Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

STATISTIK KESEHATAN

PENYAJIAN DATA MENGGUNAKAN TABEL DAN GRAFIK


DOSEN PEMBIMBING : Endang Uji Wahyuni, SKM., M.KM

Catur Puspawati, ST., M.KM.

Disusun Oleh:

KELOMPOK 3
1. Annisa Adila P23133116002
2. Mentari Nurfaya Jaelani P23133116023
3. Nabila Farhanah P23133116026
4. Rafi Fahdlurrahman Praba P23133116031
5. Sarah Hasna Aulia P23133116033

TINGKAT 3 PROGRAM STUDI DIV KESEHATAN LINGKUNGAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II
Jln. Hang Jebat III/F3 Kebayoran Baru Jakarta 12120 Telp. 021.7397641, 7397643
Fax. 021. 7397769 E-mail : info@poltekkesjkt2.ac.id Website : http://poltekkesjkt2.ac.id
TA. 2019
A. PENGERTIAN PENYAJIAN DATA
Penyajian data merupakan satu kegiatan dalam pembuatan laporan hasil penelitian yang
telah dilakukan agar dapat dipahami dan dianalisis sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Data yang disajikan harus sederhana dan jelas agar mudah dibaca. Penyajian data juga
dimaksudkan agar para pengamat dapat dengan mudah memahami apa yang kita sajikan
untuk selanjutnya dilakukan penilaian atau perbandingan, dan lain-lain.

B. PENYAJIAN DALAM BENTUK TULISAN


Penyajian dalam bentuk tulisan sebenarnya merupakan gambaran umum tentang
kesimpulan hasil pengamatan. Dalam bidang kedokteran, penyajian dalam bentuk tulisan
hanya digunakan untuk memberi informasi.
Penyajian dalam bentuk tulisan banyak digunakan dalam bidang sosial, ekonomi,
psikologi, dan lain-lain dan berperan sebagai laporan hasil penelitian kualitatif. Misalnya,
untuk mengetahui persepsi masyarakat tentang suatu produk yang telah dipasarkan atau
penerimaan, pendapat serta kepercayaan masyarakat terhadap suatu program pelayanan
kesehatan pada masyarakat atau keberadaan petugas kesehatan yang terdapat di daerah.

C. PENYAJIAN DALAM BENTUK TABEL


Penyajian dalam bentuk tabel merupakan penyajian data dalam bentuk angka yang
disususn secara teratur dalam kolom dan baris.
Penyajian dalam bentuktabel banyak digunakan pada penulisan laporan hasil penelitian
dengan maksud agar orang mudah memperoleh gambaran rinci tentang hasil penelitian yang
telah dilakukan.
Suatu tabel yang lengkap terdiri dari (1) nomor tabel, (2) judul tabel, (3) catatan
pendahuluan, (4) badan tabel, (5) catatan kaki, (6) sumber data.
1. Nomor Tabel
Bila tabel yang disajikan lebih dari satu maka hendaknya diberi nomor agar
mudah untuk mencari kembali bila dibutuhkan. Nomor tabel biasanya ditempatkan di
atas sebelah kiri sejajar dengan judul tabel.
2. Judul Tabel
Setiap tabel yang disajikan harus diberi judul karena dari judul tabel orang dapat
mengetahui tentang apa yang disajikan.
Kalimat pada judul tabel harus singkat, jelas, dan berisi keterangan tentang apa,
dimana, dan bagaimana. Judul harus konsisten dan menggambarkan isi tabel.
Tabel 6.1 Contoh tabel :
No.
Judul tabel
Catatan Pendahuluan
Judul
Judul kolom Jumlah
kompartemen
Judul Baris
Sel Badan tabel

