Anda di halaman 1dari 35

BAB I

Rangkaian Arus Searah

A. Besaran Listrik Arus Searah


Dalam ilmu fisika listri di bagi menjadi dua yaitu listrik dinamis dan listrik statis. Listrik
dinamis adalah listrik yang mengalir sedang listrik statis berarti yang diam. Dalam listrik dinamis
juga di kelompokan menjadi dua yaitu listrik arus searah (DC) dan listrik arus bolak balik. Yang
akan kita bahas terlebih dahulu adalah listrik arus searah. Listrik arus searah berarti listrik yang
mengalir dalam satu arah. Besaran – besaran yang terdapat dalam arus searah adalah kuat arus
(I), beda potensial (V) dan hambatan (R).

Elektron yang mengalir dari potensial rendah ke potensial tinggi yang sering di sebut
dengan arus electron.

Arus elektron

Arus listrik adalah aliran muatan positif pada suatu penghantar dari potensial tinggi ke
potensial rendah dalam rangkaian tertutup.dari pengertian tersebut besaran yang dapat terukur
adalah kuat arus listriknya.

Kuat arus listrik didefinisikan banyaknya muatan positif yang mengalir pada suatu
penghantar tiap satuan waktu. Berdasarkan dari definisi tersebut maka kuat arus listrik dapat di
hitung dengan persamaan:

I = Q/t

Dimana: I = kuat arus (A)

Q = muatan listrik (c)


T = waktu (s)

Jika yang mengalir dalam penghatar adalah electron maka besar kuat arusnya adalah:

I = n Q​e /​ t

Dimana: n = banyaknya electron

Q​e ​= muatan electron ( 1,6 x 10​-19​ C)

B. Hukum Ohm

Masih ingat dengan hukum Ohm? Sewaktu di SMP kalian telah belajar tentang hukum
Ohm. Hukum ini mempelajari tentang hubungan kuat arus dengan beda potensial ujung-ujung
hambatan. ​George Simon Ohm ​(1787-1854), inilah nama lengkap ilmuwan yang pertama kali
menjelaskan hubungan kuat arus dengan beda potensial ujung-ujung hambatan. Seperti
penjelasan di depan, jika ada beda potensial antara dua titik dan dihubungkan melalui
penghantar maka akan timbul arus listrik. Penghantar tersebut dapat diganti dengan resistor
misalnya lampu. Berarti jika ujung-ujung lampu diberi beda potensial maka lampu itu dialiri arus.
Perhatikan berikut hasil percobaan di bawah ini! Dalam eksperimennya, Ohm menemukan
bahwa setiap beda potensial ujung-ujung resistor R dinaikkan maka arus yang mengalir juga
akan naik. Bila beda potensial diperbesar ternyata kuat arusnya juga bertambah besar. Suatu
contoh hasil percobaan yang dilakukan ditunjukkan pada tabel di bawah.

Tabel Tegangan (V) dan kuat arus (I) pada resistor

Tegangan V Kuat arus I

(Volt) (Ampere)

16 0,8

12 0,6

8 0,4
4 0,2

Perubahan antara kuat arus dan beda potensial dilukiskan seperti pada grafik berikut.

grafik hukum ohm

Jika percobaan diulang untuk resistor lain, maka grafik V terhadap I juga berbentuk garis lurus
condong ke atas dan melalui titik asal 0, tetapi dengan kemiringan (tan a) yang berbeda. Dari
grafik di atas dapat disimpulkan bahwa besar kuat arus sebanding dengan beda potensial.
Hubungan ini dapat dirumuskan:

Agar kesebandingan di atas sama, Ohm menggunakan konstanta perbandingannya sebesar R (


resistivitas = hambatan ), sehingga di peroleh persamaan sebagai berikut.

V = I.R

Persamaan inilah yang kemudian dikenal sebagai hukum Ohm

dengan

R = besar hambatan (ohm).

Satuan hambatan dalam SI adalah volt per ampere ​(​V/A​) ​atau disebut ohm. Jadi, 1 ohm = 1 volt
per ampere ​(​V​/​A​).

Contoh

1. Di dalam suatu rangkaian tertutup, sebuah hambatan sebesar 3 Ω di rangkai dengan sumber
tegangan 9 V. Tentukan besarnya kuat arus yang mengalir pada rangkaian tersebut!

