Anda di halaman 1dari 7

E-ISSN 2549-8703 I P-ISSN 2302-7282

BIOTROPIKA Journal of Tropical Biology


https://biotropika.ub.ac.id/
Vol. 8 | No. 1 | 2020 | DOI : 10.21776/ub.biotropika.2020.008.01.06

IDENTIFIKASI MAKROFAUNA DAN PEMETAAN GUA DOPAAM DI PULAU


ENGGANO, PROVINSI BENGKULU

MACROFAUNA IDENTIFICATION AND MAPPING OF DOPAAM CAVE AT ENGGANO


ISLAND

Dhanang Puspita1)*, Andi Setyo Wibowo2), Sigit Eko Prasetyo3)

Diterima: 22 April 2020 ABSTRAK


Pulau Enggano adalah salah satu pulau terluar di Indonesia. Di pulau ini
Disetujui: 15 Mei 2020 banyak terdapat gua-gua alam yang belum di ekplorasi. Salah satu gua alam
adalah Gua Dopaam yang saat ini dimanfaatkan sebagai sumber air bersih oleh
masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk memetakan gua dan
Afiliasi Penulis: mengidentifikasi makro fauna gua. Metode penelitian dilakukan dengan survey
1) gua, pemetaan gua, dan identifikasi makrofauna secara insitu dengan obsevasi
Teknologi Pangang, FKIK
dan dokumentasi, secara eksitu dengan cara studi komparasi dengan data
UKSW Jl. Kartini No.11 A sekunder. Hasil penelitian, gua Dopaam memiliki panjang ± 2.220 m dan
Salatiga 50711 terdapat 6 spesies fauna gua yakni kelelawar (Emballonura cf. semicaudata),
2) jangkrik (Rhaphidophora oophaga), udang (Macrobrachium bariense), laba-laba
ASC - Yogya, Jalan
(Charon grayi), kepiting (Varuna litterata), ular sanca batik (Malayapyton
Kusumanegara 278, reticulatus). Gua Dopaan berfungsi sebagai habitat makrofauna, menjaga
Gedongkuning, Yogyakarta ketersediaan air bersih, dan kedepannya bisa dimanfaatkan sebagai potensi
3)
wisata minat kusus.
Balai Arkeologi Sumatera
Selatan, Jl. Kancil Putih Lorong Kata Kunci: Gua Dopaam, Enggano, makrofauna, pemetaan gua
Rusa, Demang Lebar Daun –
Palembang, Sumatera Selatan ABSTRACT
Enggano Island is one of the outer island in Indonesia. On this island, there
Alamat Korespondensi: are many natural caves that have not been explored. One of the natural caves is
* dhanang.puspita@uksw.edu
the Dopaam Cave which is currently used as a source of clean water by the
community. The purpose of this study is to map the cave and identify the
macrofauna of the cave. The research method by cave survey, cave mapping, and
identification of macrofauna by observation, documentation and comparative
study. The results of the study, Dopaam Cave has a length of ± 2,220 m and
there are six species of cave macrofauna; bat (Emballonura cf. semicaudata),
cricket (Rhaphidophora oophaga), prawn (Macrobrachium bariense), spider
Cara Sitasi: (Charon grayi), cancer (Varuna litterata), snake (Malayapyton reticulatus).
Puspita, D., A.S. Wibowo. 2020. Dopaan Cave functions as a macrofauna habitat, preserves the availability of
Identifikasi makrofauna dan clean water, and in the future, it can be used as a potential tourist attraction
pemetaan Gua Dopaam Pulau specifically.
Enggano. Biotropika: Journal of
Tropical Biology 8 (1): 36-42. Keywords: Dopaam Cave, Enggano, macrofauna, maping cave

luas 39.586,74 Ha dengan 126,71 km panjang


PENDAHULUAN garis pantai dan memiliki tiga pulau kecil
yakni Pulau Dua. Pulau Merbau, dan Pulau
Pulau Enggano adalah salah satu pulau Bangkai [2].
terluar dan terdepan di Indonesia yang terletak
Dari sejarah terbentuknya, Pulau Enggano
di sebelah barat daya Pulau Sumatera. Secara
digolongkan pulau karang (pulau samudra)
administratif, Pulau Enggano masuk dalam
yang terbentuk dari gugusan terumbu karang
wilayah Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi
yang terangkat ke permukaan. Pengangkatan
Bengkulu [1], Gambar 1. Pulau ini memiliki