Catatan kaki :
Sumber :
3. Catatan pendahuluan
Catatan pendahuluan biasanya diletakkan di bawah judul dan berfungsi sebagai
keterangan tambahan tentang tahun pembuatan tabel atau jumlah pengamatan yang
dilakukan.
4. Badan tabel
Badan tabel terdiri dari judul kolom, judul baris, judul kompartemen, dan sel.
5. Catatan kaki
Catatan kaki dimaksudkan untuk memberi keterangan terhadap singkatan atau
ukuran yang digunakan. Biasanya dengan memberi tanda yang sesuai dengan tanda
yang terdapat di kanan atas singkatan yang digunakan. Tanda yang biasa digunakan
dapat berupa * x dan lain-lain. Catatan kaki diletakkan di bawah kiri tabel.
6. Sumber data
Sumber data diletakkan di bagian kiri bawah (di bawah catatan kaki). Sumber
data ini mempunyai arti penting bila data yang kita sajikan berupa data sekunder.
Penulisan sumber data harus jelas dan lengkap, seperti dari mana data tersebut
diambil, oleh siapa, judul penyusunan dan penertbitnya serta penerbitan. Misalnya
diambil dari hasil penelitian berjudul Penigkatan Peran Petugas Kesehatan dalam
Memberikan Penerangan, dilakukan oleh bagian ketenagakerjaan Rumah Sakit X,
diterbitkan dalam buletin kesehatan vol. 3, No. 2, Maret 1998 halaman 32. Hal ini
dimaksudkan agar orang dapat mencari tabel aslinya.
 Bentuk-Bentuk Tabel
Bentuk tabel bermaam-macam, tetapi yang banyak digunakan adalah (1) tabel
berdasarkan fungsinya, (2) tabel kontingensi, (3) tabel berdasarkan penyusunan judul baris.
1. Tabel berdasarkan fungsinya
Tabel dapat digunakan untuk menyusun perencanaan dan dapat pula berfungsi
sebagai referensi atau memberikan penjelasan dalam penulisan laporan.
Tabel berdasarkan fungsinya bermacam-macam, antara lain adalah
a. Tabel sinopsis
Tabel ini berisi semua variabel yang akan dikumpulkan dan ditulis dalam
kolom dan baris dengan urutan yang sama. Tabel ini mempunyai arti penting dalam
perencanaan suatu penelitian karena dengan tabel sinopsis dapat diketahui jumlah
tabel yang dihasilkan dan variabel yang akan dicari hubungannya sehingga
memudahkan penulisan laporan.
Contoh :
Variabel-variabel dalam suatu penelitian yang akan dikumpulkan adalah sebagai
berikut.
1) Tingkat pendidikan
2) Jenis pekerjaan
3) Jumlah anak
4) Pertolongan persalinan
5) Pembuangan sampah
6) Kepemilikan rumah
7) Penghasilan keluarga
Dari tabel sinopsis di atas diperoleh sebanyak 21 buah tabel dan dari 21 tabel
tersebut dapat ditentukan variabel mana yang diperkirakan berhubungan. Misalnya,
hubungan antara variabel 1 dan 2, variabel 1 dan 3, dan seterusnya.
b. Tabel induk
Tabel ini berfungsi sebagai referensi. Oleh karena itu, tabel induk sering
disebut tabel referensi yang dapat diambil sebgaian dan disisipkan dalam penulisan
laporan.
Tabel 6.2 Tabel sinopsis
1 2 3 4 5 6 7
1
2
3
4
5
6
7

Pada tabel induk ini terdapat semua variabel yang dikumpulkan. Oleh karena
itu tabel ini tidak dapat digunakan untuk mengadakan perbandingan. Tabel induk
biasanya ditempatkan di belakang sebagai lampiran. Bentuk tabel induk secara
skematis dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel 6.3 Tabel induk

Jenis kelamin Pekerjaan Pendidikan Dsb


Golonga
n umur Laki Tan S
Perempuan Buruh Dagang Smp Smu
-laki i d

Jumlah

c. Tabel kerja
Tabel kerja ialah tabel yang menggambarkan beberapa variabel secara rinci.
Tabel ini berguna untuk mengadakan pembahasan lebih mendalam terhadap hasil
penelitian, mengadakan perbandingan antar variabel atau untuk memberikan
gambaran tentang adanya hubungan antara dua variabel.
Tabel ini diambil dari tabel induk atau gabungan dari beberapa tabel kerja.
Sesuai dengan fungsinya, tabel ini disisipkan dalam teks penulisan laporan sesuai
dengan topik bahasannya.
Biasanya tabel ini disusun berdasarkan progresivitas, tahun atau bergantung
pada kebutuhan. Dari tabel teks ini dapat dibuat tabel silang (cross table) untuk
mengetahui adanya hubungan antara dua variabel.
Contoh :
Tabel teks berupa tabel silang berfungsi untuk mengetahui adanya hubungan antara
tingkat pendidikan dengan jenis pekerjaan.
Tabel 6.4 Tabel teks
Tingkat Jenis pekerjaan
Buruh Tani Dagang Pengusaha
Tidak sekolah
SD
SMP
SMU
Perguruan Tinggi
lainlain
Jumlah

d. Tabel kontingensi
Tabel kontingensi disusun berdasarkan banyaknya baris dan kolom. Tabel ini
disajikan untuk memberikan gambaran hasik penelitian. Tabel ini juga banyak
digunakan dalam perhitungan statistik inferensial untuk pengujian hipotesis, misalnya
perhitungan menggunakan uji “t” atau X2 , dll.
Tabel ini dapat dinamakan sesuai dengan banyaknya baris dan banyaknya
kolom sehingga dikenal tabel 2x2 atau 3x3, dan lain-lain.
Dibawah ini akan diberikan beberapa contoh bagan tabel kontingensi.
Contoh :
1) Tabel dengan 2 baris dan 2 kolom disebut tabel 2x2
2) Tabel dengan 2 baris dan 3 kolom disebut tabel 2x3
3) Tabel dengan 3 baris dan 3 kolom disebut tabel 3x3

