Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN

(SAP)

APENDISITIS

Disusun Oleh Kelompok IV:


Nurul Jazilah (14201.06.14032)
Susilowati (14201.06.14038)
Syamsiah Chandrawati (14201.06.14040)
Nur Kholidiyah (14201.06.14074)
Risqi Laili R. (14201.06.14081)

PROGRAM STUDI S1-KEPERAWATAN


STIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG
PROBOLINGGO
2016
LEMBAR PENGESAHAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
APENDISITIS

Mengetahui,
Mahasiswa

Pembimbing Ruangan Pembimbing Akademik

Kepala Ruangan
SATUAN ACARA PENYULUHAN
APENDISITIS

I. Latar Belakang
Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm (4
inci), lebar 0,3 - 0,7 cm dan isi 0,1 cc melekat pada sekum tepat dibawah katup
ileosekal. Pada pertemuan ketiga taenia yaitu : taenia anterior, medial dan posterior.
Secara klinis, apendiks terletak pada daerah Mc.Burney yaitu daerah 1/3 tengah garis
yang menghubungkan spina iliaka anterior superior kanan dengan pusat.
Apendiksitis adalah radang apendiks, suatu tambahan seperti kantung yang tak
berfungsi terletak pada bagian inferior dari sekum. Penyebab yang paling umum dari
apendisitis adalah obstruksi lumen oleh feses yang akhirnya merusak suplai aliran darah
dan mengikis mukosa menyebabkan inflamasi (Wilson & Goldman, 1989).
Insiden apendisitis akut lebih tinggi pada negara maju daripada Negara
berkembang, namun dalam tiga sampai empat dasawarsa terakhir menurun secara
bermakna, yaitu 100 kasus tiap 100.000 populasi mejadi 52 tiap 100.000 populasi.
Kejadian ini mungkin disebabkan perubahan pola makan, yaitu negara berkembang
berubah menjadi makanan kurang serat. menurut data epidemiologi apendisitis akut
jarang terjadi pada balita, meningkat pada pubertas, dan mencapai puncaknya pada saat
remaja dan awal 20-an, sedangkan angka ini menurun pada menjelang dewasa. Insiden
apendisitis sama banyaknya antara wanita dan laki-laki pada masa prapuber, sedangkan
pada masa remaja dan dewasa muda rationya menjadi 3:2, kemudian angka yang tinggi
ini menurun pada pria.

Pola hidup tidak sehat tentu tidak benar dan harus dihindari, pengetahuan tentang
penyakit dan makanan menjadi prioritas utama untuk menanamkan pola hidup sehat.
Salah satu penyakit yang timbul adalah apendisitis. Maka dari itu hendaknya lebih hati-
hati ketika mengkonsumsi makanan agar tubuh tetap terjaga sehingga tidak mengganggu
aktivitas sehari-hari.
II. Tujuan
A.Tujuan Instruksional Umum
Setelah diberikan penyuluhan kesehatan selama 30 menit, sasaran diharapkan
mampu memahami apendisitis dan cara menghindarinya.
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit sasaran mampu:
1. Menjelaskan kembali definisi apendisitis dengan benar
2. Menyebutkan sedikitnya 5 faktor yang menjadi penyebab apendisitis dengan
benar.
3. Menjelaskan komplikasi apendisitis terhadap organ tubuh lain dengan benar.
4. Menyebutkan sedikitnya 5 gejala umum apendisitis dengan benar.
5. Menyebutkan sedikitnya 5 upaya untuk menghindari apendisitis dengan benar.

III. Materi
1. Definisi dari apendisitis.
2. Faktor-faktor penyebab apendisitis.
3. Komplikasi apendisitis terhadap orgen tubuh lain.
4. Gejala-gejala umum apendisitis.
5. Upaya-upaya untuk menanggulangi dan mencegah apendisitis secara dini.

IV.Metode
1. Ceramah.
2. Tanya Jawab.

V.Media/Alat/Sumber
A. Media:
1. Poster
2. Leafleat
B. Alat :
Kertas dan alat tulis
C. Sumber:
1. Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2011. Gangguan Gastrointestinal.
Jakarta: Salemba Medika.
2. Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. NANDA NIC-NOC Jilid 1.
Jogjakarta: Penerbit Mediaction.
VI. Sasaran
Keluarga pasien di ruang Asoka RSUD Waluyo Jati Kraksaan, Probolinggo.

