A. PENDAHULUAN
Pelayanan kefarmasian merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan termasuk didalamnya pelayanan kefarmasian
di puskesmas yang merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten atau kota. Dengan makin kompleksnya upaya
pelayanan kesehatan khususnya masalah obat, telah menuntut kita untuk memberikan perhatian terhadap obat-obatan yang ada di
puskesmas salah satunya adalah mengenai masa kadaluarsa obat demi memberikan pelayanan yang optimal dan keselamatan serta
kepuasan pasien.
B. LATAR BELAKANG
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Inovasi adalah pemasukan atau pengenalan hal-hal baru, pembaharuan,
penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya. Kata kuncinya adalah hal yang baru,
pembaharu dan penemuan baru. Kegiatan inovatif yang fungsinya sebagai penunjang kegiatan pokok yang sudah ada. Disamping
sebagai penunjang, kegiatan ini juga dapat dijadikan sebagai tolak ukur kegiatan-kegiatan yang sudah berjalan sebelumnya salah
satunya dalam pelayanan kefarmasian.
Pelayanan kefarmasian/terapi pengobatan bertujuan untuk tercapainya ’therapeutic outcome’ yaitu peningkatan kualitas hidup
pasien dengan risiko seminimal mungkin. Namun,terdapat risiko yang berkaitan dengan penggunaan obat baik yang diketahui ataupun
tidak. Kejadian atau bahaya yang dihasilkan dari risiko tersebut didefinisikan sebagai ‘drug misadventure’, dalam hal ini termasuk
’medication error’. Menurut National Coordinating Council for Medication Error Reporting and Preventing (NCCMERP),
’medication error’ adalah pemakaian obat yang tidak tepat dan menimbulkan kerugian pada pasien, walaupun pengobatan tersebut
berada dalam pengawasan profesional kesehatan, pasien dan konsumen. Hal ini menjadi masalah di seluruh dunia yang terjadi sebagi
akibat dari kesalahan manusia atau lemahnya sistem yang ada. Terkait dengan permasalahan ini, pemakaian obat kadaluarsa
merupakan salah satu bentuk dari ’medication error’.
Kadaluarsa obat didefinisikan sebagai berakhirnya batas aktif dari obat yang memungkinkan obat menjadi kurang aktif atau
menjadi toksik (beracun). Penggunaan obat kadaluarsa (’deteriorated drug error’) dapat mengancam keselamatan jiwa, mengacaukan
diagnosa penyakit, menimbulkan/meningkatkan kasus resistensi (untuk antibiotik) dan meningkatkan biaya pengobatan. Hal ini
sebenarnya merupakan hal yang tidak perlu terjadi, akan tetapi untuk mengetahui masa kadaluarsa obat sering kali mengalami kendala
salah satunya yaitu karena gudang farmasi dan apotek yang sempit sehingga penataan obat yang tidak teratur dan tidak berdasakan
pengelompokan obat sehingga petugas kesulitan untuk mengetahui masa kedaluarsa obat dan hal tersebut dapat mempengaruhi
kelancaran dalam pelayanan obat di puskesmas.
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mengembangkan program UKP
2. Tujuan Khusus
a. Mempermudah petugas untuk mengetahui masa kadaluarsa obat
b. Untuk meningkatkan kelancaran pelayanan obat
c. Untuk meningkatkan keselamatan pasien di puskesmas
D. MANFAAT
1. Memudahkan petugas mengetahui masa kadaluarasa obat
2. Obat tersusun lebih rapi dan berwarna karena ada stiker warna warni sebagai penanda masa kadaluarsa obat
G. SASARAN
1. Obat
2. Gudang obat
3. Ruang farmasi (apotek)
H. JADWAL PELAKSAAN KEGIATAN
Pelaksanaan program inovasi waktu tobat
Bulan Maret 2020
n kegiatan 20 21 22 24 25 26 27 28 29 1 Juni 2 3
o Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Juni Juni
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Melihat masa kadaluarsa setiap
obat di apotek dan gudang obat
3. Menentukan warna stiker
untuk penanda masa
kadaluarsa obat (misalnya
masa kadaluarsa obat bulan
Januari 2021 diberi stiker
warna hijau dan seterusnya)
4. Menempelkan stiker berwarna
pada setiap obat sesuai dengan
masa kadaluarsa obat
5. Obat yang mendekati masa
kadaluarsa ditempatkan di
depan
6. Menempatkan obat sesuai
dengan golongan obat
7. Menentukan tempat yang
mudah dilihat untuk stiker
berwarna sebagai acuan untuk
melihat penanda masa
kadaluarsa obat
8. Menempelkan stiker berwarna
penanda acuan masa
kadalaurasa obat pada tempat
yang ditentukan sebelumnya
I. SUMBER BIAYA
Dibiayai oleh BOP (Bantuan Operasional Puskesmas)