2. Tabel berdasarkan penyusunan judul baris


Tabel ini bermacam-macam dan tergantung data yang tersedia dan kebutuhan
penyajian data. Tabel dapat disusun sebagai berikut.
a. Menurut abjad
b. Menurut geografis
c. Berdasarkan perkembangan waktu
d. Berdasarkan besarnya angka
e. Berdasarkan kelaziman
f. Berdasarkan tingkatan
Tabel 6.5 Tabel kontingensi 2 x 2

Judul Kolom Jumlah


Judul Baris
Jumlah
Tabel 6.6 Tabel kontingensi 2 x 3

Judul Kolom Jumlah


Judul Baris

Jumlah

Tabel 6.6 Tabel kontingensi 3 x 3

Judul Kolom Jumlah


Judul Baris

Jumlah

a. Penyusunan judul baris menurut abjad


Table yang disusun menurut abjad dimaksudkan untuk memudahkan pencarian
kembali table yang dibutuhkan. Oleh karena itu, table ini banyak terdapat pada table
induk.
Tabel ini dapat digunakan sebagai referensi, tetapi tidak dapat digunakan
untuk perbandingan.
b. Penyusunan judul baris menurut geografis
Tabel ini bertujuan untuk mengetahui keadaan berbagai daerah. Oleh karena
itu, table yang disusun menurut geografis banyak dikeluarkan oleh instansi
pemerintah, seperti biro pusat statistic.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa table ini tidak efisien untuk
digunakan sebagai table induk maupun table kerja.

c. Penyusunan tabel berdasarkan perkembangan waktu


Tabel ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui perkembangan yang terjadi
bersamaan berjalannya waktu. Perkembangan tersebut dapat berupa perubahan alami
atau perubahan yang disebebkan oleh intervensi manusia. Misalnya, untuk
mengetahui perkembangan atau pertumbuhan penduduk kota atau untu mengetahui
hasil program kesehatan.
Tabel perkembangan ini banak disisipkan dalam teks penulisan laporan.
Misalnya, untuk mengetahui perkembangan program KB selama 5 tahun yang terjadi
di suatu daerah.
Tabel 6.8 Jumlah Akseptor KB di daerah A 1990 – 1994
Tahun Jumlah akseptor
1990 245
1991 267
1992 578
1993 498
1994 324
Jumlah 2.012

Dari tabel diatas terlihat bahwa penekanan terletak pada waktu (tahun). Oleh
karena itu, tahun ditulis di sebelah kiri tabel.
d. Penyusunan tabel berdasarkan besarnya angka
Penyusunan angka dapat dilakukan dari angka terkecil sampai angka terbesar
atau sebaliknya bergantung pada focus pembahasan. Penulisan angka diletakkan di
kiri table.
Dalam bidang kedokteran, bentuk table ini dapat digunakan untuk
mendapatkan gambaran distribusi penyakit. Misalnya, distribusi penyakit menurut
jenis kelamin.
Tabel 6.9 Distribusi Penyakit Menurut Jenis Kelamin
Jenis kelamin
Jenis kelamin Jumlah
Laki-laki Wanita
Saluran napas 825 415 410
Saluran pencernaan 730 400 330
Penyakit kulit 254 200 54
Penyakit mata 100 85 15
Jumlah 2.089 1.260 829
Penilaian :
Dari tabel di atas dapat diketahui jenis penyakit yang terbanyak adalah penyakit
saluran napas dan penderita terbanyaknya adalah laki-laki.
Table ini dapat digunakan untuk hal-hal berikut ini.
 Penyusunan prioritas
 Mengajukan usulan kebutuhan obat atau alat yang dibutuhkan
e. Penyusunan berdasarkan kelaziman
Penyusunan ini didasarkan atas kezaliman. Oleh karena itu, tidak terdapat
ketentuan yang baku, misalnya untuk penulisan jenis kelamin laki-laki ditempatkan
dahulu daripada wanita.
f. Penyusunan berdasarkan tingkatan
Misalnya, penyusunan tingkat pendidikan diawali dari pendidikan yang
terendah sampai yang tertinggi.