Penyelesaian

Diketahui:

R=3Ω

V=9V

Ditanyakan: I = ….?
Jawab:

Jadi besar kuat arus yang mengalir pada rangkaian tertutup tersebut adalah 3 A.

2. Pada ujung-ujung sebuah resistor diberi beda potensial 1,5 volt. Saat diukur kuat arusnya
ternyata sebesar 0,2 A. Jika beda potensial ujung-ujung resistor diubah menjadi 4,5 volt maka
berapakah kuat arus yang terukur?

Penyelesaian

Diketahui:

V​1 =​ 1,5 volt

I​1​ = 0,2 A

V​2​ = 4,5 volt

Ditanyakan: I​2​ = …..?

Jawab:

Dari keadaan pertama dapat diperoleh nilai hambatan R sebesar:

Dari nilai R ini dapat ditentukan I​2​ sebagai berikut.

Jadi kuat arus yang terukur adalah 0,6 A.

3. Hubungan antara kuat arus (I) dan tegangan (V) pada ujung-ujung resistor diperlihatkan pada
gambar di bawah.

hukum ohm
Tentukan:
a. besar hambatan resistor yang digunakan
b. beda potensial ujung-ujung resistor jika dilalui arus 0,06 A!

Penyelesaian

Diketahui:

I​1​ = 0,02 A

V​1​ = 3 Volt

I​2​ = 0,06 A

Ditanyakan:

1. R = ….?

2. V​2​ = …?

Jawab:

1. Dari keadaan pertama dapat diperoleh nilai hambatan R sebesar:

2. Dari nilai R ini dapat ditentukan V​2​ sebagai berikut.

Jadi beda potensial ujung-ujung resistor adalah 9 Volt

C. Hambatan Penghantar

Dari pendefinisian besaran R (hambatan) oleh Ohm itu dapat memotivasi para ilmuwan untuk
mempelajari sifat-sifat resistif suatu bahan dan hasilnya adalah semua bahan di alam ini memiliki
hambatan. Berdasarkan sifat resistivitasnya ini bahan dibagi menjadi tiga yaitu ​konduktor,
isolator ​dan ​semikonduktor​. Konduktor memiliki hambatan yang kecil sehingga daya hantar
listriknya baik. Isolator memiliki hambatan cukup besar sehingga tidak dapat menghantarkan
listrik. Sedangkan semikonduktor memiliki sifat diantaranya.

Dari sifat-sifat yang dimiliki, kemudian konduktor banyak di gunakan sebagai penghantar.
Bagaimana sifat hambatan penghantar itu? Melalui eksperimen, hambatan penghantar
dipengaruhi oleh tiga besaran yaitu sebanding dengan panjangnya l, berbanding terbalik dengan
luas penampangnya A dan tergabung pada jenisnya ρ. Dari besaran-besaran ini dapat
dirumuskan sebagai berikut.

dengan
R = hambatan
=hambatan jenis
L = panjang penghantar (m)
A = Luas penampang penghantar (m​2​) luas penampangnya berupa lingkaran A = πr​2

Jadi berdasarkan persamaan di atas besar hambatan dipengaruhi oleh:

1. Jenis kawat / hambatan jenisnya ( )


2. Panjang kawat (l)
3. Luas penampang kawat (A)
Hambatan jenis kawat akan berubah jika terjadi perubahan suhusesuai persamaan:

t​ = 0​ ( 1 + α ΔT)

Dimana: = hambatan jenis akhir (Ω m)


t​

0​ = hambatan jenis awal (Ω m)


α = koefisien muai panjang ( 0​​ C​-1​)
ΔT = perubahan suhu (​0​C)
Hambatan jenis kawat ( ) bergantung pada jenis kawat dan suhu kawat, karena hambatan
jenis kawat mengalami perubahan saat suhunya berubah maka hambatan listriknya pun
akan mengalami perubahan saat suhunya berubah.besar perubahan tersebut dapat
dihitung dengan persamaan:

R​t​ = R​0​ (1 + α ΔT)


Dimana : R​t​ = hambatan akhir (Ω)
R​0​ = hambatan awal (Ω)

Contoh

Sebuah penghantar terbuat dari tembaga memiliki panjang 2 m dan luas penampangnya 1,5
mm​2​. Jika penghantar tersebut memiliki hambatan jenis 7,5 x 10​-3​ Ωm, tentukan besar hambatan
dari penghantar tersebut!

