Entrepreneurship
Achmad Rozi, S.E., M.M
Ahmad Fitriyadi Sari, S.Si, M.Pd
Tuminah Condro, S.S., M.Pd
Ramses Simanjuntak, M.Pd.K
Listiawati, S.T., M.M
Suwandi S. Sangadji, S.P., M.M
Dede Aji Mardani, M.E.Sy
Eny Khusnul Hartati, S.Pd, M.Pd
Dr. Dian Cita Sari, M.Pd.I
(ANGGOTA KOMUNITAS PENCINTA BUKU INDONESIA)
Editor :
Abdul Rahman H
Abdul Rosid
Penerbit
Bintang Sembilan Visitama
2019
i
Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta
Pasal 72
ii
The Power of Entrepreneurship
Penulis:
Achmad Rozi, dkk
Editor:
Abdul Rahman H
Abdul Rozid
Sampul:
Didi Subandi
iii
Daftar Isi
iv
The Power of Entrepreneurship
v
Kata Pengantar
vi
The Power of Entrepreneurship
vii
viii
The Power of Entrepreneurship
MEMBANGUN VISI
KEWIRAUSAHAAN DI KALANGAN
INSAN KAMPUS
Oleh: Achmad Rozi1
Pendahuluan
1
Dosen Tetap STIE Prima Graha Serang – Banten
1
Banyak alasan mengapa itu terjadi, mungkin
karena kewirausahaan itu sulit untuk mewujudkannya.
Mungkin juga karena banyak orang sudah mencoba
mewujudkannya, akan tetapi gagal. Ujungnya adalah
banyak orang menjadi trauma mengembangkan
kewirausahaan. Banyak orang tidak bersedia menjadi
pendorong dan pengembang kewirausahaan, karena
takut dianggap gagal. Banyak orang mengambil jalan
paling aman, yaitu tidak menjadi pengembang
kewirausahaan, karena takut dinilai sebagai individu
atau lembaga yang tidak berhasil mengembangkan
kewirausahaan.
Arti penting kewirausahaan di dalam kehidupan
suatu masyarakat atau bangsa adalah:(1) Meningkatkan
pendapatan masyarakat, (2) Mengurangi angka
pengangguran, (3) Memanfaatkan sumber daya
ekonomi (terutama yang idle) menjadi produktif, (4)
Meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan (5) Membantu
terwujudnya pemerataan Ekonomi
Selain manfaat untuk masyarakat diatas,
kewirausahaan tentu saja sangat bermanfaat bagi
individu pelakunya, yaitu:
2
The Power of Entrepreneurship
3
siap menanggung resiko usaha dan memiliki mental
baja, sehingga mampu bangkit kembali apabila
mengalami kerugian atau keterpurukan usaha.
4
The Power of Entrepreneurship
5
seseorang yang memiliki karakter berwirausaha yang
tepat. Adapun karakter berwirausaha itu adalah:
1. Percaya Diri (memiliki sikap mental yang positif
dalam memandang dirinya)
2. Berorientasi Tugas dan Hasil (segala yang
dikerjakan dilakukan dalam mencapai keberhasilan
yang tinggi).
3. Pengambil Resiko (Berani mengambil resiko dan
mau menanggung akibat atas apa yang terjadi
(diperbuatnya).
4. Kepemimpinan (Mampu memimpin dan mengelola
tim di dalam bisnis yang dilakukan)
5. Keorisinilan (Seorang yang berwirausaha dengan
baik adalah yang memiliki keorisinalan gagasan
usaha dan teknik mengelola usaha).
6. Berorientasi ke masa depan (Seorang
wirausahawan yang baik adalah seseorang yang
memiliki cara pandang yang bersifat stratejik yaitu
melihat kepentingan masa depan atau berorientasi
dalam jangka panjang)
Jika kita bertanya: Apakah kewirausahaan itu
bakat atau keahlian? Maka jawabnya adalah bahwa
6
The Power of Entrepreneurship
7
Dosen merupakan pilar utama dalam
pengembangan kewirausahaan di perguruan Tinggi
(PT). Nilai-nilai kewirausahaan dapat ditransfer kepada
mahasiswa melalui berbagai aktifitas belajar-mengajar.
Dosen mempunyai potensi untuk membangkitkan dan
mengembangkan wirausaha di berbagai aktifitas
penelitian sehingga dapat membangkitkan usaha
melalui pengembangan hasil penelitian, pemanfaatan
laboratorium dan workshop, pemanfaatan laboratorium
lapangan dan lain-lain, sehingga hasilnya dapat
diimplementasikan dalam bentuk pengabdian
masyarakat. Dengan demikian akan berkembang
wirausaha-wirausaha dari PT berbasis iptek. Dosen
yang mempunyai pengetahuan dan pemahaman
kewirausahaan akan dapat membimbing mahasiswa
dalam menginisiasi dan mengembangkan usahanya
sehingga terjadi proses akselerasi pertumbuhan
wirausaha baru.
Berkaca pada kesuksesan negara maju seperti
amerika dan eropa yang hampir seluruh perguruan
tingginya menyisipkan materi entrepreneurship dihampir
setiap mata kuliahnya, negara-negara di asia seperti
8
The Power of Entrepreneurship
9
menciptakan iklim akademis yang secara praksis
membentuk calon-calon wirausaha.
Salah satu strategi yang harus dibangun adalah,
setiap kampus harus mampu menghadirkan lembaga
semi otonom, baik ditingkat Universitas maupun
ditingkat fakultas, yaitu semacam laboratorium
enterepreneurship. Banyak perguruan tinggi saat ini
yang mengembangkan dan membangun pusat-pusat
kewirausahaan sebagai laboratorium training bagi
mahasiswa dalam mengembangkan minat dan bakat
kewirausahaannya.
10
The Power of Entrepreneurship
11
lingkungan industry yang secara nyata
mengembangkan dunia kewirausahaan.
Industri kecil dan menenagah, sebagai basis
kewirausahaan ditingkat daerah memerlukan sentuhan-
sentuhan kreatifitas mahasiswa sebagai proses
melakukan akselerasi program kewirausahaan yang
dijalankan. Kehadiran mahasiswa disatu sisi dapat
dijadikan sebagai wadah mengasah kemampuan
kreatifitasnya dalam dunia praksis pada isnudtri kecil
dan menengah yang ada di sekitarnya. Oleh karena itu,
menjadi sebuah keniscayaan bagi perguruan tinggi
untuk membangun sinergi dan kolaborasi dengan dunia
industry, khususnys idnustri kecil dan menengah yang
mengembangankan semangat kewirausahaan.
d. Kompetisi Kewirausahaan
Satu hal yang paling strategis dan memiliki
dampak positif kepada mahasiswa atau dosen adalah
keikutsertaan dalam mengikuti setiap kompetisi ataupun
lomba-loba kewirausahaan, baik ditingkat perguruan
tinggi local, maupun tingkat nasional. Dengan mengikuti
kompetisi, diharapkan dapat memacu semangat
12
The Power of Entrepreneurship
13
2. Memahami Kondisi Mikro, yang meliputi: jumlah
penduduk, angkatan kerja dan pengangguran di
daerah, pertumbuhan ekonomi dan Pendapatan Asli
Daerah (PAD), potensi ekonomi daerah, persyaratan
pendirian usaha dan aturan pengelolaan usaha di
daerah.
3. Memahami Manajemen usaha yang meliputi
pemasaran, proses produksi atau operasional,
pengelolaan keuangan, sumber daya manusia, legal
dan lingkungan.
4. Memahami Pengalaman Wirausahawan, yaitu
mengenali pengalaman profil pengusaha sukses,
profil pengusaha gagal, profil usaha sukses dan profil
usaha yang gagal.
14
The Power of Entrepreneurship
15
Penutup
Perguruan tinggi sebagai salah satu mediator dan
fasilitator terdepan dalam membangun generasi muda
bangsa mempunyai kewajiban dalam mengajarkan,
mendidik, melatih dan memotivasi mahasiswanya
sehingga menjadi generasi cerdas yang mandiri, kreatif,
inovatif dan mampu menciptakan berbagai peluang
pekerjaan (usaha). Untuk itu sebuah keharusan bagi
setiap perguruan tinggi segera merubah arah kebijakan
perguruan tingginya dari menjadi Entrepreneurial
University. Dengan paradigm change tersebut pada
akhirnya akan melahirkan entrepreneur muda sukses
layaknya ”pahlawan-pahlawan muda” yang akan
mampu membangkitkan bangsa ini dari berbagai
keterpurukan.
Dan untuk melahirkan entrepreneur muda yang
sukses tersebut di perlukan kesungguhan dan
keseriusan dari perguruan tinggi dalam mengemban
misi entrepreneurial campus dalam pengelolaan
perguruan tingginya. Program-program kewirausahaan
yang telah digagas dan dijalankan oleh berbagai
perguruan tinggi khususnya di Indonesia, patut kiranya
16
The Power of Entrepreneurship
17
Tentang Penulis
18
The Power of Entrepreneurship
19
Penulis dapat dihubungi melalaui nomor WhatsApp:
081295422174
20
The Power of Entrepreneurship
21
berorientasi pada kemajuan membangun negeri dengan
memiliki tujuan menciptakan lapangan pekerjaan bukan
bekerja pada perusahaan.
Di lingkungan kampus STPDN Rangkasbitung
sebagai mahasiswa sudah mulai sadar betapa
pentingnya berwirausaha sebagai salah satu upaya
menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) dan
Asean Free Trade Area (AFTA). Bila mahasiswa belum
memiliki daya saing yang tinggi di daerah atau bahkan
di nasional dan internasional maka jiwa berwirausaha
harus ditumbuh kembangan pada mahasiswa untuk
memperbaiki dan membangun bangsa. Survey
membuktikan Banyak mahasiswa atau civitas
akademika kampus STPDN Rangkasbitung
membuktikan bahwa berwirausaha adalah modal utama
untuk pribadi menjadi mandiri finansial dan mampu
bersaing di Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) dan
Asean Free Trade Area (AFTA) serta mampu berperan
aktif membangun daerah.
Terbukti mahasiswa dan mahasiswi STPDN
Rangkasbitung menjadi penanggungjawab disetiap
kegiatan dan menjadi pelaku berwirausaha di Unit
22
The Power of Entrepreneurship
23
Peran serta kampus sangat berpengaruh di
bagian usaha ini karena maju dan berkembangan
digantungkan pada kegiatan berwirausaha yang
dilakukan pada lingkunan Pondok Pesantren Darunnaim
Cirende Kalanganyar- Rangkasbitung Kabupaten Lebak
Provinsi Banten. Bentuk kewirausahaan ini merupakan
pondasi bagi mahasiswa untuk memperkuat ilmu
pengetahuannya di bidang usaha dan merupakan salah
satu dari pengamalan Tri Perguruan tinggi yaitu
Pendidikan sekaligus Pengabdian pada masyarakat.
Yang lebih menarik lagi adalah terciptanya
tempat usaha kuliner atau biasa kita kenal Rumah
Makan. Nama rumah makan mahasiswa dan dosen ini
memiliki nama yang unik dan arti yang terkesan yaitu
“KARDELA” singkatan dari “Kadieu Dahar Heula”.
Tempatnya asri di atas kolam ikan dan di kolam tersebut
ikan diambil dan dimasak untuk menu pesanan.
Pengelola rumah makan ini adalah mahasiswa
semester 1 dan semester 4 karena berotasi tidak
menentukan mahasiswa semester berapa yang harus
berwirausaha di RM. Kardela dan juga skills memasak
atau tataboga yang mereka miliki.
24
The Power of Entrepreneurship
25
Seiring berkembangnya zaman maka akan
semakin menambah jumlah populasi manusia di
Indonesia dan semakin tinggi pula jumlah
pengangguran manusia pada usia produktif karena
kesulitan dalam mencari lapangan pekerjaan. Jika pola
pikir mahasiswa seluruh Indonesia harus menciptakan
lapangan pekerjaan atau berwirausaha maka
pengangguran yang semakin banyak ini kita akan bisa
atasi. Oleh karena alas an tersebut STPDN
Rangkasbitung mendorong para mahasiswa untuk
berperan serta membangun insan yang memiliki jiwa
berwirausaha dan menjadi mahasiswa yang mandiri
ekonomi serta mampu menciptakan lapangan pekerjaan
untuk orang lain.