VII.Waktu
- Hari/Tanggal : Sabtu, 16 Januari 2016
- Jam : 14.00-15.00 WIB

VIII.Tempat
Di ruang Asoka RSUD Waluyo jati Kraksaan, Probolinggo.

Denah:

Penyuluh dan Media

Sasaran

IX. Rencana Evaluasi


1. Struktur:
A. Persiapan Media dan Alat
Media dan alat yang digunakan dalam penyuluhan sudah lengkap dan dapat
digunakan sesuai fungsinya.
- Poster
- Leaf Leat
B. Persiapan Materi
Materi disiapkan dalam bentuk poster dan Leafleat digunakan untuk
mempermudah penyampaian materi kepada masyarakat.
C. Undangan
Keluarga pasien di ruang Asoka RSUD Waluyo Jati Kraksaan, Probolinggo.
2. Proses Penyuluhan:
A. Penyuluhan kesehatan mengenai apendisitis berlangsung lancar dan masyarakat
mengerti tentang materi penyuluhan yang diberikan.
B. Selama penyuluhan dilaksanakan diharapkan terjadi interaksi yang positif antara
penyuluh dengan keluarga pasien, ditandai dengan keaktifan keluarga pasien
dalam bertanya dan adanya kemauan keluarga pasien untuk mendengarkan dengan
baik.
C. Kehadiran keluarga pasien diharapkan tidak kurang dari 80%, masyarakat hadir
tepat waktu dan tidak meninggalkan ruangan saat penyuluhan berlangsung.

3. Hasil:
A. Jangka Pendek
Peserta penyuluhan mengerti setidaknya 80% dari semua materi yang telah
disampaikan dengan kriteria:
1. Menjelaskan kembali definisi apendisitis dengan benar
2. Menyebutkan sedikitnya 5 faktor yang menjadi penyebab hipertensi dengan
benar.
3. Menjelaskan komplikasi apendisitis terhadap organ tubuh lain dengan benar.
4. Menyebutkan sedikitnya 5 gejala umum apendisitis dengan benar.
5. Menyebutkan sedikitnya 5 upaya untuk menanggulangi apendisitis dengan
benar.

B. Jangka Panjang
Meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran
masyarakat/keluarga pasien akan bahaya apendisitis serta cara pengendaliannya
yang nantinya akan mengarah pada perubahan gaya hidup menuju ke arah yang
lebih baik sehingga dapat menurunkan angka kematian akibat komplikasi
apendisitis.

X. LAMPIRAN
1. Materi penyuluhan
2. Leaflet
3. Dokumentasi
MATERI PENYULUHAN
APENDISITIS

A. Anatomi Fisiologi

Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm (4


inci), lebar 0,3 - 0,7 cm dan isi 0,1 cc melekat pada sekum tepat dibawah katup
ileosekal. Pada pertemuan ketiga taenia yaitu : taenia anterior, medial dan posterior.
Secara klinis, apendiks terletak pada daerah Mc.Burney yaitu daerah 1/3 tengah garis
yang menghubungkan spina iliaka anterior superior kanan dengan pusat. Lumennya
sempit dibagian proksimal dan melebar dibagian distal. Namun demikian, pada bayi,
apendiks berbentuk kerucut, lebar pada pangkalnya dan menyempit kearah ujungnya.
Persarafan parasimpatis pada apendiks berasal dari cabang nervus vagus yang mengikuti
arteri mesentrika superior dan arteri apendikularis, sedangkan persarafan simpatis
berasal dari nervus torakalis X. Oleh karena itu, nyeri viseral pada apendisitis bermula
disekitar umbilikus.
Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari. Lendir itu normalnya dicurahkan
kedalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Lendir dalam apendiks bersifat basa
mengandung amilase dan musin. Immunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh GALT
(Gut Associated Lymphoid Tissue) yang terdapat disepanjang saluran cerna termasuk
apendiks ialah IgA. Immunoglobulin tersebut sangat efektif sebagai perlindungan
terhadap infeksi. Namun demikian, pengangkatan apendiks tidak mempengaruhi sistem
imun tubuh karena jumlah jaringan limfa disini kecil sekali jika dibandingkan dengan
jumlahnya disaluran cerna dan diseluruh tubuh.
Apendiks berisi makanan dan mengosongkan diri secara teratur kedalam
sekum. Karena pengosongannya tidak efektif dan lumennya cenderung kecil, maka
apendiks cenderung menjadi tersumbat dan terutama rentan terhadap infeksi
(Sjamsuhidayat, 2005).

