diesel terdapat beberapa
bentuk alur pada bagian atas plunger seperti ditunjukkan pada gambar
berikut ini.

Gambar 14. Macam-macam elemen pompa injeksi

Kepala plunger atau lead dibagi menjadi dua tipe, yaitu right
lead plunger dan left lead plunger. Pada right lead plunger, ketika
plunger tersebut digerakkan ke kanan jika dilihat dari bawah plunger,
jumlah bahan bakar yang disuplai semakin banyak. Pada left lead
plunger, ketika plunger tersebut digerakkan ke kiri jika dilihat dari
bawah, maka suplai bahan bakar akan semakin banyak. Kepala plunger
pada model B mempunyai bentuk alur yang dinamakan dengan spiral
control groove, sedangkan pada model A dan P dinamakan straight
groove.

10
Gambar 15. Tanda pada driving face

Untuk mengetahui apakah plunger tersebut termasuk right lead


atau left lead plunger dapat dilihat pada driving face yang ada di
plunger. Apabila pada driving face terdapat tanda R berarti plunger
tersebut termasuk type right lead plunger, sedangkan apabila terdapat
huruf L berarti termasuk left lead plunger.

b. Governor
Governor pada motor diesel berfungsi untuk mengatur putaran sesuai beban
mesin. Secara rinci fungsi governor pada motor diesel dapat diuraikan
sebagai berikut:
1) Memudahkan mesin saat start dengan memperbanyak suplai bahan
bakar.
2) Mencegah overspeed
3) Membatasi putaran mesin saat idle
4) Membatasi putaran mesin maksimum

Berikut ini menunjukkan konstruksi governor vacuum pada motor


diesel. Nampak pada gambar tersebut bahwa control rack tidak digerakkan
langsung oleh pedal gas, tetapi dihubungkan melalui mekanisme governor.
Dengan demikian setiap gerakan pedal gas hanya akan mempengaruhi
pembukaan katup throttle. Semakin dalam pedal gas diinjak, semakin lebar
katup throttle membuka. Apabila pedal gas dilepas, kevakuman yang ada

11
venturi semakin besar, sebaliknya apabila pedal gas ditekan maka
kevakuman di venturi semakin kecil. Selanjutnya kevakuman yang terjadi
di venturi dihubungkan ke ruang vakum (vacuum chamber) pada governor
melalui selang vakum. Besar kecilnya kevakuman yang terjadi di ruang
vakum akan mempengaruhi gerakan membran (diaphragm).

Gambar 16. Governor vacuum pada motor diesel

Pada gambar berikut nampak bahwa ketika pedal gas dilepas,


kevakuman yang terjadi di venturi besar sehingga kevakuman yang terjadi
di ruang vakum mampu melawan pegas utama (main spring)
mengakibatkan membran bergerak ke kanan. Dengan demikian maka
control rack juga bergerak ke kanan sehingga suplay bahan bakar ke dalam
sillinder berkurang (minimum).

a. Saat pedal gas dilepas b. Saat pedal gas ditekan

Gambar 17. Cara kerja governor vacuum

12
Sebaliknya apabila pedal gas ditekan, maka kevakuman yang terjadi di
venturi semakin kecil. Dengan demikian kevakuman yang terjadi di ruang
vakum juga mengecil sehingga membran bergerak ke kiri terdorong oleh
pegas utama. Akibatnya control rack bergerak ke kiri menyebabkan suplay
bahan bakar ke dalam silinder bertambah.

c. Automatic timer
Pada motor diesel, automatic timer berfungsi untuk memajukan saat
injeksi pada putaran tinggi. Berikut ini adalah komponen-komponen
automatic timer pada motor diesel yang menggunakan pompa injeksi in
line. Automatic timer bekerja karena adanya gaya centrifugal, yaitu gaya
yang cenderung meninggalkan titik pusat. Gaya centrifugal tergantung
putaran mesin, semakin tinggi putaran mesin maka gaya centrifugal yang
terjadi semakin besar. Dengan demikian bekerjanya automatic timer secara
otomatis selaras dengan perubahan putaran mesin.