Perlu kita ketahui bahwasannya kondisi
mahasiswa saat ini hanya mau dengan keadaan Instan
tidak mau berusaha dan malu menjadi pengusaha,
contohnya menjadi pedagang gorengan mereka masih
malu dan tidak konsisten menjalankan usaha tersebut.
Bayangkan jika mahasiswa atau generasi muda semua
memiliki mental seperti tersebut di atas maka tak akan
26
The Power of Entrepreneurship
27
pengaplikasian mahasiswa agar menjadi karya yang
inovatif dan bernilai jual tinggi.
Dengan demikian kesimpulan dari berwirausaha
sangat penting dorongan dari perguruan tinggi dan
semangat juang mahasiswa agar mampu berperan aktif
membangun mandiri finansial dan bisa membangun
perkembangan daerah yang menghasilkan pengusaha-
pengusaha bibit unggul dengan karya inovatif dan
menghasilkan banyak lapangan pekerjaan untuk orang
lain. [*]
28
The Power of Entrepreneurship
Tentang Penulis
29
tenaga pendidik diawali menjadi guru honorer pada
Yayasan Pondok Pesantren Mathlabul Huda
Pandeglang Tahun 2009.
30
The Power of Entrepreneurship
Pendahuluan
31
Dengan kata lain berusaha pada posisi “unggul”
dalam berkompetisi. Namun yang perlu kita sadari
betapapun kuatnya keinginan untuk menempatkan diri
pada “posisi unggul”, yang perlu diperhatikan untuk
negara kita ini adalah adanya kesenjangan dalam
pengembangan. Misalnya, pengembangan antara
daerah maju dengan daerah tertinggal maupun
pengembangan antara kelompok masyarakat yang
termasuk dalam kategori ekonomi tertinggal dengan
kelompok masyarakat ekonomi menengah dan ekonomi
atas. Kelompok masyarakat daerah tertinggal ini
umumnya dialami oleh masyarakat yang tinggal di
daerah 3 T (Terdepan, Terluar dan Tertinggal),
khususnya di daerah pedesaan.
32
The Power of Entrepreneurship
33
kewirausahaan ternyata masih rendah. Rendahnya
minat masyarakat dalam berwirausaha ini muncul dari
paradigma yang salah dalam pemahaman masyarakat,
dimana berwirausaha diperlukan modal besar dan harus
dilakukan dalam skala yang besar pula (Aadesanjaya
dalam Mariyati, 2016:2).
34
The Power of Entrepreneurship
35
perguruan tinggi dalam program pemberdayaan
entrepreneurship merupakan wujud tugas pengabdian
kepada masyarakat yang harus diemban oleh
perguruan tinggi. Tulisan ini berupaya menguraikan
permasalahan aktual yang dialami wirausahawan kecil
di desa Sekais saat ini untuk selanjutnya dapat dijadikan
sebagai dasar pemikiran dalam upaya mengembangkan
wirausahawan kecil menghadapi persaingan global.
36
The Power of Entrepreneurship
37
ini. Adapun kegiatan yang akan dilakukan antara lain
mengadakan pelatihan-pelatihan cara pembuatan piring
anyaman dari bahan dasar lidi daun sawit ini dengan
mendatangkan beberapa nara sumber dari Dinas terkait
dan pelaku bisnis piring anyaman dari lidi daun kelapa
sawit untuk berbagi ilmu sekaligus memberikan
pelatihan cara pembuatan piring lidi dengan kualitas
yang lebih baik. Kegiatan pelatihan dan pendampingan
ini dimaksudkan untuk meningkatkan produksi piring lidi
sawit ini sekaligus meningkatkan kualitas barangnya.
a. Kemampuan inovatif
f. Obyektivitas
38
The Power of Entrepreneurship
39
pemangku kebijakan merujuk pada dukungan finansiil
maupun non-finansiil dari pemerintah setempat.
Untuk faktor lingkungan desa Sekais yang
sebagian besar lahannya berupa perkebunan Sawit, jadi
sangat mendukung sekali untuk pembuatan piring
anyaman ini, karena bahan dasarnya diambil lidi daun
kelapa sawit. Sedangkan untuk faktor finansiil desa ini
masih mengalami kesulitan, terutama berupa
permodalan. Kesulitan modal ini membuat pengrajin
piring lidi daun kelapa sawit sulit berkembang, karena
keterbatasan modal.
Dari beberapa faktor sebagaimana disebutkan di
atas, yang menyebabkan para wirausahawan kurang
termotivasi untuk mengembangkan usaha khususnya
wirausahawan kecil adalah karena kurang efektifnya
faktor pendukung berupa regulasi dukungan finansiil
dari pemerintah. Selama ini pemerintah melalui paket
kebijakan ekonomi pada tahun 2002 sudah membuka
akses pelayanan perbankan untuk UKM (Usaha Kecil
Mikro). Melalui paket tersebut para wirausahawan kecil
mendapatkan fasilitas pinjaman modal dari perbankan,
namun kurang efektif dalam pelaksanaannya. Kurang
40
The Power of Entrepreneurship
41
2. Modal Sosial dan Moral
3. Modal Mental
42
The Power of Entrepreneurship
43
menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda melalui
pemikiran kreatif dan tindakan inovatif demi terciptanya
peluang.
44
The Power of Entrepreneurship
45
pada kemudahan akses untuk mendapatkan modal
usaha tanpa adanya persyaratan rumit yang harus
disediakan oleh wirausahawan kecil tersebut.
Pemberdayaan Entrepreneurship
Pemberdayaan entrepreneurship menjadi sangat
strategis karena potensinya yang besar dalam
menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat dan
sekaligus menjadi tumpuan sumber pendapatan
sebagian besar masyarakat dalam meningkatkan
kesejahteraannya. Pemberdayaan entrepreneurship
terutama yang terlihat pada Unit Usaha Kecil dan
Menengah (UMKM) merupakan solusi terbaik untuk
mengoptimalkan potensi sumberdaya nasional, sesuai
amanat pasal (4) dan pasal (5) UU Nomor 20 Tahun
2008. (Afiah, 2009 : 7)
Namun demikian menjadikan UMKM sebagai
basis pembangunan daerah yang sekaligus mendukung
keberhasilan pembangunan nasional masih dihadapkan
pada banyak masalah antara lain: 1)rendahnya
produktifitas UMKM yang berdampak pada timbulnya
kesenjangan antara UMKM dengan usaha besar; 2)
terbatasnya akses UMKM kepada sumberdaya produktif
46
The Power of Entrepreneurship
47
Peran Perguruan Tinggi Dalam Pemberdayaan
Entrepreneurship
Perguruan tinggi adalah lembaga yang paling
merasakan tuntutan perubahan global karena bertugas
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dunia usaha, pemerintah dan masyarakat yang
memerlukan ilmu pengetahuan berbasis teknologi
informasi serta ilmu-ilmu multidisiplin lainnya akan
menuntut perguruan tinggi untuk memenuhi kebutuhan
mereka akan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
lebih tinggi.
Effendi dalam Maryati (2016: 5) menyatakan
bahwa masyarakat sekarang mempercayakan kepada
perguruan tinggi sebagai lembaga pendidikan tinggi
yang masih memiliki kekuatan moral untuk menjadi
panutan masyarakat dalam transformasi menuju
masyarakat global. Berkaitan dengan pernyataan di
atas, tidak bisa dipungkiri bahwa peran perguruan tinggi
sangat strategis dalam kegiatan pemberdayaan
entrepreneurship. Peranan perguruan Tinggi dapat
melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
48
The Power of Entrepreneurship
49
Penutup
50
The Power of Entrepreneurship
DAFTAR PUSTAKA
51
Kasmir. 2007. Kewirausahaan. Jakarta: PT.Raja
Grafindo Perkasa.
52
The Power of Entrepreneurship
53
Tentang Penulis
54
The Power of Entrepreneurship
55
di wilayah pedalaman desa-desa kecamatan Jelimpo
dan pengabdian masyarakat di desa terpencil Sekais
kabupaten Landak Kalimantan Barat. Penulis juga aktif
dalam mengikuti International Conference di negara-
negara Asean, seperti Free Linguistic Conference 2018
di Malaya Universiti Kuala Lumpur Malaysia.
56
The Power of Entrepreneurship
57
58
The Power of Entrepreneurship
Pendahuluan
59
Tinggi sendiri, baik yang dilakukan secara mandiri
maupun yang dilakukan dengan menjalin kerjasama
dengan lembaga-lembaga lain. Jika sudah seperti itu,
maka setiap daerah akan terbangun dan mengalami
kemajuan, sehingga mampu meningkatkan
perekonomian masyarakat dan membantu pemerintah
dalam mengentaskan kemiskinan. Bahkan bila perlu
PKL, dan KKN mahasiswa diproyeksikan untuk
menggalakkan kewirausahaan.
60
The Power of Entrepreneurship
2
https://brainly.co.id › tugas
3
https://www.seputarpengetahuan.co.id › 2015/03 › 18-pengertian-
kewirausa.
61
J.Leach Ronald Melicher mengartikan
kewirausahaan sebagai sebuah proses dalam merubah
ide menjadi kesempatan komersil dan menciptakan nilai
(harga). Sementara itu Eddy Soeryanto Soegoto
menyatakan bahwa kewirausahaan atau
entrepreneurship adalah usaha kreatif yang dibangun
berdasarkan inovasi untuk menghasilkan sesuatu yang
baru, memiliki nilai tambah, memberi manfaat,
menciptakan lapangan kerja dan hasilnya berguna bagi
orang lain. Stein dan John F. Burgess mengatakan
bahwa kewirausahaan adalah orang yang mengelola,
mengorganisasikan, dan berani menanggung segala
risiko untuk menciptakan peluang usaha dan usaha
baru.
62
The Power of Entrepreneurship
4
https://www.sumberpengertian.id/pengertian-wirausaha-menurut-para-
ahli
63
Dari pengertian defenisi diatas, dapatlah ditarik
kesimpulan bahwa kewirausahaan adalah sebuah jenis
pekerjaan yang dilakukan dengan keterampilan yang
mumpuni di bidang usaha, baik itu membeli maupun
menjual produk dan mengoperasikan usahanya dengan
sistem pemasaran yang handal dan profesional. Untuk
itu para wirausaha harus terus berinovasi meningkatkan
diri, sehingga apa yang dikerjakannya benar-benar
dapat membuat terobosan dan memberikan hasil yang
positif untuk kemajuan dirinya maupun usahanya.
64
The Power of Entrepreneurship
65
saja, namum mempunyai nilai tambah bagi kemandirian
perekonomian bangsa. Kewirausahaan, dapat didefinisikan
sebagai kemampuan melihat dan menilai kesempatan-
kesempatan (peluang) bisnis serta kemampuan
mengoptimalisasikan sumberdaya dan mengambil tindakan
serta bermotivasi tinggi dalam mengambil resiko dalam
rangka mensukseskan bisnisnya.