B. Definisi
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing
(apendiks). Usus buntu sebenarnya adalah sekum (cecum). Infeksi ini mengakibatkan
peradangan akut sehingga memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah
komplikasi yang umumnya berbahaya. (Wim de Jong et al. 2005)
Diagnosa klinis intra apendisitis akut, menurut Cloud dan Boyd dapat dibagi menjadi
beberapa tingkat sesuai dengan perubahan dan tingkat peradangan apendiks, yaitu:
1. Apendisitis Akut sederhana
Gejalanya diawali dengan rasa kurang enak di ulu hati atau daerah pusat, mungkin
disertai dengan kolik, muntah, kemudian anoreksia, malaise, dan demam ringan. Pada
fase ini seharusnya didapatkan adanya leukositosis. Pada fase ini apendiks dapat
terlihat normal, hiperemi atau oedem, tak ada eksudet serosa.
2. Apendisitis Akut Supurativa
Ditandai dengan adanya rangsangan peritoneum lokal seperti nyeri tekan, nyeri lepas
di titik Mc Burney, adanya defans muskuler dan nyeri pada gerak aktif dan pasif.
Nyeri dan defans muskuler dapat terjadi pada seluruh perut disertai dengan tanda-
tanda periotnitis umum, seperti demam tinggi. Bila perforasi barn terjadi, leukosit
akan pergi ke jaringan-jaringan yang meradang tersebut, maka mungkin kadar leukosit
di dalam darah dapat turun, sebab belum sempatnya tubuh merespon kebutuhan
leukosit yang tiba-tiba meninggi. Namun setelah tubuh sempat merespon kebutuhan
ini maka jumlah leukosit akan meninggi didalam darah tepi. Apendisitis akut
supurativa ini kebanyakan terjadi karena adanya obstruksi. Apendiks dan meso
apendiks udem, hiperemi, dan di dalam lumen terdapat eksudat fibrino purulen.
3. Apendisitis Akut Gangrenosa
Tampak apendiks udem, hiperemis, dengan gangren pada bagian tertentu, dinding
apendiks berwama ungu, hijau keabuan atau merah kehitamann. Pada apendiksitis
akut gangrenosa ini bisa terdapat mikroperforasi.
4. Apendisitis Akut Perforasi
Pada dinding apendiks telah terjadi ruptur, tampak daerah perforasi yang dikelilingi
oleh jaringan nekrotik.
5. Apendisitis Akut Abses
Abses akan timbul di fossa iliaka kanan lateral dekat cecum, retrocaecal dan pelvis.
Mengandung pus yang sangat banyak dan berbau.

C. Etiologi
Apendiks merupakan organ yang belum diketahui fungsinya tetapi menghasilkan
lender 1-2 ml/hari yang normalnya dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya mengalir
ke sekum. Hambatan aliran lender dimuara apendiks tampaknya berperan dalam
pathogenesis apendiks. (wim de jong)
Menurut klasifikasi:
1. Apendisitis akut merupakan infeksi yang disebabkan oleh bacteria. Dan factor
pencetusnya disebabkan oleh sumbatan lumen apendiks. Selain itu hyperplasia
jaringan limfe, fikalit (tinja atau batu), tumor apendiks, dan cacing askaris yang dapat
menyebabkan sumbatan dan juga erosi mukosa apendiks karena parasit (E.histolytica).
2. Apendisitis rekurens yaitu jika ada riwayat nyeri berulang diperut kanan bawah yang
mendorong dilakukannya apendiktomi. Kelainan ini terjadi bila serangan apendisitis
akut pertama kali sembuh spontan. Namun apendisitis tidak pernah kembali ke bentuk
aslinya karena terjadi fibrosis dan jaringan parut.
3. Apendisitis kronis memiliki semua gejala riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari 2
minggu, radang kronik apendiks secara makroskopik dan mikroskopik (fibrosis
menyeluruh didinding apendiks, sumbatan parsial atau lumen apendiks, adanya
jaringan parut dan ulkus lama dimukosa dan infiltrasi sel inflamasi kronik), dan
keluhan menghilang setelah apendiktomi.