Gambar 18. Automatic timer


Adapun cara kerja automatic timer dapat dijelaskan sebagai berikut.
Apabila putaran mesin bertambah maka gaya sentrifugal (F) juga
bertambah mangakibatkan timer weight (E) bergerak ke arah luar.
Permukaan (D) dari timer weight meluncur sesuai dengan advance flange
pada sisi sepanjang journal (A) dari driving flange. Pada kondisi tersebut,
jarak (L) antara journal (A) dan dowel (B) pada timer hub akan berkurang.

13
Gambar 19. Cara kerja automatic timer

Dengan demikian driving flange, timer hub (tetap pada drive shaft) dan
cam shaft pompa dapat berubah relatif terhadap posisi putarannya sebesar
sudut advance. Komponen gaya sentrifugal untuk menggerakkan timer
weight ke luar sesuai dengan tegangan pegas (C). Sudut advance bertambah
sesuai dengan bertambahnya putaran mesin.

4. Sistem Bahan Bakar Motor Diesel dg. Pompa Injeksi Ditributor Type VE
Pada gambar berikut adalah sistem bahan bakar konvensional pada
motor diesel menggunakan pompa injeksi distributor type VE. Kepanjangan VE
adalah "Verteiler Einspritz“ (bahasa Jerman).

Gambar 20. Sistem Bahan Bakar Motor Diesel dengan Pompa Injeksi
Ditributor Type VE

Pada sistem BB tersebut, bahan bakar yang ada di dalam tanki (fuel tank)
dihisap oleh feed pump melalui water sedimenter dan fuel filter masuk ke dalam

14
rumah pompa memenuhi seluruh ruangan yang ada di dalam pompa. Tekanan
bahan bakar di dalam rumah pompa (inner pressure) diatur oleh pressure
regulator. Selanjutnya bahan bakar yang sudah memenuhi ruangan dalam
rumah pompa mengalir melalui fuel cut off solenoid menuju pump plunger.
Bahan bakar yang sudah masuk ke dalam pump plunger dinaikkan tekanannya
sekaligus didistribusikan ke masing-masing pengabut sesuai F.O. (firing order).
Dalam hal ini fuel cut off solenoid berfungsi membuka dan menutup aliran bahan
bakar dari ruang dalam pompa menuju pump plunger. Untuk mengendalikan
kerja fuel cut off solenoid, diperlukan arus dari batterei melalui kunci kontak. Di
dalam rumah pompa juga terdapat mechanical governor dan timer sebagai
kelengkapan pompa injeksi. Mechanical governor berfungsi untuk mengatur
putaran sesuai beban mesin, sedang timer berfungsi untuk mengajukan saat
injeksi pada putaran tinggi. Dari gambar tersebut nampak bahwa jumlah pump
plunger hanya satu meskipun jumlah silinder motor lebih dari satu. Dalam hal
ini pump plunger selain bergerak ke kiri dan ke kanan juga berputar (gerakan
translasi dan rotasi sekaligus). Gerakan pump plunger ke kiri dan ke kanan
bertujuan untuk menghisap dan menaikkan tekanan bahan bakar, sedang gerak
putar pump plunger untuk menyalurkan bahan bakar yang sudah bertekanan
mengalir ke dalam masing-masing injektor sesuai F.O.

a. Pump plunger dan kelengkapannya


Rangkaian penggerak plunger terdiri atas: drive shaft, roller ring,
coupling, cam plate, dan plunger. Apabila drive shaft berputar, maka
coupling, cam plate, dan plunger ikut berputar. Sementara roller ring tidak
berputar (diam). Pada roller ring terdapat roller yang jumlahnya sesuai
dengan jumlah silinder mesin, sedangkan pada cam plate terdapat cam yang
jumlahnya juga sama dengan jumlah silinder. Pada saat cam bertemu roller
maka plunger akan bergerak ke kanan dan ke kiri. Dengan demikian
gerakan plunger disamping berputar, juga bergerak translasi. Gerakan
plunger ke kanan dan ke kiri (translasi) melakukan pengisapan dan
penekanan bahan bakar, sedang gerak putar plunger untuk
mendistribusikan bahan bakar yang telah bertekanan ke masing-masing
injektor.