D. PENYAJIAN DATA DALAM BENTUK GRAFIK


Grafik merupakan salah satu bentuk penyajian data statistic yang banyak dilakukan
dalam berbagai bidang karena penyajiannya lebih menarik dan lebih mudah dipahami. Hal-
hal yang kurang jelas dalam tabel akan lebih jelas bila disajikan dalam bentuk grafik.
Misalnya untuk mengetahui kecenderungan dan mengadakan perbandingan.

 Manfaat Grafik
1. Membandingkan beberapa variabel, beberapa kategori dalam variabel atau satu
variabel pada waktu dan tempat yang berbeda.
2. Meramalkan perubahan yang terjadi dengan berjalannya waktu.
3. Mengetahui adanya hubungan dua variabel atau lebih.
4. Memberikan penerangan pada masyarakat.

 Kerugian
1. Penyajian dalam bentuk grafik harus menarik karena pembuatan grafik merupakan
seni hingga tidak semua orang dapat membuat grafik yang menarik.
2. Grafik memberikan keterangan yang tidak rinci.
3. Grafik harus dibuat dengan benar karena pembuatan grafik yang salah atau
perhitungan yang salah mengakibatkan penilaian yang salah.
4. Informasi yang disajikan terbatas.
5. Kehilangan informasi secara rinci. Untuk mengatasinya, dapat dilakukan dengan
menyediakan tabel sebagai referensi.

 Pedoman Pembuatan Grafik


1. Grafik terdiri dari dua sumbu, yaitu sumbu horizontal yang disebut absis atau sumbu X
dan sumbu vertikal yang disebut ordinat atau sumbu Y.
Variabel independen diletakkan pada sumbu X dan variabel dependen pada sumbu
Y.
2. Jenis kertas yang digunakan untuk menggambar grafik sebaiknya kertas biasa atay
semilogaritme, bergantung pada data yang ada.
3. Ukuran kertas yang digunakan tidak ada ketentuan yang baku, tetapi hendaknya dipilih
sedemikian rupa agar grafik yang digambar menjadi menarik.
4. Penggambaran absis dan ordinat. Lazimnya panjang ordinat 60 – 70% panjang absis
atau absis sama panyang dengan ordinat. Bila ukuran tersebut terbalik, dapat
menimbulkan kesan yang salah. Demikian pula dengan skala yang digunakan haruslah
seimbang karena data yang sama dapat menghasilkan grafik yang berbeda.
5. Sebaiknya tidak menuliskan angka dalam grafik, kecuali bila angka yang dihasilkan
terlalu besar hingga gambar ordinat terlalu panjang maka tinggi ordinat dapat
dipatahkan kemudian ditulis angka.
6. Grafik harus diawali dari titik nol agar tidak terjadi kesalahan interpretasi.

 Beberapa Ketentuan dalam Penyajian Grafik


1. Judul grafik hendaknya ditulis dengan jelas, singkat, dan sederhana. Judul grafik dapat
diletakkan di bagian atas atau bagian bawah grafik.
2. Bentuk grafik. Disesuaikan dengan data yang ada. Kalau terdapat dua bentuk yang
dapat digunakan, pilih yang hasilnya menarik.
3. Pembuatan grafik harus menarik dan bila perlu dapat diberi warna, diarsir atau titik-
titik.
4. Pemberian warn ajangan terlalu banyak hingga akan membingungkan dan menjadi
kurang menarik.
5. Keterangan. Bila terdapat keterangan yang diperlukan maka dapat dituliskan di bawah
grafik atau di dalam grafik, asalkan tidak mengganggu keutuhan grafik.

E. MACAM – MACAM GRAFIK


Dalam penyajiannya, bentuk grafik dapat bermacam-macam, yaitu berdasarkan
bentuknya dan berdasarkan fungsinya.
Berdasarkan bentuknya, grafik dapat dibagi menjadi
1. grafik batang (bar diagram),
2. grafik lingkaran (pie diagram),
3. grafik garis (line diagram),
4. grafik titik-titik (diagram pencar = scattered diagram),
5. grafik model (piktogram), dan
6. grafik peta (map diagram).
Berdasarkan fungsinya, grafik dapat dibagi menjadi
1. perbandingan,
2. kecenderungan, dan
3. penerangan.