66
The Power of Entrepreneurship
5
http://dikpora.jogjaprov.go.id/web/agenda/detail/relevansi-pendidikan-
kewirausahaan-di-perguruan-tinggi
67
a. Pendirian Pusat kewirusahaan Kampus seperti
BSI Entrepreneruship Center (BEC) di BSI, Pusat
Inkubator Bisnis ITB, Koperasi kesejahteraan
Mahasiswa (KOKESMA) ITB, Community Business
and Entrepreneurship Development (CDED) di
STMB Telkom, Community Entrepreneur Program
(CEP) UGM, Center for Entrepreneurship
Development and Studies (CEDS) di UI, UKM
Center di FEUI, Center for Entrepreneurship,
Change, and Third Sector (CECT) di Universitas Tri
Sakti, Binus Entrepreneurship Center (BEC) di
Binus, dan banyak lagi. Melalui pusat kewirausahaan
kampus banyak kegiatan yang dilaksanakan seperti
seminar, talkshow, short course, loka
karya, workshop, praktek usaha, kerjasama
usaha, Entrepreneurship Expo, Entrepreneurship
Challange dll.
b. Entrepreneurship Priority. Perguruan tinggi
diIndonesia meskipun ketinggalan, sudah mulai
sadar akan pentingnya kewirausahaan dikampus
dan menjadikan mata kuliah kewirausahaan sebagai
hal terpenting yang harus diberikan kepada
68
The Power of Entrepreneurship
69
mengakomodir mayoritas perguruan tinggi swasta
yang begitu banyak.
d. Program Wirausaha Mandiri Untuk
Mahasiswa. “Jakarta (ANTARA News) – Peserta
kompetisi wirausaha mandiri yang diselenggarakan
PT.Bank Mandiri Tbk pada 2010 hingga saat ini
mencapai 3.395 mahasiswa dan jumlah ini
meningkat dibandingkan 2009 yang hanya mencapai
1.706 peserta. Direktur Finance and Strategy Bank
Mandiri Pahala N Mansury saat ditemui di Jakarta,
Minggu, mengatakan, hal tersebut menunjukkan
minat generasi muda untuk berwirausaha semakin
meningkat. Pada penyelenggaraan 2010, pelatihan
kewirausahaan tidak hanya diberikan kepada
mahasiswa namun juga dosen untuk memperdalam
pemahaman terhadap materi modul kewirausahaan
sehingga menjadi referensi pengajaran mata kuliah
di perguruan tinggi. Saat ini, modul kewirausahaan
tersebut digunakan 264 perguruan tinggi di seluruh
Indonesia, setelah dilakukan sosialisasi pada 13 kota
dan diikuti oleh 1.265 dosen perguruan tinggi negeri
dan swasta. Program Wirausaha Mandiri ini
70
The Power of Entrepreneurship
71
f. Program Pemberian Modal Usaha Untuk
Mahasiswa. ”Metrotvnews.com, Surabaya: Menteri
Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menkop UKM)
Sjarifuddin Hasan menyatakan siap memberikan
modal bagi mahasiswa untuk berwirausaha dengan
agunan ijazah. Ia mengaku pihaknya sudah
berkeliling ke belasan kampus di Indonesia untuk
menawarkan program permodalan untuk
wirusahawan muda dari kalangan mahasiswa itu,
dan kini tercatat 6.000 mahasiswa yang tertarik.
“Tapi, hanya 3.500 mahasiswa yang tertarik
melakukan aplikasi dari usahanya (usaha yang
bersifat produksi), kemudian kami beri orientasi
tentang manajemen dan tampaknya sekarang sudah
ada 1.500 mahasiswa yang berkembang usahanya,”
paparnya.6
Jika semua perguruan tinggi di seluruh Indonesia
melakukan tugasnya untuk melahirkan wirausaha-
wirausaha muda seperti diatas, maka sudah dipastikan
6
https://ristekdikti.go.id/kolom-opini/strategi-perguruan-tinggi-
mewujudkan-entrepreneurial-campus/
72
The Power of Entrepreneurship
Kesimpulan
Perguruan Tinggi, sebagai tempat untuk
mendidik para mahasiswa, bukan saja tempat untuk
menempa hal-hal di bidang akademik saja, melainkan
juga tempat untuk melatih, membimbing dan
mengarahkan para mahasiswa untuk memiliki peluang
usaha, dengan menjadikan para mahasiswa sebagai
wirausaha-wirausaha muda yang siap menciptakan
usaha sebagai peluang untuk mengadakan lapangan
pekerjaan yang mandiri dan profesional, hasil dari
kewirausahaan ini dapat dinikmati oleh banyak orang,
bukan saja mahasiswa yang membuka usaha
melainkan menghidupkan perekonomian masyarakat
dan daerahnya.
Jika perguruan tinggi telah dengan sadar
menciptakan dan mencetak para wirausahawan muda,
73
maka pemerintah baik daerah maupun pusat harus mau
mendukung program ini, dengan cara bersinergi atau
menjadi penyuport utama, sebab dengan lahirnya
wirausahawan muda dari kalangan mahasiswa akan
memberikan kontribusi positif untuk pengembangan
daerah dan kemajuan mayarakat. Diharapkan akhirnya
semua masyarakat yang tinggal di daerah-daerah dapat
bertanggung jawab dalam meningkatkan taraf hidup
masyarakat tersebut.
74
The Power of Entrepreneurship
Daftar Pustaka
https://brainly.co.id › tugas
https://www.sumberpengertian.id/pengertian-wirausaha-
menurut-para-ahli
http://dikpora.jogjaprov.go.id/web/agenda/detail/relevans
i-pendidikan-kewirausahaan-di-perguruan-tinggi
https://ristekdikti.go.id/kolom-opini/strategi-perguruan-
tinggi-mewujudkan-entrepreneurial-campus/
75
Tentang Penulis
76
The Power of Entrepreneurship
PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN
DAN PERANNYA UNIVERSITAS
DALAM KEWIRAUSAHAAN
Oleh: Listiawati
Pendahuluan
77
(Fayolle et al., 2006) dan masih ada pertanyaan apakah
kewirausahaan pengajaran selaras dengan misi
lembaga (Mwasalwiba, 2010), dengan keduanya positif
(Kuttim et al., 2014; Martin et al., 2013) dan netral /
negatif (Graevenitz et al., 2010; Lorz, 2011) efek
pendidikan kewirausahaan dicatat. Ini semua
berkontribusi untuk kebutuhan yang lebih besar fokus
dalam diskusi tentang apakah dan bagaimana
universitas harus berkontribusi pada kewirausahaan.
Dalam mengatasi kebutuhan ini, masalah khusus
ini mencakup artikel tentang pengembangan kurikulum
berbasis teknologi kewirausahaan, menerapkan
pendekatan pemikiran desain, mengeksplorasi niat
wirausaha siswa dan pada persyaratan kemampuan
kritis untuk pemula juga ulasan menyeluruh tentang
model bisnis universitas kewirausahaan.
Pentingnya kewirausahaan
78
The Power of Entrepreneurship
79
diakui sebagai keterampilan dan pengetahuan
dibutuhkan oleh semua (Reynolds et al., 2002).
Kemampuan kerja lulusan telah didefinisikan sebagai
tujuan penting dari wilayah pendidikan tinggi Eropa
(Asderaki, 2009; Komisi Eropa, 2006), dengan
keterampilan kewirausahaan dan pengetahuan yang
diakui sebagai penting untuk dipekerjakan serta
wirausaha.
Kewirausahaan dengan demikian diidentifikasi
sebagai peluang karir, dengan yang baru penciptaan
usaha pada saat yang sama memperluas kemungkinan
pekerjaan penduduk (Komisi Eropa, 2003) dan peluang
untuk kebebasan pribadi (BMWi, 2012). Terutama di
saat krisis keuangan, kewirausahaan adalah salah satu
cara untuk menghindari pengangguran atau frustrasi
terkait pekerjaan sambil mendukung pengembangan
pribadi dan penawaran sarana pemenuhan diri (Komisi
Eropa, 2003).
Agar pertumbuhan kewirausahaan tersebut
terjadi, siswa perlu memiliki minat mereka dirangsang
dalam topik kewirausahaan, dan itu terletak pada
pemerintah dan lebih tinggi lembaga pendidikan untuk
80
The Power of Entrepreneurship
81
2007). Sebuah studi tentang motivasi anak muda Eropa
menyoroti peran pendidikan di Indonesia
mengembangkan minat dalam kewirausahaan, dengan
44% dari 15 – 24 tahun percaya itu memiliki peran
penting (Gallup Organisasi, 2007).
Tingkat pendidikan dan ketersediaan program
pelatihan kewirausahaan juga telah ditemukan menjadi
penentu keterampilan kewirausahaan (GEM, 2008,
2009). Selain itu, ada bukti yang cukup bahwa
akademisi, umumnya melalui penelitian yang dilakukan
di universitas, adalah sumber signifikan kegiatan
kewirausahaan (D'Este dan Perkmann, 2011), dan
bahwa peran mereka dalam merangsang kegiatan
ekonomi menjadi lebih jelas 30 tahun terakhir.
Kegiatan kewirausahaan ini berkembang telah
dimanifestasikan dalam peningkatan jumlah paten
(Nelson, 2001), peningkatan pendapatan lisensi
(Thursby et al., 2001) dan peningkatan jumlah
pemintalan akademik dan start-up (Etzkowitz et al.,
2000; Shane, 2005) juga lebih banyak penelitian
terapan yang dilakukan dengan mitra dan keterlibatan
konsultasi (Ferreira et al., 2006). Shane (2008)
82
The Power of Entrepreneurship
83
dalam kewirausahaan, peran universitas tidak
sepenuhnya diterima. Ada masih ada keraguan apakah
kewirausahaan seharusnya dianggap sebagai disiplin
akademis (Hisrich, 2006). Sana adalah ketakutan
bahwa konsentrasi pada kerjasama universitas-bisnis
dan kegiatan wirausaha menggeser focus penelitian dan
produksi pengetahuan dari masyarakat kepentingan
terhadap kepentingan industri atau individu (Ssebuwufu
et al., 2012).
Selanjutnya, beberapa penulis menyoroti
masalah bagi akademisi dan siswa. Untuk akademisi,
kegiatan kewirausahaan melalui spin-off atau start-up
secara substansial dapat meningkatkan beban kerja
mereka (Chatterton dan Goddard, 2000), dapat
membatasi pengungkapan hasil penelitian (Carayol,
2003; Nelson, 2001) dan dapat membatasi produktivitas
penelitian (Goldfarb, 2008) atau kesempatan untuk
mempublikasikan (Carayol, 2003). Untuk akademisi dan
mahasiswa, disana adalah potensi kerugian
kesejahteraan ekonomi melalui kebangkrutan, dengan
usaha teknologi khususnya yang berisiko (Horowitz
Gassol, 2007; Levratto, 2013; Zahra et al., 2007)
84
The Power of Entrepreneurship
85
crosscampus. Universitas sebagai institusi yang
lebih tinggi pendidikan dapat mendorong siswa
dengan menyediakan kepekaan wirausaha,
pendidikan dan pelatihan (Lu¨thje dan Franke, 2003).
86
The Power of Entrepreneurship
87
1. Penyediaan pendidikan kewirausahaan
88
The Power of Entrepreneurship
89
kewirausahaan. Ini penting untuk membangun
kesadaran siswa sebagai inisial langkah dalam
mengembangkan keterampilan kewirausahaan pribadi.
Melalui program pendidikan kewirausahaan, maka,
universitas dapat menumbuhkan minat dalam aktivitas
kewirausahaan di Indonesia baik mahasiswa maupun
akademisi dan karier wirausaha jalur pada siswa (Davey
et al., 2011). Hasil seperti itu bisa saja dicapai melalui
kursus kewirausahaan (Albert dan Marion, 1997;
Fayolle, 2007), menciptakan 'hands-on' aktif komponen
kursus yang secara signifikan dapat mempengaruhi
semangat kewirausahaan (Fayolle dan Klandt, 2006),
mengungkap keterampilan yang sebelumnya tidak
dikenal (Fayolle dan Klandt, 2006) dan pengembangan
kewirausahaan lingkungan (Gibb, 1993).
Sisi penawaran pendidikan kewirausahaan
dilaksanakan melalui penyediaan pendidikan
kewirausahaan. Didorong oleh pengakuan Schumpeter
tentang keunikan kemampuan wirausaha, kelas
universitas pertama di Indonesia kewirausahaan dimulai
pada tahun 1940 (Katz, 2003). Bukan itu hingga 1960-
an, bagaimanapun, kewirausahaan itu dianut lebih luas
90
The Power of Entrepreneurship
91
bahwa kompetensi kewirausahaan siswa dan perilaku
dapat dikembangkan melalui pendidikan.