D. Manifestasi Klinis
Gejala awal yang khas, yang merupakan gejala klasik apendisitis adalah nyeri samar
(nyeri tumpul) di daerah epigastrium di sekitar umbilicus atau periumbilikus. Keluhan ini
biasanya disertai dengan rasa mual, bahkan terkadang muntah, dan pada umumnya nafsu
makan menurun. Kemudian dalam beberapa jam, nyeri akan beralih ke kuadran kanan
bawah, ke titik Mc Burney. Di titik ini nyeri terasa lebih tajam dan jelas letaknya,
sehingga merupakan nyeri somatic setempat. Namun terkadang, tidak dirasakan adanya
nyeri di daerah epigastrium, tetapi terdapat konstipasi sehingga penderita merasa
memerlukan obat pencahar. Tindakan ini dianggap berbahaya karena bisa mempermudah
terjadinya perforasi. Terkadang apendisitis juga disertai dengan demam derajat rendah
sekitar 37,5-38,50C.
Selain gejala klasik, ada beberapa gejala lain yang dapat timbul sebagai akibat dari
apendisitis. Timbulnya gejala ini bergantung pada letak apendiks ketika meradang.
Berikut gejala yang timbul tersebut:
1. Bila letak apendiks retrosekal retroperitoneal, yaitu di belakang sekum (terlindung
oleh sekum), tanda nyeri perut kanan bawah tidak begitu jelas dan tidak ada tanda
rangsangan peritoneal. Rasa nyeri lebih kearah perut kanan atau nyeri timbul pada saat
melakukan gerakan seperti berjalan, bernapas dalam, batuk, dan mengedan.
2. Bila apendiks terletak di rongga pelvis
Bila apendiks terletak di dekat atau menempel pada rectum, akan timbul gejala dan
rangsangan sigmoid atau rectum, sehingga peristaltic meningkat, pengosongan rectum
akan menjadi lebih cepat dan berulang-ulang (diare).
3. Bila apendiks terletak di dekat atau menempel pada kandung kemih, dapat terjadi
peningkatan frekuensi kemih, karena rangsangannya dindingnya.

E. Patofisiologi
Penyebab dari apendisitis adalah adanya obstruksi pada lumen appendikeal oleh
apendikolit, hyperplasia folikel limfoid submukosa, fekalid (material garam kalsium,
debris fekal), atau parasit (Katz, 2009).
Studi epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan makanan rendah serat dan
pengaruh konstipasi terhadap timbulnya apendisitis. Konstipasi akan menaikkan tekanan
intrasekal, yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya
pertumbuhan kuman flora kolon biasa (Sjamsuhidayat, 2005).
Kondisi obstruksi akan meningkatkan tekanan intraluminal dan peningkatan bakteri.
Hal lain akan terjadi peningkatan kongesti dan penurunan perfusi pada dinding apendiks
yang berlanjut pada nekrosis dan imflamasi apendiks (Attasi, 2002).
Pada fase ini, pasien akan mengalami nyeri pada area perium bilikan. Dengan
berlajutnya proses inflamasi, maka pembentukan eksudat akan terjadi pada permukaan
serosa apendiks. Ketika eksudat ini berhubungan dengan parietal peritoneum, maka
intensitas nyeri yang khas akan terjadi (Santacroce, 2009).
Dengan berlanjutnya obstruksi, bakteri akan berproliferasi dan meningkatkan
tekanan interluminal dan membentuk infiltrate pada mukosa dinding apendiks yang di
sebut dengan apendisitis mukosa, dengan manisfestasi ketidaknyamanan abdomen.
Adanya penurunan perfusi pada dinding akan menurunkan iskemia dan nekrosis di sertai
peningkatan tekanan intraluminal yang di sebut apendisitis nekrosis, juga akan
meningkatkan risiko perforasi apendiks. Proses fagositosis respons perlawanan pada
bakteri memberikan manifestasi pembentukan nanah atau abses yang terakumulasi pada
lumen apendiks yang di sebut dengan apendisitis supuratif.
Sebenarnya tubuh juga melakukan usaha pertahanan unuk membatasi proses
peradangan ini dengan cara menutup apendiks dengan omentum dan usus halus sehingga
terbentuk masa periapendikular yang secara salah dengan istilah infiltrate apendiks. Pada
bagian dalamnya dapat terjadi nekrosis jaringan berupa abses yang dapat mengalami
perforasi. Namun, jika tidak terbentuk abses, apendisitis akan sembuh dan massa
periapendikular akan menjadi tenang dan selanjutnya akan mengurai diri secara lambat.
Berlanjutnya kondisi apendisitis akan meningkatkan risiko terjadinya perforasi dan
pembentukan massa periapendikular. Perforasi dengan cairan inflamasi dan bakteri
masuk ke rongga abdomen lalu memberikan respons inflamasi permukaan peritoneum
atau terjadi peritonitis. Apa bila perforasi apendiks disertai material abses, maka akan
memberikan manifestasi nyeri local akibat akumulasi abses dan kemudian juga akan
memberikan respons peritonitis. Manifestasi yang khas dari perforasi apendiks adalah
nyeri hebat yang tiba-tiba datang pada abdomen kanan bawah (Tzanakis, 2005).

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Tes laboratorium
Uji laboratorium dapat membantu mengkonfirmasi diagnosis apendisitis atau
menemukan penyebab lain dari sakit perut.
2. Tes darah
Sebuah tes darah melibatkan menggambar darah seseorang di kantor penyedia
layanan kesehatan atau fasilitas komersial dan mengirim sampel ke laboratorium
untuk analisis. Tes darah dapat menunjukkan tanda-tanda infeksi, seperti jumlah sel
darah putih yang tinggi. Tes darah juga dapat menunjukkan dehidrasi atau cairan dan
ketidakseimbangan elektrolit. Elektrolit adalah bahan kimia dalam cairan tubuh,
termasuk natrium, kalium, magnesium, dan klorida.
3. Urinalisis
Urinalisis adalah pengujian sampel urin. Sampel urin dikumpulkan dalam wadah
khusus di kantor penyedia perawatan kesehatan, sebuah fasilitas komersial, atau
rumah sakit dan dapat diuji di lokasi yang sama atau dikirim ke laboratorium untuk
analisis. Urinalisis digunakan untuk menyingkirkan infeksi saluran kemih atau batu
ginjal.
4. Tes kehamilan
Penyedia layanan kesehatan juga dapat memerintahkan tes kehamilan bagi wanita,
yang dapat dilakukan melalui darah atau urin tes.

Tes pencitraan dapat mengkonfirmasi diagnosis apendisitis atau menemukan penyebab


lain dari sakit perut.