1. Grafik Batang (Bar Diagram)


Grafik batang ialah grafik yang berbentuk batang yang penilaiannya dilakukan
berdasarkan tinggi batang. Banyak digunakan di sarana pelayanan kesehatan karena
pembuatannya mudah dan sederhana.
Grafik batang dapat digunakan untuk mengadakan perbandingan beberapa variabel
dalam waktu dan tempat yang sama atau satu variabel dalam waktu dan tempat yang berbeda.
Dalam pembuatan grafik batang terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, seperti
berikut.
a) Batang dapat digambar tegak atau melintang. Pada umumnya, grafik batang
digambarkan tegak (vertikal) bila variabel akan yang akan digambar merupakan kata
yang pendek dan sebaliknya, bila variabel dengan kata yang panjang maka grafik
batang digambar melintang (horisontal).
Contoh 1:
Angka kelahiran per 1000 penduduk di daerah A dan B.
Grafik 6.1 Angka kelahiran di desa A dan desa B

40

30

0/00 20
10

0
A B

Grafik 6.2 Distribusi penyakit hepar di RS X


Hepatitis ...

Hepatitis kr...

Sirosis hep...

Frekuensi

b) Antara dua batang terdapat ruang antara. Sebaiknya ruang antara lebih sempit daripada
batang.
c) Lebar batang harus sama dan seimbang agar tidak menimbulkan interpretasi yang salah.
d) Penggambaran batang harus dimulai dari titik nol.
e) Keterangan atau frekuensi sebaiknya tidak dicantumkan di dalam atau di atas batang
kecuali bila frekuensi terlalu besar hingga gambar batang menjadi terlalu panjang maka
gambar batang dapat dipatahkan dan dicantumkan frekuensi atau jumlah di atas batang.
Contoh: Jumlah penderita yang dirawat selama satu tahun.
Grafik 6.3 Distribusi penderita yang dirawat selama satu tahun

f) Batang dapat digambar berimpitan untuk menggambarkan kategori dalam satu variabel
atau batang, berikutnya merupakan data kontinu.
Dalam kondisi seperti di atas, batang dapat digambar bersusun. Untuk kategori yang
berbeda dapat diberi warna, diarsir atau titik-titik, seperti pada grafik 6.4.
Grafik 6.4 Status gizi balita desa A (n = 100)
35

30

25 25
gizi baik
20
gizi 20
sedang
15
15

10
10
5
5
0
1979
0/0- 1980 0

a. Grafik Batang Proporsional


Bila data yang akan digambarkan grafiknya dinyatakan dalam proporsi atau persen maka
grafik batang demikian disebut Grafik Batang Proporsional (Proportional bar diagram).
Grafik ini digunakan untuk mengadakan perbandingan secara relatif.
Contoh :
Kita ingin membandingkan angka kelahiran desa A dan B. pada tahun 1988 angka
kelahiran di desa A sebanyak 20 orang dan 5 di antaranya adalah wanita, sedangkan angka
kelahiran di desa B sebanyak 40 orang dan 10 diantaranya adalah wanita.
Bila perbandingan dilakukan dengan grafik batang biasa dan kita membandingkan secara
absolut maka tampak seolah-olah kelahiran bayi wanita di desa B lebih banyak daripada di
desa A.
Bila digambar dalam bentuk grafik batang proporsional maka akan tampak bahwa
kelahiran bayi wanita di desa A sama dengan di desa B.
Grafik 6.5 Proporsi kelahiran bayi wanita di desa A dan B

Penggambaran grafik batang proporsional diawali dengan titk yang sama yaitu 100%.
Oleh karena itu, dalam pembacaan harus teliti agar tidak menimbulkan kesalahan seolah-olah
jumlah kelahiran di desa A sama dengan jumlah kelahiran di desa B.
b. Histogram
Histogram merupakan grafik batang yang disusun secara teratur dan berimpitan satu
dengan yang lain tanpa ruang antara.
Grafik ini diperoleh dari data kuantitatif yang kontinu dalam bentuk distribusi frekuensi.
Lebar setiap batang merupakan proporsi dari seluruh batang.
Tinggi batang menyatakan frekuensi yang terdapat dalam kelas interval yang
bersangkutan hingga luas setiap batang merupakan proporsi dari seluruh luas histogram, di
mana luas seluruh histogram sama dengan 1.0 atau 100%. Oleh karena itu, histogram disebut
sebagai diagram luas. Bila distribusi frekuensi dinyatakan dalam frekuensi relatif pada setiap
batang maka disebut histogram frekuensi relatif.
Bentuk histogram frekuensi relatif sama dengan histogram frekuensi absolut karena
setiap batang pada kedua histogram tersebut merupakan proporsi dari seluruh luas batang
histogram.
Histogram banyak digunakan untuk membandingkan frekuensi yang terdapat dalam
interval kelas dan untuk mengetahui pada interval kelas mana terdapat frekuensi terbesar dan
terkecil.