92
The Power of Entrepreneurship
93
pengalaman, pengetahuan dan materi telah
dideskripsikan sebagai 'prioritas absolut' (Komisi Eropa,
2013, kata pengantar).
Persepsi ini berimplikasi pada peran guru dalam
pengembangan kebijakan pendidikan, sebagai guru
yang diberi informasi dan para pendidik pada gilirannya
dapat menginformasikan pembuatan kebijakan dan
bantuan untuk memicu perubahan budaya (Komisi Uni
Eropa, 2013; UNCTAD, 2012). Mengukur pencapaian
pelajar adalah satu bidang keprihatinan (Komisi Eropa,
2014) dan ketergantungan yang berlebihan pada
metode penilaian tradisional (seperti ujian dan esai)
dapat menghambat kemajuan (Pittaway dan Edwards,
2012).
Di sektor universitas Britania Raya, inisiatif yang
dididik adalah pengembangan panduan nasional via
lembaga penjaminan kualitas (QAA) untuk pendidikan
tinggi, badan yang memantau dan memberi nasihat
tentang standar dan kualitas masalah yang berkaitan
dengan pendidikan universitas. Sebagai referensi
utama, Pendidikan Perusahaan dan Kewirausahaan:
Bimbingan untuk Penyedia Pendidikan Tinggi (QAA,
94
The Power of Entrepreneurship
95
yang beragam untuk hasil belajar yang beragam (QAA,
2012).
Hal Ini bergeser fokus dari pengajaran ke
pembelajaran dan karenanya penjadwalan kerja
berbasis konten yang dirumuskan dan hasil
pembelajaran yang telah ditentukan memberi jalan
untuk lebih holistik dan lintas batas strategi. Pemecahan
silo juga penting, karena tidak hanya disiplin dapat
menjadi kewirausahaan tetapi batas antar disiplin juga
bias menjadi tempat berkembang biak bagi inovasi
(Amabile,1998; Simonton, 2000; Sternberg dan O'Hara,
1999).
Sampai saat ini, bagaimanapun, sistem
pendidikan tinggi di Eropa cenderung tetap sangat
terspesialisasi dan kekurangan luasnya itu, misalnya,
institusi AS menawarkan melalui kursus elektif
menawarkan wawasan yang lebih luas (Etzkowitz,
2014).
3. Dorongan dan dukungan inisiatif kewirausahaan
96
The Power of Entrepreneurship
97
ekonomi) dari wirausahawan potensial dan praktik
wirausaha yang efektif dalam lingkungannya (modal
budaya). Modal sosial mengacu pada jaringan
wirausahawan, yang menempatkan mereka dalam
hubungan langsung atau tidak langsung dengan
pengusaha lain. Ini didefinisikan sebagai satu set
jaringan hubungan, yang memungkinkan pengusaha
untuk mengakses sumber daya manusia dan
memungkinkan dia untuk mengambil keuntungan
sumber daya tersebut melalui jaringan, meskipun
sumber daya dapat dikontrol atau dimiliki oleh manusia.
Itu semakin baik modal sosial, semakin positif
dampaknya langkah-langkah proses.
Pengaturan dan pengejaran tujuan dikaitkan
dengan modal strategis. Kategori ini termasuk faktor-
faktor itu dapat mempengaruhi posisi strategis
pengusaha. Ini termasuk misi atau visi, tujuan dan
kekuatan pengusaha untuk menggunakan ini untuk
membawa ide ke pasar. Modal strategis juga termasuk
perencanaan proses pendirian atau dasar yang
sebenarnya dari yang baru usaha. Semakin baik posisi
strategis pengusaha, semakin besar kemungkinan
98
The Power of Entrepreneurship
4. Kepemimpinan wirausaha
99
cara berpikir dan berperilaku wirausaha untuk inovasi
terjadi. Abad ke-21 pembaruan pada pernyataan
Drucker dapat berupa 'individu kewirausahaan
merangsang inovasi'.
Pernyataan yang direvisi ini menyoroti perspektif
yang lebih luas: inovasi tidak didorong hanya oleh
pengusaha dan inovasi dapat terjadi dimanapun ada
individu yang menunjukkan kapasitas kewirausahaan di
berbagai konteks dan budaya / lingkungan sosial.
Ungkapan 'kepemimpinan kewirausahaan' menyatukan
dua konsep substantif kewirausahaan dan
kepemimpinan. Kepemimpinan sangat kontekstual dan,
dalam lingkungan yang tidak pasti, tidak dapat diprediksi
dan kompleks, para pemimpin harus berwirausaha.
Semua pengusaha kemungkinan besar untuk
menampilkan kualitas dan perilaku kepemimpinan. Kita
akan berpendapat bahwa kepemimpinan
kewirausahaan adalah apa yang sekarang diperlukan di
universitas: peluang dan risiko baru berlimpah dan tata
kelola lembaga perlu mengadopsi kualitas dan perilaku
kepemimpinan kewirausahaan. Literatur tentang topik ini
relatif jarang, dan memang sudah ada sebelumnya telah
100
The Power of Entrepreneurship
101
beberapa tahun terakhir (lihat, mis. Bouman dan
Koopmans, 2010; Greenberg et al., 2011; Okello, 2014)
karena memiliki jangkauan luas program akademik di
Amerika Serikat, Eropa dan Amerika Afrika, termasuk
gelar Master di Inggris.
Konsep ini juga diterapkan dalam konteks
pemimpin gereja, pembangunan pedesaan dan 'dewi-
preneur'. Ada berbagai model dan kerangka kerja untuk
kepemimpinan kewirausahaan yang pada dasarnya
membedakan konsep dari bentuk tradisional
kepemimpinan manajerial atau korporatis. Berkenaan
dengan peran universitas dalam pengembangan
kewirausahaan, kepemimpinan kewirausahaan adalah,
pertama, kapasitas pribadi yang penting untuk dipelajari
dan dikembangkan oleh siswa dan lulusan dan
karenanya merupakan bagian dari kerangka kerja
dibahas di atas. Kedua, itu adalah komponen kunci dari
universitas kewirausahaan.
Pola pikir kewirausahaan dan perilaku lebih
cenderung berkembang di tempat-tempat yang kondusif
untuk belajar melalui dan dari pengalaman, eksperimen,
bermain dan gagal, di mana ada panutan dan contoh,
102
The Power of Entrepreneurship
103
Daftar Pustaka
104
The Power of Entrepreneurship
105
der Unternehmensgru¨ ndung aus
Hochschulen. In: Eine Kultur der
Selbststa¨ndigkeit in der Lehrerausbildung.
Bergisch Gladbach Publishers, pp. 47–98.
106
The Power of Entrepreneurship
107
Bygrave JG, Covin DL, et al. (eds) Frontiers of
Entrepreneurship Research. Wellesley:
Babson College, pp. 406–421.
108
The Power of Entrepreneurship
109
European Commission (2013) Entrepreneurship
education: a guide for educators. Brussels:
Directorate-General for Enterprise and
Industry.
110
The Power of Entrepreneurship
111
Gibb A (1993) Small business development in Central
and Eastern Europe: Opportunity for rethink?
Journal of Business Venturing 8: 461–486.
112
The Power of Entrepreneurship
113
Groen AJ (2005) Knowledge intensive entrepreneurship
in networks: towards a multi-level/multi-
dimensional approach. Journal of Enterprising
Culture 13(1): 69–88.
114
The Power of Entrepreneurship
115
future. In: Jahrbuch Entrepreneurship 2005/06.
Berlin-Heidelberg: Springer, pp. 3–14.
116
The Power of Entrepreneurship
117
Levie J (1999) Enterprising Education in Higher
Education in England. London: Department for
Education and Employment.
118
The Power of Entrepreneurship
119
impact indicators. Education þ Training 52(1):
20–47.
120
The Power of Entrepreneurship
121
Reynolds P, Bygrave W, Autio E, et al. (2002) Global
Entrepreneurship Monitor 2002 Executive
Report. Kauffman Center for Entrepreneurial
Leadership at the Ewing Kaufman Foundation.
122
The Power of Entrepreneurship
123
Sternberg RJ and O’Hara LA (1999) Creativity and
intelligence. In: Sternberg RJ (ed.) Handbook
of Creativity. Cambridge: Cambridge University
Press, pp. 251–272.
124
The Power of Entrepreneurship
125
Vollmer HM (1962) A Preliminary Investigation and
Analysis of the Role of Scientists in Research
Organizations. US Air Force Office of Scientific
Research Technical Report 1. Menlo Park:
Stanford Research Institute.
126
The Power of Entrepreneurship
127
Tentang Penulis
128
The Power of Entrepreneurship
129
4288, e-issn : 2548-5237, vol. 15, no. 2, agustus
2017, hal. 117-122.
6) Pengaruh Promosi dan Harga Terhadap Kepuasan
Konsumen di PT. Indomaret Suralaya, Merak-
Banten. Jurnal Riset Akuntansi Terpadu, Vol. 10, No.
2, Oktober 2017. Hal. 256-270.
7) Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Tingkat
Kedisiplinan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan di
Unit PT. Bank BTPN Syariah, Tbk Cabang serang,
jurnal ekonomi - universitas taruma negara, vol. 22 ,
no. 3, november 2017, hal. 374-392.
8) Pengaruh Modal dan Tingkat Penjualan Terhadap
Profitabilitas pada perusahaan Manufaktur Sektor
Alat Rumah Tangga yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2011-2016, Jurnal Ilmiah
Technoscince, Vol. IV, No. 2, Desember 2018, Hal
257-266.
9) Profitabilitas dan Leverage dalam Mempengaruhi
Effective Tax Rate, Jurnal Manajemen UNSERA,
Vol. 9, No. 1, Juni 2019, Hal. 17-29.
130
The Power of Entrepreneurship
131
132
The Power of Entrepreneurship
Pendahuluan
133
Peningkatan nilai-nilai kehidupan sosial politik
antara lain terungkap dari perilaku politik yang semakin
amanah dan demokratis serta berkembangnya
demokrasi dalam penyelenggaraan kekuasaan negara
yang transparan dan akuntabel. Peningkatan nilai-nilai
sosial ekonomi antara lain tecermin dari kegiatan
investasi serta tingkat produktivitas, pendapatan dan
kesejahteraan masyarakat. Peningkatan nilai-nilai
sosial budaya antara lain terungkap dari tingkat
kecerdasan, kemampuan dan pola kehidupan individu
dan kelompok sosial masyarakat yang semakin
menghargai hak asasi manusia, menghendaki keadilan
sosial dan kesejahteraan sosial.
Dalam konteks ini, semakin tinggi nilai investasi di
bidang pendidikan maka semakin tinggi pula nilai-nilai
kehidupan sosial politik, sosial ekonomi dan sosial
budaya masyarakat. Dengan pemahaman makna dan
manfaat ini maka keberhasilan atau kegagalan
investasi di bidang pendidikan tidak bergantung hanya
pada peran dan tanggungjawab pemerintah saja,
namun bergantung pula pada peran dan
tanggungjawab individu, keluarga dan masyarakat
134
The Power of Entrepreneurship
135
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggung jawab”.
Dalam pelaksanaan fungsi pendidikan tersebut
tercakup sekaligus tiga aspek penting pengembangan
jati diri para peserta didik, yakni peningkatan kualitas
sikap mental, peningkatan kapasitas intelektual dan
peningkatan kapabilitas sosial. Peningkatan kualitas
sikap mental terbentuk dari pengejawantahan konsep
pendidikan yang bertujuan membentuk pribadi yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, dan sehat jasmani dan rohani serta
mandiri.
Peningkatan kapasitas intelektual terbentuk dari
pengejawantahan konsep pendidikan yang bertujuan
membentuk pribadi yang berilmu, cakap, dan kreatif.