36 Biotropika: Journal of Tropical Biology | Vol. 8 No. 1 | 2020


https://biotropika.ub.ac.id/

Gambar 1. Peta Pulau Enggano [1]

ini disebabkan oleh proses geologi akibat spesies-spesies unik penghuni gua, seperti
tumbukan lempeng Indo-Australia [2]. Dengan Stenasellus (udang purba) yang ditemukan di
milihat sejarah terbentuknya pulau ini, maka kars Bukit Bulan-Jambi [4].
bisa dikatakan Pulau Enggano tidak pernah
Gua di Enggano menjadi salah satu
tergabung dengan daratan besar Pulau
sumber kehidupan masyarakat di sana, sebab
Sumatera [3].
dimanfaatkan sebagai sumber air bersih yang
Pulau Enggano sebagai pulau samudra, dikelola oleh PDAM. Selain sebagai sumber
seperti halnya Sulawesi maka akan memiliki air bersih, gua yang ada di Enggano juga
biota dengan tingkat keunikan (endemisitas) memiliki fungsi ekologi yakni sebagai tempat
yang tinggi. Keadaan tersebut yang membuat hunian biota gua, dan sebagai wisata minat
Pulau Enggano memiliki nilai penting kusus. Dengan demikian, penelitian ini
berkaitan dengan biogeografi [3]. Bukti bertujuan untuk memetakan gua yang ada di
sebagai pulau samudra yang terangkat dari dari Pulau Enggano dan mempelajari
dasar laut, masih dijumpai patahan batuan, makrofaunanya.
lapisan kerak bumi yang vertikal, batuan yang
terjal dan beberapa gua yang eksotis [2].
METODE PENELITIAN
Gua-gua yang ada di Pulau Enggano
banyak yang belum didokumentasi dan diteliti.
Penelitian ini dilakukan pada bulan April
Pada penelitian oleh Balai Arkeologi Sumsel
- Mei 2019 di Gua Dopaam, Pulau Enggano.
(2018 & 2019) telah ditemukan 18 gua yang
Penelitian ini bersifat eksploratif, karena
dominan berupa gua horisontal dan memiliki
sebelumnya gua ini belum pernah diteliti dan
sungai bawah tanah di dalamnya, jumlah gua
dipetakan. Pemetaan gua dilakukan dengan
ini tentu juga pasti akan bertambah mengingat
sistem “top to bottom” dan juga “bottom to
masih belum semua area ber-litologi
top” tergantung pada kondisi lorong gua yang
batugamping di Pulau Enggano telah disurvei.
dipetakan, dengan pemilihan jalur survei
Dari 18 gua yang ditemukan ada salah satu gua
“center of passage survey” yaitu tim survei
yang dieksplor lebih mendalam, selain
memilih titik stasiun di sekitar tengah lorong,
menemukan biota-biota gua yang khas hidup
meski tidak selalu demikian, dan melakukan
di dalam gua, satu hal yang cukup menarik
pengukuran di atas titik tersebut dengan
adalah gua tersebut memiliki panjang lorong
berdiri, jongkok, maupun tiarap. Pengukuran
lebih dari 2000 m, tentu panjang lorong
peta gua berdasarkan grade BCRA, yaitu
tersebut masih akan terus bertambah
grade 5B yang berarti survei magnetis, akurasi
dikarenakan masih ada beberapa cabang lorong
sudut horisontal dan vertikal diukur hingga ±
yang belum diukur maupun dieksplorasi. Dari
1°, jarak diukur dan dicatat hingga ke satuan
penelitian ini diharapkan ditemukan adanya