 Pedoman pembuatan histogram


1) Dalam menggambar batang sebaiknya digunakan tepi kelas agar semua nilai dapat
masuk ke dalam kelas interval tersebut.
2) Batang dalam histogram dapat pula digambar berdasarkan nilai tengah setiap interval
kelas.
3) Tidak ada kelas terbuka dalam distribusi frekuensi.
Contoh: Distribusi frekuensi menurut golongan umur
Tabel 6.10 Distribusi frekuensi golongan umur
Umur Frekuensi
15 – 19 14,5 – 19,5 2
20 – 24 19,5 – 24,5 5
25 – 29 24,5 – 29,5 11
30 – 34 29,5 – 34,5 6
35 – 39 34,5 – 39,5 3
40 – 44 39,5 – 44,5 3
Jumlah 30

Grafik 6.6 Histogram distribusi frekuensi menurut golongan umur


c. Frekuensi Poligon
Bila titik-titik tengah dari batang dalam histogram dihubungkan satu dengan yang lain
maka akan menghasilkan frekuensi poligon.
Frekuensi poligon digunakan untuk membandingkan beberapa grafik . oleh karena itu,
grafik frekuensi poligon tidak disertai dengan grafik histogramnya.
Grafik 6.7 Frekuensi poligon

2. Grafik Lingkaran (Pie Diagram)


Merupakan grafik yang disajikan dalam bentuk lingkaran. Lingkaran dapat digambar
dalam 3 dimensi sehingga menyerupai kue, karena itu disebut pie diagram.
Grafik lingkaran digunakan untuk membandingkan secara relatif kategori-kategori
dalam satu variabel.
Ketentuan dalam pembuatan gambar
a) Besar lingkaran harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak terlalu besar dan tidak
terlalu kecil agar enak dipandang.
b) Kategori yang dibandingkan tidak banyak, biasanya 4-6 kategori.
c) Sudut segmen tidak terlalu kecil agar dapat dibedakan dengan jelas.
d) Tiap segmen dapat diberi warna.
e) Besarnya segmen harus menggambarkan presentase yang sesuai.
Contoh:
Tabel 6.11 Distribusi frekuensi penyakit
Jenis Penyakit Jumlah
Penyakit saluran napas 500
Penyakit saluran pencernaan 200
Penyakit kulit 200
Penyakit mata 50
Lain-lain 50
Jumlah 1000

Cara menggambar grafik lingkaran


a) Ubahlah frekuensi tiap penyakit menjadi persen.
b) Ubahlah persentase menjadi derajat dengan cara: persen x 360
c) Gambarkan setiap penyakin sesuai dengan derajat yang dihasilkan
Perhitungan:
Peyakit saluran napas : 500/1000 x 100 = 50%
Penyakit saluran pencernaan : 200/1000 x 100 = 20%
Penyakit kulit : 200/1000 x 100 = 20%
Penyakit mata : 50/1000 x 100 = 5%
Lain-lain : 50/1000 x 100 = 5%
Hasil persen diubah menjadi derajat
Peyakit saluran napas : 50/100 x 360˚ = 180˚
Penyakit saluran pencernaan : 20/100 x 360˚ = 72˚
Penyakit kulit : 20/100 x 360˚ = 72˚
Penyakit mata : 5/100 x 360˚ = 18˚
Lain-lain : 5/100 x 360˚ = 18˚
Grafik 6.8 Distribusi frekuensi relatif berbagai penyakit
5%
5%

20% 1
50% 2
3
4
5

20%

3. Grafik Garis (Line Diagram)


Penyajian data dalam bentuk garis. Berikut adalah contoh-contoh tentang macam-
macam grafik garis.
a. Grafik Garis Proporsional
Grafik garis yang dinyatakan dalam persen. Grafik ini dapat digunakan untuk
mengadakan perbandingan beberapa variabel atau perubahan satu variabel yang terjadi
dengan berjalannya waktu.
Dengan grafik ini perbandingan akan tampak lebih jelas daripada perbandingan secara
absolut.
Contoh:
Perbandingan persentase penurunan angka angka kematian ibu dan angka kematian bayi di
bawah ini merupaka contoh grafik garis lurus.
Grafik 6.9 Persentase penurunan kematian ibu dan anak

100
90
80
70
60
0/0 50
40
30
20
10
0
1990 1991 1992 1993 1994
Tahun

Dari grafik di atas tampah bahwa penurunan angka kematian ibu lebih besar daripada
penurunan angka kematian bayi.
Perhatian:
Kedua variabel digambar pada titik awal yang sama (100%) hingga dapat menimbulkan
kesan seolah-olah angka kematian ibu sama dengan angka kematian bayi.