Sedangkan peningkatan kapabilitas sosial terbentuk
dari pengejawantahan konsep pendidikan yang
bertujuan membentuk pribadi yang demokratis dan
bertanggung jawab. Dengan demikian dapat
diaktualisasikan bahwa fungsi pendidikan dalam
kehidupan individu dan kehidupan keluarga serta
136
The Power of Entrepreneurship
137
dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam konteks ini, pasal 13 angka (1)
menyatakan bahwa urusan wajib yang menjadi
kewenangan pemerintahan daerah provinsi merupakan
urusan dalam skala provinsi yang antara lain meliputi
penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber daya
manusia potensial.7 Dengan demikian implementasi
kebijakan desentralisasi juga terarah untuk
mewujudkan pelaksanaan fungsi pendidikan
sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-
Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Pada tingkat pendidikan tinggi, fungsi pendidikan
dimaksud dilaksanakan oleh perguruan tinggi, baik
perguruan tinggi negeri maupun perguruan tinggi
swasta yang ada di setiap provinsi. Dalam konteks
itu, pertanyaan yang menarik untuk dijawab adalah
“Bagaimana peran pendidikan dalam menghadapi
tantangan masa depan?”. Ada tiga alasan mengapa
pertanyaan ini menarik untuk dijawab, pertama, Maluku
138
The Power of Entrepreneurship
139
undang Nomor: 6 Tahun 2003, Tentang Pembentukan
Provinsi Maluku Utara, Kabupaten Buru dan Kabupaten
Maluku Tenggara Barat.
Luas wilayah Provinsi Maluku Utara mencapai
140
The Power of Entrepreneurship
141
Halmahera, Taliabu, Obi, Morotai, Bacan, dan Pulau
Makian, masih sangat jarang. Dengan sebaran
penduduk yang demikian itu, sampai bulan Maret 2016
jumlah penduduk miskin di Provinsi Maluku Utara
mencapai 6,33 persen. Sejalan dengan itu, secara
umum angka putus sekolah Provinsi Maluku Utara di
tahun 2016 mengalami peningkatan pada seluruh
kelompok umur sekolah dibanding tahun
sebelumnya yaitu untuk kelompok umur 7-12 tahun
99,14 persen, 13-15 tahun 96,90 persen dan 16-18
tahun 75,58 persen.8
2. Kondisi Ketenagakerjaan
142
The Power of Entrepreneurship
9 Ibid.,
143
3. Kondisi Perekonomian Daerah
Gambaran perekonomian makro Provinsi Maluku
Utara tercermin dari indikator ekonomi seperti
pertumbuhan ekonomi, laju inflasi, PDRB per kapita,
dan pendapatan daerah. Berdasarkan data kajian
ekonomi regional, diketahui bahwa Ekonomi Maluku
Utara pada triwulan III 2017 tumbuh meningkat
dibanding triwulan II 2017. Pertumbuhan ekonomi
pada triwulan III 2017 tercatat sebesar 7,78%, lebih
tinggi dari triwulan sebelumnya yang sebesar 6,99%.
Dari sisi permintaan, akselerasi pertumbuhan
ekonomi triwulan III 2017 didorong oleh peningkatan
konsumsi yang berasal dari dana pemerintah dan
kegiatan investasi di Maluku Utara khususnya
pembangunan smelter. Dari sisi penawaran, perbaikan
kinerja sektor-sektor utama yakni sektor industri
pengolahan, sektor konstruksi, dan sektor administrasi
pemerintahan menjadi penyebab peningkatan
pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2017.
Sementara itu, Memasuki triwulan IV 2017,
Pertumbuhan perekonomian Maluku Utara diperkirakan
akan tumbuh pada kisaran 7,31% - 7,71% dengan
144
The Power of Entrepreneurship
145
pilkada 2018 akan menjadi pendorong utama inflasi
Maluku Utara pada triwulan berjalan. Sementara itu,
curah hujan Desember 2017 yang diprediksi lebih
tinggi dari tahun lalu diperkirakan berisiko menghambat
aktivitas nelayan ikan tangkap di akhir tahun dan
memicu inflasi tinggi pada kelompok ikan segar.
Dengan mempertimbangkan risiko-risiko pemicu
inflasi tersebut, pada akhir tahun 2017, inflasi
Maluku Utara diperkirakan meningkat dan berada
pada kisaran 3,0% – 3,4%. Perekonomian Maluku
Utara pada triwulan I 2018 diperkirakan tumbuh
melambat dari triwulan berjalan dan berada pada
kisaran 6,7% - 7,1% dengan kecenderungan bias ke
atas. Dari sisi permintaan, pelambatan pertumbuhan
ekonomi diakibatkan oleh melambatnya PMTB sebagai
dampak Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada)
tingkat provinsi tahun 2018 sehingga pelaku usaha
cenderung khawatir dengan perubahan kebijakan dan
pergantian pucuk pimpinan SKPD.
Dari sisi penawaran, perlambatan disebabkan
oleh melambatnya kinerja sektor pertambangan dan
sektor industri pengolahan seiring belum ada
146
The Power of Entrepreneurship
147
risiko tersebut, inflasi pada 2018 diperkirakan mencapai
3,9% - 4,3%.10
148
The Power of Entrepreneurship
11https://forlap.ristekdikti.go.id/perguruantinggi/search
12http://panjihitamdiufuktimur.blogspot.co.id/2017/08/direktori-hasil-
akreditasi-institusi.html
149
lulusan perguruan tinggi diperkirakan belum balance
dengan jumlah mahasiswa yang masuk.
Dengan kondisi penyelenggaran fungsi
perguruan tinggi tersebut, maka pertanyaannya
adalah “Apakah peran strategis perguruan tinggi dalam
perspektif pembangunan daerah Provinsi Maluku Utara
sudah maksimal dalam menyiapkan sumber daya
manusia yang kompeten dan profesional untuk
melaksanakan kebijakan pembangunan daerah di
seluruh sektor dan tingkatan?”
Untuk dapat memaksimalkan dan sekaligus
mengefektifkan peran strategis perguruan tinggi dalam
menyiapkan sumber daya manusia yang dibutuhkan
untuk merumuskan dan melaksanakan kebijakan
pembangunan di seluruh sektor dan tingkatan, maka
perlu dilakukan suatu pendekatan analisis yang
mendalam dan menyeluruh terhadap peran strategis
perguruan tinggi dalam penyelenggaraan sistem
pemerintahan dan pelaksanaan sistem manajemen
pembangunan di Provinsi Maluku Utara.
Dalam konteks ini, sekurang- kurangnya terdapat
tiga peran strategis perguruan tinggi dalam perspektif
150
The Power of Entrepreneurship
151
kesejahteraan tenaga kependidikan; (3) masih
terbatasnya penyediaan sarana dan prasarana
pendidikan; dan (4) masih terbatasnya jaringan
kerjasama perguruan tinggi dengan berbagai pihak di
berbagai sektor dan tingkatan. Karena itu, upaya
meningkatkan peran edukatif perguruan tinggi dalam
perspektif pembangunan daerah sebaiknya dimulai dari
peningkatan kemampuan dan kinerja perguruan tinggi
dalam melaksanakan fungsi pendidikan yang sesuai
dengan perkembangan, kebutuhan dan masalah
pembangunan daerah.
Peningkatan peran edukatif ini antara lain dapat
dilakukan dengan cara : (1) Melakukan penyiapan dan
penataan rencana strategis perguruan tinggi agar lebih
sesuai dengan tuntutan lingkungan strategis perguruan
tinggi; (2) Menggalang dan mendayagunakan fungsi
kebijakan alokasi anggaran pendidikan sebesar 20
persen dari APBN/APBD untuk kepentingan
pengembangan perguruan tinggi; (3) mengembangkan
peran kooperatif perguruan tinggi melalui kerjasama
pengembangan program studi dengan berbagai pihak
di dalam dan luar negeri yang terkait dengan
152
The Power of Entrepreneurship
153
Masalah perguruan tinggi yang dimaksud antara
lain (1) perlu disadari bahwa masing-masing perguruan
tinggi masih dihadapkan pada keterbatasan tenaga
kependidikan untuk mengoptimalkan pelaksanaan
program studi pada masing-masing fakultas; (2)
keterbatasan pembiayaan untuk mengembangkan
program studi dan meningkatkan kesejahteraan tenaga
kependidikan; (3) keterbatasan penyediaan sarana dan
prasarana pendidikan yang lengkap dan modern; dan
(4) keterbatasan jaringan kerjasama pendidikan
dengan berbagai pihak di berbagai sektor dan
tingkatan. Karena itu, upaya meningkatkan peran
kooperatif perguruan tinggi dalam perspektif
pembangunan daerah sebaiknya dimulai dari
pengembangan kebijakan kerjasama pendidikan dan
pelatihan dengan berbagai pihak untuk mendukung
perkembangan, kebutuhan dan masalah
pembangunan daerah.
Peningkatan peran kooperatif ini antara lain
dapat dilakukan dengan cara : (1) Mengidentifikasi
peluang dan sumber daya untuk menjalin kerjasama
pendidikan dan pelatihan dengan berbagai pihak di
154
The Power of Entrepreneurship
155
sebagai sumbangsih intelektualitas perguruan tinggi
dalam mendukung penyelenggaraan sistem
pemerintahan dan pelaksanaan sistem manajemen
pembangunan. Untuk mengoptimalkan peran promotif
perguruan tinggi ini, teridentifikasi sejumlah masalah
yang perlu disikapi, diatasi dan sekaligus diatasi
secara terpola, terpadu dan berkelanjutan oleh
perguruan tinggi.
Masalah yang dimaksud antara lain (1) terdapat
kelemahan dan kekurangan dalam penyelenggaraan
kebijakan pendidikan di tingkat dasar dan
menengah yang perlu diperkuat, dan oleh sebab itu
perguruan tinggi memandang perlu mempromosikan
kebijakan, konsep dan program pendidikan dasar dan
menengah yang lebih sesuai dengan karakteristik
permasalahan daerah di bidang pendidikan; (2)
terdapat berbagai kebijakan publik yang perlu dikritisi
karena kurang selaras dengan perkembangan,
kebutuhan dan permasalahan masyarakat, dan oleh
sebab itu perguruan tinggi memandang perlu
mempromosikan kebijakan-kebijakan publik yang lebih
sesuai dengan perkembangan, kebutuhan dan
156
The Power of Entrepreneurship
157
fungsi pembangunan, fungsi pemberdayaan
masyarakat dan fungsi pelayanan public.
Penutup
158
The Power of Entrepreneurship
Daftar Pustaka
https://forlap.ristekdikti.go.id/perguruantinggi/search
http://panjihitamdiufuktimur.blogspot.co.id/2017/08/dire
ktori-hasil-akreditasi-institusi.html
159
Tentang Penulis
Suwandi S. Sangadji,
Nationality Indonesia Place &
date of birth Tidore, 2 Februari
1990 Sex Male Marital Status
Married Address Jl. Makam
Pahlawan Kelurahan Tuguwaji
Kecamatan Tidore, Kota Tidore
Kepulauan, Provinsi Maluku
Utara. Email suwandinukusangadji@gmail.com Formal
Education Year Description 2016 Master of
Management from Mercu Buana University, Jakarta,
Indonesia– GPA: 3.75 (Scale: 1-4) 2011 Bachelor from
Department of Agribusiness, Nuku University, Tidore,
Maluku Utara, Indonesia– GPA: 3.65 (Scale: 1-4) 2007
Senior High School SMK 3 Tidore, Tidore, Indonesia
2004 Junior High School SMP 1 Tidore, Tidore,
Indonesia 2001 Primary School SD Tomagoba, Tidore,
Indonesia Informal Education Year Description 2018
ADRI 17th International Conference “Marine and
160
The Power of Entrepreneurship
161
Anggota Perkumpulan Dosen Muda Nusantara 2018
Anggota Asosiasi Dosen Agribisnis Indonesia 2017
Relawan komunitas pecinta lingkungan dan
pengabdian kepada masyarakat NATURAL. 2013
Relawan Pusat Informasi dan Konseling Remaja
FIRAU Tidore 2010 Relawan Satuan Tugas Pelaksana
Penanggulangan Bencana SATGANA PMI Sekretaris
Himpunan Mahasiswa Jurusan Agribisnis Universitas
Nuku Skill in Software Type Software Statistic Software
SPSS, LISREL, AMOS, PLS, Mini-Tab Graphic Design
Software Photoshop Programing Windows XP, 7, 8
Office Application Ms. Word, Ms. Excel, Ms. Power
Point, Ms. Visio
162
The Power of Entrepreneurship
Pendahuluan
163
Jurnal-jurnal Ilmiah negara yang disebutkan
diatas memberikan kompetisi yang kuat dan unggul.