15
Gambar 21. Rangkaian unit plunger
Penyaluran bahan bakar ke setiap nozzle dapat dilihat pada gambar berikut
ini.

Gambar 22. Penyaluran bahan bakar ke setiap nozzle

Pada saat suction port bertemu dengan suction groove, maka bahan
bakar akan masuk ke suction groove. Dari suction groove kemudian bahan
bakar mengalir ke lubang tengah plunger. Proses pengisapan ini terjadi saat
plunger bergerak ke kiri. Ketika plunger bergerak ke kanan, bahan bakar
keluar melalui distribution port dalam keadaan sudah bertekanan. Dari
distribution port selanjutnya bahan bakar disalurkan ke distribution
passage menuju ke injektor.

b. Feed pump
Feed pump berfungsi untuk menghisap bahan bakar dari tanki menuju
ruang dalam pompa. Pada gambar berikut nampak gambar feed pump jenis
vane pump, yaitu jenis pompa yang dilengkapi dengan sudu-sudu (blade)
yang terletak pada rotor. Antara rotor dan rumah pompa dipasang tidak

16
sepusat (eccentric), sehingga memungkinkan sudu-sudu keluar dari rumah
rotor karena gaya sentrifugal.
Pada saat rotor berputar ke kiri (sesuai arah anak panah), maka pada
posisi tertentu sudu-sudu akan keluar dari rotor akibat gaya sentrifugal yaitu
gaya yang cenderung meninggalkan titik pusat. Pada kondisi tersebut sudu
tersebut membawa bahan bakar menuju ke ruang dalam pompa dan ke
timer. Tekanan bahan bakar akan semakin meningkat seiring dengan
putaran rotor. Semakin tinggi putaran rotor, maka tekanan bahan bakar di
dalam rumah pompa semakin meningkat. Apabila tekanan bahan bakar
melebihi tegangan pegas regulating valve, maka bahan bakar akan mengalir
ke saluran masuk melalui regulating valve. Dengan demikian tekanan
bahan bakar di dalam ruang pompa akan konstant pada putaran tertentu.

Gambar 23. Feed pump


c. Termination
Bila plunger bergerak ke kanan lebih lanjut, dua spill port pada plunger
terbuka dari spill ring dan bahan bakar bertekanan rendah tertekan ke
belakang masuk ke rumah pompa melalui spill port. Tekanan bahan bakar
tiba-tiba akan turun dan injeksipun berakhir.

17
Gambar 24. Termination

d. Pressure Equalization (Penyamaan Tekanan)


Apabila plunger berputar 180° setelah pengiriman bahan bakar, alur
penyamaan tekanan (pressure equalizing groove) segaris dengan saluran
distribusi (distribution passage) sehingga tekanan bahan bakar di dalam
saluran dan ruang pompa menjadi sama. Hal tersebut untuk menghindari
terjadinya perbedaan pengiriman bahan bakar ke setiap silinder.

Gambar 25. Penyamaan tekanan

e. Fuel cut solenoid


Sesuai dengan namanya, fuel cut solenoid berfungsi untuk membuka dan
menutup saluran bahan bakar yang berasal dari ruang dalam pompa menuju
pump plunger. Unit fuel cut solenoid terdiri atas; kumparan, pegas, dan
katup. Apabila kumparan tersebut dialiri arus, maka kumparan akan
menjadi magnet sehingga katup akan tertarik ke atas. Akibatnya saluran

18
terbuka sehingga bahan bakar yang ada di ruangan dalam pompa mengalir
menuju suction port yang ada di pump plunger.
Kondisi tersebut terjadi pada saat mesin hidup, karena fuel cut solenoid
terhubung dengan baterei melalui kunci kontak. Apabila kunci kontak di-
offkan, maka aliran arus ke fuel cut solenoid terputus sehingga
kemagnitannya hilang. Akibatnya katup bergerak ke bawah karena adanya
pegas pengembali sehingga aliran bahan bakar dari ruang pelampung
menuju suction port terhenti.

Gambar 26. Cara kerja fuel cut solenoid

f. Pump plunger dan spill ring


Pada pump plunger terdapat lubang-lubang antara lain; distribution port
(lubang distribusi) dan suction port (lubang pengisian). Jumlah lubang
pengisian sama dengan jumlah silinder, sedang jumlah distribution port
hanya satu. Komponen lain yang selalu berkaitan dengan pump plunger
adalah spill ring. Posisi spill ring terhadap pump plunger akan
mempengaruhi banyak sedikitnya bahan bakar yang disalurkan ke injektor.

Gambar 27. Plunger dan spill ring

Gambar berikut menunjukkan posisi spill ring terhadap pump plunger.


Banyak sedikitnya bahan bakar yang diinjeksikan tergantung posisi spill
ring terhadap pump plunger, karena akan mempengaruhi langkah efektif.

19
Apabila sipll ring bergerak ke kiri, maka akan memperkecil langkah efektif
(L), sehingga bahan bakar yang diinjeksikan semakin sedikit. Sebaliknya
jika spill ring digeser ke kanan, maka akan memperbesar langkah efektif
(L), sehingga bahan bakar yang diinjeksikan semakin banyak.
Mekanisme yang menggerakkan spill ring adalah pedal gas melalui
governor. Apabila pedal gas ditekan, maka spill ring akan bergerak ke
kanan sehingga langkah efektif semakin besar. Sebaliknya apabila pedal gas
dilepas, maka spill ring bergerak ke kiri sehingga langkah efektif semakin
kecil.

Gambar 28. Langkah efektif


g. Mechanical governor
Pada sistem bahan konvensional motor diesel, governor berfungsi untuk
mengatur putaran sesuai dengan beban mesin. Dengan adanya governor,
maka tugas operator akan lebih mudah karena tidak perlu merubah putaran
meskipun beban mesin selalu berubah-ubah. Konstruksi governor dapat
dilihat pada gambar berikut ini.

20
Gambar 29. Konstruksi governor
Apabila drive shaft berputar satu kali, governor shaft gear dan flyweight
holder berputar 1,6 kali. Pada flyweight holder terdapat empat buah bandul
(flyweight). Tegangan control spring selalu berubah-ubah seiring dengan
perubahan beban mesin sesuai dengan penekanan pedal gas. Susunan unit
governor lever terdiri atas: guide lever, control lever, dan tension lever.
Guide lever distabilkan oleh titik tumpu (fulcrum) D pada rumah governor.
Guide lever, control lever, dan tension lever dihubungkan pada titik tumpu
(fulcrum) A. Susunan dari governor lever menggerakkan spill ring ke kiri
atau ke kanan sesuai putaran dan beban mesin. Selanjutnya gerakan spill
ring tersebut akan mengatur banyak sedikitnya bahan bakar yang akan
diinjeksikan oleh pengabut.
Adapun cara kerja governor dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Saat starting
Apabila pedal gas ditekan, adjusting lever akan bergerak ke arah
posisi terbuka penuh. Tension lever tertarik oleh control spring
sehingga tension lever menyentuh stoper atas. Pada saat mesin
berhenti, bandul-bandul (flyweight) tidak bergerak dan control lever
menekan governor sleeve dengan tegangan ringan dari start spring, jadi
flyweight dalam keadaan menutup penuh. Pada kondisi tersebut,
control lever pada titik tumpu A berputar berlawanan arah jarum jam
dan menggerakkan spill ring ke arah posisi start.