b. Grafik Frekuensi Kumulatif


Grafik ini disebut “Ogive”. Ogive dihasilkan dari data frekuensi distribusi kumulatif
dan digunakan untuk mengetahui posisi individu dalam suatu kelompok.
Contoh:
Distribusi frekuensi kumulatif tekanan darah sistolik dari 50 orang.
Tabel 6.12 Distribusi frekuensi kumulatif tekanan darah sistolik (n = 50)
Tekanan darah Sistolik Frekuensi kumulatif
Frekuensi
(mmHg) < batas atas
Penyakit saluran napas 500
Penyakit saluran pencernaan 200
Penyakit kulit 200
Penyakit mata 50
Lain-lain 50
Jumlah 1000

Grafik berikut ini merupakan contoh grafik garis ogive dari table di atas.
Grafik 6.10 Distribusi frekuensi kumulatif tekanan darah sistolik

c. Grafik Garis Patah-patah


Banyak dijumpai pada grafik deret berkala yang digunakan untuk mengetahui
perubahan yang terjadi dengan berjalannya waktu.
Contoh:
Jumlah kasus gastroenteritis per bulan yang terjadi di suatu daerah.
Grafik 6.11 Distribusi kasus gastroenteritis di daerah X per bulan selama satu tahun

Penilaian
Dengan grafik patah-patah maka perubahan yang terjadi setiap bulan akan tampak lebih
jelas jika dibandingkan dengan garis lurus atau lengkung, tetapi bila kita ingin mengetahui
perubahan secara menyeluruh maka grafik garis lurus akan tampak lebih jelas dari pada garis
patah-patah.

d. Grafik garis lengkung (Kurva)


Kurva merupakan grafik yang dihasilkan secara teoritis. Dalam praktiknya, kurva yang
ada merupakan hasil penghalusan, misalnya suatu histogram dengan kelas interval yang
sangat kecil hingga membentuk suatu kurva.
Bentuk kurva bermacam-macam, secara garis besar dapat dibagi berdasarkan
simetrisitas, berdasarkan tinggi puncak, berdasarkan banyak puncak, dan berdasarkan bentuk.
 Berdasarkan Simetrisitas
1) Kurva simetris
2) Kurva asimetris
 Berdasarkan Tinggi Puncak
1) Kurva normal (mesokurtik)
2) Kurva Leptokurtik
3) Kurva Platikurtik
 Berdasarka Jumlah Puncak
1) Kurva unimodal
2) Kurva bimodal
3) Kurva multimodal
 Berdasarkan Bentuk
1) Kurva Bentuk J
2) Kurva Bentuk L
 Berdasarkan Simetrisitas
a. Kurva simetris
Dikatakan kurva simetris bila kurva dapat dibagi menjadi dua bagian yang
sama dan sebangun. Kurva ini dihasilkan dari distribusi teoritis atau dihasilkan
dari pengamatan yang sangat banyak.
Contoh : Kurva normal, kurva leptokurtik dan kurva platikurtik.
b. Kurva asimetris
Kurva asimetris disebut juga kurva miring. Kemiringannya ditentukan oleh
kaki kurva. Bila kaki kurva terletak disebelah kanan maka dikatakan miring
kekanan atau skew positive, sedangkan bila kaki kurva terletak dikiri maka
disebut kurva miring ke kiri atau skew negative.
Kurva miring ke kanan terjadi bila dalam suatu distribusi frekuensi dimana
nilai yang kecil memiliki frekuensi yang besar dan semakin besar nilai yang
dihasilkan maka semakin kecil frekuensinya. Sebaliknya, kurva dengan
kemiringan ke kiri terjadi bila nilai yang kecil mempunyai frekuensi yang kecil
dan semakin besar nilai yang dihasilkan semakin besar pula frekuensinya.

Grafik 6.12a Kurva Miring ke kanan (skew positive)

Grafik 6.12b Kurva Miring ke kiri (skew negative)

 Berdasarkan Tinggi Puncak


a. Kurva normal = Mesokurtik
Kurva nomal disebut juga kurva Gauss karena bentuk kurva ini mula-mula
dipopulerkan oleh Fredrich Gauss.
Kurva normal mempunyai ciri-ciri sebagai berikut ;
1. Grafik terletak diatas absis
2. Simetris berbentuk lonceng
3. Dihasilkan dari jumlah observasi yang sangat banyak
4. Mempunyai satu puncak
5. Dihasilkan dari data kontinu
6. Luas seluruh kurva sama dengan 1,0 atau 100%
7. Grafik mendekati sumbu X pada penyimpangan 3 SD
8. Bila kaki kurva diperpanjang maka tidak akan menyentuh absis
9. Luas 1 SD = 68%, 2 SD = 95,5% dan 3 SD = 99,7% dari seluruh luas
kurva