Penyelesaian
Diketahuai:

L=2m

A = 1,5 mm​2 ​= 1,5 x 10​-6​ m​2

= 7,5 x 10​-3​ Ωm

Ditanyakan: R = …?

Jawab:

Jadi besar hambatan penghantar tersebut adalah

D. Susunan Hambatan

Hambatan (resistor) dapat dirangkai secara seri, paralel ataupun gabungan antara seri dan
paralel. Hambatan (resistor) dilambangkan dengan :

simbol resistor

1. Susunan Seri

Susunan rangkaian hambatan seri

susunan hambatan seri

Hambatan pengganti dan rangkaian hambatan seri

Pada hambatan yang disusun seri berlaku ketentuan sebagai berikut.

1) Kuat arus yang melalui tiap-tiap hambatan adalah sama dan sama dengan kuat arus yang
melalui hambatan pengganti seri (I).

I​1​ = I​2​ = I​3​ = In = I​5

2) Tegangan pada hambatan pengganti seri (V​5​) sama dengan jumlah tegangan pada tiap-tiap
hambatan

Vs = V​1​ + V​2​ + V​3​ + … + Vn

3) Tegangan pad a tiap-tiap hambatan sebanding dengan hambatannya


V​1​ : V​2​ : V​3​ : Vn =R​1​ : R​2​ : R​3​ = Rn

4) Hambatan pengganti seri sama dengan jumlah tiap-tiap hambatan

Rs = R​1​ + R​2​ + R​3​ + … + Rn

Hambatan-hambatan yang disusun seri berguna untuk memperbesar hambatan serta sebagai
pembagi tegangan. Jika terdapat n buah hambatan yang masing-masing besarnya = R dan
dipasang seri, maka:

Rs = n x R

Contoh

Terdapat tiga buah pegas di susun seri dengan besar hambatan masing-masing 100 Ω, 200 Ω, dan
300 Ω. Tentukan besar hambatan penggantinya?

Penyelesaian:

Diketahui:

R1 = 100 Ω

R2 = 200 Ω

R3 = 300 Ω

Ditanyakan: Rs = ….?

Jawab

Rs = R​1​ + R​2​ + R​3 ​= 100 + 200 + 300 = 600 Ω

2. Susunan Paralel

Susunan rangkaian hambatan paralel

susunan hambatan paralel

Hambatan pengganti dari rangkaian hambatan paralel

Pada hambatan yang disusun paralel berlaku ketentuan sebagai berikut.

1) Kuat arus yang melalui hambatan pengganti paralel sama dengan jumlah kuat arus yang
melalui tiap-tiap hambatan.
Ip = I​1​ + I​2​ + I​3​ + ….+ In

2) Tegangan pada tiap-tiap hambatan adalah sama dengan tegangan hambatan pengganti
paralel.

V​1​ = V​2​ = V​3​ = Vn = Vp

3) Kuat arus yang melalui tiap-tiap hambatan sebanding dengan kebalikan hambatannya.

Hambatan-hambatan yang disusun secara paralel berguna untuk memperkecil hambatan serta
sebagian pembagi arus.

4) Hambatan pengganti paralel dapat dihitung dengan persamaan :

Khusus untuk dua buah hambatan yang dirangkai secara paralel besar hambatan penggantinya
dihitung dengan persamaan :

Sedangkan untuk n buah hambatan yang masing-masing besarnya = R dan dirangkai paralel
dapat dihitung dengan persamaan :

Contoh

Terdapat tiga buah hambatan di susun paralel dengan besar hambatan masing-masing 100 Ω,
200 Ω, dan 300 Ω. Tentukan besar hambatan penggantinya?

Penyelesaian:

Diketahui:

R1 = 100 Ω

R2 = 200 Ω

R3 = 300 Ω

Ditanyakan: Rp = ….?