Puspita, dkk. 37
https://biotropika.ub.ac.id/
cm (sentimeter) terdekat dan posisi stasiun (sungai masuk) sedangkan mulut gua 2 berupa
ditentukan hingga kurang dari 10 cm, resurgence (sungai keluar), total panjang
kesalahan posisi stasiun kurang dari 10 cm [5]. lorong yang telah terpetakan pada penelitian
Identifikasi makrofauna dilakukan secara in ini sepanjang ± 2.220 m.
situ melalui dokumentasi dengan observasi dan
pengambilan gambar dengan kamera dan
secara ex situ dilakukan studi komparasi
dengan hasil penelitian yang telah dilakukan
oleh LIPI (3).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian di Pulau Enggano yang sudah


banyak dilakukan, baik dari kajian antropologi,
ekologi/biologi, dan geologi. Sebagai kawasan
karst, Pulau Enggano memiliki banyak gua dan
belum ada yang melakukan penelitian,
dikarenakan medan yang sulit dan
membutuhkan peralatan khusus penelusuran
gua. Belum ada dokumentasi dan hasil
penelitian tentang gua di Pulau Enggano.
Penelitian merujuk pada penelitian-penelitian
sebelumnya yang dilakukan LIPI pada tahun
2017, sehingga memudahkan peneliti dalam
mengidentifikasi makrofauna di dalam gua.
Makrofauna dipilih sebagai tahap awal
penelitian untuk eksplorasi gua, karena mudah Gambar 2. Peta Gua Dopaam
untuk diobservasi, dokumentasi, dan koleksi. Kondisi lebar lorong terbilang cukup
Keterbatasan waktu dan tenaga dalam lebar, di beberapa tempat terdapat lorong
penelitian ini juga menjadi hambatan, karena chamber yang memiliki lebar 11 – 22 m, dan
penelitian ini dilakukan bersamaan dalam akhir lorong paling kecil memiliki lebar 1,5 – 2 m,
musim hujan yang memiliki potensi bahaya di sedangkan atap gua beberapa tempat terdapat
dalam gua yang terdapat sungai bawah tanah. atap yang cukup pendek yaitu 1 – 1,2 m dan
Dari hasil pemetaan gua diperoleh gambar juga kedalaman air sungai di beberapa tempat
peta gua seperti ditunjukan pada Gambar 2. cukup dalam, sehingga perlu untuk berenang
Masyarakat setempat memberi nama gua ini dalam menelusurinya. Ornamen gua
dengan Gua Dopaam dan belum diketahui apa (speleothem) yang dijumpai yaitu stalaktit,
makna toponiminya. Gua ini memiliki panjang stalakmit, pilar, sodastrow, gaourdan, dan
2.220 m dan untuk sementara waktu menjadi flowstone.
gua terpanjang di Pulau Enggano. Gua ini Makrofauna Gua. Dari hasil pengamatan
sangat penting bagi masyarakat Pulau diperoleh beberapa makrofauan gua yang
Enggano, karena menjadi sumber air bersih tinggal di dinding gua, dasar gua (daratan), dan
yang dikelola oleh PDAM. sungai bawah tanah seperti ditunjukan pada
Gua Dopaam. Gua Dopaam adalah satu Tabel 1. Ada sekitar enam spesies makrofauna
dari sekian banyak gua yang ada di Pulau yang berhasil ditemukan di Gua Dopaam dan
Enggano. Goa Dopaam berada kawasan hutan diidentifikasi. Dari keenam spesies tersebut
lindung dan berdekatan dengan Dusun memiliki habitat yang berbeda begitu juga
Jangkar, Desa Malakoni. Gua Dopaam dengan mobilitasnya.
merupakan gua horisontal yang memiliki aliran Gua memiliki kawasan/zona yang dibagi
sungai bawah tanah, gua ini terbentuk pada menjadi empat yakni terang, transisi/remang-
batugamping perlapisan, putih, keras, fragmen remang, dalam/gelap, dan stagnan, demikan
berupa foraminifera, stempat terdapat fragmen pula yang ada di Gua Dopaam. Setiap zona gua
koral. Gua Dopam memiliki dua mulut gua menjadi habitat beberapa makrofauna gua. Ada
utama, mulut gua 1 berupa swallow hole

38 Biotropika: Journal of Tropical Biology | Vol. 8 No. 1 | 2020


https://biotropika.ub.ac.id/
tiga jenis kelompok makrofauna di dalam gua sudah tidak difungsikan. Begitu juga dengan
yakni; trogloxen, troglofil, dan troglobit [6]. laba-laba (Charon sp.) yang merupakan biota
dari bangsa kalacemeti (Amblypygi), bersama
Trogloxen adalah fauna yang ditemukan
marga Stygophrynus anggota dari suku
di dalam gua, namun tidak semua siklusnya di
Charontidae yang banyak ditemukan di dalam
dalam gua. Trogloxen dibagi menjadi dua
gua di zona gelap abadi.
yakni trogloxen aksidental dan trogloxen
habitual. Trogloxen aksidental adalah fauna Ekosistem Gua Dopaam. Gua adalah
yang tidak sengaja masuk wilayah gelap abadi salah satu habitat yang spesifik, sehingga akan
gua, dan di dalam Gua Dopaam contohnya dihuni oleh biota yang spesifik juga sehingga
adalah ular. Ular masuk ke dalam gua bisa membentuk sebagai sebuah ekosistem.
karena jatuh dan terjebak di dalam gua, atau Meskipun sebagai sebuah ekosistem yang
terbawa arus sungai bawah tanah. Di dalam sederhana, gua memiliki peran yang penting
gua, ular akan sangat sulit untu keluar dan secara ekologi [7]. Peran ekologi berkaitan
akan bertahan hidup dengan memangsa dengan hubungan timbal balik antar biota dan
kelelawar. Perilaku alami ular yang didapat biota dengan lingkungannya. Tidak hanya
dijadikan indikator adalah saat ular sedang berperan dalam sistem hidrologi [8], relung-
mencari mangsa akan memanjat dinding gua, relung alami di kawasan karst juga menjadi
sehingga akan mudah untuk menangkap habitat organisme penghuni gua atau biasa
kelawar yang hinggap di dinding gua atau disebut cavernicoles [9].
langit-langit gua. Saat ular sudah kenyang akan
Di dalam gua ada jejaring makanan dan
ada di daratan dasar gua.
rantai makanan, sehingga semua bioata akan
Trogloxen habitual adalah fauna yang tergantung satu dengan yang lainnya. Adanya
sering atau sengaja masuk dalam kawasan makrofauna di dalam Gua Dopaam menjadi
gelap abadi gua, tetapi dapat hidup dan indikator adanya sumber energi/makanan dan
mencari makan di luar. Contoh fauna trogloxen lingkungan yang cocok untuk hidup dan
habitual adalah kelelawar. Dari hasil berkembang biak penghuninya. Gua Dopaam
Penelitian LIPI (3) di Pulau Enggano terdapat adalah gua dengan sumber air yang berasal
sebelas jenis kelelawar, namun hanya beberapa dari sungai bawah tanah dan tetesan dari langit
saja yang hidup di gua dan sisanya ada hidup gua melalui stalagtit, atau mengalir melalui
di pepohonan [3]. pilar (penggabungan stalagtit dan stalagmit).
Dengan adanya sumber air tersebut menjadi
Troglofil adalah fauna yang bermukim di
salah satu syarat pemenuhan kebutuhan hidup.
kawasan gelap abadi gua namun dapat hidup di
luar gua. Di Gua Dopaam, contoh makrofauna Sungai yang masuk dalam Gua Dopaam
troglofil adalah udang dan kepiting. Kedua menjadi salah satu suplai dalam penyediaan
jenis makrofunan ini kemungkinan terbawa sumber makanan. Material organik yang
arus sungai bawah tanah dan terjebak di dalam terbawa oleh aliran sungai dan masuk ke dalam
gua di zona gelap abadi. Udang dan kepiting gua akan dimanfaatkan oleh organisme tingkat
ini kemungkinan juga dapat terbawa arus rendah sebagai sumber makanan. Udang dan
sungai bawah tanah untuk keluar dari dalam kepiting akan menjadi organisme yang akan
gua dan hidup di ekosistem sungai. sangat diuntungkan oleh adanya material
organik yang dibawa oleh aliran sungai.
Troglobit adalah fauna yang hidup dan
Kelelawar juga menjadi produsen, yakni
siklus hidupnya di dalam kawasan gelap abadi
melalui kotorannya (guano) akan menjadi
gua. Organisme troglobit telah mengalami
sumber makanan bagi organisme detritus.
adaptasi untuk hidup di kawasan gelap abadi,
Jangkrik akan memakan sisa-sisa organisme,
dimana di kawasan tersebut tidak ada sumber
begitu juga dengan laba-laba. Ular di dalam
cahaya, sumber makanan yang terbatas, dan
gua Dopaam ajan menjadi top predator atau
kondisi lingkungan/mikroklimat stabil. Contoh
pemangsa tingkat atas jika dimasukan dalam
fauna troglobit antara lain Bostrychus sp.,
piramida makanan. Ular akan memangsa
Cirolana marosiana, dan Stenasellus. Di Gua
kelelawar yang ada di dalam gua dan
Dopaam terdapat dua makrofauna yang
sepenuhnya akan tergantung dari kelelawar.
dikategorikan sebagai troglobit, yakni jangkrik
Kelelawar sendiri sebagai fauna trogloxen
dan laba-laba. Jangkrik yang ditemukan di
habitual akan mencari makan di dalam gua,
zona gelap abadi sudah memodifikasi
sedangkan gua hanya menjadi tempat
tubuhnya dengan memanjangkan antenanya
tinggalnya (trogloxen).
sebagai alat peraba, dimana penglihatan mata

Puspita, dkk. 39
https://biotropika.ub.ac.id/
Tabel 1. Daftar makrofauna Gua Dopaam

No Makrofauna Habitat Kategori


1 Kelelawar (Emballonura cf. semicaudata) Dinding dan langit-langit gua trogloxen habitual

2 Jangkrik (Rhaphidophora oophaga) Dinding dan daratan gua Troglobit

3 Udang (Macrobrachium bariense) Sungai bawah tanah troglofil

4 Laba-laba (Charon grayi) Dinding gua troglobit

5 Kepiting (Varuna litterata) Sungai bawah tanah troglofil

6 Ular sanca batik (Malayapyton Dinding gua trogloxen aksidental


reticulatus)

40 Biotropika: Journal of Tropical Biology | Vol. 8 No. 1 | 2020


https://biotropika.ub.ac.id/
Adanya sungai bawah tanah di Dalam diklaim saat ini sebagai gua terpanjang di
Gua Dopaam juga dimanfaatkan masyarakat di Pulau Enggano, Provinsi Bengkulu. Terdapat
Pulau Enggano menjadi sumber air bersih. enam makrofauna gua yakni kelelawar
Pemerintah sudah membendung mulut gua (Emballonura cf. semicaudata), jangkrik
guna menampung air yang selanjutnya (Rhaphidophora oophaga), udang
dialirkan melalui pipa-pipa dan didistribusikan (Macrobrachium bariense), laba-laba (Charon
kepada masyarakat. Sebagai salah satu sumber grayi), kepiting (Varuna litterata), ular sanca
air maka Gua Dopaam harus mendapatkan batik (Malayapyton reticulatus) di dalam Gua
perhatian yang serius karena menyangkut hajat Dopaam, baik yang tinggal di zona terang,
hidup orang banyak. Perlu diperhatikan juga remang, dan gelap abadi. Gua Dopaam
ekosistem penyokong dari Gua Dopaam yakni menjadi sumber air bersih bagi masyarakat
hutan di sekeliling gua sebagai tempat Enggano, sehingga harus dijaga kelestariannya
tangkapan dan resapan air. Dengan dijaganya berikut dengan eksosistem pendukungnya.
ekosistem tersebut maka kelangsungan biota
akan baik, begitu juga dengan ketersediaan UCAPAN TERIMAKASIH
sumber air.
Peneliti mengucapkan terimakasih kepada
Sebagai salah satu sumber mata air yang Balai Penelitian Arkeologi Sumatera Selatan
memberikan kehidupan bagi masyarakat yang telah melibatkan dalam penelitian
Enggano, maka kawasan tangkapan air yang Arkeologi di Pulau Enggano.
ada di sekistar Gua Dopaam dijadikan kawasan
konservasi dan hutan adat. Masyarakat DAFTAR PUSTAKA
Enggano sangat taat dengan kesepakatan
penentuan wilayah tersebut, sehingga tidak [1] Senoaji G (2009) Daya dukung
berani untuk mengekploitasi atau pembukaan lingkungan dan kesesuaian lahan dalam
lahan baru. Mereka menyadari pentingnya pengembangan Pulau Enggano Bengkulu.