1. USG abdomen
USG menggunakan perangkat, yang disebut transducer, yang memantul aman,
gelombang suara menyakitkan off organ untuk membuat gambar struktur mereka.
Transduser dapat dipindahkan ke sudut yang berbeda untuk membuatnya mungkin
untuk memeriksa yang berbeda organ. Di USG perut, penyedia perawatan kesehatan
berlaku gel ke perut pasien dan bergerak tangan memegang transduser atas kulit. Gel
memungkinkan transduser untuk meluncur dengan mudah, dan itu meningkatkan
transmisi sinyal. Prosedur ini dilakukan di kantor penyedia perawatan kesehatan,
pusat rawat jalan, atau rumah sakit oleh teknisi terlatih khusus, dan gambar yang
ditafsirkan oleh dokter ahli radiologi yang mengkhususkan diri dalam pencitraan
medis. Anestesi tidak diperlukan. USG perut menciptakan gambar dari usus buntu
dan dapat menunjukkan tanda-tanda peradangan, usus buntu pecah, penyumbatan
dalam lumen apendiks, dan sumber-sumber lain dari sakit perut. USG adalah tes
pencitraan pertama dilakukan untuk tersangka usus buntu pada bayi, anak-anak,
orang dewasa muda, dan wanita hamil.
2. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Mesin MRI menggunakan gelombang radio dan magnet untuk menghasilkan detil
gambar organ tubuh dan jaringan lunak tanpa menggunakan sinar x. Prosedur ini
dilakukan di pusat rawat jalan atau rumah sakit oleh khusus dilatih teknisi, dan
gambar yang ditafsirkan oleh ahli radiologi. Anestesi tidak diperlukan, meskipun
anak-anak dan orang-orang yang takut ruang terbatas dapat menerima sedasi ringan,
diambil melalui mulut. MRI mungkin termasuk suntikan pewarna khusus, yang
disebut media kontras. Dengan sebagian besar mesin MRI, orang terletak di atas
meja yang slide menjadi perangkat terowongan berbentuk yang mungkin terbuka
atau tertutup berakhir di salah satu ujung; beberapa mesin yang dirancang untuk
memungkinkan orang untuk berbaring di tempat yang lebih terbuka. MRI dapat
menunjukkan tanda-tanda peradangan, usus buntu pecah, penyumbatan dalam lumen
apendiks, dan sumber-sumber lain dari sakit perut. MRI digunakan untuk
mendiagnosis usus buntu dan sumber-sumber lain dari sakit perut yang aman,
alternatif yang handal untuk computerized tomography (CT) scan.
3. CT scan. CT scan menggunakan kombinasi sinar x dan teknologi komputer untuk
membuat tiga-dimensi (3-D) gambar. Untuk CT scan, orang tersebut dapat diberikan
solusi untuk minum dan suntikan media kontras. CT scan membutuhkan orang untuk
berbaring di meja yang slide ke perangkat terowongan berbentuk di mana sinar x
diambil. Prosedur ini dilakukan di pusat rawat jalan atau rumah sakit oleh teknisi x-
ray.

G. Komplikasi
Komplikasi utama apendisitis adalah perforasi apendiks yang dapat berkembang
menjadi peritonitis atau abses. Insidens perforasi adalah 10% sampai 32%. Insidens
lebih tinggi pada anak kecil dan lansia. Perforasi secara umum terjadi 24 jam setelah
awitan nyeri. Gejala mencakup demam dengan suhu 37,0C atau lebih tinggi, penampilan
toksik, dan nyeri atau nyeri tekan abdomen yang kontinyu (Smeltzer C.Suzanne, 2002).

H. Penatalaksanaan

Tata laksana apendisitis pada kebanyakan kasus adalah apendektomi. Keterlambatan


dalam tatalaksana dapat meningkatkan kejadian perforasi. Teknik laparoskopik,
apendektomi laparoskopik sudah terbukti menghasilkan nyeri pasca bedah yang lebih
sedikit, pemulihan yang lebih cepat dan angka kejadian infeksi luka yang lebih rendah.
Akan tetapi terdapat peningkatan kejadian abses intra abdomen dan pemanjangan waktu
operasi. Laparoskopi itu di kerjakan untuk diagnosa dan terapi pada pasien dengan akut
abdomen, terutama pada wanita. (Birnbaum BA).

I. Pencegahan
Apendisitis atau peradangan usu buntu merupakan penyakit yang tidak bisa dicegah.
Hanya saja bagi orang yang mengkonsumsi serat yang cukup akan membantu mengurangi
penyumbatan pada usus buntu. Oleh karenanya penting bagi kita untuk selalu menyediakan
makanan berupa sayur-sayuran dan buah-buahan yang segar agar kita memperolah cukup
serat. Tindakan pencegahan sebenarnya lebih menekankan pada kehati-hatian dalam
melihat gejala, bila sudah timbul berbagai gejala maka segera memeriksakan keadaan
tubuh.
EVALUASI (POST TEST)

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan benar dan tepat!


1) Apakah yang dimaksud apendisitis?
2) Sebutkan faktor-faktor penyebab apendisitis!
3) Apa sajakah komplikasi yang dapat terjadi akibat apendisitis?
4) Sebutkan gejala-gejala yang biasanya dirasakan para penderita apendisitis!
5) Sebutkan minimal 5 upaya untuk mencegah dan menanggulangi apendisitis secara
dini!
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2011. Gangguan Gastrointestinal. Jakarta: Salemba Medika.

Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. NANDA NIC-NOC Jilid 1. Jogjakarta:
Penerbit Mediaction.

Anda mungkin juga menyukai