21
Gambar 30. Governor saat starting
2) Saat idling
Setelah mesin hidup dan pedal gas dilepas, adjusting lever kembali
ke posisi idle. Pada posisi ini hampir tidak ada tegangan control spring
pada adjusting lever sehingga pada rpm rendah flyweight mengembang
ke arah luar. Idle spring dan damper spring menjadi mengkerut oleh
dorongan governor sleeve, sedangkan control lever dan tension lever
bergerak ke kanan. Dengan demikian control lever berputar searah
jarum jam pada titik tumpu A memposisikan spill ring pada posisi idle.

Gambar 31. Governor saat idling


3) Saat kecepatan maksimum
Apabila putaran mesin bertambah, dorongan flyweight menjadi lebih
besar dibanding tegangan control spring. Tension lever dan control
lever akan menyatu dan berputar searah jarum jam pada titik tumpu A.
Dengan demikian spill ring bergerak ke arah pengurangan bahan bakar
untuk mencegah engine overrun.

22
Gambar 32. Governor saat kecepatan tinggi

4) Saat beban penuh


Apabila pedal gas ditekan, adjusting lever bergerak ke posisi full dan
tegangan control spring menjadi lebih besar, damper spring mengkerut
penuh dan tidak bekerja. Tension lever akan menyentuh stoper atas dan
tetap tidak bergerak. Selanjutnya control lever didorong oleh governor
sleeve, control lever berhubungan dengan tension lever sehingga spill
ring mempertahankan pada posisi full load.

Gambar 33. Governor saat beban penuh

23
Pada mechanical governor juga dilengkapi dengan full set screw
yang fungsinya untuk penyetelan volume injeksi full load. Apabila full
set screw diputar searah jarum jam, maka guide lever akan berputar
berlawanan arah jarum jam dengan titik tumpu D sehingga control
lever yang diikatkan pada titik tumpu A akan bergerak berlawanan
jarum jam di sekitar titik tumpu D menggerakkan spill ring ke kanan
sehingga memperbanyak bahan bakar yang diinjeksikan ke dalam
silinder.

h. Automatic timer
Automatic timer pada sistem bahan bakar motor diesel berperan sebagai
sarana untuk memajukan saat injeksi pada putaran tinggi. Fungsinya sama
dengan centrifugal advancer dan atau vacuum advander sistem pengapian
pada motor bensin.

Gambar 34. Automatic timer

Komponen automatic timer terdiri atas: timer piston, timer spring,


dan slide pin. Pada gambar nampak bahwa putaran cam plate berlawanan
arah jarum jam, dengan demikian putaran plunger sama dengan putaran
cam plate. Sementara slide pin menghubungkan timer piston dengan roller
ring, sehingga jika timer piston bergerak maka roller ring juga ikut
bergerak.
Apabila tekanan bahan bakar dalam ruang pompa masih di bawah
tekanan timer spring, maka timer piston pada posisi paling kanan. Pada saat
putaran mesin dinaikkan, maka tekanan bahan bakar dalam ruang pompa
bertambah sehingga mampu menggerakkan timer piston ke kiri melawan

24
tekanan timer spring. Pada kondisi ini slide pin menggerakkan roller ring
searah jarum jam atau berlawanan dengan putaran cam plate. Akibatnya
bertemunya cam pada cam plate dengan roller ring lebih cepat, sehingga
saat injeksi lebih maju.
Apabila putaran mesin diturunkan, maka tekanan bahan bakar dalam
ruang pompa juga turun sehingga tekanan timer spring lebih besar
dibanding tekanan bahan bakar dalam ruang pompa. Akibatnya timer piston
bergerak ke kanan dan berakibat slide pin menggerakkan roller ring
berlawanan jarum jam atau searah dengan putaran cam plate sehingga
timing injeksi menjadi mundur.

25

Anda mungkin juga menyukai