Jawab
Jadi besar hambatan penggantinya adalah

E. Hukum I Kirchoff

Robert Guslav Kirchoff adalah ahli fisika dari Jerman. Di bagian ini akan dibahas salah satu
penemuan Kirchoff yaitu hukum I Kirchoff. Dengan menggunakan hukum I Kirchoff kita dapat
mengetahui nyata lampu redup jika dipasang paralel padahal tegangan yang digunakan besarnya
tetap. Untuk lebih memahaminya pelajarilah dengan seksama uraian berikut. Dalam rangkaian
tidak bercabang (seri), setiap bagian pada rangkaian itu mempunyai kuat arus yang sama besar.
Pada rangkaian bercabang jumlah kuat arus yang masuk sama dengan jumlah kuat arus yang
keluar (gambar berikut).
Ini sesuai dengan pernyataan yang ditemukan oleh Kirchoff bahwa “jumlah arus yang masuk ke
suatu titik percabangan sama dengan jumlah kuat arus yang keluar dari titik percabangan
tersebut.” Pernyataan tersebut dikenal dengan hukum I Kirchoff. Secara sistematis pernyataan
Kirchoff ini dirumuskan dengan persamaan :

Contoh Soal dan Pemecahan :

Hukum I kirchoff

Tentukan besar kuat arus I​4​, jika I1 = 2A, I2= 3A, I3 = 2A dan I5 = 5A

Pemecahan :

I​1​ + I​2​ + I​3​= I​4​ + I​5

2 + 3+2 = I​4​ + ​5

7 = 5 + I​4

I​4 ​= 7 – 5

= 2A

Hukum Kirchoff II
Hukum Kirchoff II menyatakan bahwa jumlah aljabar perubahan tegangan mengelilingi suatu
rangkaian tertutup (loop) sama dengan nol. Perhatikan rangkaian di atas! Jika muatan positif
bergerak dari titik a melalui b c d dan kembali ke a, usaha yang dilakukan muatan itu sama
dengan nol (W = 0). Hal ini karena muatan uji tidak berpindah tempat. Oleh karena W = Q x V,
besar tegangan CV> dalam loop sama dengan nol. Penurunan tegangan dalam rangkaian terjadi
akibat arus listrik dari sumber tegangan mendapat hambatan.

Oleh karena itu, persamaan-persamaan hukum II Kirchoff dapat ditulis sebagai berikut.

Atau

Dalam menggunakan persamaan hukum II Kirchoff, perlu diperhatikan perjanjian-perjarjian


berikut.

1) Kuat arus bertanda (+) jika searah dengan arah loop yang kita tentukan, dan bertanda negatif
(-) jika berlawanan dengan arah yang kita tentukan.

Contoh.

Apabila arah arus kita tetapkan searah jarum jam, kuat arus dari A ke B searah loop sehingga
kuat arus bertanda positif. Demikian pula sebaliknya, jika arah loop berlawan arah putaran
jarum jam, kuat arus bertanda negatif.
2) Apabila saat mengikuti arah loop, kutub positif sumber tegangan dijumpai lebih dahulu
daripada kutub negatifnya, ggl (E) bertanda positif (+). Sebaliknya jika kutub negatif dijumpai
lebih dahulu, ggl (E) bernilai negatif (-).

Contoh.

Apabila kita mengikuti arah loop abcd, pada saat mengikuti arah loop dari b ke c kutub positif
(+) sumber tegangan dijumpai lebih dahulu daripada kutub negatifnya sehingga ggl (E) bertanda
positif. Pada saat mengikuti arah loop dari d ke a, kutub negatif (-) sumber tegangan dijumpai
lebih dahulu daripada kutub positifnya sehingga E​2​ bertanda negatif (gambar di samping).

Contoh Soal dan Pemecahan :

Tentukan kuat arus pada rangkaian berikut!

Pemecahan :

Misalnya abcd merupakan arah loop dan arah arus searah dengan arah loop.
Menurut Hukum II Kirchoff

E​1​ + (-E​2​) + I.R​1​ + I.R​2​ + I.R​3​ = 0

E​1​ + (-E​2​) + I(R​1​ + R​2​ + R​3​) = 0

20 + (-12) + I(5 + 5 + 10) =0

8 + 20 I = 0

20 I = -8

I = = -0,4 A

Jadi kuat arus yang melalui rangkaian 0,4 A (tanda (-) menyatakan arah loop yang kita berikan
seharusnya di balik.

Rangkaian majemuk

Rangkaian majemuk adalah rangkaian listrik yang memiliki lebih dari satu rangkaian. Rangkaian
seperti ini pada prinsipnya dapat diselesaikan seperti pada rangkaian satu loop, hanya perlu
diperhatikan kuat arus pada setiap percabangannya. Adapun langkah-langkahnya dapat
dilakukan sebagai berikut:

1. Tentukan kuat arus (simbol dan arahnya) pada setiap percabangan yang dianggap perlu

2. Sedehanakan susunan seri – paralel

3. Tentukan arah masing-masing loop

4. Tuliskan persamaan setiap loop dengan menggunakan hukum II Kirchoff

5. Tuliskan persamaan kuat arus untuk tiap titik percabangan dengan menggunakan hukum I
Kirchoff.(I = I​1 +​ I​2​ + I​3​…+ I​n​).
Hukum Kirchoff I:

I​1​ + I​2​ = I

Tinjau masing-masing loop

Loop I : -E​1​ + Ir​1​ + IR​1​ + I​1​R​2​ =0

-E​1​ + I(r​1​ + R​1​) + I​1​R​2​ =0

Loop II : -E​2​ + I​2​r​2​ –I​1​R​2​ + I​2​R​3​ =0

-E​2​ – I​1​R​2​ + I​2​(r​2​ + R​3​) =0

Contoh Soal dan Pemecahan :

Perhatikan gambar rangkaian berikut ini! Tentukan kuat arus yang melalui E​1​,E​2​, dan R​3​!

Pemecahan :
1. Tetapkan 2 buah loop dengan arah loop searah jarum jam (loop I: a-b-e-f-a dan loop II:
b-c-d-e-b), dan arah arus berlawanan dengan arah loop.

2. Perhatikan titik e, berdasarkan hukum khirchoff I didapatkan:

I = I​1​ + I​2​ ………….(1)

1. Loop I

-E​1​ – I​2​R​3​ – IR​2​ – IR​1​ = 0

-E​1​ – I​2​R​3​ – I(R​2​ + R​1​) = 0

-6 – 4.I​2​ –I(6+4) = 0

-6 – 4.I​2​ – 10I = 0

-4I​2​ – 10I = 6

4I​2​ + 10I = -6 ……..(2)

Loop II

E​2​ + I​2​R​3​ = 0

9 + 4I​2​ = 0

4I​2 =​ -9

I​2​ = -2,25 A …..(3)

Substitusi (3) ke (2)

4I​2​ + 10I = -6

4(-2,25) + 10I = -6

-9+10I = -6

10I = -6 + 9

10I = 3

I = 0,3 A ……….(4)

Subsituskan (4) dan (3) ke persamaan (1)

I = I​1​ + I​2

I​1​ = I – I​2
I​1​ = 0,3 – (-2,25) = 2,55 A

Jadi kuat arus yang melalui baterai E​1​, sebesar 0,3 A dengan arah dari b ke a. Kuat arus yang
melalui baterai E​2​ sebesar 2,55 A dengan arah dari a ke c. Kuat arus yang melalui R​3​ sebesar 2,25
A dengan arah dari e ke b.

F. Energi Listrik

Energi listrik dapat diubah menjadi energi bentuk lain, misalnya energi panas (kalor), energi
mekanik, energi kimia, dan energi cahaya. Ketika sebuah baterai mengirim arus melalui sebuah
resistor, maka baterai memberikan energi listrik kepada resistor. Proses kimia di dalam baterai
menggerakkan muatan Q dari potensial rendah kutub negatif ke potensial tinggi kutub positif.
Untuk melakukan ini baterai harus melakukan usaha yang sama dengan kenaikan energi
potensial listrik.

W = ∆Ep = V x Q

muatan liatrik Q = I.t

Sehingga dapat kita tulis dengan

W = V x I.t

Jadi, energi W (joule) yang diberikan oleh suatu sumber tegangan V (volt) yang mensuplai kuat
arus I (ampere) selama selang waktu t (sekon) adalah :

W = V x I.t

Begitu muatan listrik bergerak dari a ke b melalui resistor, muatan kehilangan energi potensial
listriknya akibat tumbukan dengan atom-atom dalam resistor, sehingga muncul energi termal
(kalor dalam bentuk panas). Dengan demikian kita peroleh persamaan untuk energi listrik yang
hilang ketika kuat arus I melalui sebuah resistor R, yaitu.

dan

Keterangan :

W = energi listrik (joule)

I = kuat arus (ampere)

R = hambatan (ohm)

t = waktu (sekon)

Contoh

1. Perhatikan rangkaian berikut ini!


Tentukan.