Grafik 6.13 Kurva normal = mesokurtik

b. Kurva Leptokurtik
Kurva ini merupakan kurva simetris dengan puncak yang tinggi. Biasanya
kurva ini diperoleh dari distribusi dengan rentang yang kecil atau dari distribusi
dengan nilai ekstrem pada nilai kecil atau besar.
Grafik 6.14 Kurva leptokurtik
c. Kurva Platikurtik
Kurva ini merupakan kurva yang simetris dengan puncak yang rendah.
Grafik 6.15 Kurva platikurtik

 Berdasarka Jumlah Puncak


Grafik unimodal, Bimodal, dan Multimodal
Dikatakan kurva unimodal bila kurva hanya mempunyai satu puncak dan bila
mempunyai dua puncak disebut bimodal dan kurva dengan banyak puncak dinamakan
kurva multi modal
Grafik 6.16 Unimodal

Grafik 6.17 Bimodal


Grafik 6.18 Multimodal

 Berdasarkan Bentuknya
Berdasarkan bentuknya. Kurva dibagi menjadi dua, yaitu bentuk J dan bentuk I.
Grafik 6.19 Kurva berbentuk J

Grafik 6.20 Kurva berbentuk L

4. Diagram Pencar (Scattered Diagram)


Grafik pencar atau scattered diagram dihasilkan dari titik-titik koordinat dan merupakan
grafik kolerasi atau grafik kecenderungan karena digunakan untuk mengetahui hubungan
antara dua variabel yang berpasangan.

a. Cara menggambar
Untuk menggambar grafik pencar dapat dilakukan dengan menentukan titik-titik
pertemuan antara dua variabel yang berpasangan yang disebut titik koordinat dan berbagai
titik koordinat tersebut dihubungkan sehingga membentuk grafik garis.
b. Penilaian
Bila garis yang terbentuk berupa garis lurus maka dikatakan grafik korelasi sederhana
atau korelasi linier. Garis linier yang bergerak dari kiri bawah ke kanan atas disebut korelasi
positif dan garis korelasi bergerak dari kiri atas ke kanan bawah disebut korelasi negatif.
Bila garis korelasi merupakan garis horisontal maka dikatakan bahwa kedua variabel
tidak mempunyai hubungan linier atau korelasi linier sama dengan nol.
Grafik 6.21 Grafik korelasi positif Grafik 6.22 Grafik korelasi negative

Grafik 6.23 Grafik korelasi 0

Bila pada grafik pencar perubahan pada absis diikiuti perubahan ordinat yang sama atau
perubahan dengan proporsi yang tetap maka semua titik-titik ordinat yang dihasilkan akan
terletak pada satu garis lurus yang disebut korelasi sempurna.

Grafik 6.24 Grafik korelasi sempurna


Bila titik-titik koordinat tidak membentuk pola tertentu mungkin variabel-variabel
tersebut tidak mempunyai korelasi.

Grafik 6.25 Tidak mempunyai korelasi

5. Grafik Model (Piktogram)


Grafik ini berbentuk gambar yang menyerupai bentuk aslinya. Oleh karena itu disebut
dengan grafik model.
Grafik model banyak digunakan untuk memberi penerangan kepada masyarakat.
Misalnya, untuk menggambarkan jumlah penduduk maka dgambar bentuk orang.\grafik ini
harus dibuat sedemikian rupa agar menarik perhatian orang.
Contoh :
Jumlah penduduk desa A yang terdiri dari 5.000 orang wanita dan 6.000 orang laki.laki.

Grafik 6.26 Jumlah penduduk desa A


6. Grafik Peta (Map Diagram)
Grafik ini berupa peta, biasa terdapat pada instansi yang mempunyai wilayah kerja,
seperti puskesmas, desa, dan kecamatan.
Grafik ini digunakan untuk mengetahui hal-hal berikut :
a) Batas desa
b) Lokasi, misalnya puskesmas, kantor desa atau kantor kecamatan
c) Grafik peta ini juga digunakan untuk menyatakan letak suatu produksi daerah atau
tempat permukiman penduduk
d) Dan lain-lain
Contoh :
Gambar Peta Wilayah Kerja Puskesmas desa X

Gambar 6.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas desa X


DAFTAR PUSTAKA
Budianto, Eko., 2001; Biostatistik Kedokteran Dan Kesehatan Masyarakat; cetakan pertama,
Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai