ini disebabkan oleh proses geologi akibat spesies-spesies unik penghuni gua, seperti
tumbukan lempeng Indo-Australia [2]. Dengan Stenasellus (udang purba) yang ditemukan di
milihat sejarah terbentuknya pulau ini, maka kars Bukit Bulan-Jambi [4].
bisa dikatakan Pulau Enggano tidak pernah
Gua di Enggano menjadi salah satu
tergabung dengan daratan besar Pulau
sumber kehidupan masyarakat di sana, sebab
Sumatera [3].
dimanfaatkan sebagai sumber air bersih yang
Pulau Enggano sebagai pulau samudra, dikelola oleh PDAM. Selain sebagai sumber
seperti halnya Sulawesi maka akan memiliki air bersih, gua yang ada di Enggano juga
biota dengan tingkat keunikan (endemisitas) memiliki fungsi ekologi yakni sebagai tempat
yang tinggi. Keadaan tersebut yang membuat hunian biota gua, dan sebagai wisata minat
Pulau Enggano memiliki nilai penting kusus. Dengan demikian, penelitian ini
berkaitan dengan biogeografi [3]. Bukti bertujuan untuk memetakan gua yang ada di
sebagai pulau samudra yang terangkat dari dari Pulau Enggano dan mempelajari
dasar laut, masih dijumpai patahan batuan, makrofaunanya.
lapisan kerak bumi yang vertikal, batuan yang
terjal dan beberapa gua yang eksotis [2].
METODE PENELITIAN
Gua-gua yang ada di Pulau Enggano
banyak yang belum didokumentasi dan diteliti.
Penelitian ini dilakukan pada bulan April
Pada penelitian oleh Balai Arkeologi Sumsel
- Mei 2019 di Gua Dopaam, Pulau Enggano.
(2018 & 2019) telah ditemukan 18 gua yang
Penelitian ini bersifat eksploratif, karena
dominan berupa gua horisontal dan memiliki
sebelumnya gua ini belum pernah diteliti dan
sungai bawah tanah di dalamnya, jumlah gua
dipetakan. Pemetaan gua dilakukan dengan
ini tentu juga pasti akan bertambah mengingat
sistem “top to bottom” dan juga “bottom to
masih belum semua area ber-litologi
top” tergantung pada kondisi lorong gua yang
batugamping di Pulau Enggano telah disurvei.
dipetakan, dengan pemilihan jalur survei
Dari 18 gua yang ditemukan ada salah satu gua
“center of passage survey” yaitu tim survei
yang dieksplor lebih mendalam, selain
memilih titik stasiun di sekitar tengah lorong,
menemukan biota-biota gua yang khas hidup
meski tidak selalu demikian, dan melakukan
di dalam gua, satu hal yang cukup menarik
pengukuran di atas titik tersebut dengan
adalah gua tersebut memiliki panjang lorong
berdiri, jongkok, maupun tiarap. Pengukuran
lebih dari 2000 m, tentu panjang lorong
peta gua berdasarkan grade BCRA, yaitu
tersebut masih akan terus bertambah
grade 5B yang berarti survei magnetis, akurasi
dikarenakan masih ada beberapa cabang lorong
sudut horisontal dan vertikal diukur hingga ±
yang belum diukur maupun dieksplorasi. Dari
1°, jarak diukur dan dicatat hingga ke satuan
penelitian ini diharapkan ditemukan adanya
Puspita, dkk. 37
https://biotropika.ub.ac.id/
cm (sentimeter) terdekat dan posisi stasiun (sungai masuk) sedangkan mulut gua 2 berupa
ditentukan hingga kurang dari 10 cm, resurgence (sungai keluar), total panjang
kesalahan posisi stasiun kurang dari 10 cm [5]. lorong yang telah terpetakan pada penelitian
Identifikasi makrofauna dilakukan secara in ini sepanjang ± 2.220 m.
situ melalui dokumentasi dengan observasi dan
pengambilan gambar dengan kamera dan
secara ex situ dilakukan studi komparasi
dengan hasil penelitian yang telah dilakukan
oleh LIPI (3).
Puspita, dkk. 39
https://biotropika.ub.ac.id/
Tabel 1. Daftar makrofauna Gua Dopaam
Puspita, dkk. 41
https://biotropika.ub.ac.id/
Academic Press.
https://doi.org/10.1016/B978-0-12-
383832-2.00035-9.
[10] Sari, I.P (2017) Harmoni dalam
kebhinekaan (kearifan lokal masyarakat
Pulau Enggano Provinsi Bengkulu dalam
mengatasi konflik). Jurnal Antropologi:
Isu-isu Sosial Budaya 19 (2): 139 – 147.