Basis data dan penelitian yang menjadi ujung tombak
negara bisa maju dan berkembang. Namun hal itu
memerlukan peran pemerintah yang tidak sedikit.
Dukungan dan respon pemerintah sangat diperlukan
terutama untuk bidang dana riset dan pengembangan
keilmuan untuk memajukan kebangkitan suatu negara.
Dalam bidang pendidikan seperti kucuran dana untuk
penelitian, hibah sarana dan prasarana serta dana
beasiswa.
164
The Power of Entrepreneurship
165
Indonesia adalah pertama, kurangnya lapangan kerja
yang diikuti oleh lulusan atau para pencari kerja yang
tidak seimbang. Menurut data yang dikeluarkan oleh
BPS 2016 bahwa pada tahun 2016 jumlah pengagguran
terbuka sebanyak 66.34 Juta (BADAN PUSAT
STATISTIK, 2017).
Meskipun ada penurunan secara grafik namun
jika tidak ditangani dengan serius hal ini bisa menjadi
bom waktu. Suatu hari nanti jika pemerintah dan semua
pihak memberikan solusi dan jalan untuk mengurangi
ketimpangan ini hambatannya hanya bisa di atasi
dengan dua pendekatan, yaitu:
a) Pendekatan kultural.
Artinya frame masyarakat Indonesia kebanyakan
berkeinginan untuk hidup instan dan nyaman. Banyak
gagasan dan keinginan jika sudah menempuh
pendidikan tinggi atau SMU biasanya, orientasi mencari
kerja, dimana saya bisa kerja, berapa gajinya dan lain
sebagianya. Dengan tujuan yang instan yantu
mendapatkan pendapatan. Bukan menempuh proses
yang menekankan pentingnya kerja keras dan
semangat dalam menciptakan peluang kerja.
166
The Power of Entrepreneurship
167
b) Pendekatan edukatif.
Disini peran pemerintah memegang kendali yang
sangat stategis, dimana pihak pemerintah mempunyai
kekuatan dalam bidang manajerial, normatif, biaya,
perundang undangan dan lainya. Kekuatan kekuatan itu
dinilai sangat berperan dalam pengembangan
kewirausahaan yang dapat mendongkrak kemajuan
ekonomi setempat. Pendekatan edukatif ini tidak serta
merta menjadi tanggung jawab dari pemerintah saja,
tetapi juga menjadi tanggug jawab semua pihak dalam
memajukannya.
Sebagai contoh misalnya pihak swasta berperan
dalam memberikan bimbingan dan atau lembaganya
bersedia dijadikan tempat untuk praktek kerja lapangan
(PPL) yang menjebatani antara teori yang diajarkan di
kelas dengan praktik di lapangan sekaligus sebagai
bekal dalam memperoleh keterampilan di dunia kerja,
hal ini berkorelasi dengan program pemerintah dengan
membuka BKL (Balai latihan kerja) yang berfungi
sebagai wadah dan saluran lulusan SMK atau SMA
yang belum mempunyai pekerjaan sekaligus sebagai
persiapan guna membuka usaha yang mandiri.
168
The Power of Entrepreneurship
169
sektor usaha yang tahan banting dalam menghadapi
krisis moneter(Tambuanan, 2014).
Kekuatan ini disebut bahwa komoditi dari sektor
real ini tidak memerlukan bahan baku import yang kala
itu merupakan suatu kondisi dimana dollar sedang
tinggi. Karena ketergantungan terhadap dollar tinggi
maka akan membuat harga jualnya pun menjadi mahal.
Karena bahan baku dan komponennya berasal dari luar
negeri. Neraca perdaganagn import harus stabil jangan
sampai neraca importnya menjadi defisit. Defisit ini
tentunya akan menguras terhadap cadangan devisa
atau tabungan negara Indonesia (Faisal Basri, 2016).
Pemerintah Indonesia sangat antusias dalam
memajukan para usahawan atau wirausaha termasuk
dibawah kementerian agama yaitu pada pondok
pesantren. Pondok pesantren memiliki peran dalam
memajukan ekonomi regional dan domestik. Karena
banyak para santri yang mukim dan belajar di pondok
pesantren. Ketika mereka pulang kampung mereka
diminta untuk mempraktekan ilmu yang telah di
timbanya di pondok pesantren bukan hanya pada
bidang keagamaan tetapi lebih lengkap pada bidang
170
The Power of Entrepreneurship
171
Penelitian yang dilakukan oleh Toriqudin
(Toriquddin, 2007) ia mengatakan bahwa saat ini santri
tidak boleh berkutat pada eco religius tetapi ia harus
bisa membuka diri dengan dibekali keterampilan yang
dimilkinya, sehingga ia menjadi senter usaha di
kampung halamanya dan tidak menjadi beban orang
lain. Penelitian yang dilakukan Muhammad Najib
(Nadjib, 2013) ia mengatakan pada umumnya para
wirausahawan di pesisir mempunyai etos kerja yang
tinggi namun secara etik dan bisnis Islam masih jauh.
Maksudnya pengelolaan kewirausahaan ini dilakukan
oleh semua sektor termasuk pada sektor kelautan.
Sebenarnya dalam agama Islam anjuran untuk
melakukan perniagaan atau wirausaha telah jauh di
dengungkan sejak jaman nabi Muhammad SAW.
Bahkan nabi sendiri pun adalah seorang entepreneur.
Sebagai contoh nabi telah melakukan kegiatan yang
dimaksud tentunya dengan berbagai etika dan moralitas
yang di jungjung tinggi. Keberhasilan-keberhasilan
dalam berusaha pun sebenarnya tidak terlepas dari
semangat keberagamaan. Secara sederhananya ada
temuan bahwa semakin tinggi tingkat keyakinan
172
The Power of Entrepreneurship
173
Adopsi ini lebih sesuai dengan perkembangan
jaman dan kemudahan dalam teknologi. Artinya
capaian-capaian kewirausahaan ini harus di barengi
dengan adaptasi teknologi yang mutakhir. Era distrupsi
modern 4.0 harus dimaknai sebagai sebuah peluang
bagi para entepreneur muda sebagai sebuah pasar
yang sangat potensial. Ada persepsi di masyarakat jika
tidak bisa mengoprasionalkan teknolgi maka akan
ketinggalan informasi dan kemampuan dalam
mengakses apa yang di butuhkan. Masa 30 tahuan
merupakan masa dimana perangkat negara harus
mempersiapkan diri menyongsong sebuah era dan
persaingan global dimana bangsa yang unggul dan
maju adalah bangsa yang menguasai teknolgi dan
informasi.
Investasi yang ditanamkan oleh Indonesia
dalam SDM ini, akan membawa dampak yang besar.
Seperti membuka jurusan informatika dan teknik
komputer jaringan atau dalam rumpun keilmuan ilmu
komputer, IT dan jaringan membuktikan bahwa
keseriusan pemerintah dalam menyongsong era
digitalisasi dunia. Persaingan Indonesia ini bisa di
174
The Power of Entrepreneurship
175
negeri(Eppler, 2009). Indonesia harus bisa bersaing
dengan negara lain yang lebih liberal dalam melakukan
ekspansi dan eksport produknya ke luar negeri.
176
The Power of Entrepreneurship
177
Sehingga tidak menimbulkan kerugian bagi alam sekitar
dan hemat dalam biaya. Salah satu program yang di
canangkan oleh PBB adalah pemeliharaan alam
lingkungan untuk kehidupan yang berkelanjutan, selain
itu terdapat pula salah satu indikator pembanguan yang
berkelanjutan adalah menggunakan bahan baku atau
barang bekas yang bisa bernilai ekonomis(Sofyani,
Ulum, Syam, & L., 2012).
Indonesia dan 180an negara di PBB telah
menandatangi masalah pembangunan yang
berkelanjutan agar bumi dan penduduknya mengadakan
perubahan dalam pembangunan yang berkelanjutan
dan kesetraan bagi umat manusia. Isu yang paling
menarik adalah tentang pemberdayaan ekonomi,
karena dengan berdayanya ekonomi dengan membuka
lapangan lapangan kerja akan meningkatkan
kesejahteraan umat manusia(Mardani, 2019).
178
The Power of Entrepreneurship
179
Potensi ini terus di kembangkan bahkan sampai
dengan ke luar negeri dan menjadi salah satu andalah
pemeritahan kota Tasikmalaya. Jadi kearifan lokalnya
cukup dominan dan di kenal luas oleh masyarakat, yang
cukup menggembirakan sekarang adalah para
pengusaha muda telah terjun mendampingi para orang
tua mereka memproduksi dan memasarkannya ke pasar
di kota kota dan Indonesia secara luas. Selain itu untuk
produk tahu khususnya di daerah Indihiang telah
menembus pasar domestik yang di jual ke berbagai kota
di luar provinsi. Hal ini membuat industri tahu dan juga
tempe asal kota Tasikmalaya mengalami kenaikan pada
dasawarsa ke belakang(Aiman, Handaka, & Lili, 2017).
Hanya saja kekurangannya adalah pangsa pasar
yang menjadi prioritas, masih terbatasnya pasar untuk
produk tahu ini dan juga gonjang ganjing harga yang
masih di tentukan oleh kedelai import dari luar negeri.
Ketika potensi ini dikembangkan maka akan
memberikan dampak yang luar biasa untuk kemajuan
daerah dan negara secara umum. [*]
180
The Power of Entrepreneurship
Tentang Penulis
181
Raudhatul Jannah. Korespondensi melalui email
dedeaji.m@gmail.com
182
The Power of Entrepreneurship
Daftar Pustaka
183
Indonesia. https://doi.org/10.1590/S1415-
65552005000200005
Faisal Basri, G. A. P. (2016). Mengelak dari Jebakan
Penghasilan Menengah di Indonesia Penghasilan
Menengah di Indonesia. Analisa Risiko, Pemecah
MAsalah dan Karakteristik Nasional. (Sergio
Grassi, Ed.). Jakarta Selatan: Friederich-Ebert-
Stiftung Indonesia Office. Retrieved from
www.fes.or.id
Madjid, N. (1999). Islam Doktirn Dan Peradaban (IV).
Jakarta: PARAMADINA.
Mardani, D. A. (n.d.). Spritual Entepreneurship dalam
Pemberdayaan Ekonomi Umat (Studi terhadap
Tarekat Idrisiyah Pageningan Tasikmalaya).
Mardani, D. A. (2019). al-Afkar, Journal for Islamic
Studies Dede Aji Mardani Spritual
Entepreneurship Dalam Pemberdayaan Ekonomi
Umat (Studi terhadap Tarekat Idrisiyah
Pageningan Tasikmalaya) al-Afkar, Journal for
Islamic Studies The Enterpreneurship Spirituality
In People’s Economic Empowerment (The
Studies of Idrisiyah Sufism in Pageningan
184
The Power of Entrepreneurship
Tasikmalaya), 4(1).
https://doi.org/10.5281/zenodo.3342071
Nadjib, M. (2013). RELIGION , Ethics And Work Ethos
Of The Javanese Fishermen ’ S. Jurnal Ekonomi
Pembanguan, 21(2), 137–150.
Nurfalah, I., & Rusydiana, A. S. (2019). Digitalisasi
Keuangan Syariah Menuju Keuangan Inklusif:
Kerangka Maqashid Syariah. Ekspansi: Jurnal
Ekonomi, Keuangan, Perbankan Dan Akuntansi,
11(1), 55.
https://doi.org/10.35313/ekspansi.v11i1.1205
Nurseto, O. T. (2010). Pendidikan Berbasis
Entrepreneur. Jurnal Pendidikan Akuntansi
Indonesia (Vol. VIII).