1. Energi listrik yang diberikan baterai

2. Energi termal yang muncul pada resistor 4 ohm dan 2 ohm selama 2 menit.

Pemecahan

Diketahui:

V = 12 V

R​1​ = 4 Ω

R​2​ = 2 Ω

t = 2 menit = 2 x 60 s = 120 s

Ditanyakan:

1. W = ….?

2. W untuk 4 Ω dan 2 Ω

Jawab:

Energi listrik yang diberikan baterai dan energi termal yang muncul pada resistor dapat kita
hitung jika kuat arus (I) yang melalui baterai dan resistor diketahui. Kuat arus (I) dapat kita
hitung dengan menggunakan hukum ohm. Kita hitung dulu kuat arus I dengan hukum ohm.

1. Energi Iistrik yang diberikan baterai dihitung dengan persamaan.

W=VIt

W = (12 V) (2 A) (120 s)

= 2.880 J

2. Energi termal yang muncul pada resistor 4 Ω dan 2 Ω dihitung dengan persamaan

W = I​2​ R t
Untuk 4 Ω →W = I​2​ R t = (2)​2​ (4) (120) = 1920 J

Untuk 2 Ω →W = I​2​ R t = (2)​2​ (2) (120) = 960 J

2. ​Elemen kumparan dari sebuah pemanas memiliki hambatan 7 Ω. Pada kumparan itu mengalir
arus 15 A selama 2 jam. Tentukan energi kalor yang digunakan dalam:

a. joule

b. Kwh

Pemecahan

Diketahui:

R=7Ω

I = 15 A

t = 2 jam = 2 x 3.600 s = 7200 s

Ditanyakan:

1. W dalam joule = ….?

2. W dalam Kwh = ….?

Jawab

1. Energi kalor dalam Joule dihitung dengan persamaan

W = I​2​Rt

= (15)​2​ (7) (7200)

= 11.340.000 J

1.

W = I​2​Rt

= (15)​2​ (7) (2)

= 225.14

= 3150 wh

= 3,15 Kwh

G. Daya Listrik

Energi listrik yang diberikan oleh baterai adalah W = V I t, sehingga daya Iistrik P yang diberikan
oleh baterai V adalah
Begitu muatan listrik bergerak dari a ke b melalui resistor R, seperti ditunjukkan pada gambar di
atas, maka daya tersebut hilang dalam bentuk panas pada resistor R, disebut daya disipasi. Daya
disipasi dalam resistor R dapat dirumuskan.

Atau

Dalam S1 satuan daya adalah Watt, satuan energi listrik W adalah Joule dan satuan waktu adalah
sekon.

Satu joule adalah energi yang tidak begitu besar. Sebagai contoh energi yang kita perlukan untuk
menutup pintu adalah 5 J. Oleh karena itu, pemakaian energi listrik di rumah kita tidak diukur
dalarn joule, tetapi diukur dengan satuan yang lebih besar, yang disebut kilowat hour (disingkat
Kwh). Alat ukur yang mengukur energi Iistrik di rumah kita dinamakan Kwh meter. Satu kwh
meter adalah energi yang dihasilkan oleh daya satu kilowatt (kw) yang bekerja selama satu jam
(one hour).

Jadi 1 kwh = (1 kw) x (1jam) = (1000 w) x (3600 s) = 3.600.000 ws

1 KWH = 3.600.000J = 3,6 . 10​6​ J

Contoh

Sebuah hambatan 20 Ω dihubungkan pada baterai yang bertegangan 6 volt seperti gambar
berikut.

Tentukan:
a. daya yang diserap hambatan
b. energi yang diserap hambatan selama setengah menit

Penyelesaian

Diketahui:

R = 20 Ω

V = 6 volt

t = 0,5 menit = 30 s

Ditanyakan:

1. P = …?

2. W = …?
Jawab

Jadi daya yang diserap hambatan sebesar 1,8 watt

Energi yang diserap sebesar:

W = P x t = 1,8 x 30 = 54 Joule

Jadi energi yang diserap hambatan selama setengah menit adalah 54 Joule

Soal dan Pembahasan

Sahabat fisoontal, untuk lebih memahami materi fisika serta untuk mempersiapkan diri untuk
menghadapi UAS, UN, SBMPTN, berikut akan diberikan contoh soal beserta tips dan trik
pembahasannya. Bagaimana sudah siap? Ayo kita mulai!

Materi: Rangkaian Arus Searah

Anda mungkin juga menyukai