hutan lindung tersebut sehingga tidak ada Bumi Lestari Journal of Environment.
konflik antara masyarakat, pemangku adat, dan 9(2): 159 – 166.
pemerintah. Oleh karena itu, hampir tidak ada [2] Regen R (2011) Profil kawasan
konflik di Pulau ini, dikarenakan semua yang konservasi Enggano. BKSDA Bengkulu
tinggal di Enggano wajib tunduk pada aturan- & Enggano-Conservation. Bengkulu.
aturan adat [10]. [3] LIPI (2017) Ekspedisi Pulau Enggano.
Selain sebagai penyedia sumber air Jakarta, Lipi press.
bersih, Gua Dopaam yang diklaim menjadi gua [4] Puspita D, Wibowo AS, Fauzi MR (2019)
terpanjang di Pulau Enggano dapat dijadikan Eksistensi Stenasellus sp. pada gua hunian
sebagai lokasi wisata minat khusus yakni prasejarah di kawasan kars Bukit Bulan,
penelusuran gua (caving). Dengan adanya Sarolangun, Jambi. Forum Arkeologi 32
potensi wisata minat kusus bisa mendatangkan (2): 63-74.
wisata dalam dan luar negeri yang nantinya [5] Laksana EE (2016) STASIUN NOL:
bisa memajukan wisata setempat. Teknik – teknik pemetaan dan survey
hidrologi gua. Yogyakarta, ASC.
Penelitian lebih lanjut dibutuhkan guna [6] Racovitza EG (1907) Essai sur les
menemukan spesies-spesies endemik yang Problèmes Biospéologiques. Archives de
terjebak di dalam gua. Salah satu spesies zoologie expérimentale et générale 4 (6):
endemik tersebut adalah udang purba 371–488.
(Stenasellus sp.) yang ditemukan di kawasan [7] Goltenboth F, Timotius KH, Milan PP,
karst Bukit Bulan, Provinsi Jambi [4]. Margaf J (2012) Ekologi Asia Tenggara-
Setidaknya ada dua spesies khas gua yang Kepulauan Indonesia. Jakarta, Salemba
terdapat di Gua Dopaam yakni jangkrik Teknika.
(Rhaphidophora oophaga) dan laba-laba [8] Ford D, Williams P (2007) Karst
(Charon grayi) yang bisa menjadi daya hydrogeology and geomorphology. 2 ed.
tariknya West Sussex, John Willey and Son’s.
KESIMPULAN [9] Trajano E (2012) “Ecological
Classification of Subterranean
Dari penelitian ini dapat disimpulkan,
Organisms.” Dalam Encyclopedia of
Gua Dopaam di Pulau Enggano sudah Caves, disunting oleh William B. White
dipetakan dan memiliki panjang 2.220 m dan dan David C. Culver, 2 ed., 275–77.

Puspita, dkk. 41
https://biotropika.ub.ac.id/
Academic Press.
https://doi.org/10.1016/B978-0-12-
383832-2.00035-9.
[10] Sari, I.P (2017) Harmoni dalam
kebhinekaan (kearifan lokal masyarakat
Pulau Enggano Provinsi Bengkulu dalam
mengatasi konflik). Jurnal Antropologi:
Isu-isu Sosial Budaya 19 (2): 139 – 147.

42 Biotropika: Journal of Tropical Biology | Vol. 8 No. 1 | 2020

Anda mungkin juga menyukai