Portal.tasikmalaya.go.id. (2019). Program Pemkot
dalam Pemberdayaan Masyarakat. Retrieved
September 26, 2019, from
www.portal.tasikmalayakota.go.id
Roza, P. (2007). PENDIDIKAN DAN MUTU MANUSIA.
Pendidikan dan Mutu Manusia Jurnal
Sosioteknologi Edisi 12 Tahun (Vol. 6).
Sofyani, H., Ulum, I., Syam, D., & L., S. W. (2012).
185
Islamic Social Reporting Index Sebagai Model
Pengukuran Kinerja Sosial Perbankan Syariah
(Studi Komparasi Indonesia Dan Malaysia).
Jurnal Dinamika Akuntansi, 4(1), 36–46.
https://doi.org/10.1029/2009GB003503
Tambuanan, T. (2014). Perekonomian Indonesia (Kajian
Teoritik dan Analisis Empiris). Jakarta: Erlangga.
Toriquddin, M. (2007). Di Pesantren Berbasis Syariah,
24–35.
186
The Power of Entrepreneurship
Pendahuluan
187
Mata Pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan
SMA/MA dan SMK/MAK terdiri atas empat aspek yaitu
kerajinan, rekayasa, budidaya dan pengolahan yang
diarahkan pada pengembangan produk dalam bentuk
dami dengan menggunakan teknologi tepat guna skala
home industry dengan wawasan kewirausahaan agar
dapat mandiri secara ekonomi. Untuk itu, keterampilan/
psikomotorik dikembangkan pada tingkat presisi (sesuai
standar). Pengembangan kompetensi peserta didik
diarahkan untuk mempelajari produk teknologi
berdasarkan kerangka analisa sistem meliputi: input,
proses, output, melalui prinsip Pikir, Gambar, Buat, Uji
(PGBU).
Kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial,
dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (indirect
teaching) yaitu keteladanan, pembiasaan, dan budaya
sekolah, dengan memperhatikan karakteristik mata
pelajaran serta kebutuhan dan kondisi peserta didik.
Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap
dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung
dan dapat digunakan sebagai pertimbangan guru dalam
mengembangkan karakter peserta didik lebih lanjut.
188
The Power of Entrepreneurship
189
ketiga, kemampuan menciptakan lapangan kerja bagi
diri sendiri dan orang lain.
Dengan demikian bahwa baik di jenjang
SMA/SMK/MAK, kewirausahaan merupakan materi
pelajaran yang disampaikan sejak kelas X sampai
dengan kelas XII dan materi tersebut di lanjutkan lagi
pada perguruan tinggi.
190
The Power of Entrepreneurship
2. Rekayasa
Rekayasa terkait dengan beberapa kemampuan:
merancang, merekonstruksi dan membuat benda
produk yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari
dengan pendekatan pemecahan masalah. Sebagai
contoh: rekayasa penyambungan balok kayu untuk
membuat susunan (konstruksi) kerangka atap rumah,
harus dilakukan dengan prinsip ketepatan agar susunan
rumah tidak mudah runtuh. Lingkup ini memerlukan
kesatuan pikir dan kecekatan tangan membuat susunan
mengarah kepada: berpikir kreatif, praktis, efektif,
ketepatan dan hemat serta berpikir prediktif.
3. Budidaya
Budidaya tumbuhan dan hewan mencakup pembibitan,
penanaman, pemanenan, penyimpanan, dan
penanganan atau pengemasan dan distribusi untuk
proses selanjutnya. Substansi yang dipelajari pada
aspek ini adalah tanaman, ternak dan ikan. Manfaat
edukatif teknologi budidaya adalah pembinaan
perasaan, pembinaan kemampuan memahami
pertumbuhan dan menyatukan dengan alam
191
(ecosystem) agar menjadi peserta didik yang berpikir
sistematis berdasarkan potensi kearifan lokal.
4. Pengolahan
Pengolah proses transformaasi (perubahan bentuk) dari
bahan mentah menjadi produk olahan. Transformasi
melibatkan proses-proses fisik, kimia, maupun
mikrobiologis. Proses pengolahan mencakup pula
penanganan dan pengawetan bahan melalui berbagai
teknik dasar proses pengolahan dan pengaawetan.
Manfaat edukatif teknologi pengolahan bahan pangan
bagi pengembangan kepribadian peserta didik adalah
menambah keanekaragaman makanan, member nilai
ekonomis dan timbul kesadaran pentingnya melakukan
penanganan, pengolahan dan pengawetan bahan
pangan agar tidak cepat rusak.
Untuk Mata Pelajaran Prakarya dan
Kewirausahaan, satuan pendidikan wajib
menyelenggarakan minimal 2 (dua) aspek dari 4
(empat) aspek yang disediakan. Peserta didik
mengikuti salah satu aspek yang disediakan untuk
setiap semester, aspek yang diikuti dapat diganti setiap
semesternya.
192
The Power of Entrepreneurship
193
dan menafsirkan data hasil pengukuran capaian
kompetensi peserta didik yang dilakukan secara
sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi
informasi yang bermakna dalam pengambilan
keputusan. Kurikulum 2013 menekankan pembelajaran
berbasis aktivitas yang menghendaki agar penilaian
hasil belajar peserta didik mencakup penilaian
kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan
kompetensi keterampilan yang pelaksanaannya
terintegrasi dengan proses pembelajaran.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
proses penilaian, yaitu (1) mengukur tingkat berpikir
peserta didik mulai dari rendah sampai tinggi, (2)
menekankan pada pertanyaan yang membutuhkan
pemikiran mendalam (bukan sekedar hafalan), (3)
mengukur proses kerjasama, bukan hanya hasil kerja,
(4) menggunakan portofolio pembelajaran peserta didik.
Dengan demikian kompetensi peserta didik yang
dinilai pada tiap ranah kompetensi disesuaikan dengan
aktivitas yang ditempuh peserta didik dalam proses
pembelajaran. Adapun penilaian sikap digunakan
sebagai pertimbangan guru dalam mengembangkan
194
The Power of Entrepreneurship
195
khususnya untuk kelangsungan hidup dan peningkatan
taraf kehidupan masyarakat tersebut, yang disesuaikan
dengan arah perkembangan daerah serta potensi
daerah yang bersangkutan.
Materi pembelajaran Prakarya dan
Kewirausahaan disesuaikan dengan kebutuhan daerah
dan kebutuhan peserta didik. Pembelajaran yang
berkaitan dengan kebutuhan daerah bertujuan agar
kebudayaan daerah dapat dilestarikan dan
dikembangkan melalui materi prakarya. Sejalan dengan
karakteristik pendidikan abad 21 yang memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi, pembelajaran
prakarya dalam Kurikulum 2013 juga memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi sebagai media dan
sumber belajar. Pemanfaatan TIK mendorong peserta
didik dalam mengembangkan kreativitas dan berinovasi
serta meningkatkan pemahaman prakarya.
Karena kewirausahaan merupakan kemampuan
yang dapat dipelajari, maka pendidikan kewirausahaan
perlu diberikan secara berkesinambungan atau harus
ditanamkan secara terus menerus untuk menghasilkan
lulusan yang berwawasan wirausaha / entrepreneurship.
196
The Power of Entrepreneurship
197
meningkatkan daya saing bangsa, Perguruan Tinggi
sebagai lembaga yang mengembangkan ”knowledge”
perlu meningkatkan kualitas sumber daya mahasiswa
agar menjadi lulusan yang kompeten. Lulusan yang
kompeten tidak hanya sekedar mampu menguasai
pengetahuan dan teknologi di bidangnya, melainkan
juga kemampuan mengaplikasikan kompetensinya dan
memiliki softskill yang memadai.
198
The Power of Entrepreneurship
199
3) Bimbingan karir kewirausahaan dilaksanakan di
Pusat Bimbingan Konseling dan Pengembangan
Karir (PBKPK – LPP).
4) Magang kewirausahaan dikelola oleh PPKwu –
LPPM dan Jurusan, dan tempat magang
kewirausahaan di Badan Usaha mitra kerja sama.
5) Bimbingan PKM Kewirausahaan dilaksanakan oleh
PPKwu – LPPM dan Bidang Kemahasiswaan,
bertempat di PPKwu – LPPM.
6) Inkubator WUB, Layanan Informasi/Konsultasi/Diklat
Kewirausahaan, dan Bantuan Penelitian
Kewirausahaan dikelola oleh PPKwu – LPPM.
7) Kuliah Kerja Pemberdayaan Masyarakat (KKPM)
dikelola oleh Pusat Pemberdayaan Mahasiswa dan
Masyarakat (PPMM) – LPPM. Tempat KKPM
dilaksanakan di kancah masyarakat antara lain di
Badan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
8) Program COOP dikelola oleh Bidang
Kemahasiswaan bertempat di Badan Usaha mitra
kerja sama.
200
The Power of Entrepreneurship
Penutup
201
tunggu lulusan dalam mendapatkan pekerjaan; 3).
Mewujudkan program entrepreneur education untuk
mencapai terbentuknya sumber daya manusia yang
terdidik, berkualitas dan mandiri, dan 4). Menyiapkan
peserta didik yang tidak melanjutkan ke perguruan tinggi
untuk berwira usaha atau mengembangkan diri dalam
upaya menerapkan ilmu yang diterima di sekolah dalam
masyarakat dimana mereka tinggal. [*]
202
The Power of Entrepreneurship
Daftar Pustaka
203
Tentang Penulis
204
The Power of Entrepreneurship
MEWUJUDKAN KEWIRAUSAHAAN
DI PERGURUAN TINGGI DALAM
MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN
DAERAH
Pendahuluan
Kewirausahaan adalah proses kemanusiaan
(human process) yang berkaitan dengan kreativitas dan
inovasi dalam memahami peluang, mengorganisasi
sumber-sumber, mengelola sehingga peluang itu
terwujud menjadi suatu usaha yang mampu
menghasilkan laba atau nilai untuk jangka waktu yang
lama. Definisi tersebut menitikberatkan kepada aspek
kreativitas dan inovasi, karena dengan sifat kreativitas
dan inovatip seseorang dapat menemukan peluang.
Wirausaha merupakan pelaku dari kewirausahaan, yaitu
orang yang memiliki kreativitas dan inovatif sehingga
mampu menggali dan menemukan peluang dan
mewujudkan menjadi usaha yang menghasilkan
nilai/laba.
205
Kegiatan menemukan sampai mewujudkan
peluang menjadi usaha yang menghasilkan disebut
proses kewirausahaan. Kegiatan wirausaha adalah
menciptakan barang jasa baru, proses produksi baru,
organisasi (manajemen) baru, bahan baku baru, pasar
baru. Hasil-hasil dari kegiatan-kegiatan wirausaha
tersebut menciptakan nilai atau kemampu labaan bagi
perusahaan. Kemampuan menciptakan nilai tersebut
karena seorang wirausaha memiliki sifat-sifat kretaif dan
inovatif.
Di Indonesia, di awal abad ke 20 ini,
kewiraswastaan/kewirausahaan baru diterima oleh
masyarakat sebagai salah satu alternatif dalam meniti
karier dan penghidupan. Seperti diketahui , umumnya
rakyat Indonesia mempunyai latar belakang pekerja
pertanian yang baik. Dengan hidup dalam penjajahan
selama 3,5 abad lamanya, nyaris tidak ada figur
panutan dalam dunia kewirausahaan. Yang ada hanya
pola pemikiran feodalisme, priyayiisme serta elitisme,
yang satu di antara sekian banyak ciri-cirinya adalah
mengagungkan status sosial sebagai pegawai, terutama
206
The Power of Entrepreneurship
207
Kaitannya dengan perpolitikan, mungkin selaras dengan
dambaan hadirnya Manusia Indonesia Seutuhnya. Maka
dapat dikatakan bahwa ilmu kewirausahaan/
kewiraswastaan adalah ilmu tentang penghidupan. Ilmu
yang akan membuka pengertian tentang bagaimana
seharusnya meniti penghidupannya dan nilai-nilai apa
yang diperlukan untuk mencapai cita-cita hidup yang
hakiki.
Untuk membina manusia menjadi makluk yang
berguna, tidak cukup hanya memberikan kecerdasan,
ketrampilan atau kepiawaian teknis saja. Prioritas
mendasar adalah dengan membangun sikap mental
yang baik terlebih dahulu. Sebab, seperti pepatah
mengatakan, ilmu tanpa sikap mental menghasilkan
kezaliman, sedangkan sikap mental tanpa ilmu adalah
kelemahan. Dua aspek ini harus hadir salling isi
mengisi, karena jika terjadi absen pada salah satunya,
maka akan berdampak buruk.
Struktur prioritas kewiraswastaan terdiri dari 4
(empat) lapisan. Lapisan terdalam merupakan inti
(core), sedangkan 3 lapisan berikutnya merupakan
pendukung yang ideal untuk mencapai kesempurnaan
208
The Power of Entrepreneurship
Tata Laksana
Sikap Mental
Kepemimpinan
Sikap mental
Sikap mental merupakan elemen paling dasar
yang perlu dijamin untuk selalu dalam keadaan baik.
209
Unsur ini yang menentukan apakah seseorang menjadi
sosok yang tinggi budi ataukah seblikinya menjadi orang
yang jahat dan culas. Itu sebabnya pembinaan sikap
mental menjadi unsur terpenting dalam dunia
kewirawastaan. Selain menghadirkan sifat-sifat baik
alamiah seperti kejujuran dan ketulusan, sikap mental
mencakup juga segi-segi positif dalam hal motivasi dan
proaktivitas.
Orang yang bersikap mental baik akan selalu
bekerja rajin tanpa harus diperintah, dan konsisten
tanpa harus diawasi. Mereka juga selalu berinisiatif
melakukan hal-hal positif dan selalu mempunyai
motivasi kuat serta semangat yang mengebu-gebu
dalam mencapai cita-cita. Sikap mental juga amat
menentukan keberhasilan seseorang.
University of Harvard, sebuah intitusi di Amerika
menyatakan bahwa keberhasilan orang-orang sukses di
dunia ini, ternyata lebih banyak ditentukan oleh sikap
mentalnya dibandingkan dengan peranan kemampuan
teknis yang dimiliki. Dengan angka perbandingan
adalah 85% sikap mental, 15 % kemampuan teknis.
210
The Power of Entrepreneurship
Kepemimpinan
Kepemimpinan yang dimaksud disini adalah
kepemimpinan sebagai nilai atau kualitas, bukan
pengetahuan tentang manajemen sumber daya
manusia. Mungkin akn lebih tepat kalau disebut sebagai
“kepeloporan” sedangkan pemimpin adalah orang yang
menunjukan arah. Seseorang yang memiliki jiwa
kepemimpinan akan selalu tahu arah yang harus dimbil.
Keputusan-keputusanya mantap dan didasari oleh
keyakinan diri disertai data-data dan informasi yang
akurat.
Dalam dunia usaha, jiwa kepemimpinan dan
kepeloporan ini mutlak diperlukan karena secara sadar
atau tidak seseorang yang berwiraswasta telah
211
menempatkan dirinya pada posisi pemimpin.
Kedudukan tersebut mengharuskannya untuk selalu
mampu mengambil keputusan yang menurut
perhitungannya paling baik dan bijaksana. Tidak boleh
ada keraguan atau kebimbangan karena jika itu terjadi
maka keputusan yang diambil akan terlambat dan tidak
efektif lagi. Dilain pihak, pengusaha yang tidak memiliki
jiwa kepemimpinan akan condong mengikuti pendapat
dari figur yang dominan terhadap dirinya, sehingga
pengusaha tersebut biasanya sulit membawa
perusahaannya kearah kemajuan yang berarti.
Pengusaha yang berpeluang maju secara mantap
adalah pengusaha yang memiliki jiwa kepemimpinan
secara menonjol. Ciri-cirinya biasanya keputusan dan
sepak terjangnya sering dianggap tidak lazim/tampil
beda.
Tata Laksana
Tata laksana merupakan terjemahan dari kata
management, artinya pengelolaan. Manajemen bukan
semata-mata konsumsi para manager di perusahaan-
perusahaan tetapi diperlukan semua orang. Tata
212
The Power of Entrepreneurship
213
Keterampilan
Lapisan terluar dari struktur prioritas adalah
keterampilan. Keterampilan teknis yang meliputi
keterampilan perorangan yang melibatkan ilmu
pengetahuan dan teknologi untuk memproduksi
sesuatu, baik secara fisik dan non fisik termasuk
keterampilan manajerial dan keterampilan pemasaran
jelas merupakan faktor yang amat penting, karena
disinilah nantinya kualitas produk ditentukan tinggi
rendahnya.
Banyak pihak berpendapat bahwa dengan
berbekal penguasaan keterampilan, seseorang pasti
bisa menjdi enterpreuneur (wiraswastawan) yang
berhasil. Namun demikian, kalau kita mau meneliti lebih
jauh ternyata keberhasilan-keberhasilan itu sebenarnya
bukan disebabkan oleh keterampilan semata melainkan
lebih oleh jiwa kepemimpinan yang dimiliki si
pengusaha. Keterampilan hanyalan sarana, sehingga
tidak cukup untuk mengantar orang ke jenjang
kehidupan yang sukses, terutama kehidupan dalam
dunia usaha.
214
The Power of Entrepreneurship
Naluri Kewirausahaan
Setiap kegiatan yang mempunyai bobot
persaingan, memerlukan ketajaman naluri. Demikian
juga dengan wiraswastawan bersaing bukan hanya
dengan perusahaan pesaing, tetapi juga dengan
keadaan dan situasi-situasi tertentu seperti moneter,
ekonomi, politik perubahan kebijakan pemerintah, dan
lain-lain.
215
Inti Wiraswasta
Fungsi manusia akan tumbuh sempurna bila
pembinaan dilaksanakan menuruti 4 tahap prioritas
yaitu sikap mental, kepemimpinan, tata laksana serta
keterampilan. Sebaliknya, ketidaksempurnaan dan
kerusakan atau kehilangan dari salah satu unsure
tersebut, akan mengakibatkan hal-hal negative pada
manusia yang bersangkutan, bahkan bias fatal. Empat
lapis prioritas diatas sebenarnya dapat disederhanakan
menjadi hanya 2 (dua) kelompok, karena pada
dasaranya dua yang pertama dan dua yang terakhir
berasal dari rumpun yang sama.
Pengelompokan itu terdiri dari:
1. Kelompok Sikap Mental yang mencakup lapisan
sikap mental itu sendiri dan unsure kepemimpinan
atau Leadership dan
2. Kelompok Ilmu Pengetahuan, yang terdiri dari
lapisan manajemen dan keterampilan.
David Chia, seorang pakar kehidupan dari
Dynamic Life, Singapura, menjelaskan bahwa untuk
bias mencapai sukses yang benar-benar sempurna,
216
The Power of Entrepreneurship
217
Antara masing-masing aspek kehidupan terdapat
interaksi yang saling pengaruh mempengaruhi satu
sama lain, dengan demikian untuk dapat membina
semua aspek kehidupan dengan baik yang berlangsung
selaras dan harmonis dengan hukum alam, diperlukan
niat, perilaku dan tanggung jawab yang baik yaitu sikap
mental dan attitude. Dalam jari-jari wheel of life terdapat
hal-hal yang bersifat khusus dan khas, yang berkaitan
dengan mutu tingkat pembinaan yang diperlukan.
Misalnya :
218
The Power of Entrepreneurship
219
pola 6 aspek penghidupan sebagaimana yang
dijelaskan oleh David Chia.
220
The Power of Entrepreneurship
221
e. Tidak kenal menyerah dalam memecahkan
masalah.
f. Realistis dan memiliki gaya humor.
g. Memanfaatkan dan selalu mencari umpan balik.
h. Dapat mengendalikan permasalahan-
permasalahan di dalam perusahaan.
i. Mampu mengelola dan menghitung resiko.
j. Tidak berorientasi kepada status.
k. Memilki integritas dan dapat dipercaya
222
The Power of Entrepreneurship
223
menemukan cara baru dalam menyikapi masalah dan
memanfaatkan peluang. Sedangkan inovasi adalah
kemampuan untuk menerapkan gagasan-gagasan baru
atau pemecahan kreatif terhadapberbagai masalah dan
dalam memanfaatkan peluang. Pengertian kreativitas
dan inovasi secara singkat sering dianalaogkan:
creativity – thinking new things, innovations = doing new
things.
Kreativitas tidak selalu dihasilkan dari sesuatu
yang tidak ada sering sekali merupakan perbaikan dari
sesuatu yang telah ada. Sering juga gagasan baru
timbul secara kebetulan yang penting untuk dipahami
mengapa kreativitas dan inovasi tersebut merupakan
cirri-ciri yang melekat kepada wirausaha. Seperti kita
ketahui wirausaha merupakan sumber pemikiran kreatif
dan inovasi. Bagaimana alam pikiran seseorang
wirausaha sehingga menjadi sumber kreativitas dan
inovasi?
1. Seorang wirausaha selalu mengimpikan gagasan
baru.
2. Selalu mencari peluang baru atau mencari cara baru
menciptakan peluang baru.
224
The Power of Entrepreneurship
225
Kesalahan cara berpikir yang merupakan
belenggu mental untuk berpikir secara kreatif, antara
lain:
a. Selalu mempunyai jawaban yang benar, sehingga
tidak pernah menganggap bahwa ada kemungkinan
beberapa jawaban yang benar.
b. Memfokuskan berpikir secara logis, tetapi jika terlalu
memfokuskan kepada berpikir logis akan
menghambat berpikir kreatif.
c. Mentaati peraturan secara menyeluruh, sehingga
mematikan prakarsa-prakarsa.
d. Spesialisasi berlebihan, sehingga tidak mengetahui
aspek lasin/bidang lain selain yang ditekuni.
e. Takut dikatakan tidak kreatif atau bodoh, sehingga
tidak berani mengemukakan pendapat.
f. Takut berbuat salah dan gagal.
g. Rasa rendah diri.
226
The Power of Entrepreneurship
227
No Karakteristik Ciri Wirausahawan Sukses
Profil yang Menonjol
1 Percaya diri Mengendalikan tingkat
percaya dirinya tinggi dalam
mencapai sukses
2 Pemecahan Cepat mengenali dan
masalah memecahkan masalah yang
dapat menghalangi
kemampuan tujuannya
3 Berprestasi Bekerja keras dan bekerja
tinggi sama dengan para ahli untuk
meperoleh prestasi
4 Pengambilan Tidak takut mengambil resiko,
resiko tetapi akan menghindari resiko
tinggi jika dimungkinkan
5 Ikatan emosi Tidak akan memperbolehkan
hubungan emosional yang
menggangu suksesnya usaha
6 Pencari status Tidak akan memperbolehkan
hubungan emosional yang
mengganggu misi suksesnya
228
The Power of Entrepreneurship
usahanya
7 Tingkat energi Berdedikasi tinggi dan bekerja
tinggi tanpa berhitung waktu untuk
membangun usahanya
2. Kegagalan Usaha
No Karakteristik Ciri Kegagalan
Kegagalan Kewirausahaan
1 Dedikasi Meremehkan waktu dan
dedikasi dalam memulai usaha
2 Pengendalian Gagal mengendalikan aspek
usaha atau utama usaha atau bisnis
bisnis
229
5 Memperluas Memulai perluasan usaha
usaha yang belum siap
berlebihan
6 Perencanaan Meremehkan kebutuhan usaha
keuangan
7 Lokasi usaha Lokasi yang buruk
230
The Power of Entrepreneurship
231
Daftar Bacaan
232
The Power of Entrepreneurship
Tentang Penulis
233